Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN

Oleh:

HADIS ALAM RAHMADI

08220190059

Pengaruh Jumlah Populasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)

dan Penerapan Pola Tanam Tanaman Hortikultura di Buluballea

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN

Laporan ini Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Melulusi Mata Manajemen Produksi Pertanian

Mengetahui:

Makassar, Juni 2022

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Dr. Ir. Edy, M.P., M.Pd. Megawati Umar, S.P


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang

berjudul “Pengaruh Jumlah Populasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

(Zea mays L.) dan Penerapan Pola Tanam Tanaman Hortikultura di Buluballea”

ini tepat pada waktunya.

Tak lupa pula, penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen, asisten,

teman-teman, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan

praktikum ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

penyusun telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik.

Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan laporan-laporan praktikum penulis selanjutnya.

Makassar, Juni 2022

Penyusun,

(Hadis Alam Rahmadi)


DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGEANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN..................................................................................

1. Latar Belakang....................................................................................

2. Tujuan Praktikum................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................

1. Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.)..........................................

2. Pola Tanam..........................................................................................

III. BAHAN DAN METODE......................................................................

1. Tempat dan Waktu..............................................................................

2. Bahan dan Alat....................................................................................

3. Pelaksanaan Praktikum.......................................................................

4. Pengamatan.........................................................................................

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................

1. Hasil....................................................................................................

2. Pembahasan.........................................................................................

V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................

1. Kesimpulan..........................................................................................

2. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Praktikum Mata Kuliah Manajemen Produksi Pertanian dilakukan

untuk melihat dan melaksanakan secara langsung teknik penanaman jagung

antara satu, dua, dan tiga tanaman perlubang yang dilakukan di Greenhouse

Fakultas Pertanian UMI. Selain penanaman langsung juga ada kunjungan

lapangan untuk melihat secara langsung bentuk pola tanam yang diterapkan.

Adapun praktikum akan dilakukan dengan berkunjung ke lokasi pertanaman

sayuran di Malino untuk melihat secara langsung teknik penanaman sayuran

dan pola tanam yang digunakan. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu

tanaman pangan yang digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah padi

di Indonesia. Suarni dan Yasin (2011) memaparkan bahwa jagung merupakan

sumber protein yang penting bagi masyarakat. Jagung mengandung serat

pangan yang dibutuhkan tubuh seperti asam lemak esensial, isoflavon,

mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten, komposisi

asam amino esensial, dan lainnya. Pada tahun 2016, pemerintah memutuskan

untuk mengimpor jagung sebanyak 2,4 juta ton sebagai pakan ternak.

Kebutuhan jagung nasional terus meningkat mencapai 8,6 juta ton per tahun

atau sekitar 665 ribu ton/bulan (Kemenperin, 2016). Menurut BPS 2016

bahwa pada tahun 2011-2015, laju pertumbuhan luas areal panen jagung

mengalami fluktuatif, sedangkan untuk rata-rata produksi jagung di Indonesia

pada tahun 2011-2015 sebesar 49,69 ku/ha. Jagung merupakan salah satu

tanaman pangan yang digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah padi
di Indonesia. Jagung sebagai sumber protein yang penting bagi masyarakat

mengandung serat pangan yang dibutuhkan tubuh seperti asam lemak

esensial, protein, isoflavon, mineral, betakaroten, komposisi asam amino

esensial, dan lainnya. Pada tahun 2016, produksi tanaman jagung di Indonesia

adalah 23.578 ton dengan luas panen 4.444 ha dan produktivitas 53,05 ku/ha.

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman

dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi

tanaman per tahun atau tanam ganda (Yuwariah, 2011). Hasil tanaman jagung

dapat ditingkatkan dengan penggunaan benih yang berkualitas, sehingga

diperlukan varietas unggul. Penggunaan benih jagung hibrida merupakan

salah satu langkah untuk meningkatkan hasil tanaman jagung dari segi

produktivitas, resisten terhadap hama penyakit, responsif terhadap unsur hara

tertentu, memiliki daya tumbuh yang baik. Salah satu upaya tanam ganda

untuk meningkatkan produksi yaitu melalui tumpangsari. Tumpangsari adalah

sistem pertanaman dua jenis atau lebih tanaman secara serempak pada lahan

yang sama dalam waktu satu tahun (Beets, 2014). Sistem tanam tumpangsari

serealia dengan legum yang biasa digunakan petani tidak selalu memberikan

hasil yang baik dikarenakan pemilihan varietas yang tidak sesuai (Belel et al.,

2012).

