Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah yang Esa. Berkat limpahan karunia nikmatNya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit
Menular Seksual Klamidia” dengan lancar. Penyusunan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar II
yang diampu oleh Ibu Seniwati S.Kep, M.Kep. Proses penyusunannya
tak lepas dari masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan
terima kasih atas bimbingannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis terbuka dalam menerima segala kritik saran yang
membangun dari pembaca. Demikian yang dapat saya sampaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan baik.

Jakarta, 09 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...2

C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3

A. Pengertian Penyakit Chlamydi.……………………………………………….3

B. Jenis Bakteri Penyebab Penyakit……………………………………………….5

C. Morfologi dan fisiologi…………………………………………………………9

D. Patogenitas dan gejala penyakit…………………………….…………………..9

E. Gejala………………………………………………………………………….11

F. Epidemiologi...………………………………………………………………..12

G. Langka pencegahan dan Pengobatan………………………………………….12

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………17

A. Kesimpulan……………………………………………………………………17

B. Saran…………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSAKA……………………………………………………….……18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan infeksi yang ditularkan
memlalui hubungan seksual, yang popular disebut penyakit kelamin. Semua
tehnik hubungan seks lewat vagina, dubur atau mulut dapat menjadi wahana
penularan penyakit kelamin. Penyebab infeksi tersebut diantaranya adalah
bakteri (misalnya gonore, sifilis), jamur, virus (misalnya herpes, HIV), atau
parasit (misalnya kutu), penyakit ini dapat menyerang pria maupun wanita
(UNESCO, 2012)
IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila
tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit berkepanjangan,
kemandulan bahkan kematian. Remaja perempuan perlu menyadari bahwa
risiko untuk terkena IMS lebih besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi
perempuan lebih rentan, dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala
awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit berlanjut ke tahap lebih parah
(UNESCO, 2012).
Penyakit IMS yang sering terjadi di masyarakat diantaranya gonore, sifilis,
klamidia, kondiloma, bakterial vaginosis dan lain-lain.
Dalam makalah ini penulis mengambil salah satu Penyakit Menular
Seksual (PMS) yaitu infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi Chlamidya
trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan
bahwa infeksi oleh Chlamydia trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di
Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai infeksi
C. Trachomatis. C. trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik
(UNS) terbanyak dibanding dengan organisme lain. Dari berbagai studi
dilaporkan bahwa 30 -60 % dari penderita UNS dapat diisolasi C. trachomatis.
Dalam bidang penyakit menular seksual (PMS) C. trachomatis dapat
merupakan penyebab uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis,
epididimitis, limfogranuloma venerium dan seterusnya. Angka transmisi
seksual C. trachomatis sering melebihi 20 % pada wanita muda. Infeksi C.
trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan
1
ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan
mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan
kehamilan ektopik. Selain itu bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
mempunyai resiko untuk menderita konjungtivitis dan atau pneumonia.
Mengingat tingginya angka kejadian infeksi C. trachomatis baik secara tunggal
ataupun bersamaan dengan PMS lain, serta dampak dari komplikasinya maka
perlu diberikan perhatian yang besar dalam hal diagnosis dan pengobatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari klamidia ?
2. Bagaimana Jenis Bakteri Penyebab Penyakit ?
3. Bagaimana Morfologi dan fisiologi ?
4. Bagaimana Patogenitas dan gejala penyakit ?
5. Bagaimana Gejala ?
6. Bagaimana Epidemiologi ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Laboratorium Dan Pengobatan Penyakit ?
8. Bagaimana Pengobatan ?
9. Bagaimana Pencegahan ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari klamidia ?


2. Untuk mengetahui Jenis Bakteri Penyebab Penyakit ?
3. Untuk mengetahui Morfologi dan fisiologi klamidia?
4. Untuk mengetahui Patogenitas dan gejala penyakit ?
5. Untuk mengetahui Gejala klamidia?
6. Untuk mengetahui Epidemiologi klamidia ?
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Laboratorium Dan Pengobatan
Penyakit klamidia ?
8. Untuk mengetahui Pengobatan klamidia?
9. Untuk mengetahui Pencegahan klamidia?

2
BAB II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Chlamydia

Klamidia merupakan bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi


menular seksual. Infeksi ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang
berhubungan seksual dengan pria. Pada wanita, bakteri ini menyebabkan
infeksi pada serviks dan pada pria menyebabkan infeksi pada uretra. Walaupun
jarang terjadi, tetapi Klamidia dapat menginfeksi anus dan menyebabkan
conjunctivitis (inflamasi pada mata).

