Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS TC


IPB 02 DI DESA WERE III KECAMATAN GOLEWA SELATAN KABUPATEN
NGADA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

OLEH:

NAMA : FEBRONIA CESARINA PALDIN

NIM : A0012020022

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN FLORES BAJAWA


2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan yang berjudul “Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Benih Per Lubang
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Padi Varietas TCIPB202102 Di
Desa Were III, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

Disusun Oleh :

Nama : Febronia Cesarina Paldin

Nim : A0012020022

Prodi : Agroteknologi

Bajawa, 25 Maret 2022

Mengetahui

Pembimbing Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil., M. Si (Han) Umbu A. Hamakond, S.TP.,M.T

NIDN. 1514116701 NIDN. 0829069104

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan uji
adaptasi varietas padi unggul sesuai dengan yang diharapkan, hingga penyelesian
laporan hasil uji adaptasi dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Benih
Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Padi Varietas TC IPB
02 Di Desa Were III Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada Provinsi Nusa
Tenggara Timur.”

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan limpah terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesian laporan ini. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan laporan ini
kedepannya.

Bajawa, maret 2022

Penulis

Febronia Cesarina Paldin

iii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ..............................................................................................ii


Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan .......................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................................................4
2.1 Gambaran Umum Padi...............................................................................4

2.2 Morfologi Tanaman Padi..........................................................................5


2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi..................................................................6
2.4 Jenis Tanah................................................................................................7
2.5 Proses Pemupukan....................................................................................7
2.6 Proses Penyiangan.....................................................................................9
2.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit............................................................9
2.8 Panen Dan Pasca Panen...........................................................................13
BAB III Metode Penelitian....................................................................................17
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian................................................................17
3.2 Alat Dan Bahan......................................................................................17
3.3 Metode Penelitian...................................................................................17
3.4 Prosedur Penelitian.................................................................................18
3.5 Variabel Pengamatan..............................................................................19

BAB IV Hasil Dan Pembahasan............................................................................21

iv
4.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan.........................................................21
4.2 Tinggi Tanaman ....................................................................................21
4.3 Panjang Malai..........................................................................................22
4.4 Jumlah Anakan........................................................................................22
4.5 Produk Gabah Isi Dan Gabah Hampa.....................................................23
4.6 Upaya Peningkatan Mutu Dan Produktivitas Tanaman Padi..................23

BAB V Penutup......................................................................................................25

5.1 Kesimpulan.............................................................................................25
5.2 Saran........................................................................................................25

Dokumentasi Kegiatan Penelitian..........................................................................25

Daftar Pustaka........................................................................................................26

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (Oryza Sativa L) merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras


yang memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Yaitu
beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya.
Hal ini menyebabkan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan asupan karbohidrat yang dapat mengenyangkan dan merupakan
sumber karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi,
(Candra.V.Donggulo, 2017, hal. 27).

Uji multi lokasi padi merupakan serangkaian uji adaptasi varietas padi pada
beberapa lokasi berbeda dengan memberikan perlakuan dan menerapkan
rancangan percobaan yang sama untuk mendapatkan varietas padi unggul yang
sesuai dengan iklim dan topografi wilayah uji. Varietas unggul merupakan salah
satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas
produk pertanian. Uji multilokasi ini merupakan salah satu program Tani center
IPB University dan Gerakan Petani Nusantara(GPN) yang dilaksanakan dengan
empat perguruan tinggi mitra Unifersitas Wiralodra Indramayu, Unifersitas
Bojonegoro, Unifersitas Mahasaraswati Bali, serta Sekolah Tinggi Pertanian
Flores Bajawa.

Dalam sistem penanaman padi di Indonesia biasanya menggunakan dua


sistem penanaman yaitu sistem tanam tegel (tradisional) dan sistem tanam jajar
legowo. Sistem tanam tegel (tradisional) adalah penanaman padi dengan jarak
20×20 cm atau lebih rapat dan tidak ada barisan yang dikosongkan. Sedangkan
sistem tanam jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang

1
2

dikembangkan dari sistem tegel yang telah berkembang di masyarakat. Penerapan


cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan yaitu sinar matahari dapat
dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis, pemupukan dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan dilakukan di dalam
lorong-lorong barisan padi, (Usman Made, 2017, hal.213).