Sistem tanam tumpangsari juga dapat mengurangi kegagalan panen

Keuntungan yang lebih pada hasil telah diketahui pada banyak sistem

tumpangsari, termasuk jagung-kedelai,kedelai-sorgum, jagung-kacang

panjang
(Rezvani dkk, 2011). Tumpangsari juga bermanfaat dalam peningkatan musu

h alami dalam pengendalian hamatanaman.Tumpangsari berperan dalam menin

gkatkan keanekaragaman serangga dan menjaga kestabilan agroekosistem. Salah

satu kestabilan agroekosistem ditunjukan dengan keseimbangan antara

serangga hama dengan serangga yang berpotensi sebagai musuh alami

sehingga kerusakan tanaman dapat berkurang di bawah ambang ekonomi

(Siagian, 2019).

2. Tujuan Praktikum

1) Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi antar perlakuan

satu, dua dan tiga tanaman per lubang tanaman.

2) Untuk mengetahui jenis pola tnam yang diterapkan di lahan pertanaman

sayuran Malino.
II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Jagung ( Zea Mays L ) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan-temuan genetik,

antropologi, dan arkeologi di ketahui bahwa daerah asal jagung adalah

Amerika Tengah (Anonim, 2012).

Klasifikasi dari tanaman jagung yaitu Kingdom : Plantae (Tumbuhan),

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi :

Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan

berbunga), Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil), Sub Kelas :

Commelinidae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae(suku rumput-rumputan),

Genus : Zea, Spesies : Zea mays L. (Rukmana, 2017).

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap

perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh

hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak

seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya

tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2018).

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut

dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau

penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan
embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke

permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3.

Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung

mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara

berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan

tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal

hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan

dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar

adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar

adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi

dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi

rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan

akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas,

pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan

(Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).

Untuk dapat mencapai hasil yang tinggi dalam budidaya tanaman jagung

faktor utama yang harus diperhatikan kemarin adalah varietas jagung yang

akan ditanam, kesuburan tanah dan air yang cukup dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman (OPT).

1) Penentuan waktu tanam

- Perhatiakn ketersedian air selama pertumbuhan tanaman jagung.

- Bertanam dimusim kemarau, apabila tidak tersedia air maka

pertumbuhan tanaman akan terganggu/kerdil.


- Bertanam dimusim hujan apabila drainase atau pengaturan airnya

tidak lancar tanaman akan tergenang apabila tergenang 2 hari akan

terjadi pembusukan akar.

- Sehingga untuk penentuan waktu tanam perlu dilakukan survey air

terhadapa lahan yang akan ditanami jagung.

2) Penyiapan lahan, dapat dilakukan dengan 2 cara:

- Tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanam minimum (minimum tillage)

pada lahan sawah setelah padi. Bila gulma sudah bersih langsung bisa

ditanami. Tetapi gulma masih banyak bisa disemprot dulu dengan

herbisida.

- Olah tanam sempurna (OTS) pada lahan kering. Tanah diolah dengan

dibajak atau ditarik traktor/sapi atau dapat menggunakan cangkul,

kemudian digaru dan disisir sehingga rata.

3) Persiapan tanam, meliputi:

- Pemilihan varietas berdasarkan pada kesesuaian lokasi, ketahan

terdapap OPT dan keinginan petani.

- Penggunaan varietas unggul akan memberikan hasil yang tinggi.

- Pilih varietas dengan benih berdaya tinggi, tahan terhadap penyakit

dan deraan lingkungan setempat. Misalnya, benih bermutu


mempunyai tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 95%)

dan berlabel.

- Benih bermutu akan tumbuh serentak dan lebih cepat, menghasilkan

tanaman yang sehat, tahan rebah, seragam dan berpotensi hasil tinggi.

- Keperluan benih 20kg/ha.

- Perlakuan benih (seed tratment) menggunakan metalaksil mencegah

penyakit buah

4) Penanaman

- Jarak tanam yang dianjurkan 70-80 cm x 20 cm, dengan 1 tanaman

perlubang atau 70-80 cm x 40 cm dengan 2 tanaman perlubang.

