Dosen pengajar:
Dr. Ir. A.A Ayu Agung Sri Sunari M.S
Kelompok 2
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. A.A Ayu Agung Sri Sunari
M.S.selaku dosen Hama penting tanaman pertanian pada program studi Agroekoteknologi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Kami menyadari, bahwa paper yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar bisa lebih baik lagi di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
Tujuan ........................................................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pisang merupakan salah satu tanaman yang penting sebagai sumber makanan
bagi manusia dan juga sebagai bahan baku untuk berbagai produk industri. Namun, seperti
halnya tanaman lainnya, pisang juga rentan terhadap serangan hama dan penyakit.Beberapa
jenis hama yang sering menyerang tanaman pisang antara lain ulat penggulung daun,
penggerek bongkol, dan thrips. Ulat penggulung daun merupakan serangga kecil yang hidup
di dalam lipatan-lipatan daun pisang dan dapat merusak jaringan daun sehingga
mengakibatkan daun tergulung. Penggerek bongkol adalah serangga yang menyerang bunga
dan buah pisang sehingga mengakibatkan kerusakan pada bagian bongkol dan mengurangi
produksi buah. Thrips adalah serangga kecil yang menyerang daun dan bunga pisang serta
dapat menularkan virus yang dapat merusak tanaman. Serangan hama pada tanaman pisang
dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani. Oleh karena itu, penting bagi
petani untuk melakukan pengendalian hama dengan cara yang tepat dan efektif, seperti
penggunaan insektisida yang aman dan teratur melakukan pemeliharaan tanaman secara
teratur
Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman pisang antara lain ulat penggulung
daun, penggerek bongkol, dan thrips. Ulat penggulung daun hidup di dalam lipatan-lipatan
daun dan dapat merusak jaringan daun sehingga mengakibatkan daun tergulung. Penggerek
bongkol menyerang bunga dan buah pisang sehingga mengakibatkan kerusakan pada bagian
bongkol dan mengurangi produksi buah. Thrips menyerang daun dan bunga pisang serta
dapat menularkan virus yang dapat merusak tanaman.Serangan hama pada tanaman pisang
dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani. Oleh karena itu, penting bagi
petani untuk melakukan pengendalian hama dengan cara yang tepat dan efektif, seperti
penggunaan insektisida yang aman dan teratur melakukan pemeliharaan tanaman secara
teratur. Dalam pendekatan pengendalian hama secara terpadu, pencegahan serangan hama
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan penerapan budidaya terpadu sangat diperlukan
agar produksi pisang dapat dipertahankan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
1
Taksonomi,biologi,morfologi,karakteristik,tingkat kerusakan,gejala serangan,serta
cara pengendalian dari ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), Penggerek bonggol
(Cosmopolites sordidus Germar), Thrips (Chaetanaphotrips signipennis)
1.3 Tujuan
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Ulat Penggulung Daun (Erionata thrax L.)
Berikut adalah klasifikasi ilmiah ulat penggulung daun (Erionata thrax L.):
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Lepidoptera
https://keys.lucidcentral.org/keys/v3/the-caterpillar-
Family: Pyralidae key/key/caterpillar_key/Media/Images/entities/hesperi
idae/hesp_fsf.jpg
Genus: Erionata
Siklus hidup Erionata thrax L. melalui beberapa tahapan, yaitu telur, larva, pupa, dan
imago (dewasa). Berikut adalah penjelasan mengenai setiap tahapan siklus hidupnya:
Telur: Telur Erionata thrax L. berbentuk oval dan berwarna putih transparan. Telur
ini diletakkan oleh betina pada permukaan daun, biasanya di bagian tengah atau ujung
daun. Telur akan menetas setelah 3-5 hari.
Larva: Setelah menetas dari telur, ulat penggulung daun berbentuk silindris dengan
panjang sekitar 1-2 mm. Pada tahap ini, ulat akan mulai menggulung daun sebagai
tempat bersembunyi dan tempat makanannya. Selama masa ini, ulat mengalami
beberapa kali pergantian kulit (molting) sebelum mencapai ukuran maksimal sekitar
20-25 mm.
