Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS II
“INFEKSI MATERNAL’’

DOSEN KOORDINATOR : Ns. Neli Husniawati S.Kep.,M.Kep


DOSEN PENGAJAR : Ilah Muhafilah, S.kp.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Azzahra Afifah Adam (1032181002)
2. Arvella Fatharani (1032181029)
3. Silvia Andriani (10321810

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
keperawatan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari individual kelompok maupun dari luar, namun penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Tim kelompok juga
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing kami
agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis tentu menyadari bahwa mkalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terimakasih.

                                                                                
Jakarta, 23 maret 2020

                                                                                              Tim Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti
infertilitas dan sierilitas. Kondisi – kondisi lain, seperti infeksi yang didapat
secara kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan dianggap sebagai kondisi immunosupresi. Perubahan respon imun
dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu,
perubahan traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap
suatu infeksi.
Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi
baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul
karena infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang
ditimbulkan karena infeksi antara lain :
a. Penyakit Menular Seksual (PMS)
b. Infeksi TORCH
c. Human Papiloma Virus
d. Infeksi Traktus Genetalia
e. Infeksi Pasca Partum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


1. Definisi
Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes
genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B. HIV
dan syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan
kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh (WHO,2009).
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda melakukan hubungan
seksual denganberganti-ganti pasangan baik melalui alat kelamin, oral maupun
anal. Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi pada alat reproduksi ini dapat
menjalar dan menyebabkan sakit berkepanjangan, kemandulan, bahkan
kematian.

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut
the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS
dilaporkan pertahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta
kasusbaru tiap tahun adalah dari kelompok ini.

2. Etiologi

PMS pada umumnya disebabkan karena adanya penyebaran virus, bakteri, jamur
dan protozoa/parasit. Seperti beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan

3
oleh virus antara lain HIV (Human Immunodeficiency Virus), Genital Herpes,
Hepatitis B dan HPV (Human Papilloma Virus).

-Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyakit menular seksual


yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh kehilangan kemampuan
untuk melawan inveksi. HIV menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh akibat HIV, yang saat ini belum ada obat yang benar‐benar dapat
menyembuhkan.

a. Genital Herpes atau lebih dikenal dengan herpes genitalis (herpes kelamin)
adalah PMS yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplek yang ditularkan melalui
hubungan seksual baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan luka atau lecet
pada bagian kelamin dan mengenai pada bagian langsung pada luka, bintil atau
kutil

b. Human Pappiloma Virus (HPV) atau juga dikenal dengan nama genital wart
adalah penyakit menular seksual yang banyak ditemukan dengan munculnya kutil
genital. Virus HPV menimbulkan gejala seperti kelainan berupa tonjolan kulit
berbentuk jengger ayam yang berwarna seperti kulit, ukurannya bervariasi dan
sangat kecil sampai besar sekali. Pada penderita perempuan dapat mengenai kulit
di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan
sampai leher rahim.

c. Chlamydia Trachomatis adalah penyakit menular melalui hubungan seks


vaginal, oral atau anal. Gejala pada penderita berupa keluhan adanya keputihan
yang disertai nyeri pada saat kencing dan pendarahan setelah melakukan
hubungan seksual. Cara penularannya tidak disadari karena kebanyakan penderita
yang terinfeksi tidak merasakan gejalanya.

d. Vaginosis Bakterial adalah penyakit menular yang disebabkan adanya infeksi


pada alat kelamin yang disebabkan adanya campuran bakteri Gardnella Vaginalis

4
dan bakteri Anaerop. Pada penderita gejalanya berupa keputihan tidak banyak,
berwarna abu‐abu, lengket dan berbau amis, biasanya akan tercium jelas setelah
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis.

e. Gonore adalah penyakit menular serupa dengan klamidia, ditularkan melalui


hubungan seks vaginal, oral atau anal. penyebabnya adanya kuman Neisseria
Gonorrhoeae. Pada penderita perempuan terkadang sering tanpa adanya gejala atau
gejalanya sulit dilihat, terkadang ada nyeri di bagian perut bawah, kadang disertai
keputihan dengan bau yang menyengat, alat kelamin terasa sakit atau gatal,

f. Sifilis atau dikenal dengan Raja Singa adalah penyakit menular yang disebabkan
kuman Treponema Pallidium. Gejala yang pertama kali muncul adalah rasa sakit
di daerah kontak seksual, timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang‐kadang
disertai pusing‐pusing dan nyeri tulang seperti

g. Kandidas Vagina adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur


Candida Albicans. Gejalanya adalah keputihan yang tidak berbau atau berbau
asam, berwarna seperti keju atau susu basi disertai gatal, panas dan kemerahan di
kelamin dan sekitarnya.