- Benih yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 95% dapat memenuhi

populasi tanam 66 ribu-75 ribu tanaman/ha.

- Masukkan benih dalam lubang tanam, tutup dengan atau pupuk

kandang.

- Dalam budidaya jagung tidak dianjurkan menyulam karena pengisisan

biji dari tanaman sulaman tidak optimal. Penyulaman dapat dilakukan

dengan tanaman yang sama umurnya dengan tanaman yang mati dan

dilakukan saat tanaman berumur sekitar 1 minggu. Oleh karena itu,

penananam benih pada polybag untuk persiapan penyulaman

dilakukan pada hari yang sama pada penanaman di lapangan.

5) Pemupukan

- Pupuk kandang 1-3 ton/ha, diberikan pada lubang tanam.


- Pupuk yang diberikan yaitu urea 450 kg/ha, SP-36 100-150 kg/ha dan

KCL 50-100 kg/ha diberikan 2 kali, yaitu :

a. Umur 7-10 hari setelah tanam urea 150 kg, seluruh dosis SP-36

dan seluruh dosis KCL.

b. Umur 30-35 hari setelah tanam, diberikan sisa urea 300 kg.

- Kalau menggunakan pupuk majemuk maka pupuk yang diberikan urea

300 kg/ha, phonska 350 kg/ha, KCL 50-100 kg/ha, diberikan 2 kali,

yaitu :

a. Umur 7-10 hari setelah tanam urea 200 kg, phonska 250 kg dan

seluruh dosis pupuk KCL.

b. Pada umur 30-35 hari setelah tanam diberikan sisa urea 100 kg

dan sisa phonska 100 kg.

- Pada lahan kering pemberian pupuk P dan K dapat menggunakan

PUTK (perangkat uji tanah lahan kering) dan unruk pemberian N

(urea) menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dimulai pada umur

tanaman 40-45 hari setelah tanam

6) Pemeliharaan tanaman meliputi :

- Penyulaman, disarankan antara 7-14 hst dengan tanaman yang sama

umurnya dengan tanaman yang mati atau tidak tumbuh

- Penyiangan I dilakukan pada 15 hst + pembumbunan + pengairan

(kemarau).

- Penyiangan II dilakukan pada 20-30 hst + pembumbunan + pengairan

(kemarau).
- Pengairan dilakukan pada 40, 60, 75 hst (kemarau).

7) Pengendalian hama dan penyakit

- Penyakit yag sering menyerang tanaman adalah bulai. Dikendalikan

dengan cara perlakuyan benih sebelum ditanam yaitu : 1 kg benih + 2

g ridomil + ( 7,5-10 ml air)

- Hama yang biasa ditemui dalam pertanaman jagung adalah penggerek

batang, dikendalikan dengan pemberian furadanlewat pucuk kurang

lebih 3-4 butir/tanaman.

- Beberapa jenis penyakit akibat kekurangan unsur hara:

a. Gejala kekurangan nitrogen (N) : daun berwarna kuning pada

ujung daun melebar menuju tulang daun. Warna kuning

membentuk huruf V. Gejala tampak pada bagian bawah daun.

b. Gejala kekurangan phospor (P) : pinggir daun berwarna ungu-

kemerahan mulai dari ujung daun ke pangkal daun. Gejala

nampak pada bagian bawah.

c. Gejala kekurangan sulfur (S) : pangkal daun berwarna kuning.

Gejala nampak pada dun yang terletak dekat pucuk.

8) Panen

- Ciri ciri jagung siapa penen yaitu, kelobat cokelat, kering dan rambut

hitam, biji mengkilap dan bila ditekan kuku tidak membekas.

- Cara panen : jika kering dipohin langsung dipanen atau mesin, dan jika

agak basah dijemur dua hari dengan tongkol dan dirontok.


- Kadar air panen (28-30 %).

- Dipisahkan tongkol (biji) yang rusak dengan yang baik lalu dipipil.

- Jika akan akan disimpan maka harus dijemur ( dikeringkan ) sampai

dengan kadar air 14%

2. Pola Tanam

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :

a. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman

(umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung

dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi

gogo.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang

tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat

keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang

tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan menyisipkan

satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam

yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan

kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping) : penanaman terdiri beberapa

tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua

tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan

penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.