Pupa: Pada tahap ini, ulat akan membentuk kepompong dari daun yang digulung
sebelumnya. Di dalam kepompong, ulat akan berubah menjadi pupa, yaitu tahap
transisi antara larva dan imago. Pupa berwarna coklat kemerahan dan memiliki
panjang sekitar 12-16 mm.
Imago (dewasa): Setelah sekitar 7-10 hari di dalam kepompong, pupa akan menetas
menjadi imago atau dewasa. Imago memiliki sayap berwarna coklat keabu-abuan
dengan pola warna yang khas pada sayap bagian depannya. Imago betina memiliki
3
tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan imago jantan. Setelah menetas, imago
betina akan mencari tempat bertelur dan siklus hidup ulang kembali.
Erionata thrax L. memiliki beberapa karakteristik, baik yang terkait dengan morfologi,
perilaku, maupun habitatnya. Berikut adalah beberapa karakteristik Erionata thrax L.:
Morfologi: Erionata thrax L. berukuran kecil hingga sedang dengan panjang tubuh
dewasa sekitar 12-15 mm. Imago memiliki warna coklat keabu-abuan dengan pola
warna khas pada sayap bagian depannya. Ulatnya berbentuk silindris dengan warna
tubuh hijau kekuningan.
Perilaku: Erionata thrax L. adalah serangga yang aktif pada malam hari (nocturnal).
Pada siang hari, serangga ini cenderung bersembunyi di dalam gulungan daun atau di
tempat-tempat yang gelap dan lembap.
Habitat: Erionata thrax L. dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk hutan,
kebun, lahan pertanian, dan taman. Serangga ini umumnya ditemukan di daerah tropis
dan subtropis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Makanan: Ulat Erionata thrax L. adalah penggulung daun, yang menggulung daun
sebagai tempat bersembunyi dan sebagai sumber makanan. Serangga dewasa biasanya
tidak mengambil makanan, tetapi lebih fokus pada reproduksi.
Reproduksi: Erionata thrax L. melakukan reproduksi secara seksual. Setelah kawin,
betina akan meletakkan telurnya pada permukaan daun, biasanya pada bagian tengah
atau ujung daun.
Peran ekologis: Erionata thrax L. memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai
pengurai dan sebagai sumber makanan bagi predator lain seperti burung dan serangga
pemangsa. Namun, pada tingkat populasi yang tinggi, serangga ini dapat menjadi
hama pada tanaman, terutama pada tanaman jagung, padi, dan beberapa tanaman
buah-buahan.
Erionata thrax L. tersebar di banyak negara, terutama di daerah tropis dan subtropis di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Serangga ini dapat ditemukan di berbagai habitat,
seperti hutan, kebun, lahan pertanian, dan taman.
4
Tanaman inang utama dari Erionata thrax L. adalah tanaman jagung (Zea mays).
Ulatnya akan menggulung daun jagung sebagai tempat bersembunyi dan sebagai sumber
makanan. Selain jagung, tanaman inang lainnya yang dapat diserang oleh Erionata thrax L.
adalah tanaman padi, sorgum, dan beberapa tanaman buah-buahan seperti jeruk, pisang, dan
mangga.
Suhu: Erionata thrax L. dapat hidup di lingkungan dengan suhu antara 20-35°C. Suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan serangga ini.
Kelembaban: Kelembaban udara yang tinggi merupakan kondisi yang baik bagi
Erionata thrax L. untuk bertahan hidup, karena serangga ini membutuhkan
lingkungan yang lembap untuk tumbuh dan berkembang. Kelembaban yang terlalu
rendah dapat membuat serangga ini mengalami dehidrasi.
Curah hujan: Curah hujan yang tinggi dapat memberikan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan tanaman inang, sehingga akan mempengaruhi keberadaan Erionata
thrax L.