Dalam sistem penanaman padi di Indonesia biasanya menggunakan dua


sistem penanaman yaitu sistem tanam tegel (tradisional) dan sistem tanam jajar
legowo. Sistem tanam tegel (tradisional) adalah penanaman padi dengan jarak
20×20 cm atau lebih rapat dan tidak ada barisan yang dikosongkan. Sedangkan
sistem tanam jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang
dikembangkan dari sistem tegel yang telah berkembang di masyarakat. Penerapan
cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan yaitu sinar matahari dapat
dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis, pemupukan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan
disetiap lorong barisan padi, (Nur Magfiroh, 2017, hal. 213). Pengaturan jarak
tanam merupakan salah satu upaya yang dapat menghindari terjadinya tumpang
tindih diantara tajuk tanaman, memberikan ruang bagi perkembangan akar dan
meningkatkan efisiensi penggunaan benih. Jarak tanam juga merupakan salah satu
faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil tanaman padi, (Danuri, 2017, hal.
121-122).

Penggunaan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan


tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami banyak persaingan dalam
hal mengambil air, unsur-unsur hara, dan cahaya matahari. Jarak tanam yang tepat
penting dalam pemanfaatan cahaya matahari secara optimal untuk proses
fotosintesis. Jarak tanam yang lebar memungkinkan tanaman memiliki anakan
yang banyak. Pada jarak tanam 50cm × 50cm, tanaman padi dapat menghasilkan
50-80 anakan dalam satu rumpun. Sebaliknya, jarak tanam yanh sempit hanya
3

menghasilkan jumlah anakan yang sedikit, (Iskandar M. Lapanjang, 2017,


hal.213).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam
terhadap pertumbuhan dan produktivitas pada varietas tanaman padi?
1.2.2 Upaya apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu produktivitas
varietas tanaman padi?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam
terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi.
1.3.2 Untuk mengetahui upaya yang tepat dalam meningkatkan mutu produktivitas
tanaman padi.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Sebagai syarat dalam menyelesaikan UAS (Ujian Akhir Semester) MBKM
PUSAKA.
1.4.2 Sebagai sarana bahan latihan dalam menghadapi ujian akhir skripsi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Padi


Padi (Oryza Sativa) merupakan salah satu tanaman pangan penting yang
menyediakan lebih dari 20% kalori untuk separuh penduduk bumi, (Ahmad Arif,
2020). Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang berasal dari benua Asia dan
Afrika Barat. Tanaman padi sudah mulai ditanam oleh masyarakat Zhejiang
(Cina) sejak tahun 3.000 sebelum masehi, (Purnamawati, 2007). Bagi bangsa
Indonesia, padi/beras merupakan makanan pokok, oleh sebab itu kebutuhan akan
beras sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Akan tetapi fakta yang
terjadi adalah laju peningkatan produksi padi tidak sebanding dengan laju
pertambahan penduduk, sehingga masih diperlukan mengimpor beras, (Jonner
Purba, 2021, hal.69).
Pada penelitian ini varietas padi yang diuji yaitu TC IPB 01 (Varietas IR 4 ×
Varietas Ciherang), TC IPB 02 (Varietas IR 4 × Varietas Ciherang), TC IPB 03
(Varietas Ciherang × Varietas Kebo Biji Panjang), TC IPB 04 (Varietas Ciherang
× Varietas Kebo Biji Panjang), TC IPB 05 (Gundil Kulit Kuning × Gundik Kulit
Putih), Ciherang (Varietas Pembanding), Inpari 30 (Varietas Pembanding). Padi
ciherang merupakan jenis padi hasil dari persilangan antara padi varietas unggu
dengan padi lokal yang bertujuan untuk menghasilkan varietas padi unggulan.
Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang
memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Beras sebagai
makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya seperti jagung,
umbi-umbian, sagu, dan sumber karbohidrat lainnya, (Usman Made, 2017,
hal.212).
Berdasarkan urutan taksonomi, kalsifikasi tanaman padi sebagai berikut :

4
5

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Divisio : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Sub. Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Class : Monocotyledoneae (tumbuhan berkeping satu)

Ordo : Poales
Family : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza Sativa L.

2.2 Morfologi Tanaman Padi


2.2.1 Akar
Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman untuk dapat
tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk selanjutnya
diteruskan ke organ lainnya di atas tanah yang memerlukan. Akar tanaman
padi termasuk golongan akar serabut. Pertumbuhan dan perkembangan akar
sangat dipengaruhi oleh tersedianya unsur N (Nitrogen), (Yoshida, 1981).
2.2.2 Batang
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa
kimia dan air dalam tanaman, dan sebagai cadangan makanan. Hasil tanaman
yang tinggi harus didukung dengan batang padi yang kokoh. Batang padi
terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Ruas-ruas tersebut
kemudian memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki masa
reproduktif, (De Datta, 1981; Yoshida, 1981).
2.2.3 Daun
Daun merupakan bagian dari tanaman yang berwarna hijau karena
mengandung khlorofil (zat hijau daun). Adanya Khlorofil ini menyebabkan
daun tanaman dapat mengolah sinar matahari menjadi karbohidrat atau energi
6

untuk tumbuh kembangnya organ-organ tanaman. Daun tanaman padi terdiri


atas helai daun, pelepah daun dan lidah daun, (Anonim, 1970).
2.2.4 Bunga
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam
dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga ukuran
yaitu malai pendek (< 20cm), malai sedang (antara 20-30cm), dan malai
panjang (> 30cm).