III. BAHAN DAN METODE

1. Tempat dan waktu

Praktikum dilakukan di GreenHouse Fakultas Pertanian Universitas

Muslim Indonesia (UMI) yang dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2022,

pukul 08:00 WITA dan Praktikum Kunjungan Lapangan di Kelurahan

Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi

Selatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2022.

2. Bahan dan alat

Bahan yang digunakan pada Praktikum Manajemen Produksi Pertanian

tentang Pengaruh Jumlah Populasi terhadap Pertumbuhan tanaman Jagung

yaitu biji jagung, tanah, pupuk urea, pupuk organik, polybag, dan gelas aqua.

Sedangkan alat yang digunakan pada Praktikum Manajemen Produksi

Pertanian yaitu buku, pulpen, handphone, dan sekop.

3. Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan Praktikum Manajemen Produksi Pertanian dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Mencampurkan tanah yang dibawa masing-masing menjadi satu.

c. Mengisi polybag dengan tanah yang sudah tercampur dengan sekam.

d. Tugalkan 2-3 cm tanah lalu masukkan biji sesuai dengan arahan, yakni 3

biji setiap polybag.

e. Menimbun kembali biji jagungnya dengan tanah sampai tertutup.

f. Menyiram tanah dengan air yang cukup.


g. Melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman setiap minggunya.

h. Melakukan pemupukan pertama jagung menggunakan NPK pada umur 14

hst atau 2 minggu setelah tanam.

i. Mengamati perubahan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah

daun, umur berbunga, jumlah buah dan berat buah

4. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan pada praktikum ini, yaitu :

a) Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman diukur menggunakan meteran atau mistar

dengan cara mengukur dari pangkal tanaman jagung sampai pada daun

yang paling tinggi, pengukuran tersebut dilakukan setiap minggunya

tepatnya pada hari sabtu sesuai dengan ketentuan, mulai dari minggu

pertama sampai dengan minggu ke-11.

b) Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah

daun pada setiap tanaman, penghitungan dilakukan setiap hari sabtu

mulai dari minggu pertama setelah muncul dan terbentuknya daun

secara sempurna sampai minggu ke-11

c) Umur Berbunga

Penghitungan umur berbunga dilakuakan dengan mengamati tanaman

jagung setiap minggunya, umur berbunga dapat dihitung mulai dari hari

penanaman sampai tanaman muncul bunga.


d) Jumlah Buah

Penghitungan jumlah buah dapat dilakukan dengan cara menghitung

buahnya secara langsung kecuali tanaman jagungnya gagal berbuah.

e) Berat Buah

Penghitungan berat buah dapat dilakukan setelah tanaman jagung

dipanen, berat buah basah dan kering dapat dilakukan dengan

menggunakan timbangan yang sesuai dengan pengukuran yang

diinginkan.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Praktikum di Greenhouse

1) Tinggi Tanaman

Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.)(cm)


Pengamatan Tinggi Tanaman

Tanaman 1 Tanaman 2

Minggu ke-1 19 12

Minggu ke-2 46 38

Minggu ke-3 78 56

Minggu ke-4 87,5 68,1

Minggu ke-5 105 69

Minggu ke-6 109 72

Minggu ke-7 113 82

Minggu ke-8 104 83

Minggu ke-9 121 84

Minggu ke-10 122 85

Sumber : Data Primer, 2022.

Adapun hasil yang didapatkan dari Tabel 1. Pertumbuhan

tanaman jagung mengalami pertumbuhan yang signifikan pada minggu

ke 1 hingga minggu ke 8, pada minggu ke 3 mengalami peningkatan

signifikan yang nyata setelah di beri pupuk jenis Urea sebanyak 1 tutup

botol air mineral, sedangkan pada minggu ke 9 hingga selesai tinggi


tanaman tidak mengalami perubahan dikarenakan pertumbuhan sudah

memasuki fase generatif sehingga pemberian pupuk pada minggu ke 6

tidak mengalami perubahan yang banyak. Kesuburan tanah dinilai

berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro

maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang (Bustami et al.,

2012). Menurut Muyassir (2013), salah satu hara makro yang dibutuhkan

tanaman jagung selama siklus hidupnya adalah hara nitrogen. Sumber

hara tersebut dapat berasal dari pupuk sintetis seperti urea, ZA dan lain-

lain. Nitrogen adalah salah satu dari unsur penting untuk pertumbuhan

tanaman, yang berfungsi tidak hanya meningkatkan pertumbuhan

tanaman tetapi juga sebagai unsure pembentuk protein (Zhang dkk,

2012).