Ketinggian tempat: Erionata thrax L. lebih banyak ditemukan pada ketinggian di
bawah 1000 meter di atas permukaan laut. Serangga ini cenderung tidak bertahan
hidup di daerah dengan ketinggian yang lebih tinggi.
Pencahayaan: Erionata thrax L. adalah serangga yang aktif pada malam hari,
sehingga pencahayaan tidak menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada
keberadaannya.
Gejala Serangan
Erionata thrax L. adalah serangga penggulung daun yang dapat menyerang berbagai
jenis tanaman, termasuk pisang. Berikut adalah beberapa gejala serangan Erionata thrax L.
pada pisang:
5
Daun pisang yang digulung: Ulat Erionata thrax L. akan menggulung daun pisang
menjadi silinder dan merangkak di dalamnya. Hal ini menyebabkan daun pisang
menjadi kering dan berubah warna menjadi kecoklatan.
Daun yang berlubang: Setelah ulat Erionata thrax L. selesai menggulung daun pisang,
mereka akan memakan daun di bagian dalam gulungan daun. Hal ini menyebabkan
daun pisang menjadi berlubang dan berbintik-bintik.
Daun pisang yang terlihat tidak sehat: Daun pisang yang diserang oleh Erionata thrax
L. akan terlihat tidak sehat dan berubah warna menjadi kekuningan atau kecoklatan.
Daun juga akan mengering dan menggulung ke arah dalam.
Pertumbuhan pisang yang terhambat: Serangan ulat Erionata thrax L. dapat
menghambat pertumbuhan pisang, karena daun menjadi rusak dan tidak dapat
berfungsi dengan baik dalam fotosintesis. Hal ini dapat berdampak pada kualitas dan
kuantitas produksi buah pisang.
Kerusakan pada daun muda: Ulat Erionata thrax L. lebih suka menggulung daun
muda pisang, sehingga serangan serangga ini pada daun muda akan menyebabkan
kerusakan yang lebih parah.
Cara Pengendalian
Untuk mengendalikan serangan ulat Erionata thrax L. pada tanaman inang, berikut
adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
6
Penggunaan jebakan feromon: Jebakan feromon adalah jebakan yang mengeluarkan
bau feromon yang menarik ulat jantan dan membunuhnya. Penggunaan jebakan
feromon dapat membantu mengurangi populasi ulat dan mencegah penyebaran
serangan.
Mengelola tanaman dengan baik: Mengelola tanaman dengan baik dapat membantu
mengurangi kerentanan tanaman terhadap serangan Erionata thrax L. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memotong daun yang terinfeksi, memberikan pupuk secara
teratur, dan menyiram tanaman dengan air yang cukup.
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Famili: Curculionidae
Telur: Telur diletakkan oleh betina di dalam bonggol pisang yang masih muda. Telur
berbentuk oval dan berwarna putih kekuningan, dengan panjang sekitar 1,5 mm.
Larva: Setelah menetas, larva mulai memakan jaringan dalam bonggol pisang. Larva
berbentuk silindris dengan kepala kecil dan panjang sekitar 20 mm. Mereka memakan
jaringan dalam bonggol selama 18-21 hari, sebelum berubah menjadi pupa.
Pupa: Pupa berbentuk seperti tongkat, dengan panjang sekitar 12-15 mm dan
berwarna coklat kehitaman. Mereka berada di dalam bonggol selama sekitar 10-14
hari sebelum dewasa.
Dewasa: Setelah keluar dari bonggol, Kumbang dewasa mencari bonggol pisang yang
masih muda untuk bertelur. Betina dapat bertelur sebanyak 200-500 butir selama
7
hidupnya. Siklus hidup dari telur hingga menjadi dewasa memakan waktu sekitar 30-
40 hari.
Dalam kondisi lingkungan yang ideal, siklus hidup Penggerek bonggol dapat terjadi
sepanjang tahun. Namun, pada kondisi lingkungan yang kurang ideal seperti pada musim
kemarau yang panjang, siklus hidup dapat memperpanjang hingga 100 hari atau lebih.
Penggerek bonggol memiliki tubuh yang kecil dan berbentuk oval. Kepala dan dada
kumbang terlihat seperti bentuk bonggol. Bagian atas tubuh kumbang dewasa berwarna
coklat kehitaman, sedangkan bagian bawah tubuhnya berwarna coklat muda. Kumbang
dewasa memiliki panjang sekitar 8-10 mm, sedangkan larva berukuran sekitar 20 mm.
Kumbang dewasa memiliki alat penghisap yang panjang dan melengkung, yang digunakan
untuk menghisap getah dari bonggol pisang. Penggerek bonggol hidup secara soliter dan
memakan jaringan dalam bonggol pisang. Penggerek bonggol biasanya hidup di daerah tropis
dan subtropis, terutama di negara-negara produsen pisang seperti Amerika Tengah dan
Selatan, Asia, dan Afrika. Penggerek bonggol dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan
pada tanaman pisang, karena mereka memakan jaringan dalam bonggol yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan nutrisi bagi tanaman. Serangan yang parah dapat menyebabkan
tanaman pisang mati. Betina Penggerek bonggol dapat bertelur sebanyak 200-500 butir
selama hidupnya, dan siklus hidup dari telur hingga menjadi dewasa memakan waktu sekitar
30-40 hari. Hal ini membuat pengendalian populasi Penggerek bonggol menjadi sulit.
Selain pisang, Penggerek bonggol juga dapat menyerang tanaman anggrek dan
heliconia, meskipun kasus ini lebih jarang terjadi. Kumbang dewasa dapat hidup di berbagai
jenis tanaman dan tanah, tetapi betina hanya bertelur di dalam bonggol pisang yang masih
muda.
8
Beberapa faktor fisik yang dapat mempengaruhi keberadaan Penggerek bonggol
(Cosmopolites sordidus Germar) adalah:
Iklim: Penggerek bonggol membutuhkan iklim hangat dan lembap untuk berkembang
biak dengan baik. Kelembapan yang tinggi memudahkan kumbang dewasa untuk
hidup dan bertelur di dalam bonggol pisang. Suhu yang ideal untuk pertumbuhan
larva adalah sekitar 24-26 derajat Celsius.
Ketinggian tempat: Penggerek bonggol lebih sering ditemukan pada daerah yang
berada di ketinggian rendah, yaitu di bawah 1000 mdpl. Di daerah yang lebih tinggi,
serangan Penggerek bonggol cenderung lebih sedikit.
Kondisi tanah: Tanah yang subur dan lembab akan memudahkan kumbang dewasa
untuk memasuki bonggol pisang dan bertelur. Tanah yang kering dan berpasir
cenderung kurang disukai oleh Penggerek bonggol.
Varietas tanaman: Beberapa varietas pisang lebih tahan terhadap serangan Penggerek
bonggol dibandingkan dengan varietas lain. Hal ini karena beberapa varietas memiliki
bonggol yang lebih padat dan sulit dimasuki oleh kumbang dewasa.
Kepadatan tanaman: Kepadatan tanaman pisang yang terlalu tinggi dapat memicu
penyebaran Penggerek bonggol. Oleh karena itu, penting untuk menjaga jarak tanam
yang cukup antara tanaman pisang satu dengan yang lain.
Gejala Serangan
9
Produktivitas tanaman menurun: Serangan Penggerek bonggol dapat menyebabkan
produktivitas tanaman pisang menurun karena bonggol yang terinfeksi tidak dapat
menghasilkan buah yang baik.