2.2.5 Buah
Buah padi atau gabah dapat terbentuk apabila telah terjadi penyerbukan
dan pembuahan. Gabah padi varietas ciherang umumnya berbentuk panjang
ramping dan warna gabah kuning bersih. Gabah yang telah dibersihkan
kulitnya disebut beras, (Mudiyono, 2015).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi


Di Indonesia padi ditanam pada dataran rendah sampai dengan 1.300m dpl.
Padi ditanam pada lahan terbuka dan banyak mendapat sinar matahari,
(Soemartono, 1981). Adapun iklim yang cocok untuk tanaman padi adalah tropis
dan subtropis pada 45°LU – 45°LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 1.500 – 2.000 mm/tahun. Di dataran
rendah padi memerlukan ketinggian 0-650m dpl dengan temperatur 27°C,
sedangkan di dataran tinggi 650-1500m dpl dengan temperatur 23°C, (Setyono,
1999).
7

Padi sawah dapat tumbuh di tanah berlempung yang subur dan memiliki
ketebalan 18-22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Untuk mendapatkan
tanah sawah yang memenuni syarat diperlukan pengolahan tanah secara khusus.

2.4 Jenis Tanah


Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu tanah sawah
dengan kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung dengan perbandingan tertentu
yang diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Tanaman padi dapat tumbuh
dengan pH 4-7, (AAK, 2006).
Iklim dan cuaca merupakan lingkungan fisik esensial bagi produktivitas
tanaman padi. Faktor curah hujan dan kelembapan udara merupakan parameter
iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi.
Faktor curah hujan dan kelembapan udara juga merupakan salah satu parameter
iklim yang sangat mempengaruhi tanah untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu
tanah sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan
perbandingan tertentu yang diperlukan air dalam jumlah yang cukup.

2.5 Proses Pemupukan


2.5.1 Pemupukan Dasar
Pupuk merupakan salah satu materian yang ditambahkan kedalam
mediam tanam (tanah) untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
tanaman sehingga mampu memproduksi dengan baik. Material pupuk dapat
berupa bahan organik seperti pupuk kandang, bokashi, kompos, limbah
ternak, sisa panen atau anorganik (mineral), pupuk ini berasal dari proses
rekayasa secara kimia, fisik, atau biologis dan merupakan hasik industri
pembuatan pupuk seperti pupuk NPK, Urea, ZA, KCL, TSP/SP36, (Mulyani,
1995).
Pemberian pupuk kimia dibagi menjadi 3-4 kali, yaitu :
8

 Pemupukan dasar dilakukan pada saat proses pengolahan lahan atau


pada proses peremajaan. Pupuk yang digunakan menggunakan pupuk
organik buatan pabrik atau menggunakan pupuk kandang seperti
kotoran ternak.
 Pemupukan susulan pertanama menggunakan pupuk Urea pada saat
tanaman berumur 7-10 hst dengan tujuan untuk memperkokoh
perakaran. Dengan begitu, akar menjadi maksimal untuk menyerap
kandungan hara yang berada di dalam tanah.
 Pemupukan susulan kedua menggunakan pupuk Urea, ZA, NPK dan
KCL pada saat tanaman berumur 25-30 hst. Dalam kondisi ini
tanaman padi membutuhkan nutrisi yang cukup tinggi untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara secara maksumal.
 Pemupukan susulan ketiga menggunakan pupuk Urea, ZA dan NPK
pada saat tanaman berumur 30-45 hst.

2.5.2 Pemberian Dosis Pupuk Yang Dianjurkan Pemerintah


Teknik pemupukan tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran
secara pasti dosis dan waktu yang ditentukan karena banyak faktor yang harus
diperhatikan. Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di
tempat satu dengan yang lain, tentu juga memerlukan teknik yang berbeda
dalam hal pemupukannya.