Klamidia adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia


trachomatis yang ditularkan melalui kontak seksual. Ini adalah penyakit
menular seksual yang paling umum. Klamidia dapat menginfeksi penis, vagina,
leher rahim, dubur, saluran kencing, mata, atau tenggorokan.

Infeksi klamidia adalah salah satu PMS yang paling umum. Klamidia
adalah bakteri berbentuk bola. Banyak orang yang terinfeksi klamidia tidak
memiliki gejala sehingga tidak menyadarinya. Hal ini meningkatkan resiko
menular ke pasangan dan berkembang kronis menjadi radang panggul. Bila
timbul gejala, Klamidia dapat ditandai dengan keluarnya cairan dari
penis/vagina, rasa gatal di kelamin, dan rasa sakit saat buang air kecil dan
berhubungan seks. Klamidia dapat diobati dengan antibiotik.

Chlamydiae adalah mikroorganisme intraselular gram negatif kecil yang


secara khusus menginfeksi sel epitel squamocolumnar. Morfologi inklusinya
adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C. trachomatis peka terhadap
sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya adalah 15.

Infeksi Chlamydia trakomatis sulit untuk didiagnosis, mudah menjadi


kronis dan residual, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius.
Infeksi ini yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius, baik pada pria dan wanita, serta untuk bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi (Lanjouw, et. al., 2015). Kontak langsung dengan Chlamydia
Trachomatis dalam keadaan tertentu akan menyebabkan peradangan

3
konjungtiva yang disebut Trachoma. Infeksi pada tahap awal memberikan
manifestasi yang sangat bervariasi yang biasanya mirip dengan konjungtivitis
kronis pada umumnya, yaitu mata merah, gatal, eksudasi dan pembengkakan
pada kelopak mata. Di folikel tarsus atas dan hipertrofi papiler diperoleh.
Selama perjalanan penyakit, folikel akan pecah (folikel di Trachoma memiliki
sifat rapuh) dan menyebabkan terjadinya jadingan parut (Frich, et. al., 2006).
Dari 100% wanita yang terinfeksi chlamydia hampir 70% wanita tidak
menyadari dan tidak merasakan gejala apapun baik rasa sakit maupun gejala
fisik, hanya saja dapat ditemukan saat dilakukan pemeriksaan di daerah
serviks. Pada infeksi chlamydia pada fase awal terjadi di serviks atau uretra.
Pada fase awal timbul beberapa keluhan yaitu urin yang abnormal disertai rasa
terbakar saat melakukan buang air kecil. (Johnson, et.. all)

1. Klasifikasi Ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut:

a. Ordo : Chlamydiales

b. Famili : Chlamydiaceae

c. Genus : Chlamydia

d. Spesies : Chlamydia trachomatis

2. Chlamydia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan


menjadi 3 spesies :

a. psittaci, penyebab psittacosis.

b. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi


alat kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe
lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum.

c. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk


pneumonia dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Chlamydia adalah infeksi penyakit menular seksual yang sangat


umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat
menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan.Chlamydia disebabkan oleh

4
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini
dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim.
Ketika infeksi terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala
meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi,
gatal dan nyeri. Infeksi Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak
memberikan gejala apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat
menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata
Anda (konjunktivitis).

Manusia adalah inang alami untuk C trachomatis. Infeksi Chlamydia


trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995
menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai
infeksi C. trachomatis Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih
merupakan problematik karena keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik,
mudah menjadi kronis dan residif, dan mungkin menyebabkan komplikasi
yang serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.

Infeksi chlamydia trachomatis mempengaruhi serviks, uretra,


serpihan, uterus, nasofaring, dan epididimis. Ini adalah penyakit menular
seksual yang paling umum dilaporkan (STD) di Amerika Serikat dan
penyebab utama infertilitas pada wanita. Infeksi C trachomatis juga
menyebabkan penyakit lain, termasuk konjungtivitis, pneumonia atau
pneumonitis, sindrom pneumonia afebris (pada bayi yang lahir dengan
vaginal sampai ibu yang terinfeksi), sindrom Fitz-Hugh-Curtis, dan trachoma
(penyebab utama kebutaan yang didapat di dunia).