1)

Tabel 2 Pengamatan jumlah daun pada tanaman jagung

Jumlah daun

Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3

Minggu ke-1 2 2 2

Minggu ke-2 4 4 4

Minggu ke-3 5 4 5

Minggu ke-4 6 4 7

Minggu ke-5 5 4 5

Minggu ke-6 9 7 8

Minggu ke-7 4 4 4
Minggu ke-8 4 4 4

Minggu ke-9 5 5 6

Minggu ke-10 5 5 6

Sumber : Data Primer 2022

Pada Tabel 2. Diketahui pada minggu ke 1 jumlah daun sebanyak 2 helai

lalu mengalami peningkatan secara signifikan hingga minggu ke 3. Pada

minggu ke 4 hingga akhir tidak mengalami pertambahan yang siginifikan

dikarenakan pada fase ini tanaman sudah tidak mengalami pertambahan jumlah

daun tetapi fokus ke fase vegetatif. Dalam pengamatan yang dilakukan minggu

ke-5 daun mengalami putih kekuningan hal ini sesuai ketersediaan unsur N

pada tanaman jagung yang tidak cukup. Pada minggu ke-6 setelah pemupukan

terjadi perubahan pada daun yang lebih lebar dari sebelumnya. Adanya nutrisi

yang cukup memungkinkan daun muda maupun tua memenuhi kebutuhan

nutrisinya, dan nutrisi yang terbatas lebih sering didistribusikan ke daun–daun

muda, sehingga mengurangi laju fotosintesa pada daun yang tua. Menurut

Gardner et al. (Wahida et al., 2011), Daun berfungsi sebagai organ utama

fotosintesis pada tumbuhan, efektif dalam penyerapan cahaya dan cepat dalam

pengambilan CO2. Fungsi Nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea adalah

untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman terutama di daun,

pertunasan, menambah tinggi tanaman dan jika unsur nitrogen cukup tersedia

akan mempercepat sintesis karbohidrat menjadi protoplasma dan protein,

dimana protoplasma dan protein digunakan untuk menyusun sel-sel jaringan

tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi bertambah tinggi dan besar


(Marisi Napitupulu, 2013). Dengan pemupukan N yang cukup, maka

pertumbuhan organ-organ tanaman akan sempurna dan fotosintesis yang

terbentuk akan meningkat, yang pada akhirnya mendukung produksi tanaman.

Kekurangan unsur N akan mengganggu proses pertumbuhan, antara lain

tanaman tumbuh kerdil, menguning dan berkurangnya berat kering dan hasil

panen. Hal ini membuktikan bahwa jagung merupakan tanaman yang perlu

unsur hara khususnya N dalam jumlah cukup selama pertumbuhannya. Dengan

kecukupan N selama pertumbuhan, maka daun-daun tua dibagian bawah

tanaman tidak perlu menstrasfer kebutuhan nutrisinya ke daun-daun muda yang

baru tumbuh, yang pada akhirnya akan meningkatkan laju fotosintesa. Kahar,

(2022) mengemukakan bahwa pemupukan ditujukan untuk menambah jumlah

dan tingkat ketersediaan unsur hara didalam tanah baik unsur hara makro

maupun unsur hara mikro, dengan tersedianya unsur hara yang sesuai dengan

kebutuhan tanaman bukan hanya merangsang pertumbuhan dan perkembangan

tanaman akan tetapi tanaman tersebut dapat pula menjaga kestabilan

produksinya. Faktor lain yang terjadi pada tanaman setelah umur 28 hst atau

sekitaran minggu ke-4 yaitu hampir semua tanaman jagung manis terserang

bulai, walaupun sudah diberikan penyemprotan dengan fungisida namun tidak

bisa mencegah penyebaran penyakit bulai. Gejala khas bulai adalah adanya

warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara

daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti

tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman

jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak


berbentuk, daun-daun terpuntir serta bunga jantan menjadi massa daun yang

berlebihan (Balai Penelitian Serealia, 2017).

