Segala puji milik Allah yang Esa. Berkat limpahan karunia nikmatNya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit
Menular Seksual Klamidia” dengan lancar. Penyusunan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar II
yang diampu oleh Ibu Seniwati S.Kep, M.Kep. Proses penyusunannya
tak lepas dari masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan
terima kasih atas bimbingannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis terbuka dalam menerima segala kritik saran yang
membangun dari pembaca. Demikian yang dapat saya sampaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3
E. Gejala………………………………………………………………………….11
F. Epidemiologi...………………………………………………………………..12
A. Kesimpulan……………………………………………………………………17
B. Saran…………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………….……18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan infeksi yang ditularkan
memlalui hubungan seksual, yang popular disebut penyakit kelamin. Semua
tehnik hubungan seks lewat vagina, dubur atau mulut dapat menjadi wahana
penularan penyakit kelamin. Penyebab infeksi tersebut diantaranya adalah
bakteri (misalnya gonore, sifilis), jamur, virus (misalnya herpes, HIV), atau
parasit (misalnya kutu), penyakit ini dapat menyerang pria maupun wanita
(UNESCO, 2012)
IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila
tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit berkepanjangan,
kemandulan bahkan kematian. Remaja perempuan perlu menyadari bahwa
risiko untuk terkena IMS lebih besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi
perempuan lebih rentan, dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala
awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit berlanjut ke tahap lebih parah
(UNESCO, 2012).
Penyakit IMS yang sering terjadi di masyarakat diantaranya gonore, sifilis,
klamidia, kondiloma, bakterial vaginosis dan lain-lain.
Dalam makalah ini penulis mengambil salah satu Penyakit Menular
Seksual (PMS) yaitu infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi Chlamidya
trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan
bahwa infeksi oleh Chlamydia trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di
Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai infeksi
C. Trachomatis. C. trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik
(UNS) terbanyak dibanding dengan organisme lain. Dari berbagai studi
dilaporkan bahwa 30 -60 % dari penderita UNS dapat diisolasi C. trachomatis.
Dalam bidang penyakit menular seksual (PMS) C. trachomatis dapat
merupakan penyebab uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis,
epididimitis, limfogranuloma venerium dan seterusnya. Angka transmisi
seksual C. trachomatis sering melebihi 20 % pada wanita muda. Infeksi C.
trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan
1
ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan
mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan
kehamilan ektopik. Selain itu bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
mempunyai resiko untuk menderita konjungtivitis dan atau pneumonia.
Mengingat tingginya angka kejadian infeksi C. trachomatis baik secara tunggal
ataupun bersamaan dengan PMS lain, serta dampak dari komplikasinya maka
perlu diberikan perhatian yang besar dalam hal diagnosis dan pengobatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari klamidia ?
2. Bagaimana Jenis Bakteri Penyebab Penyakit ?
3. Bagaimana Morfologi dan fisiologi ?
4. Bagaimana Patogenitas dan gejala penyakit ?
5. Bagaimana Gejala ?
6. Bagaimana Epidemiologi ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Laboratorium Dan Pengobatan Penyakit ?
8. Bagaimana Pengobatan ?
9. Bagaimana Pencegahan ?
2
BAB II.
PEMBAHASAN
Infeksi klamidia adalah salah satu PMS yang paling umum. Klamidia
adalah bakteri berbentuk bola. Banyak orang yang terinfeksi klamidia tidak
memiliki gejala sehingga tidak menyadarinya. Hal ini meningkatkan resiko
menular ke pasangan dan berkembang kronis menjadi radang panggul. Bila
timbul gejala, Klamidia dapat ditandai dengan keluarnya cairan dari
penis/vagina, rasa gatal di kelamin, dan rasa sakit saat buang air kecil dan
berhubungan seks. Klamidia dapat diobati dengan antibiotik.
3
konjungtiva yang disebut Trachoma. Infeksi pada tahap awal memberikan
manifestasi yang sangat bervariasi yang biasanya mirip dengan konjungtivitis
kronis pada umumnya, yaitu mata merah, gatal, eksudasi dan pembengkakan
pada kelopak mata. Di folikel tarsus atas dan hipertrofi papiler diperoleh.
Selama perjalanan penyakit, folikel akan pecah (folikel di Trachoma memiliki
sifat rapuh) dan menyebabkan terjadinya jadingan parut (Frich, et. al., 2006).
Dari 100% wanita yang terinfeksi chlamydia hampir 70% wanita tidak
menyadari dan tidak merasakan gejala apapun baik rasa sakit maupun gejala
fisik, hanya saja dapat ditemukan saat dilakukan pemeriksaan di daerah
serviks. Pada infeksi chlamydia pada fase awal terjadi di serviks atau uretra.
Pada fase awal timbul beberapa keluhan yaitu urin yang abnormal disertai rasa
terbakar saat melakukan buang air kecil. (Johnson, et.. all)
a. Ordo : Chlamydiales
b. Famili : Chlamydiaceae
c. Genus : Chlamydia
4
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini
dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim.
Ketika infeksi terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala
meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi,
gatal dan nyeri. Infeksi Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak
memberikan gejala apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat
menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata
Anda (konjunktivitis).
a. Uretritis
b. Proktitis
c. Epididimitis
d. Prostatitis
6
e. Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis
dan konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan
Elementer” dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan
menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.
b. Servisitis
7
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi
serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih
banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks
dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat
menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh
karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.
c. Endometritis
d. Salfingitis (PID)
8
C. Morfologi dan fisiologi
a. Trakoma
9
b. Konjungtivitis inklusi
c. Pneumonia
d. Klamidiasis
e. Limfogranuloma venereum
Gejala lain dalah : demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri
sendi dan lain lain
E. Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang
tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang
segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau
kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan
jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas
kelenjar getah bening tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan
kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut
atau kambuh kembali.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi,
nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang
menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang
11
berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa
mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi
rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya
mengakibatkan penyempitan rektum.
F. Epidemiologi
a) Tetrasiklin
b) Azithromisin
12
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan
masa sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Obat-obat antibiotic :
b. Pencegahan
3) Disinfeksi serentak :
14
2) Batasi partner seksual
4) Cek kesehatan
2. Pencegahan sekunder,meliputi:
15
a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
17
mereka.yang seharusnya kita lakukan adalah memberi dukungan moral dan
pendidikan kesehatan serta penyuluhan kepada mereka karena penyakit
klamidia ini masih bisa diobati.selain itu,memberikan penyuluhan juga kepada
para remaja tentang pentingnya menjaga organ reproduksi serta dampak dan
bahaya nya jika melakukan seks bebas, selain itu,untuk diri sendiri atau untuk
individu,harus berhati-hati lagi dalam menghadapi kemajuan
budaya,modernisasi yang terus berkembang serta teknologi sekarang yang jelas
lebih mempermudah dalam hal seks bebas.dan sebaiknya hindari untuk
berganti ganti pasangan karena penyakit infeksi menular seksual lebih mudah
penularannya melalui hubungan seksual.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual:
Kumpulan Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.
Centers for Disease Control and Prevention 1600 Clifton Rd. Atlanta, GA
30333, USA.
Aisyah. (2019). Infeksi Chlamydia Pada Saluran Genital tuba Fallopi dan
Serviks. Teknosains , 2.
19
20