Berikut merupakan jenis pupuk dan waktu pemupukan yang tepat pada
tanaman padi :
9

 Pemupukan susulan pertama dilakukan pada saat padi berumur 7-10


hst. Pupuk yang digunakan adalah Urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha
dan KCL 50 kg/ha.
 Pemupukan kedua diberikan pada saat tanaman padi berumur 21 hst,
dengan menggunakan pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.
 Pemupukan susulan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 42
hst, dengan menggunakan pupuk Urea 75 kg/ha dan KCL 50 kg/ha.
2.6 Proses Penyiangan
Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada di sela-
sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah. Tujuan dari
penyiangan adalah untuk membersihkan tanaman yang sakit, mengurangi
persaingan penyerapan unsur hara, mengurangi hambatan produksi anakan, dan
mengurangi persaingan sinar matahari. Adapun metode penyiangan, sebagai
berikut:
 Penyiangan secara manual, dilakukan menggunakan tangan dengan
mencabut rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman pertanian.
 Penyiangan secara kimiawi dengan herbisida, mampu membunuh gulma
namun tidak menyakiti tanaman produksi.
 Penyiangan secara mekanis menggunakan mesin. Berbagai mesin
pertanian dapat digunakan untuk melakukan penyiangan tanpa merusak
tanaman produksi jika tanaman pada alur yang tepat.
2.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsep atau cara berpikir
mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan
pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama
dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang
kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan.
10

1) Hama Tanaman
Hama adalah hewan yang biasa menyerang atau mengganggu tanaman
sehingga tanaman tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Berikut merupakan jenis-jenis hama :
 Tikus
Tikus adalah hewan yang memiliki daya adaptasi dan
perkembangbiakan yang tinggi dan biasanya menyerang tanaman padi
pada malam hari. Cara pengendalian hama tikus yaitu :
a) Menutup lubang di sekitar sawah yang digunakan sebagai
tempat persembunyian.
b) Gunakan ular yang sudah dijinakan untuk mengusir atau
memangsa tikus.
c) Menggunakan pembasmi tikus atau umpan beracun, namun
dalam menerapkan cara inj harus berhati-hati.
 Ulat
Biasanya ulat akan memakan daun serta batang tumbuhan. Hal ini
dapat kita temukan di lingkungan sekitar. Cara pengendalian hama ulat
yaitu :
a) Mengecek bagian bawah daun, apabila terdapat terlur berwarna
putih maka segera dibersihkan.
b) Genangilah tempat persemaian dengan air agar ulat naik ke
permukaan dan mudah untuk dibasmi
c) Apabila cara sebelumnya tidak efektif, maka opsi terakhir
adalah dengan menggunakan pestisida.
 Walang Sangit
Walang sangit merupakan salah satu hama yang cukup meresahkan
para petani. Walang sangit dapat merusak tanaman dengan meloncat
ataupun terbang dari satu tanaman ke tanaman lain sambil
11

mengeluarkan bau yang tidak sedap. Adapun cara pengendalian hama


walang sangit sebagai berikut :
a) Menerapkan sistem tanam serentak
b) Menjaga kebersihan sawah dari gulma
c) Menggunakan predator seperti laba-laba
d) Menanam jamur yang memberikan efek bagi walang sangit
e) Menggunakan insektisida

 Wereng
Hama wereng biasanya menyerang daun dan batang pada tumbuhan
sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut menjadi mati. Hama wereng
ini menjadi salah satu penyebab virus yang menyebabkan penyakit
tungro. Cara untuk mengatasi hama wereng adalah sebagai berikut :
a) Mengatur pola tanam dengan melakukan penanaman bersamaan
atau bergilir untuk memutus siklus hidup hama wereng.
b) Menggunakan insektisida. Namun cara ini harus dilakukan
dengan efisien dan tetap menjaga lingkungan.

2) Penyakit Tanaman
 Penyakit Tungro
Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan produksi hasik yang cukup
tinggi. Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu Rice
Tungro Bacilliform virus dan Rice Tungro Spherical Virus. Kedua
jenis virus ini bisa menginfeksi tanaman secara bersamaan. Virus
tungro juga bisa ditularkan oleh wereng.
12

 Penyakit Mosaik
Penyakit mosaik merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman
tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Tobacco
Mosaic Virus (TMV). Selain kedua penyakit tersebut, ada beberapa
penyakit tanaman yang sering ditemui, yaitu penyakit embun tepung,
penyakit layu cabai, penyakit hawar daun, penyakit semai roboh dan
penyakit bubuk coklat.

3) Cara Mengatasi Hama Dan Penyakit Tanaman


 Pengendalian Mekanis
Cara ini dapat dikatakan sebagai cara tradisional, karena tidak
menggunakan zat kimia semacam insektisida, akan tetapi
menggunakan alat-alat seperti sabit, gunting tanaman, dan lain
sebagainya. Cara ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
 Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis adalah pengendalian hama dengan
menggunakan predator untuk memangsa hama tersebut. Akan tetapi
pengendalian secara biologis ini dapat dikatakan kurang maksimal
karena sulit untuk mendapatkan hewan predator tersebut.
 Pengendalian Kimia
Cara pengendalian hama dan penyakit secara kimia adalah dengan
penggunakan pestisida seperti insektisida, fungisida, dan herbisida.
Pengendalian ini cukup mudah dan memberikan hasil yang maksimal
namun memiliki dampak negatif bagi lingkungan sekitar.
13

2.8 Panen Dan Pasca Panen


Kegiatan panen dan pasca panen merupakan tahap akhir dari proses
budidaya tanaman. Panen adalah pemetikan hasil budidaya sebagai kegiatan akhir
dari siklus budidaya. Sedangkan pasca panen adalah penanganan hasil tanaman
yang dilakukan setelah panen, (Udin Abay, 2019).