2. Praktikum di Malino

Praktikum di daerah Malino merupakan praktikum pengamatan mengenai

budidaya tanaman hortikultura yang berada di Lingkungan Buluballea. Pada

lokasi ini, praktikan mewawancarai narasumber yang bernama bapak Haerul

Risal atau kerap dipanggil dengan bapak Heru. Adapun beberapa hal yang

praktikan peroleh dari praktikum ini yaitu sebagai berikut.

1. Jenis tanaman

Pak Heru menanam beberapa jenis tanaman seperti kentang sebagai

tanaman utama yang dibudidayakan dan beberapa tanaman selingan

seperti wortel, kubis dan bawang daun. Guna dilakukannya penanaman

dengan tanaman selingan agar hama penyakit dari tanaman utama dapat

berkurang atau teratasi.

2. Sistem budidaya

1) Waktu penanaman

Pak Heru menanam tanaman selingannya (wortel, kubis dan

bawang daun) pada saat bulan Februari, Maret, April dan Mei

sedangkan tanaman utama (kentang) ditanam pada saat memasuki


bulan Juli, Agustus dan September. Kadar pH yang baik pada saat akan

dilakukan penanaman yaitu kadar pH netral (7).

2) Rotasi tanaman (pergantian tanaman)

Dalam 1 ha pak Heru membutuhkan bibit kentang sebanyak 1,2

ton, biasanya varietas yang paling baik untuk tanaman kentang yaitu

varietas G2-G4.

Sedangkan benih wortel dibutuhkan sebanyak 45 kg benih untuk

1 ha, untuk mendapatkan benih yang bagus untuk dibudidayakan

biasanya pak Heru dan rekan mengamati langsung pada saat

pemanenan sayur apabila sayur tersebut memenuhi kriteria untuk

pembibitan, maka sayur tersebut akan ditindaklanjuti dengan menanam

kembali sayur tersebut dan menyisakan ¼ dari batang wortel kemudian

ditunggu hingga wortel berbunga dan bunga tersebut dikeringkan.

Adapun kriteria dari bibit wortel yang baik yaitu berbentuk sempurna

dengan ujung wortel berbentuk oval dan tidak runcing.

Pada saat menanam urutan tanam yang biasa pak Heru lakukan

yaitu kentang, wortel, kubis kemudian bawang daun. Akan tetapi

terkadang penanaman wortel dapat bertukar dengan kubis seiring

dengan permintaan pasar ataupun membludaknya produk dipasaran.

3) Jarak tanam

Adapun jarak tanam yang digunakan pada tanaman wortel yaitu

menggunakan jarak 15x15 cm untuk pembenihan dan jarak tanam

75x25 cm untuk konsumsi dengan lebar petakan 5 m. Karena pak Heru


menggunakan sistem rotasi tanaman jadi bedengan bekas penanaman

kentang digunakan untuk tanaman yang lainnya juga, akan tetapi

hanya menggunakan jarak tanam 75x25 cm.

4) Pola tanam

Pola tanam yang digunakan ada dua jenis yaitu monokultur dan

polikultur (tumpang sari). Tanaman yang menggunakan pola tanam

monokultur yaitu kentang dan wortel, sedangkan tanaman yang

biasanya ditumpangsarikan yaitu kubis dengan bawang daun. Alasan

pak Heru menggunakan pola tanam monokultur untuk tanaman

kentang dan wortel karena pak Heru tidak menginginkan adanya

persaingan unsur hara dan hasil produksi yang kurang maksimal, selain

itu tanamn kentang dan wortel memiliki tajuk yang tinggi sehingga

tanaman susah untuk ditumpang sarikan.

5) Pemupukan

Adapun jenis pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman

kentang yaitu pupuk kendang, NPK, Urea, Phonska dan ZA. Pupuk

kendang diberikan pada saat sebelum penanaman sebanyak 20

ton/hektar sedangkan pupuk yang lainnya diberikan pada saat tanaman

sudah mulai tumbuh dimana pupuk NPK, Urea, Phonska dan ZA

dicampurkan dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 5-8 gr/pohon.

Selain tanaman kentang yang diberi pemupukan juga tanaman kentang

dan kubis yang diberikan pupupk phospor dan kalium.