3.Faktor Resiko

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya pengidap Penyakit


Menular Seksual (PMS) antara lain :

1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).

2. Gonta-ganti pasangan seks.

3. Prostitusi.

4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka
atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka
disbanding epitel dinding vagina.

5
5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita PMS
(Hutagalung, 2002).

5.Penatalaksanaan

penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan
penaganan berdasarkan kasus(case management) ataupun penanganan berdasarkan
sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif
tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan
mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan
reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom
didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan
penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom.
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan
mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi
menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2008).
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:

a) Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson,


spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin

b) Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,


eritromisin, dan kloramfenikol

c) Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir,

d) Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin

e) Pengobatan trikomoniasis: metronidazole

2.2 Infeksi torch


1.definisi

6
Infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta
dan mempengaruhi perkembangan janin. Empat jenis penyakit infeksi yaitu
Toxsoplasmosis, infeksi lain (mis. Hepatitis), virus rubella, citomegalovirus, dan
virus herpes simplex.
1.) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada
umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira
hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala
influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon
imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi
adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan. Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah
dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan
ensefalitasi.
2.) Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi
pada bulan pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25%
(menurut America College of Obstatrician and Gvnecologists,1981).
3.) Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk golongan
virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat
tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi

7
yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu
terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian
retardasi mental, dan lain-lain.
4.) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks tipe II
(HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut
syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan
dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal
ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi
yang baru lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).

2. ETIOLOGI
1.) Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir semua
hewan dan unggas berdarah panas.
2.) Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet.
Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.
3.) Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh penderita
seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. CMV tampaknya
memiliki dampak besar pada parameter pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan
dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.
4.) Herpes

8
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian
tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic,
dan lokasi klinis (tempat predileksi)
3. KLASIFIKASI
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak (mother-to-child transmission).
Infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal (perinatal
infaction) jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai pada
masa gestasional 22 minggu sampai 28 ( dengan variasi regional untuk definisi)
dan berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran. Istilah infeksi kongenital
(congenital infection) dapat digunakan jika infeksi uang ditularkan vertical itu
masih terus dialami setelah melahirkan. Contoh : Beberapa infeksi yang ditularkan
vertikel dimasukkan ke dalam kompleks TORCH, yang merupakan singkatan dari:
T- Toxoplasmosis / toxoplasma gondii
O- Other infections (see below)
R- Rubella
C- Cytomegalovirus
H- Herpes simplex virus-2 atau neonatal herpes simplex

Huruf O nerujuk pada other agentsatau penyebab lain termasuk :


Coxsackievirus
Chickenpox atau cacar air disebabkan oleh varicella zoster virus
Parvovirus
Chlamydia
HIV
Human T-lymphotropic virus
Syphilis
Hepatitis B juga dapat digolongkan sebagai infeksi yang ditularkan vertikal, tetapi
virus hepatitis B berukuran besar dan tidak dapat menembus ke plasenta, sehingga

9
tidak dapat menginfeksi janin kecuali ada kebocoran pada barier ibu-bayi,
misalnya pada pendarahan pada waktu melahirkan atau amniocentesis

4. PATOFISIOLOGI
1.) Toxoplasma
Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagi lagi
menjadi 5 tingkat siklus : fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni,
gematogoni, dan fase ookista. Ibu yang mendapat infeksi akut saat kehamilannya
dapat menularkannya pada janin melalui plasenta.Imunitas maternal tampaknya
memberikan perlindungan terhadap penularan transplasental parasite
tersebut.Dengan demikian, toxoplasmosis kongenital dapat terjadi jika ibu
mendapatkan infeksi tersebut selama kehamilannya.
2.) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan
pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh
3.)Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV:
a. Setelah lahir 3-12 minggu
b. Setelah tranfusi 3-12 minggu
c. Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
d. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun
setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum ada imunisasi untuk
mencegah penyakit ini
4.) Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada
mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata.HSV-2 atau herpes genital ditularkan
melalui hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti bercak dengan
luka mungkin muncul iritasi.Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan

10
kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan pembentukan gelembung-
gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
nanah.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1.) Urinalisis,kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria asimtomatik mungkin muncul
; ISK dapat disebabkan oleh GBS, gonore, atau IMS lain.
2.) Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan riwayat pemajaan;
identifikasi mikroskopik protozoa.
3.) Rubella : serum untuk titer antibody.
4.) CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam urin
5.) HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala atau lesi
dimasalalu; pemeriksaan fisik utuk limfadenopati dan lesi; diagnose ditegakkan
oleh kultur virus dari lesi aktif.
6.) Hepatitis A : serologi untuk mendekteksi antibodi imonogloblin M (IgM)
dilakukan guna memastikan infeksi yang dicurigai.
7.) Hepatitis B : serologi: semua ibu harus diskrining pada kunjungan prenatal
pertama,yang diulang kemudia pada kehamilan jika mereka mempunyai perilaku
resiko-tinggi atau berasal dari kelompok resiko-tinggi (misal, Orang Asia,
Amerika Tengah, Penduduk Asli Kepulauan Karibia).
8.) HIV : skrining serologi untuk semua ibu yang memiliki perilaku resiko-
tinggi (rujuk kerencana asuhan HIV/AIDS)
9.) GBS : semua ibu yang memiliki usia gestasi 36-37 minggu harus dikultur
area anorektal dan vaginanya.
10.) Klamidia : jika memungkinkan, kultur serviks, dan faringeal pada kunjungan
prenatal pertama ; ulangi pada trimester ketiga untuk klien resiko-tinggi.
11.) Sifilis : skrining ketika kunjungan prenatal pertama dan ulangi pada akhir
trimester ketiga ; VDRL atau RPR digunakn sebagai uji skrining, namun dapat
memberikan hasil positif-palsu; untuk memastikan hal yang positif: mikroskopi
medan gelap positif untuk Treponema pallidum dari eksudat syanker atau lesi

11
sekunder; absorbs antibody treponemal fluoresen (fluorescent treponemal antibody
absorbed, FTA-ABS) positif ; dan uji mikrohemaglutinasi untuk antiodi T.
pallidum (MHA-TP).
12.) Human papilloma virus (HPV): inpeksi fisik vulva, perineum, anus, vagina
dan serviks bila lesi HPV dicurigai atau tampak pada suatu tempat; ibu dengan
HPV pada vulva atau pasangan dengan HPV harus menjalani Pap smear.

6. PELAKSANAAN MEDIS DAN PRINSIP PERAWATAN


Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif. Jika IgG positif dan
IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk
antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M
positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak
dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin.
Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya
pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga
positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya
tinggi,maka tidak perlu pengobatan.

7. PENGOBATAN
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,
azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya
membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu,
terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit
TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin
(spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan

12
dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan
tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga
perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu
makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk
menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif
sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya
positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan
pengobatan.

2.3 human papilloma virus


1. Pengertian HPV
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang
berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal
(displasia) dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan
kanker leher rahim atau dubur. Kutilkutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan
kulit yang lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit
dan kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui
hubungan seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi
tanpa hubungan seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan
barang secara bersama).

2. Klasifikasi
HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi
Familia : Papovaviridae
Genus : Papillomavirus
Spesies : Human Papillomavirus
3. Infeksi HPV

13
Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada masa
awal remaja dan dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan pada wanita
usia kurang dari 25 tahun. Pada wanita usia 25-55 tahun dan masih aktif
berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks sekitar 5-10 persen. Meski
fakta memperlihatkan, terjadi pengurangan risiko infeksi HPV seiring
pertambahan usia, namun sebaliknya risiko infeksi menetap/persisten malah
meningkat.

4. Penyebaran HPV
Penyebaran HPV dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : letak geografis, genetik,
status sosial ekonomi rendah, nutrisi, sistem imun alami, banyak pasangan seks,
usia, dan rokok
(nikotin). Tipe yang paling umum dijumpai justru yang paling berbahaya, yakni 16
dan 18. Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan
wilayah lainnya. Sementara tipe 18 lebih banyak ditemukan di Asia.

