Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP TEORI ASKEP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen pengampu : Rina Nuraeni, S.Kep.,Ners.,M.Kes

Di susun oleh :

1. Agus Muhammad R 21142011002


2. Ilham Rahayu 21142011018
3. Ita Rosita 21142011022
4. Novita Salsabila 21142011035
5. Siska Puspita 21142011041
6. Tika Siti N A 21142011043
7. Yusril Syam T 21142011046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS YPIB


MAJALENGKA

2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Than Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang
berjudul “Transkultural Nursing pada Penyakit Menular”.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada seluruh pihak yang


berkontribusi dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah psikososial Budaya dalam Keperawatan, Ibu Yeti
Yuwansyah, S.S.T.,M.Kes yang telah membimbing kami selama perkuliahan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat dibutuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah
berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.

Majalengka, 30 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
BAB II..................................................................................................3
PEMBAHASAN……………………………………………………3
2. Pengertian Penyakit menular................................................3
3. Cara pencegahan dan penanggulangan penyakit menular 4
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran


menyebabkan diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai
penyebab penyakit hubungan seksual. Sebagian besar penyakit tersebut
bisa disembuhkan kecuali AIDS. Di indonesia penyakit ini sudah banyak
menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat, penyakit ini
dapat melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap
berbagai bakateri, protozoa, jamur dan Virus lainnya.
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah
penyakit yang timbul akibat hubungan seksual, dari sudut etimologi
ternyata penyakit hubungan seksual berkembang sangat cepat berkaitan
dengan pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya
kemakmuran, serta terjadi perubahan perilaku seksual yang makin bebas
tanpa batas. Demikian untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
keluarga telah ditemukan lima penyakit hubungan seksual yang banyak
dijumpai sebagai upaya untuk lebih memperhatikan kesehatan reproduksi
sehingga lebih menjamin peningkatan sumber daya manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Penyakit Menular Seksual
2. Patofisiologi Penyakit Menular Seksual
3. Etiologi / Faktor Penyebab Penyakit Menular Seksual
4. Jenis – jenis Penyakit Menular Sekual
5. Pengobatan Penyakit Menular Sekual
6. Konsep / cara penanggulangan masalah Penyakit Menular Sekual

1
C. Tujuan
a) Tujuan umum
Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi terutama
tentang Penyakit Menular Sekaual (PMS), agar mahasiswa mampu
memahami lebih detail tentang PMS.
b) Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Untuk mengetahui etiologi / faktor penyebab Penyakit Menular Seksual
(PMS).
4. Untuk mengetahui jenis – jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
5. Untuk mengetahui pengobatan Penyakit Menular Seksual (PMS).
6. Untuk mengetahui konsep / cara penanggulangan masalah Penyakit
Menular Seksual (PMS)

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi
yang harus dianggap serius.
B. Patofisiologi
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan
kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada
laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan
seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali,
sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah. Oleh karena letak dan
bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada lakilaki lebih
mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan
sebagian besar gejala yang timbul hampir tak dapat dirasakan. Cara
penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan
seksual yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara
penularan lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama
kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfusi
darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. Dan
juga bisa melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah
dipakai penderita Penyakit Menular Seksual (PMS).
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah :

1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).


2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi

3
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan
menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative
tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai
penderita PMS.

C. Etiologi / Faktor penyebab


Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, yakni:

a) Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,


Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis,
Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp,
Streptococcus group B, Mobiluncus sp.
b) Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia.
c) Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan 2),
Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus,
d) Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei.

D. Jenis-jenis penyakit menular seksual


1. Gonore
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum
dan tenggorokan atau bbagian putih mata (konjungtiva).
2. Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
Pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh maniusia melalui selaput
lendir (vagina dan mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam bakteri
akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudin menyebar
keseluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin
selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.

4
3. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,
penis, atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
4. HIV AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
5. Cangkroid
Cangkroid merupakan penyakit menukar seksual yang disebabkan oleh
Hemophilus ducreyi, dimana terjadi luka terbuka (ulkus, borok) pada alat
kelamin yang sifatnya menetap dan terasa nyeri.
6. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitrnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks
7. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau
uretra yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Gejala umum penyakit menular seksual :


1. Pada anak perempuan gejalanya berupa:
 Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan
warnanya kekuningankuningan, berbau tidak sedap.

5
 Menstruasi atau haid tidak teratur.
 Rasa sakit di perut bagian bawah.
 Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin.
2. Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
 Rasa sakit atau panas saat kencing.
 Keluarnya darah saat kencing.
 Keluarnya nanah dari penis.
 Adanya luka pada alat kelamin.
 Rasa gatal pada penis atau dubur

E. Pengobatan
Penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara,
bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case management) ataupun
penanganan berdasarkan sindrom (syndrome management). Penanganan
berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian terapi
antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba,
tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif.
Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi
dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan
pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom.
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan
berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya
penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris.
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah :
1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson,
spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin.
2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin,
tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole.