2.8.1 Panen
a) Penentuan Masa Panen
Masa pemanenan padi harus dilakukan dengan tepat karena hal tersebut
dapat mempengaruhi hasil mutu gabah atau beras. Untuk menentukan masa
panen padi yang tepat, kita dapat menggunakan pengamatan visual dan
pengamatan teoritis.
 Pengamatan visual dilakukan berdasarkan penampakan padi di
hamparan sawah. Masa panen dilakukan ketika bulir padi berwarna
kuning keemasan sebesar 90-95%. Kondisi tersebut akan menghasilkan
beras dan gilingan yang baik.
 Pengamatan teoritis dapat dilihat berdasarkan varietas padi serta
pengukuran kadar air menggunakan moisture tester (yaitu sebuah alat
uji digital yang berfungsi untuk mengukur kandungan kadar air atau
tingkat kekeringan suatu bahan atau benda). Jika dilihat dari varietas,
usia panen padi sekitar 30-35 hari sesudah tumbuh bunga merata.
Dilihat dari pengukuran kadar air, musim kemarau sekitar 22-23% dan
ketika hujan sekitar 24-26%.
b) Umur Panen Padi
Berdasarkan umur, tanaman padi pada umumnya dikategorikan dalam
umur genjah (sekitar 110 hari) dan (lebih dari 120 hari). Padi varietas lokal
pada umumnya berumur dalam, sedangkan padi varietas unggul berumur
genjah. Balai besar penelitian tanaman padi telah menetapkan umur panen
padi kedalam 4 kelas, yaitu:
14

 Ultra genjah : < 90 HSS (Hari Setelah Sebar)


 Sangat genjah : 90-104 HSS (Hari Setelah Sebar)
 Genjah : 105-124 HSS
 Sedang : 125-150 HSS
 Dalam : > 150 HSS
Adapun tanda-tanda padi siap untuk dipanen yaitu :
 95% gabah sudah menguning dan daun mulai mengering
 Umur optimal malai 30-35 hari, dihitung sejak hari sesudah berbunga
(HSB)
 Kadar air berkisar 21-26%
 Kerontokan gabah sekitar 16-30% (Cara mengukur yaitu meremas
malai dengan tangan).
c) Ada 3 macam cara pemanenan padi di Indonesia yaitu :
 secara tradisional, (ani-ani)
 secara manual, (tanaman padi dipotong panjang menggunakan sabit
bergerigi untuk selanjutnya dirontok)
 secara mekanis, padi dipotong pendek atau dipotong panjang
menggunakan mesin mower (teknologi mesin pertanian yang berupa
mesin sabit), dan mesin reaper (teknologi mesin yang bergerak maju
menjatuhkan atau merobohkan tanaman padi kearah samping).
d) Sistem panen
Suatu sistem pemanenan tanaman padi harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
 Panen dilakukan dengan sistem beregu atau berkelompok
 Jumlah pemanen antara 7-10 orang yang dilengkapi 1 unit pedal
thester (yaitu mesin perontok padi yang dibuat oleh petani dan
dioperasikan oleh satu orang).
15

2.8.2 Pasca Panen


a. Penumpukan Dan Pengumpulan
Tahapan penumpukan dan pengumpulan dilakukan secara tepat agar tidak
menghilangkan kualitas padi yang tinggi. Untuk mengurangi resiko
kehilangan hasil sekitar 0,94 - 2,36%. Kita dapat menggunakan alas atau
wadah ketika melakukan penumpukan dan pengumpulan padi.
b. Perontokan
Tahap perontokan yang dilakukan dengan tepat dapat mengakibatkan
kehilangan hasil hingga lebih dari 5%. Cara alami perontokan padi yaitu
dengan digebot atau diinjak serta dipukul. Namun saat ini para petani telah
menggunakan mesin perontok untuk memudahkan tahap perontokan padi.

c. Pengeringan atau Penjemuran


Tahap pengeringan dilakukan dengan tujuan menurunkan kadar air pada
gabah hingga nilai tertentu, dan siap digiling atau diolah serta aman disimpan
dalam durasi yang cukup lama. Pengeringan yang tidak tepat dapat
mengakibatkan kehilangan hasik sebanyaj 13%. Untuk melakukan tahapan
pengeringan, kita bisa memanfaatkan sinar matahari atau alat pengering
buatan.