5. Penularan HPV
HPV tidak hanya tertular melalui pertukaran cairan tubuh (terutama malalui
hubungan seks,
pertukaran jarum suntik untuk digunakan bersama,dll) tetapi juga lewat
penggunaan barang secara bersama (handuk, sprei, dll), sentuhan (apabila ada kutil
di badan), melalui ciuman (bila HPV sudah menyebabkan gangguan pada mulut),
serta kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tubuh (terutama daerah
sekitar organ kelamin).
Oleh karenanya bukan tidak mungkin seseorang terinfeksi HPV jauh sebelum ia
melakukan hubungan seks pertamakalinya. Namun pada umumnya penularan HPV
terjadi melalui kontak seksual (umur 15 hingga 49 tahun), tetapi tidak seorang
dokter pun dapat memperkirakan kapan infeksi itu terjadi. Kebanyakan infeksi

14
HPV juga dapat mengalami remisi setelah beberapa tahun. Beberapa di antaranya
bahkan akan menetap dengan atau tanpa menyebabkan abnormalitas pada sel.
Untuk menemukan HPV, dokter mencari displasia atau kutil kelamin. Oleh
karenanya jika tampak adanya kutil maka segeralah memeriksakan diri sehingga
dokter dapat memeriksanya sedangkan perubahan pada leher rahim dapat diperiksa
atau diketahui dengan melakukan tes Pap. Walaupun Pap smear dapat
menyembuhkan kanker rahim, tidak berarti bahwa seseorang dapat terbebas begitu
saja. Orang yang pernah terinfeksi HPV harus rutin melakukan Pap smear karena
virus ini dapat sewaktu-waktu kembali tanpa disadari.

6. Gejala HPV
HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak menyadarinya karena.
Tanda-tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil
yang tumbuh mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat.
Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil
yang lebih besar. Semakin lama kutil dapat menjadi semakin besar. Pertumbuhan
kutil akan semakin besar dan banyak jika tumbuh di kulit lembab akibat
kebersihan kulit kurang dijaga. Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan
gatal sehingga membuat tidak nyaman dan sering kali baru disadari keberadaannya
saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar. Kutil dapat bertumbuh dengan
cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa bulan bahkan beberapa tahun
setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah tumbuh sampai dinyatakan kita
terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita terinfeksi HPV).Oleh
karenanya, untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan maka dianjurkan
untuk rutin melakukan Pap smear/ tes Pap minimal setahun sekali bagi wanita di
atas usia 21 tahun.

7. Pengobatan Infeksi HPV

15
Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun
karena adanya sistem kekebalan tubuh alami. Namun demikian infeksi menetap
yang disebabkan oleh tipe-tipe HPV resiko tinggi seperti tipe 16 atau 18 akan
mengarah pada kanker serviks. Kanker serviks mulai berkembang ketika sel-sel
abnormal pada dinding serviks mulai memperbanyak diri tanpa terkontrol dan
membentuk sebuah benjolan yang disebut tumor. Sampai saat ini, belum ada
pengobatan langsung untuk infeksi HPV. Sistem kekebalan tubuh dapat
“memberantas” infeksi HPV, namun orang tersebut dapat kembali tertular lagi.
Bagi beberapa wanita dengan infeksi HPV pada leher rahim menjadi resisten
terhadap obat-obat diatas oleh karenanya pengobatannya (pengambilan displasia
dan kutil) dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.Membakarnya dengan jarum listrik (kauterusasi listrik) atau laser
b.Membekukannya dengan Nitrogen cair
c.Memotongnya secara bedah
d.Mengobatinya dengan zat kimia

8. Pencegahan
Tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HPV.
Orang yang tidak menunjukkan tanda atau gejala infeksi HPV pun tetap dapat
menularkan infeksinya (sebagai karier). Penecegahan yang dapat dilakukan
seperti: a.Gunakan kondom
b.Jangan merokok
c.Jangan berganti-ganti pasangan seks, satu lebih baik

2.4 INFEKSI TRAKTUS GENITALIS


1. Definisi
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau
dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga

16
menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut
adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu
sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan.

2. MACAM-MACAM INFEKS TRAKTUS GENETALIA


a. Servisitis
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjadi karena
luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks.
Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka
mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
b. Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida
dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti
streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Dapat juga disebabkan oleh
robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat
kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
c. Manifestasi klinis
1) terdapatnya keputihan (leukorea)
2) mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan)
3) pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah
4) pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks.
d. patofisiologi
Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respons imun untuk
melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh.
Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti protein plasma.