B. Jenis Bakteri Penyebab Penyakit

1. Infeksi pada Pria

a. Uretritis

Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia.


Masa inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C.
trachomatis bervariasi dari sekitar 1 – 3 minggu. Pasien dengan
5
chlamydia, uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri
pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena
chlamydia ini dapat juga terjadi asimtomatik.

Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan


pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila
jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan
indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang
menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena
chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra
posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis.

b. Proktitis

C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria


homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan
mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum
dan perdarahan.

c. Epididimitis

Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi


dari uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir
mengatakan bahwa C. trachomatis merupakan penyebab utama
epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 -90%). Secara
klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan
dengan chlamydial uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.

d. Prostatitis

Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan


gonore atau uretritis non gonore. InfeksiC. trachomatis pada prostat
dan epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada
pria.

6
e. Sindroma Reiter

Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis
dan konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan
Elementer” dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan
menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.

2. Infeksi Pada Wanita

Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C.


trachomatis di daerah genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh
vagina dan atau nyeri pada waktu buang air kecil, sedangkan yang lainnya
tidak ada keluhan yang jelas. Pada penyelidikan pada wanita usia
reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus
urinarius 10 % ditemukan carier C. trachomatis.

a. Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :

1) Usia muda, kurang dari 25 tahun

2) Mitra seksual dengan uretritis

3) Multi mitra seksual

4) Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan

5) Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen.

6) Memakai kontrasepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi

b. Servisitis

Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks.


Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C.
trachomatis dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan
dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi.

7
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi
serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih
banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks
dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat
menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh
karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.

c. Endometritis

Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke


endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis
antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada
pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat
endometrium.

d. Salfingitis (PID)

Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden


sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan
kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh disebabkan oleh
chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah.
Itu lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur,
bahkan sampai ke leher rahim juga.

e. Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)

Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui


endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma
kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang permukaan anterior
liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan
perihepatitis. Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati
biasanya normal.

8
C. Morfologi dan fisiologi

Chlamydia trachomatis termasuk dalam famili chlamidiaceae. Bakteri


ini dapat membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan
mengandung glikogen. Chlamydia trachomatis umumnya peka terhadap
sulfonamida, dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus dan manusia, serta
dapat menyebabkan penyakit trakoma, konjungtivis inklusi, uretritis non
spesifik, salpingitis, servistitis, pneumonitis pada bayi, dan limfogranuloma.

Chlamydia merupakan bakteri intraseluler yang bersifat obligat dn


diketahui sebagai penyebab penyakit pada manusia, seperti penyakit menular
seksual, infeksi mata, dan infeksi paru pada bayi baru lahir yang ditularkan
pada saat dilahirkan dari ibu yang mengidap infeksi chlamydia.

Bakkteri chlamydia trachomatis dapat ditumbuhkan pada kantong


kuning telurbertunas dan dapat membentuk badan inklusi elementer.

D. Patogenitas dan gejala penyakit

a. Trakoma

Kongjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi klamidia dapat


muncul tiba-tiba atau secara pelan pelan. Infeksi dapat berlangsung tahunan
jika tidak diobati. Namun, penyakit yang berlangsung lama di daerah
hiperendemis disebabkan oleh terjadinya re-infeksi berulang kali. Ciri khas
dari penyakit ini adalah timbulnya folikel limfoid dan inflamasi pada
kongjungtiva.

Dalam perjalanan penyakit, sesuai dengan keparahan penyakit dan


lama inflamasi, penyakit ini menimbulkan terbentuknya jaringan perut
disekitar kelopak mata sehingga dapat menimbulkan deformitas pada
kelopak dan bulu mata, selanjutnya dapat menyebabkan abrasi kronis pada
kornea mata dan terbentuk jaringan perut yang yang adapat menggangu
penglihatan dan dapat menimbulkan kebutaan pada usia dewasa.