d. Penggilingan
Penggilingan merupaakan tahapan untuk memisahkan beras dari kulit padi.
Cara penggilingan secara tradisional yaitu menggunakan alu dan lesung.
Namun cara ini kurang efektiv seperti pekerjaan lambat, alat yang sulit
ditemukan, serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Oleh sebab itu, kita
dapat melakukan penggilingan menggunakan alat modern seperti hulle.
16

e. Penyimpanan
Penyimpanan adalah tahapan dalam mempertahankan keadaan beras atau
gabah agar tetap awet dalam waktu yang cukup lama. Pengimpanan harus
dilakukan dengan tepat agar tidak mengakibatkan kualitas gabah atau beras
menurun, tumbuhnya jamur, serangan serangga, dan menimbulkan kutu beras.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan uji multi lokasi dilaksanakan di Desa Were III, Kecamatan
Golewa Selatan, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai dengan maret tahun 2022.

3.2 Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan ialah :
 Alat : pacul, pengayak pasir, plastik, alat tulis, mistar (penggaris), tali
rafia, tray (tempat persemaian padi), alat semprot, papan label, jaring
penangkar hama, timbangan analitik, kamera, alat ukur (meter).
 Bahan : adapun bahan yang digunakan adalah 5 (lima) benih padi calon
varietas, yaitu TCIPB202102 (Varietas Ir 4 × Varietas Ciherang),
TCIPB202103 (Varietas Ciherang × Kebo Biji Panjang), TCIPB04
(Varietas Ciherang × Kebo Biji Panjang), TCIPB202105 (Gundil Kulit
Kuning × Gundil Kulit Putih), TCIPB202106 (Gundil Kulit Kuning ×
Gundil Kulit Putih), serta dua varietas pembanding yaitu ciherang dan
inpar30; Pupuk (Urea, Ponsca, KCL, Prima Green); Bio pestisida (Prima
Green, Simbyo); dan bahan organik.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua
faktor dan 3 kali ulangan, sebagai berikut :
 Faktor pertama adalah jarak tanam (J), terdiri dari 4 taraf yaitu :
J1 : jarak tanam 15cm × 15cm
J2 : jarak tanam 20cm × 20cm

17
18

J3 : jarak tanam 25cm × 25cm


J4 : jarak tanam 30cm × 30cm
 Faktor yang kedua adalah jumlah benih per lubang tanam (B), terdiri dari
3 taraf yaitu :
B1 : 2 benih per lubang
B2 : 3 benih per lubang
B3 : 5 benih per luban
Kedua faktor tersebut dikombinasikan sehingga diperoleh 6
kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang 3 (tiga) kali.

3.4 Prosedur Penelitian


Percobaan ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu persiapan benih,
persemaian, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Persiapan bibit padi dilaksanakan
dengan perendaman benih padi dengan PGPR (rhizomax) konsentrasi
10gram/liter selama dua malam. Benih ditebar 18 hari sebelum ditanam.
Tahapan persiapan lahan yang dilaksanakan yaitu pengolahan tanah, kedalaman
lumpur 20-40 cm, pembersihan gulma, dan dapat menggunakan pupuk kandang.
Penanaman dilaksanakan ketika usia benih telah berusia 18 hari setelah sebar.
Jumlah bibit perumpun adalah 3-4 bibit. Plot 20m, jarak tanam 25×20 cm, jumlah
rumpun 400 rumpun/plot, jarak antar plot 75cm, jarak antar blok 100cm. Adapun
pemberian pupuk yaitu, pupuk Urea ditabur di lahan pada 7hst dan 42hst dengan
kebutuhan 100 kg/ha tiap aplikasi (total 200 kg/ha); Phosphat (SP 36) ditabur di
lahan 7 hst dan 42hst dengan kebutuhan 50 kg/ha tiap aplikasinya (total 100
kg/ha); KCL ditaburkan di lahan pada 7hst dan 42hst dengan kebutuhan 50 kg/ha
tiap aplikasi (total 100 kg/ha). Adapun penyemprotan simbio prima grain
dilakukan 5 kali dengan konsentrasi 5 gr/liter tiap aplikasi.
1. Pada 14 hari setelah semai, dengan kebutuhan : 0,15 kg/ha dan volume
semprot 30 liter/hektar.
19

2. 7 hst, dengan kebutuhan 0,75 kg/Ha dan volume semprot 150 liter/Ha.
3. 21 hst, dengan kebutuhan 2 kg/Ha dan volume semprot 400 liter/Ha.
4. 35 hst, dengan kebutuhan 2 kg/Ha dan volume semprot 400 liter/Ha.
5. 60 hst, dengan kebutuhan 3 hg/Ha dan volume semprot 600 liter/Ha.