17
Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan vasodilatasi pembuluh darah
serta peningkatan aliran darah.Aktivasi proses inflamasi dimulai ketika reseptor
yang berada di sel imun mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi
mediator inflamasi seperti sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun
alamiah muncul, tubuh akan membentuk respon imun adaptif yang lebih spesifik
dengan melibatkan sel limfosit T dan sel limfosit B. Berdasarkan jenis antigennya,
limfosit T yang naif akan berubah menjadi sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau
sel limfosit T sitotoksik. Sedangkan sel limfosit B akan membentuk antibodi yang
dapat melawan patogen atau zat berbahaya tersebut.Proses inflamasi akan mereda
setelah patogen atau zat berbahaya hilang. Namun, bila stimulus menetap, proses
inflamasi akan terjadi terus-menerus dan bersifat kronis.
e. Penatalaksanaan
Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan
jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania. Pinggir
sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi
sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks
f. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1) Usia
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status sosial ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok
g. Pencegahan terhadap kanker serviks
dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara
maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi
dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga

18
55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan
enam(Sarwono, 2012)
h. Komplikasi
1) Radang pinggul
2) Infertilitas
3) Kehamilan ektopik
4) Nyeri panggul kronik
2. Adnexitis
a. Pengertian adnexitis
Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan.Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium
yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang
menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra
vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.Adnex tumor ini
dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi
pelekatan dengan alat alat disekitarnya.
b. Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi beberapa
organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom.
1) Ganti-ganti pasangan seks.
2) Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing
nanah).
3) Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease.
4) Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui
aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya
terinfeksi lewat cara lain.
c. Manifestasi Klinis.
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan

19
haid(bukan pre menstrual syndrome)
2) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina.
3) Nyeri saat berhubungan intim
4) Demam
5) Nyeri punggung.
6) Keluhan saat buang air kecil
d. Patofisiologi
Organisme Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis naik ke rahim, tuba
fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas,
pemasangan IUD (alat KB), aborsi, kerokan, laparatomi dan perluasan radang dari
alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Sehingga menyebabkan infeksi atau
radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim.
Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium alias indung telur, tempat dimana sel telur
diproduksi.

e. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat
chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia. Secara
umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik. Jika dengan
terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk
diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan apabila:
a. keluar nanah dari tuba fallopi
b. kesakitan yang amat sangat (seperti:
mual, muntah, dan demam tinggi)
c. penurunan daya tahan tubuh.
f. Komplikasi
1) Radang panggul berulang
2) Abses
3) Nyeri panggul jangka panjang

20
4) Kehamilan ektopik
5) inertilitas
g. Pencegahan
Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu
membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara lain dapat dilakukan
dengan :
1) Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seks bebas.
2) Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul.
3) Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
4) Penggunaan kondom saat berhubungan seksual.
5) Menjaga kebersihan organ genital(Sarwono, 2012).
3. Endometrisis
a. Pengertian endometrisis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah peradangan pada dinding
uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis
didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium.
b. Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,
dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan
Terjadinya infeksi endometrium pada saat :
1) Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
2) Pada saat terjadi keguguran.

21
3) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.

c. Manifestasi Klinis
1) Endometritis akut.
a) Demam.
b) Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar
fluor yang purulent.
c) Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
d) Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada
nyeri.
e) Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
2) Endometritis Kronik
a) pada tuberkulosis.
b) jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus
c) jika terdapat korpus alienum di kavum uteri.
d) pada polip uterus dengan infeksi.
e) pada tumor ganas uterus.
f) pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
g) Fluor albus yang keluar dari ostium
h) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
d. Patofiologi
Pada keadaan normal, kavum uterus dalam kondisi steril. Mekanisme alamiah yang
melindungi kavum uteri di antaranya adalah adanya sumbatan mukus pada mulut
rahim, komponen sistem imun alamiah (sel neutrofil, makrofag dan sel natural
kliller) dan peptida antimikrobial pada endometrium.Gangguan pada sistem imun
serta invasi bakteri patogen dapat menyebabkan endometritis.

e. Komplikasi
1) Infertilitas

22
2) Kanker ovarium
3) Adhesi
4) Kista ovarium
f. Penatalaksanaan
1) Endometritis Akut
Terapi:
a) Pemberian uterotonika
b) Istirahat, posisi/letak Fowler
c) Pemberian antibiotika.
d) Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa
corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.
2) Endometritis Kronik Terapi: Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial
diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.
Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.
Kuretase juga bersifat terapeutik(Sarwono, 2012).
4. Parametritis
a. Pengertian parametritis
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang ini
biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi
beberapa jalan.Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3
cara yaitu:
1) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
2) Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
3) Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Pros
ka.

