Di susun oleh :
2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Than Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang
berjudul “Transkultural Nursing pada Penyakit Menular”.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat dibutuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah
berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
BAB II..................................................................................................3
PEMBAHASAN……………………………………………………3
2. Pengertian Penyakit menular................................................3
3. Cara pencegahan dan penanggulangan penyakit menular 4
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Penyakit Menular Seksual
2. Patofisiologi Penyakit Menular Seksual
3. Etiologi / Faktor Penyebab Penyakit Menular Seksual
4. Jenis – jenis Penyakit Menular Sekual
5. Pengobatan Penyakit Menular Sekual
6. Konsep / cara penanggulangan masalah Penyakit Menular Sekual
1
C. Tujuan
a) Tujuan umum
Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi terutama
tentang Penyakit Menular Sekaual (PMS), agar mahasiswa mampu
memahami lebih detail tentang PMS.
b) Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Untuk mengetahui etiologi / faktor penyebab Penyakit Menular Seksual
(PMS).
4. Untuk mengetahui jenis – jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
5. Untuk mengetahui pengobatan Penyakit Menular Seksual (PMS).
6. Untuk mengetahui konsep / cara penanggulangan masalah Penyakit
Menular Seksual (PMS)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi
yang harus dianggap serius.
B. Patofisiologi
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan
kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada
laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan
seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali,
sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah. Oleh karena letak dan
bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada lakilaki lebih
mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan
sebagian besar gejala yang timbul hampir tak dapat dirasakan. Cara
penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan
seksual yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara
penularan lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama
kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfusi
darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. Dan
juga bisa melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah
dipakai penderita Penyakit Menular Seksual (PMS).
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah :
3
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan
menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative
tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai
penderita PMS.
4
3. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,
penis, atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
4. HIV AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
5. Cangkroid
Cangkroid merupakan penyakit menukar seksual yang disebabkan oleh
Hemophilus ducreyi, dimana terjadi luka terbuka (ulkus, borok) pada alat
kelamin yang sifatnya menetap dan terasa nyeri.
6. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitrnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks
7. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau
uretra yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
5
Menstruasi atau haid tidak teratur.
Rasa sakit di perut bagian bawah.
Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin.
2. Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
Rasa sakit atau panas saat kencing.
Keluarnya darah saat kencing.
Keluarnya nanah dari penis.
Adanya luka pada alat kelamin.
Rasa gatal pada penis atau dubur
E. Pengobatan
Penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara,
bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case management) ataupun
penanganan berdasarkan sindrom (syndrome management). Penanganan
berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian terapi
antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba,
tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif.
Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi
dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan
pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom.
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan
berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya
penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris.
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah :
1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson,
spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin.
2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin,
tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole.
6
F. Konsep / Cara penanggulangan masalah
Adapun upaya penanggulangan Penyakit Menular Seksual yang dapat
dilakukan adalah:
a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada
pasangannya.
d. Hindari penggunaan pakaian dalam serta handuk dari penderita
PMS.
e. Tawakal pada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Bila nampak gejala-gejala PMS segera ke dokter atau petugas
kesehatan setempat.
7
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorrhea
A. DEFINISI
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang
penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-
genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan,
dan konjungtiva.
B. PENYEBARAN
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen.
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
D.MANIFESTASI KLINIS
Pada pria:
Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri
ketika berkemih Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai
dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
Retensi urin akibat inflamasi prostat
Keluarnya nanah dari penis.
Pada wanita:
Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau
bulan(asimtomatis)
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
Nyeri ketika berkemih
Keluarnya cairan dari vagina
Demam
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum
serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus,
dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman
disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak
merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
8
E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
E.KOMPLIKASI
Komplikasi pada pria:
– Prostatitis
– Cowperitis
– Vesikulitis seminalis
– Epididimitis
– Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
Komplikasi pada wanita:
– Komplikasi uretra
– Bartholinitus
– Endometritis dan metritis
– Salphingitis
G. PENGOBATAN
1. Medikamentosa
9
o Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak
‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih
tetap merupakan pengobatan pilihan.
o Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
o Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang
peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
o Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
o Bahaya penyakit menular seksual
o Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
o Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
o Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
o Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Konsep Keperawatan
a. pengkajian
1. identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).
4. Riwayat penyakit sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,, S = Kaji skala nyeri untuk
dirasakan
10
T = Kapan keluhan dirasakan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita sekarang.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tingkatkesadaran
b. Pengkajian Persistem
Sistem integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
Sistem kardivaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal/ mengalami gangguan
Sistem pernapasan
Amati pola pernapasan
Auskultasi paru-paru
Kaji faring, apakah ada peradangan/tidak.
Sistem penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan/ tidak.
Sistem pencernaan
Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil
Apakah terdapat diare/ tidak
Sistem perkemihan
Biasanya pasien mengalami disuria dan kadang – kadang ujung uretra disertai
darah.
Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pasien tidak mengalami kesulitan bergerak.
Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi
Kebutuhan nutrisi
Kaji intak dan out put nutrisi dan cairan.
(biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu).
Kebutuhan eliminasi
Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak)
Kebutuhan alvi
Kaji warna, konsistensi, dan bau.
Kebutuhan aktivitas
Klien dengan GO biasanya aktivitasnya sering tergangu.
Kebutuhan kebersihan diri
Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong kuku.
11
Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.
Intervensi :
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor- faktor presipitasi.
b) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
g) Berikan analgesik sesuai anjuran
h) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan.
12
Hipertermi b.d reaksi inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
13
Menunjukkan fleksibilitas peran
Intervensi:
a) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu,
ekspresi cemas non verbal)
b) Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
c) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
d) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat e) Sediakan
informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis
Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
14
c) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan,
pekerjaan)
d) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e) Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi
BAB III
PENUTUP
15
A. Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. Cara penularan Penyakit Menular Seksual ini
terutama melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik
pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal,
yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun
setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah. Penanganan pasien infeksi menular
seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan
kasus(case management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom
(syndrome management).
Adapun upaya penanggulangan Penyakit Menular Seksual yang
dapat dilakukan adalah:
a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada
pasngannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Mardiana 2010. Mengenal,mencegah,dan mengobati penularan penyakit dari
infeksi. Yogyakarta citra pustaka
https://id.scribd.com/document/365865406/Asuhan-Keperawatan-Pms