Dilakukan penyemprotan symbio 2 kali dengan dengan konsentrasi 15 gr/liter tiap


aplikasi.

1. Pada 14 hst, dengan kebutuhan 1 kg/Ha dan volume semprot 200 liter/Ha.
2. Pada 28 hst, dengan kebutuhan 1 kg/Ha dan volume semprot 200 liter/Ha.

Penggenangan 5-10 cm mulai dari 5 hst, penggenangan 20-25 cm pada awal


pembentukan polen. Penyiangan gulma 30-35 hst; Air dikeluarkan dan kembali
dimasukkan pada 40 hari setelah tanam.

3.5 Variabel Pengamatan

Adapun variabel pengamatan sebagai berikut :


1. Tinggi tanaman : diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai
tertinggi. Waktu pengukuran dilakukan 2-3 hari menjelang panen. Jumlah
sampel 5 rumpun/plot yang ditentukan secara diagonal pada setiap plot
(petak).
2. Umur tanaman berbunga dihitung dari benih mulai ditebar sampai
tanaman keluar bunga ± 50% dalam plot.
3. Umur pemanenan dihitung mulai dari benih ditebar sampai gabah masak
85-90% dalam satu plot.
4. Jumlah anakan produktif (anakan yang mengeluarkan malai) dalam satu
rumpun.
5. Panjang malai diukur dari pangkal malai hingga ke ujung malai, diambil 2
malai dalam satu rumpun lalu diratakan.
6. Jumlah gabah per malai diambil dari 2 malai pada sampel yang diamati.
20

7. Bobot 1000 butir gabah bernas ditimbang dengan kadar air 14% (hasil
gabah per plot).
8. Jumlah rumpun yang dipanen tiap plot dihitung dengan cara, jumlah
rumpun sisi panjang × jumlah rumpun sisi lebar, dikurangi rumpun
kosong.
9. Pengamatan hama dan penyakit tanaman dilakukan pada tanaman,
contohnya saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam dan 12 minggu
setelah tanam. Pengamatan hama dilakukan dengan menghitung populasi
5 hama utama. Pengamatan penyakit dilakukan terhadap 5 penyakit utama
dengan mencatat skor kerusakan, (IRRI 2002).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan


Pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Were III, Kecamatan Golewa
Selatan, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Were III
merupakan salah satu desa yang terletak di sekitar pesisir pantai. Desa Were III
beriklim tropis dengan ketinggian tempat 0-750 mdpl. Jumlah penduduk di desa
ini adalah 11.849 jiwa yang terdiri dari 5.721 (laki-laki) dan 6.128 (perempuan).
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dengan
komoditas unggukan tanaman pangan yaitu padi, dengan luas lahan sebesar
530,65 ha dengan jumlah produksi 1082,292 ton/ha.
Selain komoditas tanaman padi, pisang juga menjadi salah satu komoditas
unggulan bidang pertanian di Desa Were III, Kecamatan Golewa Selatan,
Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

4.2 Tinggi Tanaman (cm)


Jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam cukup berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi varietas TCIPB202102,
salah satunya yaitu dapat mempengaruhi tinggi tanaman (cm) dapat kita lihat pada
tabel berikut :

Perlakuan Parameter Pengamatan


7 HST 14 HST 56 HST
U1 21 cm 38 cm 82 cm
U2 20 cm 30,5 cm 65 cm

21
22

U3 12 cm 32 cm 100 cm
U4 16 cm 29,5 cm 88 cm
U5 20 cm 31 cm 89 cm
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa, padi varietas TCIPB202102
memiliki rata-rata tinggi tanaman 86 cm. Semakin lama waktu/umur tanaman maka
semakin tinggi tanaman (rumpun padi) yang ditanam.

4.3 Panjang Malai


Malai merupakan komponen penting dalam penentuan produktivitas hasil
tanaman padi. Semakin panjang malai diharapkan semakin banyak juga jumlah
butiran padi. Malai terbentuk ketika memasuki fase generatif. Pada fase ini padi
memerlukan ketersediaan air dan unsur hara yang cukup untuk membantu
pembentukan sel-sel tanaman yang sedang aktiv membelah.
Panjang malai diukur dari pangkal bawah hingga ujung tertinggi. Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa padi varietas TCIPB202102 memiliki rata-rata
panjang malai 24 cm. Semakin banyak jumlah anakan maka semakin banyak pula
jumlah daun yang terbentuk.
4.4 Jumlah Anakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dapat
berpengaruh terhadap jumlah anakan. Tanaman yang tumbuh pada jarak tanam
yang rapat mengakibatkan perkembangan anakan terhambat. Selain itu jumlah
anakan juga dipengaruhi oleh varietas padi yang ditanam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa varietas TCIPB202102 jumlah rata-rata 19 anakan produktif.
Salah satu cara untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik adalah dengan
mengatur jarak tanam yang lebih lebar, karena persaingan memperoleh unsur
hara, air dan matahari di antara tanaman menjadi lebih rendah.
4.5 Produksi Gabah Isi (Bernas) Dan Gabah Hampa.
23