b. Etiologi

23
Parametritis dapat terjadi:
1) Dari endometritis dengan 3 cara :
a) Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
b) Lymphogen.
c) Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis.
2) Dari robekan serviks.
3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
c. Manifestasi klinik
1) Suhu tinggi dengan demam tinggi.
2) Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
3) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.

d. Patofisiologi
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis →
Infeksi menyebar ke miometrium → Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan
limfe/tromboflebitis → Parametritis

e. Komplikasi
1) Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksa serbasi yang akut,
terjadi paritenitis ke rectum / ke kencing.
2) Dapat terjadi tromboflebitis pelvika dapat menimbulkan Emboli
3) Dapat timbul abses dalam parametrium
4) Kalau infeksi tidak segera diketahui bisa menyebabkan bertambah.
f. Penatalaksanaan.
1) Pencegahan
a) Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan
untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet

24
yang baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
b) Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak
mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-
larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah
terjadinya perdarahan banyak.
c) Selama nifas Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan
lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki
kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan
dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.

2) Pengobatan Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin


dan metronidazol)

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sel darah putih
2. LED dan SDM
3. HB / HT
4. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram
dari
lochea servik dan uterus
5. Ultra sonografi
6. pemeriksaan biomanual

2.5 INFEKSI POST PARTUM


1.Definisi
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat alat genetalia
dalam masa nifas. (Adele Pillitteri,2007). Salah satu infeksi pada masa nifas adalah :
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai

25
pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada priode pasca
partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meninggkat akibat peningkatan
febrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala
janin karena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada priode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian
bawah (Adele Pillitteri,2007).
Infeksi post partum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

2. Periode Nifas atau Postpartum


a. Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan
b. Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum sampai akhir
minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu
postpartum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis.
d. Periode Late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu
keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap
3.Etiologi
A. Faktor Presipitasi Infeksi postpartum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme annaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus
dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
b. Staphylococcus aurelis
c. Escherichia coli
d. Clostridium welchii
4.Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endomatrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau

26
inveksi terserdiri dan terdapat pada benda asing dalam rahim (Anonym,
2008)
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miomatriris adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah
tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginat dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, matritis akut
biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum.
Metritis kronik adalah diagnosa dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang, dan
leukore.
c. Parametritis (infeksi daerah disekitar rahim)
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar didalam lig latum.
Radang ini biasanya unilatelar.
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic).
3. Infeksi saluran kemih
Infeksi salurah kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami
ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil.
4. Septicemia dan piemia
Pada septicemia kuman kuman yang ada diuterus, langsung masuk
keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.

5. Manifestasi klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(bengkak) karena edukasi. Ujung sarah merasa akan terangsangoleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkakkan akan
mengakibatkan gangguan fatal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit
kepala,demam dan peningkatan denyut jantung.

27
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda melakukan hubungan seksual
denganberganti-ganti pasangan baik melalui alat kelamin, oral maupun anal. Bila
tidak ditangani secara tepat, infeksi pada alat reproduksi ini dapat menjalar dan
menyebabkan sakit berkepanjangan, kemandulan, bahkan kematian. Infeksi TORCH
adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan
mempengaruhi perkembangan janin. Empat jenis penyakit infeksi yaitu
Toxsoplasmosis, infeksi lain (mis. Hepatitis), virus rubella, citomegalovirus, dan
virus herpes simplex. Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup
lazim. Jenis yang berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak
normal (displasia) dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat
menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Kutilkutil ini pada umumnya tumbuh di
permukaan kulit yang lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut
kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui
hubungan seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi
tanpa hubungan seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang
secara bersama). Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa
juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut
adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu
sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat alat

28
genetalia dalam masa nifas. (Adele Pillitteri,2007). Salah satu infeksi pada masa nifas
adalah : Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada priode pasca
partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meninggkat akibat peningkatan
febrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala
janin karena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada priode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian
bawah (Adele Pillitteri,2007).

29
DAFTAR PUSTAKA
1. Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC
2. Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC
3. Anonim, 2007, “Kampanye Bantu Cegah Kanker Serviks”,
http://www.cegahkankerserviks.org/apa_saja_gejala_kanker_serviks.html
4. Anonim, 2008, “Anal Genital Herpes (HPV) Pictures”,
http://herpescoldsores.com/std/genital_warts_pictures.htm
5. Anonim, 2008, Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV,
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=News&file=article&sid=2682
6.

iii
iv

Anda mungkin juga menyukai