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
10
Kelas: Insecta
Ordo: Thysanoptera
Famili: Thripidae
https://www.kisansuvidha.com/wp-
Genus: Chaetanaphothrips content/uploads/2017/07/Fruit-rust-thrips.jpg
Siklus hidup Chaetanaphothrips signipennis meliputi empat tahap yaitu telur, larva,
pupa, dan dewasa. Berikut adalah rincian siklus hidupnya:
Telur Tahap pertama dari siklus hidup thrips adalah telur. Telur ini berukuran sangat
kecil (kurang dari 0,2 mm) dan berwarna putih kekuningan. Telur diletakkan oleh
betina pada jaringan daun muda atau bunga.
Larva Setelah menetas dari telur, thrips berada pada tahap larva. Larva memiliki
tubuh yang transparan, berukuran lebih besar daripada telur, dan memiliki dua mata.
Selama fase larva, thrips akan melakukan sejumlah pergantian kulit (molting).
Pupa Setelah beberapa pergantian kulit, larva menjadi pupa. Pada tahap ini, tubuh
thrips berubah menjadi lebih keras dan membulat. Pada pupa, thrips tidak makan dan
tidak bergerak banyak.
Dewasa Setelah beberapa waktu di dalam pupa, thrips menetas menjadi dewasa.
Dewasa Chaetanaphothrips signipennis berukuran sekitar 1,5-2 mm dan memiliki
sayap yang lebar. Thrips dewasa betina dapat menghasilkan sekitar 40-50 telur selama
hidupnya. Hidup dewasa thrips berumur sekitar 15-30 hari tergantung dari kondisi
lingkungan dan makanan. Thrips dapat berkembang biak sepanjang tahun dalam
kondisi lingkungan yang sesuai dan tanaman inang yang tersedia.
Bentuk tubuh Chaetanaphothrips signipennis memiliki bentuk tubuh yang kecil dan
ramping dengan panjang sekitar 1,5-2 mm. Tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala, thorax, dan abdomen.
Warna tubuh Thrips ini memiliki warna tubuh coklat atau hitam dengan bercak-
bercak keputihan pada sayapnya.
11
Sayap Chaetanaphothrips signipennis memiliki sayap yang lebar dan berwarna
transparan dengan urat-urat kehitaman yang terlihat jelas.
Antena Thrips ini memiliki sepasang antena yang berbentuk seperti benang dan terdiri
dari beberapa segmen.
Kebiasaan makan Chaetanaphothrips signipennis adalah serangga penghisap yang
hidup dengan mengisap cairan dari jaringan tanaman inang. Thrips ini dapat merusak
tanaman dengan cara menyerang bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, bunga,
dan tunas.
Habitat dan penyebaran Chaetanaphothrips signipennis umumnya ditemukan di
daerah tropis dan subtropis. Thrips ini dapat menyerang berbagai jenis tanaman inang,
termasuk sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
Peran ekologis Chaetanaphothrips signipennis dapat berperan sebagai vektor
penyebaran virus pada tanaman inangnya. Selain itu, thrips ini juga merupakan
mangsa dari sejumlah predator seperti kelompok tawon parasitoid, larva dari beberapa
spesies kumbang, dan laba-laba predator.
Suhu: Thrips dapat berkembang biak pada suhu yang hangat, antara 20-30°C. Suhu
yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan serangga ini.
Kelembapan: Thrips membutuhkan kelembapan yang cukup tinggi untuk bertahan
hidup dan berkembang biak. Kelembapan rendah dapat menyebabkan kematian
serangga atau memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Cahaya: Thrips cenderung lebih aktif dan produktif pada cahaya yang terang. Namun,
cahaya matahari yang berlebihan dapat membunuh serangga ini.
12
Ketersediaan tanaman inang: Thrips membutuhkan tanaman inang untuk berkembang
biak dan bertahan hidup. Tanaman inang yang lemah atau kurang sehat cenderung
lebih rentan terhadap serangan thrips.
Kondisi lingkungan: Thrips dapat hidup dan berkembang biak pada tanah yang subur
dan subur dengan ketersediaan air yang cukup. Serangga ini juga cenderung
berkembang biak pada tanah yang terlindungi dan terlindungi dari sinar matahari
langsung.
Gejala Serangan
Keriting dan keriput pada daun: Serangan thrips dapat menyebabkan keriting dan
keriput pada daun pisang, terutama pada daun yang masih muda. Hal ini disebabkan
oleh serangga yang menghisap sari-sari pada daun.
Bercak-bercak putih pada daun: Thrips dapat menghasilkan bekas putih keperakan
pada daun akibat dari kotoran serangga atau bekas gigitannya pada daun.
Deformasi buah: Serangan thrips pada buah pisang dapat menyebabkan deformasi,
misalnya buah menjadi kecil dan tidak berkembang dengan normal.
Peningkatan kerusakan pada serangan berat: Pada serangan berat, thrips dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tanaman pisang dan mengurangi
kualitas dan kuantitas produksi.
Penyebaran virus: Thrips dapat menjadi vektor penyebaran virus pada tanaman
pisang, yang dapat menyebabkan kerusakan dan mengurangi kualitas produksi.
Cara Pengendalian
13
Penggunaan perangkap: Perangkap seperti kuning lengket dapat digunakan untuk
menangkap thrips dewasa. Perangkap ini sebaiknya ditempatkan di antara tanaman
pisang dan harus diganti secara teratur.
Pengelolaan gulma: Gulma dapat menjadi tempat persembunyian bagi thrips, oleh
karena itu pengelolaan gulma secara teratur dapat membantu mengurangi populasi
thrips pada tanaman pisang.
Pengendalian musuh alami: Beberapa jenis musuh alami seperti predator dan
parasitoid dapat membantu mengendalikan populasi thrips pada tanaman pisang. Oleh
karena itu, menjaga keberadaan musuh alami pada lahan tanaman pisang dapat
membantu mengurangi populasi thrips.
Penggunaan pupuk organik: Pupuk organik seperti pupuk kandang dapat membantu
meningkatkan kualitas tanah dan membuat tanaman pisang lebih tahan terhadap
serangan thrips.
Rotasi tanaman: Rotasi tanaman dengan tanaman lain seperti jagung atau kacang hijau
dapat membantu mengurangi populasi thrips pada tanaman pisang karena serangga ini
tidak tertarik pada tanaman-tanaman tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hama merupakan salah satu organisme
penganggu tanaman yang dapat menyebabkan tanaman menjadi terganggu pertumbuhanya,
sehingga tanaman menjadi tidak dapat berproduksi secara maksimal. Faktor ini juga yang
menyebabkan terjadinya fluktuasi pada produksi hasil pertanian, karena apabila serangan
yang berat maka produksi tanaman akan menurun. Salah satu kendala yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi produktivitas tanaman pisang disebabkan oleh serangan serangga
herbivora dan pathogen Tanaman. Jenis- jenis hama yang sering menyerang tanaman pisang
adalah Ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus
Germar), Thrips (Chaetanaphotrips signipennis). Pengendalian hama tersebut dapat
dilakukan dengan penggunaan pestisida, pengendalian hayati, penggunaan varietas tahan,
penggunaan predator alami, pengendalian populasi dan sanitasi lingkungan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Clercx, Luud., M. Arias Zambrano, J. Dulanto Bejarno, Benigno Cristofer Flores Espinoza.
2015. Towards biological control of red rust banana thrips in organic and
conventional banana
Hendra, Jekvy., Nina Mulyanti, Suprapto. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.
Utami, Listiatie Budi., & Putra, Ichsan Luqmana Indra. 2019. ULAT PENGGULUNG
DAUN PISANG Erionota thrax L. (Lepidoptera: Hesperiidae) DAN
PARASITOIDNYA DI KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG YOGYAKARTA.
Wijayanti, Retno., Supriyadi, Yuanita Wahyu Hapsari, Retno Bandriyanti Arni Putri. 2022.
SERANGAN ULAT KUDIS PISANG, Nacoleia octasema Meyr (LEPIDOPTERA:
PYRALIDAE) PADA BEBERAPA KULTIVAR PISANG.
16