Jumlah gabah isi per malai diambil dari dua malai pada 5 sampel dalam satu
plot. Dari hasil pengamatan diperloleh varietas TCIPB202102 memiliki rata-rata
produksi gabah isi 186. Sedangkan rata-rata produksi gabah hampa yaitu 35 buah.
4.6 Upaya Peningkatan Mutu Produktivitas Tanaman Padi
Dalam proses budidaya, petani harus mengupayakan beberapa hal sehingga
hasil produksi padi bisa maksimal. Berikut merupakan strategi atau upaya yang
perlu dilakukan dalam meningkatkan mutu produktivitas tanaman padi.
 Menggunakan Benih Bermutu.
Benih bermutu mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih murni
dari varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari induknya,
mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup benih yang mencakup daya
kecambah dan kekuatan tumbuh benih, serta kekuatan fisik benih yaitu
penampilan benih secara prima dilihat secara fisik seperti ukuran
homogen, bernas, bersih dari campuran, bebas hama dan penyakit, serta
kemasan yang menarik.
 Memperhatikan Sistem Tanam.
Gunakan sistem tanam jajar legowo, karena dapat memudahkan
petani dalam pengendalian hama, penyakit, dan gulma.
Penggunaan pupuk pun menjadi lebih efektif dan efisien, serta terdapat
ruang kosong untuk pengaturan air.
 Pemupukan Yang Berimbang.
Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara yang
dibutuhkan tanaman padi, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
Pemupukan juga harus diberikan tepat waktu sehingga tidak menurunkan
mutu hasil produksi dan memperkecil terjadi serangan hama dan penyakit.
 Pengendalian Hama Dan Tanaman Pengganggu (OPT)
Petani perlu melakukan pencegahan gulma dengan cara mencabut
gulma sebanyak dua kali yaitu saat tanaman padi beeumur 3 dan 6
minggu. Berbagai serangan OPT dapat mempengaruhi pengisian bulir. Hal
24

ini perlu diperhatikan sehingga tidak terjadi kehilangan hasil produksi.


Adapun penanganan pasca panen perlu diperhatikan sehingga
mendapatkan hasil gabah pada tingkat kematangan optimal dan mecegah
kerusakan serta kehilangan gabah seminimal mungkin.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dibahas, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengaturan jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam
sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas mutu tanaman
padi.
2. Varietas TCIPB202102 memiliki potensi tumbuh yang cukup
baik terhadap karakter wilayah uji.
5.2 Saran
Kehadiran calon varietas unggul baru berpotensi baik dalam
meningkatkan mutu produktivitas tanaman padi. Namun perlu
diperhatikan dalam menentukan pola jarak tanam dan jumlah benih per
lubang tanam, sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dan sinar
matahari serta mempermudah dalam pengendalian gulma.

25
26

Daftar Pustaka

J. Agroland 24 (1) : 27 - 35, April 2017 ISSN : 0854 – 641X E-ISSN : 2407 –
7607 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L)
PADA BERBAGAI POLA JAJAR LEGOWO DAN JARAK TANAM
Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.) under Different Jajar Legowo
System and Planting Space Candra.V.Donggulo1), Iskandar M. Lapanjang2),
Usman Made2)

Danuri. 2017. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Bibit Terhadap 0 Dan Hasil
Padi Di Lahan Tadah Hujan. AGROVIGOR, 10(2) : 121-127.
https://journal.trunojoyo.ac.id/agrivigor/article/view/3056

Nur Magfiroh. 2017. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan


Hasik Tanaman Padi (Oryza Sativa L). Agrotekbis 5 (2) : 212-221.

Mudiyono. 2015. Perkembaangan Tanaman Pangan Di Indonesia Tahun


1945-1965. Journal Of Indonesian History 4(1).
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/view/18986

Agus Hariadi Pinem. 2013. Efektifitas Jarak Tanam Dan Jumlah Benih Per
Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Gogo. Jurnal
Online Agroteknologi, Vol.1, No.4, ISSN No. 2337-6597.

Wening Kusumawardani. 2021. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Bibit Per
Lubang Terhadap Pertumbuhan Padi Lokal Sumbawa (Oryza Sativa L.).
Indonesian Journal Of Aplied Science And Technology. Vo.2, No.1 : 10-14.
https://journal.publication-center.com/index.php/ijast/article/view/68
25

Dokumentasi Kegiatan Penelitian

25

Anda mungkin juga menyukai