9
b. Konjungtivitis inklusi

Kongjutivitis inklusi atau swimming pool congjutivitis merupakan


kongjutivitis jinak yang dapat dijumpai pada bayi yang baru lahir atau
pada orang dewasa. Secara klinis, kongjutivitis inklusi berbeda dengan
trakoma Karena tidak menunjukkan adanya pannus dan parut pada kornea.
Meskipun dianggap sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri, penyakit
ini dapat menetap selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun pada
orang dewasa. Bakteri penyebab penyakit ini adalah Clamydia trachomatis
serotipe E sampai K.

c. Pneumonia

Penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clamydia


Tracomatis bersifat sub-akut. Penyakit ini menyerang neonates yang lahir
dari ibu yang mengidap infeksi pada serviks.penyakit ini ditandai dengan
serangan yang berlangsung secara perlahan-lahan, tetapi berbahaya yaitu
berupa batuk, demam ringan, bercak-bercak ifiltrat pada fototoraks akibat
hiperinfiltrasi,eosinophilia, dan peningkatan igM dan igG.

Masa inkubasi pada penyakit ini tidak diketahui, tetapi pneumonia


dapat muncul pada bayi berusisa 1 sampai 18 miggu.

d. Klamidiasis

Infeksi klamidiasis dapat ditularkan melalui hubungan seksual.


Pada pria, infeksi klamidia dapat berupa urethritis; pada wanita, berupa
serivsitis mukopurulen. Manifestasi klinis urethritis terkadang sulit
dibedakan pada dengan gonore, yang meliputi adanya secret mukopurulen
dalam jumlah sedikit atau sedang, gatal pada uretra, dan rasa panas ketika
buang air seni.

e. Limfogranuloma venereum

Limfogranuloma venereum adalah penyakit seksual menular yang


disebabkan oleh chlamidya trachomatis. Penyakit ini ditemukan didaerah
tropis dan subtropis.galur chlamydia trachomatis yang menyebabkan
Limfogranuloma venereum.
10
Gejala penyakit yang timbul dalam 3-12 hari setelah infeksi akan
timbul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri pada organ
reproduksi(penis dan vagina), lalu lepuhan berubah menjadi ulkus yang
akan segera membaik sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.
Selanjutnya akan terjadi pembengkakakn kelenjar getah bening yang akan
tampak kemerah merahan.

Gejala lain dalah : demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri
sendi dan lain lain

E. Gejala

Gejala tunggal pada infeksi chlamydia yaitu terjadi perdarahan


setelah melakukan kontak seksual serta terjadi perdarahan pada siklus
menstruasi yang tidak sesuai dengan siklus yang seharusnya yaitu terjadi
perdarahan di pertengahan siklus menstruasi juga merupakan gejala tunggal
infeksi dari infeksi chlamydia. Infeksi tunggal ini dapat dilakukan dengan
pemeriksaan venereologik serviks dimana pemeriksaan venereologik dapat
menyebabkan perdarahan saat dilakukan kerokan atau apusan dengan spatula.
Secara medis gejala dan tanda yang dapat diketahui dari infeksi Chlamydia
sangat sulit dibedakan dengan infeksi genital lainnya (Miller, 2006).

Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang
tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang
segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau
kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan
jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas
kelenjar getah bening tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan
kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut
atau kambuh kembali.

Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi,
nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang
menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang

11
berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa
mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi
rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya
mengakibatkan penyempitan rektum.

F. Epidemiologi

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi klamidia tersebar di seluruh


dunia. Infeksi ini banyak ditemukan di negara berkembang dan bersifat
endemis, terutama pada masyarkat yang kurang mampu. Di daerah endemis,
trakoma muncul pada masa kanak-kanak, dan kemudian, meninggalkan
jaringan parut di masa remaja dengan tingkat disabilitas yang bervariasi dan
kemungkinan dapat menjadi buta. Penularan infeksi terjadi melalui kontak
langsung dengan penderita yang terinfeksi, yaitu melalui sekret yang keluar
dari mata dan nasofaring, ataupun secara tidak langsung melalui benda-benda
yang terkontaminasi. Masa penularan berlangsung selama masih ada lesi aktif
di konjungtiva. Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah,
dan jenis Hippclates di Amerika Selatan merupakan binatang yang ikut
berperan dalam penybaran penyakit

G. Langka pengobatan dan Pencegahan

a. Untuk pengobatan dapat diberikan:

a) Tetrasiklin

Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak


lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat
diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari
selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan
dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak
dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang
lebih mudah dan dosisnya lebih kecil. 9,11

b) Azithromisin

12
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan
masa sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.

Regimen alternatif dapat diberikan:

a. Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama


l4 hari.

b. Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.

Regimen untuk wanita hamil:

a. Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.