6
F. Konsep / Cara penanggulangan masalah
Adapun upaya penanggulangan Penyakit Menular Seksual yang dapat
dilakukan adalah:
a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada
pasangannya.
d. Hindari penggunaan pakaian dalam serta handuk dari penderita
PMS.
e. Tawakal pada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Bila nampak gejala-gejala PMS segera ke dokter atau petugas
kesehatan setempat.

7
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorrhea
A. DEFINISI
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang
penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-
genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan,
dan konjungtiva.
B. PENYEBARAN
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
C. ETIOLOGI

 Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen.
 Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
D.MANIFESTASI KLINIS
Pada pria:
 Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
 Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri
ketika berkemih Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai
dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
 Retensi urin akibat inflamasi prostat
 Keluarnya nanah dari penis.
Pada wanita:

 Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
 Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau
bulan(asimtomatis)
 Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
 Nyeri ketika berkemih
 Keluarnya cairan dari vagina
 Demam
 Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum
serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual

Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus,
dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman
disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak
merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

8
E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

E.KOMPLIKASI
Komplikasi pada pria:
– Prostatitis
– Cowperitis
– Vesikulitis seminalis
– Epididimitis
– Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
Komplikasi pada wanita:
– Komplikasi uretra
– Bartholinitus
– Endometritis dan metritis
– Salphingitis

G. PENGOBATAN
1. Medikamentosa

9
o Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak
‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih
tetap merupakan pengobatan pilihan.
o Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
o Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang
peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
o Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
o Bahaya penyakit menular seksual
o Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
o Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
o Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
o Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

ASUHAN KEPERAWATAN
B. Konsep Keperawatan
a. pengkajian
1. identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).
4. Riwayat penyakit sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,, S = Kaji skala nyeri untuk
dirasakan

10
T = Kapan keluhan dirasakan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita sekarang.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tingkatkesadaran
b. Pengkajian Persistem

 Sistem integumen
 Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
 Sistem kardivaskuler
 Kaji apakah bunyi jantung normal/ mengalami gangguan
 Sistem pernapasan
 Amati pola pernapasan
 Auskultasi paru-paru
 Kaji faring, apakah ada peradangan/tidak.
 Sistem penginderaan
 Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan/ tidak.
 Sistem pencernaan
 Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil
 Apakah terdapat diare/ tidak
 Sistem perkemihan
 Biasanya pasien mengalami disuria dan kadang – kadang ujung uretra disertai
darah.
 Sistem Muskuluskeletal
 Biasanya pasien tidak mengalami kesulitan bergerak.
 Anus
 Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi

7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

 Kebutuhan nutrisi
 Kaji intak dan out put nutrisi dan cairan.
 (biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu).
 Kebutuhan eliminasi
 Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak)
 Kebutuhan alvi
 Kaji warna, konsistensi, dan bau.
 Kebutuhan aktivitas
 Klien dengan GO biasanya aktivitasnya sering tergangu.
 Kebutuhan kebersihan diri
 Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong kuku.

11
 Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.

8. Pengkajian psikososial dan spiritual

 Psikologis : biasanya pasien merasa gelisah dan distres adanya ketakutan.


 Sosial : biasanya pasien merasa kesepian dan takut ditolak dalam
pergaulan
 Spiritual : bagaimana ibadah pasien selama sakit.

1. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


Nyeri b.d reaksi infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

 Mengenali faktor penyebab


 Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
 Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
 Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Intervensi :
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor- faktor presipitasi.
b) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
g) Berikan analgesik sesuai anjuran
h) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan.

12
Hipertermi b.d reaksi inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

 Suhu dalam rentang normal


 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi:
a) Monitor vital sign
b) Monitor suhu minimal 2 jam
c) Monitor warna kulit
d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh f) Kompres klien pada lipat
paha dan aksila
g) Berikan antipiretik bila perlu

Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

 Urin akan menjadi kontinens


 Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang
yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi:
a) Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan
tepat
b) Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan

Cemas b.d penyakit


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

 Tidak ada tanda-tanda kecemasan


 Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
 Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat

13
 Menunjukkan fleksibilitas peran
Intervensi:
a) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu,
ekspresi cemas non verbal)
b) Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
c) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
d) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat e) Sediakan
informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis

Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

 Bahaya penyakit menular


 Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
 Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat menghindarinya.

Harga diri rendah b.d penyakit


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan positif
untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:
– Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
– Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
– Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil
Intervensi:
a) Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b) Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan

14
c) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan,
pekerjaan)
d) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e) Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. Cara penularan Penyakit Menular Seksual ini
terutama melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik
pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal,
yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun
setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah. Penanganan pasien infeksi menular
seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan
kasus(case management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom
(syndrome management).
Adapun upaya penanggulangan Penyakit Menular Seksual yang
dapat dilakukan adalah:
a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada
pasngannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Mardiana 2010. Mengenal,mencegah,dan mengobati penularan penyakit dari
infeksi. Yogyakarta citra pustaka
https://id.scribd.com/document/365865406/Asuhan-Keperawatan-Pms

Anda mungkin juga menyukai