Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN UMBI

Diajukan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Manajemen Pengendalian Gulma Kelas B

Disusun oleh :
KELOMPOK 13

Nurul Khania Ariani Kusdinar 150510200201


Faiz Azhari 150510200059
Gigih Bayu Bramantya 150510200077

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta
karena rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah tentang Manajemen Pengendalian Gulma pada Tanaman Umbi.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Pengendalian Gulma. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada yang telah memberikan
tugas ini. Penulis juga berterima kasih untuk semua pihak yang telah membantu.

Namun, penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk yang membaca.

Jatinangor, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4
1.2 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 5
2.1 Jenis-Jenis Gulma Pada Tanaman Umbi.............................................................................. 5
2.2 Pengendalian Secara Preventif............................................................................................. 5
2.3 Pengendalian Secara Mekanis.............................................................................................. 6
2.4 Pengendalian Secara Kultur Teknis......................................................................................6
2.5 Pengendalian Secara Biologis.............................................................................................. 7
2.6 Pengendalian Secara Kimiawi..............................................................................................7
BAB III...................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma merupakan salah satu faktor yang menurunkan kualitas hingga hasil tanaman.
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki ada pada suatu areal tanaman yang
mengganggu tanaman utama pada suatu areal. Kehadiran gulma diantara tanaman budidaya
dapat menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara, air, cahaya dan ruang
tumbuh. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Tingkat
persaingan antara tanaman dengan gulma bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi
tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman.
Pengendalian gulma dapat membatasi perkembangan gulma sampai tingkat populasi yang
tidak merugikan secara ekonomis. Sehingga tanaman utama dapat lebih produktif dan efisien.
Utami (2004) menyatakan bahwa keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada
tanaman budidaya akan menurunkan 20 ± 80% hasil panen. Arnorld et al. (1997),
menyatakan bahwa periode kritis untuk menghilangkan gulma dari tanaman umbi kentang
adalah sekitar empat sampai enam minggu setelah tanam. Vitolo dan Ilnicki (1985) dalam
Zimdahl (2004) menambahkan bahwa dalam kondisi kepadatan gulma yang rendah pada
periode 2 sampai 4 minggu sudah cukup untuk menjamin agar tidak kehilangan hasil. Oleh
karena itu, dalam upaya pengendalian gulma, maka kita perlu mengetahui jenis-jenis gulma
pada tanaman umbi. Lalu dilanjutkan dengan pengambilan upaya-upaya pengendalian gulma
secara preventif, mekanis, kultur teknis, biologi, dan kimiawi.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, perlunya kita untuk mengetahui sebagai berikut.
a. Jenis-jenis gulma pada tanaman umbi.
b. Upaya pengendalian gulma secara preventif.
c. Upaya pengendalian gulma secara mekanis.
d. Upaya pengendalian gulma secara kultur teknis.
e. Upaya pengendalian gulma secara biologi.
f. Upaya pengendalian gulma secara kimiawi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Gulma Pada Tanaman Umbi


Golongan gulma yang umumnya ditemukan pada tanaman kentang terdiri dari tiga
jenis yaitu rumput, teki, dan gulma berdaun lebar. Menurut Mubarak, Widaryanto dan
Sebayang (2014) contoh gulma yang dapat ditemukan atau dominan berada pada pertanaman
kentang yaitu sebagai berikut.
1. Ageratum conyzoides L. (wedusan)
2. Cyperus rotundus (teki)
3. Cynodon dactylon (grinting)
4. Chromolaena odorata L. (krinyu)
5. Digitaria sanguinalis (sunduk gangsir)
6. Erechtites hieracifolia (sintrong)
7. Eleusin indica (lulangan)
Gulma yang mendominasi sebelum tanam adalah Erechtites hieracifolia (sintrong),
Sonchus arvensis L. (tempuyung), dan Eleusin indica (lulangan). Sedangkan, gulma yang
mendominasi pada saat kentang berumur 21-63 HST yaitu Ageratum conyzoides L.
(wedusan), Cyperus rotundus (teki), Cynodon dactylon (grinting), Chromolaena odorata L.
(krinyu), Digitaria sanguinalis (sunduk gangsir), Erechtites hieracifolia (sintrong) dan
Eleusin indica (lulangan) (Mubarak, Widaryanto dan Sebayang, 2014).