6) Hama serta perncegahannya


Adapun hama utama yang sering menyerang tanaman yaitu hama

ulat, dimana hama ini menyerang tanaman dan dapat mengakibatkan

gagal panen dan kerugian yang besar. Selain hama ulat, ada juga hama

trips (Thysanoptera) yang menyerang pada sasat musim kemarau dan

adapula hama yang menyerang pada saat musim hujan tiba diantaranya

hama kutu kebul lalat dan kupu-kupu.

Untuk pencegahan hama penyakit pada tanaman dilakukan

penyemprotan herbisida pada saat tanaman sudah muncul 2 daun dan

sebelum pemanenan. Selain herbisida juga dilakukan penyemprotan

insektisida sebelum penanaman tanaman dan sebelum panen agar

hama tidak menurunkan kualitas dari produk sayur.

7) Produksi

Tanaman kentang dipanen setelah berumur 90-100 hari, dimana

produksi dapat mencapai 15-17 ton dalam 1 ha. Di dalam 1 pohon

hasilnya dapat mencapai 15-17 buah, sedangkan tanaman wortel dalam

1 liter benihnya dapat mencapai produksi sebanayak 600 kg.


V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1) Sistem tanam dan pola tanam sangat mempengaruhi hasil produksi

tanaman jagung

2) Hasil produksi yang didapatkan setelah panen sangat rendah karena

terjadinya persaingan dalam mengambil unsur hara untuk pertumbuhan

tanaman.

3) Jenis pola tanam yang diterapkan di lahan perkebunan Malino disesuaikan

dengan tanaman dan kondisi masing-masing petani adapun beberapa pola

tanam yang sering digunakan yaitu: monokultur dan polikultur.

2. Saran

1) Jarak tanam sangat mempengaruhi hasil produksi dari suatu tanaman, oleh

karena itu penting untuk diketahui sistem dan pola tanam yang cocok

untuk suatu tanaman agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2) Sistem tanaman polikultur memang memiliki banyak keuntungan, akan

tetapi perlu diperhatikan setiap pemilihan jenis tanaman yang akan di pilih

untuk mengurangi resiko kegagalan produksi.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z H. Mezori M, dan Duhoky. 2008. Effect of Intercropping System and
Nitrogen Fertilizer on Yield, Yield Componen of Corn (Zea Mays L.)
and Peanut (Arachis Hypogaea L.) J. Dohuk Univ. 11 (1): 2-4
Amjadian, M. Naser L M. Farshadfar dan Mehranoosh G. 2013. Study Of
Intercropping Corn and Soybean in Various Planting Dates. J. Of
Agriculture and Crop Sciences. 5 (20): 2365- 2371
Gofar, Nuni. 2015. Pupuk dan Pemupukan di Lahan Suboptimal. Jakarta :
Polimedia Publishing. Hlm 45 dan 86
Indrawan, R. R., Suryanto, A. and Soeslistyono, R. (2017) ‘Kajian iklim mikro
terhadap berbagai sistem tanam dan populasi tanaman jagung manis
(Zea mays saccharata Sturt.)’, Jurnal Produksi Pertanian, 5(1), pp. 92–
99.
Muyassir. 2013. Respon Jagung Tongkol Ganda (Zea mays L.) terhadap
Pemupukan Urea dan Kompos. J. Manajemen Sumberdaya Lahan 2 (3):
250-254
Nurmas, H. A. (2011) ‘Kajian waktu tanam dan kerapatan tanaman jagung sistem
tumpangsari dengan kacang tanah terhadap nilai ler dan indeks
kompetisi’, Agriplus, 21(1), pp. 61–67.
Rezvani. 2013. Tumpangsari Tanaman Pangan dengan Hortikultura untuk
Meningkatkan Produksi. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang
Sesanti Rizka Novi et al. (2014) ‘Perbandingan Pertumbuhan dan Produksi
Jagung Manis (Zea Mays Saccharata L ) pada Sistem Tanam Satu Baris
dan Dua Baris’, Agrovigor.
Tabri, F., 2013. Pengaruh Kepadatan Populasi Terhadap Hasil Dua Varietas
Jagung Hibrida. Balai Penelitian Serealia. Seminar Nasional Serealia,
2013
Yuwariah, Y. 2011. Peran Tanam Sela dan Tumpangsari Bersisipan Berbasis Padi
Gogo Toleran Naungan. Giratuna. Bandung

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai