Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SISTEM PERAMALAN HAMA PADA

TANAMAN PADI (Oryza sativa)


Dosen Pengampu: Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS.

Oleh :

Ketut Widie Asrame 2006541108

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukut kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Peramalan Hama
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Sistem Peramalan Hama pada program studi Agroekoteknologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari, bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar bisa lebih baik lagi di masa mendatang.

Denpasar, 29 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

BAB II METODE PENELITIAN .............................................................................................. 3

2.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................................... 3

2.2 Alat dan Bahan ................................................................................................................. 3

2.3 Prosedur praktikum .......................................................................................................... 3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 5

3.1 Kelimpahan populasi hama .............................................................................................. 5

3.2 Pengaruh Iklim Terhadap Populasi Hama ........................................................................ 5

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 9

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Iklim tahun 2010-2021 ...................................................................................... 3

Tabel 2. Data kelimpahan populasi hama padi ........................................................................ 4

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kelimpahan populasi hama .................................................................................... 5

Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap populasi hama ................................................................. 5

Gambar 3. Pengaruh curah hujan terhadap populasi hama ...................................................... 6

Gambar 4. Pengaruh kelembaban terhadap populasi hama ..................................................... 6

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan salah satu tanaman pangan penting yang menjadi
sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di berbagai negara, terutama di Asia.
Produksi padi yang optimal sangat krusial dalam mencukupi kebutuhan pangan dunia yang terus
meningkat seiring pertumbuhan populasi manusia. Namun, upaya untuk meningkatkan produksi
padi seringkali dihadapkan pada tantangan dari serangan hama yang merusak tanaman dan dapat
menyebabkan kerugian besar dalam produksi padi.

Hama-hama pada tanaman padi, seperti penggerek, tikus, dan wereng coklat, merupakan
masalah serius yang perlu ditangani dengan tepat. Serangan-serangan tersebut dapat terjadi pada
berbagai tahap pertumbuhan tanaman padi, mulai dari fase tanam hingga masa panen, dan dapat
mengurangi produktivitas serta kualitas hasil panen.

Serangan penggerek pada tanaman padi dapat menyebabkan kerugian berat karena
merusak batang tanaman, yang merupakan bagian vital untuk mendukung proses fotosintesis dan
penyimpanan energi. Penggerek batang padi merupakan serangga hama pada pertanaman padi
pada beragam ekosistem. Di Indonesia intensitas dan luas serangan penggerek batang
berfluktuasi antar tahun, namun merupakan hama utama yang serangannya terluas diantara
serangga hama padi. Gejala serangan pada stadia vegetatif menyebabkan matinya pucuk ditengah
dan disebut sundep. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia
vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk
anakan baru. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup
mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan pada stadia
generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk. Kerugian hasil yang
disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar
terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting.

Tikus merupakan hama yang memiliki daya makan tinggi dan bisa menyerang tanaman
padi dalam jumlah besar. Tikus merupakan hama prapanen utama penyebab kerusakan terbesar
tanaman padi, terutama pada agroekosistem dataran rendah dengan pola tanam intensif. Tikus

1
sawah merusak tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode
prapanen), bahkan di gudang penyimpanan (periode pascapanen). Kerusakan parah terjadi
apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu
membentuk anakan baru. Ciri khas serangan tikus sawah adalah. kerusakan tanaman dimulai dari
tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga pada keadaan serangan berat hanya
menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.

Wereng coklat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dengan cara menghisap cairan
dari jaringan tanaman. Mereka menginfeksi bagian atas tanaman padi, khususnya daun-daun
muda, dan mengeluarkan enzim yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tanaman. Serangan
wereng coklat menyebabkan daun padi berubah warna menjadi kecoklatan, mengering, dan pada
akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen.

Selain itu, wereng coklat juga dapat bertindak sebagai vektor penyakit, seperti virus hawar
daun tungro, yang dapat merusak tanaman padi lebih lanjut. Penyebaran hawar daun tungro
dapat melalui gigitan wereng coklat pada tanaman yang terinfeksi, yang kemudian dapat menular
ke tanaman padi yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perkembangan populasi hama pada tanaman padi dari tahun 2010 sampai
2021?
2. Bagaimanakah pengaruh iklim terhadap perkembangan populasi hama pada tanaman padi
pada tahun 2010 sampai 2021?

2
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 juni 2023 di Laboratorium


Pengelolaan Hama Terpadu (IPMLab).

2.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan dua data sekunder yaitu populasi hama padi dari
tahun 2010 sampai 2021 yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Bali, dan data
iklim dari 2010 sampai 2021 yang diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Provinsi Bali.

2.3 Prosedur praktikum

Metode analisi yang digunakan yaitu analisis korelasi yang dilakukan untuk
mengetahui variabel faktor cuaca yang paling berkorelasi terhadap kelimpahan populasi
WBC di lampu perangkap. Jika perubahan salah satu variabel disertai dengan perubahan
variabel lainnya, baik dalam arah yang sama ataupun arah yang sebaliknya maka dapat
dikatakan dua variabel tersebut berkorelasi. Adapun data sekunder yang digunakan pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tahun Pengamatan
Parameter
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Suhu(oc) 0 0 0 1263,8 1262,1 1256,5 1289,4 1265,1 1264,8 1262,9 1279,9 3612,9

Curah Hujan (mm) 0 0 0 4742,4 3717,1 3140,7 5649,9 5765,4 4735 3495,3 4644 8623,5

Kelembaban (%) 0 0 0 3837,4 3787,3 3812,7 3861,5 3908 3790,1 3780 3873 3915,1

Tabel 1. Data Iklim tahun 2010-2021

3
Hama Tanaman Padi Tahun 2010 sampai 2021

Tahun Pengamatan
Nama Hama
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Penggerek 1223,25 763,55 639,40 904,15 612,40 805,40 1059,50 848,15 672,25 737,85 1128,95 1496,60

Tikus 4044,50 1949,61 1332,20 1056,75 693,28 865,25 1104,75 805,84 565,64 953,73 1388,35 1225,42

Wereng Coklat 347,05 2920,69 226,25 438,60 470,73 317,70 240,10 717,20 230,47 51,61 153,84 570,64

Tabel 2. Data kelimpahan populasi hama padi

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kelimpahan populasi hama

4500
4000
Kelimpahan Populasi Hama
3500
3000
2500 Penggerek
2000 Tikus
1500 Wereng Coklat
1000
500
0

Gambar 1. Kelimpahan populasi hama

3.2 Pengaruh Iklim Terhadap Populasi Hama

3.2.1 Pengaruh Suhu

4000 4500

3500 4000

3000 3500
3000
2500 Suhu
2500
2000 Penggerek
2000
1500 Tikus
1500
1000 Wereng Coklat
1000
500 500
0 0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap populasi hama

5
3.2.2 Pengaruh Curah Hujan

10000 4500
9000 4000
8000 3500
7000
3000
6000 Curah Hujan
2500
5000 Penggerek
2000
4000 Tikus
1500
3000
Wereng Coklat
2000 1000
1000 500
0 0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Gambar 2. Pengaruh curah hujan terhadap populasi hama

3.2.3 Pengaruh Kelembaban

4500 4500
4000 4000
3500 3500
3000 3000
Kelembaban
2500 2500
Penggerek
2000 2000
Tikus
1500 1500
Wereng Coklat
1000 1000
500 500
0 0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

Gambar 3. Pengaruh kelembaban terhadap populasi hama

Kelimpahan populasi hama pada tanaman padi dipeangaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya yaitu faktor abiotik. Faktor abotik berupa parameter cuaca atau iklim seperti suhu, curah
hujan, angin, cahaya, dan kelembaban yang saling taerikat satu sama lain. Dari beberapa faktor

6
cuaca yang berpengaruh secara teoritis terhadap kelimpahan populasi, yang menjadi parameter
pada penelitan ini adalah suhu, curah hujan, dan kelembaban.

Curah hujan berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kelimpahan
populasi dan berkurangnya populasi serangga di lapangan. Secara langsung curah hujan tinggi
akan menurunkan populasi serangga karena sebagian individu serangga tercuci oleh derasnya
hujan (Koesmaryono 1985; Mochida et al. 1986), hal ini merupakan jenis pengendalian OPT
secara fisik yang terjadi di alam. Pada curah hujan tinggi pula, tanaman padi akan tumbuh
dengan baik. Jarak tanam dan usia tanaman akan berpengaruh pada pembentukan kanopi rumpun
padi yang akan membentuk iklim mikro di sekitarnya. Secara tidak langsung curah hujan dan
kondisi keawanan berperan dalam membentuk iklim mikro di pertanaman (Yang et al. 2013).
Curah hujan dan keawanan berkaitan erat dengan suhu udara. Curah hujan dengan kondisi
keawanan tinggi dapat menyebabkan suhu udara rendah di sekitar pertanaman. Suhu harian
antara 27–30 o C dan suhu malam hari yang rendah adalah suhu yang paling sesuai untuk
pemunculan sejumlah serangga dewasa (Subroto et al. 1992; Susanti 2008).

Pada data yang telah diperoleh, didapatkan bahwa kelimpahan populasi tertinggi pada
hama berbeda-beda, dimana kelimpahan populasi penggerek tertinggi terjadi pada tahun 2021
dan populasi terendah terjadi pada tahun 2012. Pada hama tikus, kelimpahan populasi tertinggi
terjadi pada tahun 2011 dan mengalami penurunan populasi yang signifikan sampai dengan
tahun 2014, sedangkan populasi terendahnya terjadi pada tahun 2018. Populasi wereg coklat
merupakan populasi hama paling rendah dibandingkan hama-hama lainnya. Lonjakan populasi
yang terjadi tidak terlalu signifikan pada setiap tahunnya, dimana kelimpahan populasi wereng
coklat terjadi pada tahun 2017 dan populasi terendah terjadi pada tahun 2019.

Pengaruh suhu terhadap kelimpahan populasi hama padi cukup seimbang, perbedaan suhu
tahunan pada tahun 2013 sampai 2020 tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Dimana
kenaikan dan penurunan suhu tahunan diiringi juga dengan kenaikan dan penurun populasi
hama, bahkan pada saat terjadi lonjakan perubahan suhu pada tahun 2021 juga diikuti oleh
kenaikan populasi hama, namun pada populasi tikus mengalami penurunan.

Curah hujan tahunan pada tahun 2013 sampai 2021 mengalami perubahan yang cukup
signifikan, curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2017 dan 2021 dimana puncaknya terjadi

7
pada tahun 2021. Penurunan curah hujan pada tahun 2017 sampai 2019 berpengaruh besar
terhadap perkembangan popalasi wereng coklat, dimana populasi hama wereng coklat
mengalami penurunan yang sangat signifikan pada periode tersebut. Selanjutnya lonjakan curah
hujan pada tahun 2021 menyebabkan penurunan pada populasi tikus, namun populasi hama
lainnya tetap mengalami kenaikan.

Kelembaban rata-rata yang terjadi pada pertanaman padi tidak mengalami perbedaan yang
berarti, dimana kelembaban berapa pada area 3500-4000. Populasi hama penggerek dan tikus
memiliki dinamika yang seimbang, dan tidak terjadi lonjakan populasi, namun pada populasi
hama wereng coklat mengalami lonjakan pada tahun 2017 dan penurun yang signifikan pada
tahun 2019, dan setelah itu mengalami kenaikan populasi searah dengan kenaikan populasi hama
penggerek.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kelimpahan populasi hama tertinggi pada tanaman padi terjadi pada tahun 2010, namun
pada populasi wereng coklat terjadi pada tahun 2021. Pengaruh faktor iklim terhadap populasi
hama terlihat jelas pada faktor curah hujan dikarenakan selisih perbedaan curah hujan yang
terjadi setiap tahunnya cukup signifikan. Lonjakan perubahan faktor cuaca pada tahun 2021 juga
berpengaruh terhadap perkembangan populasi penggerek dan wereng coklat, namun pada
populasi tikus mengalami penurunan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens STAL). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian.

Djufry, Fadjry. & Ilyas, Asriyanti. 2013. ANALISIS KORELASI DAN REGRESI DINAMIKA
POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA BEBERAPA VARIETAS
UNGGUL PADI SETELAH PENERAPAN PHT DI KABUPATEN BONE PROVINSI
SULAWESI SELATAN. Makassar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan.

Haddade, Idris., Nugroho, Cipto., & Anggara, Agus Wahyana. 2010. Teknologi Pengendalian
Hama Tikus Sawah Dengan Sistem Pemagaran Keliling (TBS Full Protection). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.

Hamijaya, M. Zain. 2001. HAMA WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal) PADA PADI
DI LAHAN RAWA PASANG SURUT. https://repository.pertanian.go.id. Diakses pada
30 Juni 2023

Hartono, Rudi. 2017. IMVENTARISASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN ORGANISME


PENGGANGGU TANAMAN (OPT) DAN IMPLEMENTASI PENGENDALIAN
HAMA TERPADU (HPT) PADA TANAMAN PADI DI BOGOR JAWA BARAT.
Jurnal Triton, Vol. 8, No. 1, Juni 2017. Jawa Barat: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Bogor.

Pustika, Arlyna Budi dan Subagiyo. 2014. ANALISIS FINANSIAL INTRODUKSI MODEL
PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU PADA USAHATANI PADI DI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta

Sofyan, Devied Apriyanto., Koesmaryono, Yonny., & Hidayati, Rini. 2019. Analisis pengaruh
faktor cuaca terhadap dinamika populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stål)
yang tertangkap lampu perangkap. DOI: 10.5994/jei.16.1.1. Maret 2019, Vol. 16 No. 1,
1–8. Jawa Barat: Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

10
Suyono., Iman M., Sutrisno., Suwenda D., dan Isak. Karakterisasi Wereng Batang Coklat
Populasi Lapang dengan Varietas Diferensial. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman
Pangan, Bogor

Usyati, N. dan Kurniawati, Nia. 2011. EVALUASI AMBANG KENDALI HAMA


PENGGEREK BATANG PADI KUNING Scirpophaga incertulas (WALKER)
(LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) DAN NILAI EKONOMINYA PADA VARIETAS
PADI YANG BERBEDA UMUR. Jawa Barat: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

11

Anda mungkin juga menyukai