2.2 Pengendalian Secara Preventif


Teknik pengendalian gulma secara preventif (pencegahan) pada pertanaman kentang
dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya yaitu sebagai berikut.
a. Sanitasi lahan
Kegiatan sanitasi lahan dilakukan dengan cara membersihkan area lahan
sebelum dilakukan penanaman kentang. Tujuan dari sanitasi lahan yaitu untuk
memudahkan perakaran tanaman untuk berkembang dan menghilangkan inang
pertumbuhan gulma.
b. Sanitasi alat pertanian
Sanitasi alat pertanian dilakukan dengan cara membersihkan alat-alat
pertanian yang akan digunakan secara rutin seperti sekop dsb. Tujuan dari
pembersihan alat pertanian secara rutin ini yaitu agar biji gulma yang beresiko untuk
tumbuh di lahan pertanaman kentang tidak tertinggal atau menempel pada alat-alat
pertanian.

2.3 Pengendalian Secara Mekanis


Pengendalian gulma secara mekanis pada pertanaman kentang dilakukan dengan
menggunakan alat untuk menghilangkan atau mengurangi pertumbuhan gulma. Cara
pengendalian gulma secara mekanis membutuhkan waktu pengerjaan dan tenaga yang relatif
banyak, tetapi pengendalian ini dapat efektif untuk mengurangi populasi gulma yang berada
pada lahan tanaman kentang. Adapun beberapa metode pengendalian gulma secara mekanis
yang dapat dilakukan pada tanaman kentang yaitu sebagai berikut.
a. Penyiangan gulma secara manual dengan menggunakan tangan
Penyiangan manual dilakukan dengan mencabut gulma secara langsung dari
tanah dengan menggunakan tangan. Pengendalian dengan cara ini harus dilakukan
secara teratur dan segera setelah gulma muncul di antara barisan tanaman kentang.
Selain itu, gulma harus dicabut beserta akarnya sehingga gulma tidak tumbuh
kembali. Penyiangan dengan menggunakan tangan dapat diterapkan jika area
penanaman yang digunakan untuk budidaya kentang tidak terlalu luas.
b. Penyiangan gulma dengan menggunakan bantuan alat
Alat yang dapat digunakan untuk menyiangi gulma yaitu seperti kored,
cangkul, cultivator atau rotary hoe. Pengendalian gulma dengan menggunakan kored
sangat praktis dilakukan pada tempat yang tidak dapat terjangkau dengan alat berat
maupun herbisida terutama di antara barisan tanaman. Namun, alat tersebut hanya
dapat memotong bagian gulma yang ada di atas tanah saja sehingga organ
perbanyakan vegetatif gulma yang berada di dalam tanah dapat tumbuh kembali di
lahan tersebut. Sedangkan, penggunaan cangkul untuk menyiangi gulma dapat
merusak bagian gulma yang berada di dalam tanah. Namun perlu diperhatikan agar
tidak merusak tanaman kentang ketika melakukan penyiangan gulma dengan
menggunakan cangkul. Selain itu, cultivator atau rotary hoe dapat memotong atau
menyiangi gulma dengan cepat dan efisien di antara barisan tanaman kentang.

2.4 Pengendalian Secara Kultur Teknis


Pengendalian kultur teknis adalah kegiatan yang dapat mengubah lingkungan menjadi
kurang sesuai bagi perkembangan gulma. Pengendalian gulma secara kultur teknis bersifat
preventif atau pencegahan. Pengendalian tersebut bertujuan untuk membatasi atau
mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma sehingga usaha pengendalian terhadap
gulma yang tumbuh menjadi seminimal mungkin.
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah secara ekologi dapat mempengaruhi lingkungan fisik gulma
dan mempengaruhi faktor-faktor penting bagi pertumbuhan gulma. Pengolahan tanah
dilakukan sebagai pencegahan. Biji-biji gulma di dalam tanah yang berada dalam
kondisi dorman (dormansi sekunder) tidak dapat berkecambah karena kondisi
lingkungan tanah yang tidak mendukung perkecambahan. Pengolahan tanah
menyebabkan biji-biji gulma di dalam tanah muncul ke permukaan tanah dan
berkecambah. Selanjutnya, gulma yang berkecambah dan tumbuh pada lahan
pertanaman dikendalikan dengan cara manual atau dengan metode pengendalian
lainnya sehingga tidak memberi kesempatan gulma untuk berkembangbiak. Menurut
hasil penelitian Pramuhadi (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan gulma menurun
dengan bertambahnya intensitas pengolahan tanah. Pengolahan tanah dengan
intensitas pengolahan tanah minimum yang menghasilkan densitas dan tahanan
penetrasi sebesar 1.2 - 1.3 g/cc dan 6.0 - 14.0kgf/cm 2 menyebabkan pertumbuhan
gulma menjadi tertekan. Gulma kalah bersaing dengan tebu pada kondisi densitas dan
tahanan penetrasi tanah yang rendah.
2. Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam ditujukan untuk memposisikan tanaman dalam
keadaan berkompetisi minimal antar sesamanya sehingga dapat memanfaatkan unsur
hara dan cahaya sebaik-baiknya dan tanaman mampu bersaing dengan gulma. Jarak
tanam yang terlalu lebar dapat memberikan keleluasaan bagi gulma untuk tumbuh dan
berkembang pada barisan tanaman, sementara jarak tanam yang terlalu sempit dapat
mengakibatkan terjadinya kompetisi intraspesifik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan kepadatan tanaman dengan mengurangi jarak tanam dapat
menekan pertumbuhan gulma. Semakin rapat jarak tanam pertumbuhan gulma
semakin tertekan (Nasution, 2009).
3. Pemulsaan
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa dapat menekan
pertumbuhan gulma. Mulsa plastik hitam paling efektif menekan gulma dibandingkan
dengan berbagai perlakuan mulsa lainnya. Perlakuan mulsa sekam atau jerami mampu
menekan pertumbuhan gulma golongan daun lebar dan golongan rumput pada
pembibitan tanaman vanili. Penggunaan jerami padi efektif menekan gulma pada
tanaman bawang putih , tanaman nanas dan tanaman jahe.Penggunaan mulsa jerami
dan daun bambu dapat menekan populasi dan berat kering gulma pada pertanaman
melon dengan tingkat penekanan terbaik pada aplikasi mulsa daun bambu 8 cm
(Harviyadin, 2012).

2.5 Pengendalian Secara Biologis


Jenis-jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di lapangan seperti mahoni (Swietenia
macrophylla), alang-alang (Imperata cylindrica), pepaya (Carica papaya), dan mengkudu
(Morinda citrifolia) memiliki kandungan senyawa-senyawa tertentu yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai herbisida nabati atau bioherbisida. Dalam daun mahoni terkandung
senyawa Saponin, Alkaloid, Tanin, Flavonoid, dan Limonoid (Adhikari & Chandra, 2014).
Menurut Yuwono (2015), dalam daun alang-alang terkandung senyawa Tanin, Saponin,
Flavonoid, Terpenoid, Alkaloid, Fenol dan Cardiac Glycosides. Hasil penelitian terhadap
analisis fitokimia daun pepaya menunjukkan bahwa daun pepaya mengandung Alkaloid,
Triterpenoid, Steroid, Flavonoid, Saponin dan Tannin (A’yun & Laily, 2015). Sedangkan
daun mengkudu mengandung Saponin, Flavonoid, Polifenol, Tanin dan Triterpen yang
bersifat bakterisidal (Afiff & Amilah, 2017). Berdasarkan kandungan senyawa kimia yang
dimilikinya, jenis-jenis tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida yang
ramah lingkungan, mudah diperoleh, murah, serta mudah diaplikasikan untuk mengendalikan
gulma.