Terapi yang biasanya digunakan adalah:

a. Antibiotika, minum obat secara teratur

b. Partner seksualnya juga harus diobati

Obat-obat antibiotic :

a. Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.

b. Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.

c. Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.

d. Azitromisin 1 gram dosis tunggal.

b. Pencegahan

Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:

1) Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat


Sifilis, 9A) dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika
melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.

2) Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus


dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap
wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang
13
mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai
beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten
menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk
infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria
dewasa muda dengan spesimen urin.

a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1) Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib


dilakukan dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang
pelaporan penyakit menular).

2) Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk pasien


rumah sakit. Pemberian terapi antibiotika yang tepat
menjamin discharge tidak infektif; penderita sebaiknya menghindari
hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau pasangannya
telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.

3) Disinfeksi serentak :

Pembuangan benda-benda yang terkontaminasi


dengan discharge uretra dan vagina, harus ditangani dengan seksama.

4). Karantina : tidak dilakukan.

5). Imunisasi kontak : tidak dilakukan.

6). Investigasi kontak dan sumber infeksi.

Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari


penderita, dan pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan
tetap. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi dan belum
mendapat pengobatan sistemik, foto thorax perlu diambil pada usia 3
minggu dan diulang lagi sesudah 12 – 18 minggu untuk mengetahui
adanya pneumonia klamidia sub klinis.

b. Cara mengurangi resiko

1) Puasa melakukan hubungan seks

14
2) Batasi partner seksual

3) Gunakan kondom dengan benar

4) Cek kesehatan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan


(over tbehaviot). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan
antara lain:fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau,faktor
dukungan (support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat. petugas
kesehatan sangat penting untuk mendukung praktek pencegahan
penyakit menular seksual.

c. Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:

1. Pencegahan primer meliputi :

a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral


dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100%
efektif untuk pencegahan.

b. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit


seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau


petugas kesehtan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit
menular seksual meliputi:rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
berhubungan seksual ,rasa nyeri pada perut bagian
bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,keputihan
berwarna putih susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin tau sekitarnya,keputihan yang
berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-bercak
darah setelah berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau
borok pada alat kelamin.

2. Pencegahan sekunder,meliputi:
15
a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi.

b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi


penyuluhan dari dinas kesehatan.

3. Pencegahan tersier meliputi:

a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.

b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita


pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja
seksual.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh


virus chlamydia trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering
menyebabkan apa yang dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran
kemih yang tidak spesifik, yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit,
akibat dari hubungan seksual yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita
klamidia lebih sering menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher
rahim, dan penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan
menyebabkan infertilitas.

Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia


diklasifikasikan menjadi 3 spesies :

1. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis

2. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi alat


kelamin (lihat bawah), Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan
serotipe lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum

3. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia


dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas


yang tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang
menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang
menjadi pelvic inflammatory disease.

B. SARAN

Sebagai seorang kesehatan masyarakat,dalam menyikapi kasus


seperti ini,kita harus memberikan masukan atau penyuluhan kepada mereka
yang telah terinfeksi penyakit menular tersebut.kita tidak perlu menjauhi

17
mereka.yang seharusnya kita lakukan adalah memberi dukungan moral dan
pendidikan kesehatan serta penyuluhan kepada mereka karena penyakit
klamidia ini masih bisa diobati.selain itu,memberikan penyuluhan juga kepada
para remaja tentang pentingnya menjaga organ reproduksi serta dampak dan
bahaya nya jika melakukan seks bebas, selain itu,untuk diri sendiri atau untuk
individu,harus berhati-hati lagi dalam menghadapi kemajuan
budaya,modernisasi yang terus berkembang serta teknologi sekarang yang jelas
lebih mempermudah dalam hal seks bebas.dan sebaiknya hindari untuk
berganti ganti pasangan karena penyakit infeksi menular seksual lebih mudah
penularannya melalui hubungan seksual.

18
DAFTAR PUSTAKA

Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical


Aspects, Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually
Transmitted Diseases and AIDS, 219, Chur cill Livingstone, New York.

Kartono.Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar


Harapan;Jakarta; 1998.

Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual:
Kumpulan Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.

Centers for Disease Control and Prevention 1600 Clifton Rd. Atlanta, GA
30333, USA.

Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease


Surveillance, 2009. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and
Human Services; 2010.

Aisyah. (2019). Infeksi Chlamydia Pada Saluran Genital tuba Fallopi dan
Serviks. Teknosains , 2.

19
20

Anda mungkin juga menyukai