2.6 Pengendalian Secara Kimiawi


Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian yang dapat menekan pertumbuhan
gulma menggunakan bahan kimia, yaitu herbisida (Moenandir, 1993). Herbisida memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan dengan pengendalian secara mekanik, diantaranya yaitu
menghemat waktu dan tenaga kerja, menghindari kerusakan mekanis pada tanaman budidaya,
dan gulma yang mati setelah disemprot herbisida dapat berfungsi sebagai mulsa, selain itu
herbisida juga memiliki kerugian seperti dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi
penyemprot, keracunan pada tanaman dan pencemaran lingkungan. Terdapat beberapa tipe
herbisida berdasarkan waktu aplikasinya, yaitu herbisida pra tumbuh dan pasca tumbuh
(Pujiwati, 2017).
1. Herbisida Metribuzin
Metribuzin merupakan bahan aktif pada herbisida yang dapat digunakan
sebelum dan sesudah tanaman dan gulma tumbuh (Alebrahim et al., 2012).Cara kerja
dari metribuzin yaitu menghalangi proses fotosintesis pada tanaman liar dengan cara
masuk melalui akar dan seluruh bagian gulma. Metribuzin juga mudah ditoleransi
dengan baik oleh tanaman kentang dan cepat didegradasikan di dalam tanah (TTI,
2008). Herbisida metribuzin termasuk herbisida sistemik yang dapat mengendalikan
beberapa jenis gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria alata,
Synedrella nodiflora, dan gulma berdaun sempit seperti Digitaria ciliaris (Rekapitulasi
Ijin Pestisida, 2018). Menurut Kumar et al. (2017), pemberian herbisida metribuzin
dapat memberikan efisiensi pengendalian gulma sebesar 95% dan hasil umbi
mencapai 30 ton ha'. Berdasarkan hasil penelitian Mukherjee, Rahaman, Maity Dan
Sinha (2012), pemberian metribuzin dengan dosis 0.3 kg ha 7 hari setelah tanam
memberikan hasil umbi sebesar 25.67 ton ha. Siblani dan Haidar (2017) juga
menyatakan bahwa pemberian metribuzin dengan dosis 0,35-0,75 kg ha
dikombinasikan dengan pembumbunan sangat efektif dalam menekan pertumbuhan
gulma dan tidak memberikan dampak negatif pada pertumbuhan dan hasil tanaman
kentang.
2. Herbisida Oksifluorfen
Herbisida pra tumbuh oksifluorfen efektif dalam menekan pertumbuhan gulma
dari 0 sampai 49 hst, dan perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen tidak berbeda
secara nyata dengan perlakuan bebas gulma (pengendalian gulma 7 hari sekali sampai
panen). Perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen dapat menekan pertumbuhan
gulma sebesar 74.28% pada umur 0 sampai 49 hst dibandibandingkan dengan
perlakuan pengendalian gulma umur 21 dan 49 hst.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gulma dapat menurunkan 20 ± 80% hasil panen tanaman budidaya. Maka kita perlu
mengetahui upaya pengendaliannya, dengan cara mengetahui jenis gulma dan upaya-upaya
pengendaliannya. Golongan gulma yang umumnya ditemukan pada tanaman kentang terdiri
dari tiga jenis yaitu rumput, teki, dan gulma berdaun lebar. Upaya pengendalian gulma secara
preventif dilakukan melalui berbagai langkah sanitasi lahan dan alat pertanian. Upaya
pengendalian gulma secara mekanis yaitu melalui penyiangan gulma memakai tangan atau
bantuan alat. Upaya pengendalian gulma secara kultur teknis termasuk upaya preventif atau
pencegahan, antara lain pengolahan tanah, pengaturan jarak tanam, dan pemulsaan. Upaya
pengendalian gulma secara biologis yaitu melalui biopestisida. Upaya pengendalian gulma
secara kimiawi yaitu melalui perlakuan herbisida metribuzin dan herbisida oksifluorfen.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. (2020, 18 Juni). Pengendalian Gulma di Lahan Pertanaman Sayuran. Retrieved


from
http://cybex.pertanian.go.id/artikel/93323/pengendalian-gulma-di-lahan-pertanaman-sa
yuran/.
Bravo, S. B., & Sembayang, H. T. (2020). Keanekaragaman Gulma pada Kentang (Solanum
Tuberosum L.) Akibat Pengaruh Pengendalian Gulma. Jurnal Produksi Tanaman, 8(1),
1-7.
Harviyadin. 2012. Pengaruh Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk Nitrogenterhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Repository Universitas
Haluoleo: 1-51.
Nasution, D.P. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)Varietas DK3. USU
Repository: 1-11.
Pramuhadi, D. 2005. Petunjuk Teknis Pengendalian Tanaman Terpadu (PTT). Mataram: Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Widaryanto, E., & Sebayang, H. T. (2014). Pengendalian Gulma Pada Berbagai Taraf
Pemupukan Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum
Tuberosum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(7), 542-551.

Anda mungkin juga menyukai