Anda di halaman 1dari 19

HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN

KELAPA (COCOS MUCIFERA L.)

Dosen pengampu : Dr. Suratman Sudjud, SP., MP

Oleh

Wa Ayuna
04312011001

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula penulis
ucapkan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliulah yang
menghantarkan kita dari zaman jahiliah menuju zaman penuh berkah.

Adapun judul makalah yang dibahas adalah “Hama Dan Penyakit Penting
Pada Tanaman Kelapa”dan penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini
penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis
miliki. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan diharapkan dapat tercapai.

Ternate, 23 Oktober 2023

Penulis

Wa Ayuna

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................1

1.2. Tujuan ..................................................................................................2

1.3. Manfaat.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1. Tanaman Kelapa...................................................................................3

2.2. Klasifikasi Tanaman Kelapa.................................................................3

2.3. Morfologi Tanaman Kelapa..................................................................3

2.2. Syarat Tumbuh......................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................8

3.1. Hama Penting Pada Tanaman Kelapa...................................................8

3.2. Penyakit Penting Pada Tanaman Kelapa..............................................12

BAB IV PENUTUP..............................................................................................14

4.1. Kesimpulan............................................................................................14

4.2. Saran......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kelapa merupakan salah satu komoditi pangan penting di Indonesia


maupun di dunia dari kelapa dapat dihasilkan minyak goreng, tepung kelapa,
Virgin coconut oil, dll serta kayunya dapat dijadikan perabot rumah tangga dan
meubel. Namun kenyataannya produksi kelapa masih sangat rendah, hal ini dapat
disebabkan salah satunya oleh serangan OPT.

Timbulnya OPT seringkali disebabkan oleh ulah manusia yang kurang


memperhatikan dalam mengelola lingkungan, sehingga merubah keseimbangan
ekosistem baru menjadi lebih sederhana seperti pertanaman monokultur sehingga
mempercepat terjadinya perubahan status OPT (Sugiharto dan Santoso, 1981).

Perubahan lingkungan pada suatu daerah , misal untuk pertanian


monokultur akan menimbulkan persaingan langsung dengan sejumlah spesies
serangga dan umumnya persaingan tersebut dimenangkan oleh serangga karena
serangga mampu beradaptasi dengan cepat dan dapat menyesuaikan dengan sikap
perubahan ekosistem (Stern et al., 1959).

Maka untuk menghindari kerugian yang disebabkan OPT dilakukan


tindakan pengendalian secara kultur teknis, sanitasi kebun karantina, pemanfaatan
musuh alami dan penggunaan bahan kimia. Penanaman tatanaman sela di
antaranya tanaman kelapa merupakan salah satu tindakan kultur teknis yang dapat
diterapkan karena ekosystem menjadi lebih beragam daripada pertanaman
monokultur sehingga kombinasi dua atau lebih komponen pengendali OPT dapat
diterapkan guna mencapai hasil yang lebih baik dan efek samping sekecil
mungkin yang mana ini dikenal dengan konsep Pengelolaan Hama Terpadu
(PHT).

Iventarisasi hama penyakit merupakan salah satu faktor penting dalam


membangun informasi hama penyakit termasuk sistem peringatan dan peramalan
keadaaan hama penyakit. Hal ini sangat penting bagi para petani, penyuluh

1
maupun para pengambil kebijakan dalam menentukan kebijakan yang tepat
waktu, tempat dan sasaran.

1.2. Tujuan

a. Untuk mengetahui Hama Penting Pada Tanaman Kelapa


b. Untuk mengetahui penyakit penting pada tanaman kelapa
c. Untuk mengetahui gejala serangan hama, intesitas kerusakan hama, dan
cara pengendalian hama pada tanaman kelapa
d. Untuk mengetahui gejala serangan penyakit, intesitas kerusakan penyakit,
dan cara pengendalian penyakit pada tanaman kelapa

2.3. Manfaat

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:


a. Sebagai bahan informasi bagi petani untuk mengetahui Hama dan penyakit
Penting Pada Tanaman Kelapa di Lapanga
b. Menambah wawasan bagi penulis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa
2.1.1. Tanaman Kelapa
Kelapa (Cocos mucifera L.) adalah komoditas strategis yang memiliki
peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Tumbuhan ini di manfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga di
anggap sebagai tumbuhan serta guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Hasil
kelapa yang di perdagangkan sejak zaman dahulu yaitu minyak kelapa, yang sejak
abad ke 17 telah di masukkan ke Eropa dari Asia (Setyamidjaja, 2008).

2.1.2. Klasifikasi Tanaman Kelapa


Dalam tata nama tumbuhan (taksonomi), tumbuhan kelapa diberi nama
Cocos nucifera yang secara lengkap pengklasifikasiannya mulai dari tingkat
sampai dengan spesies sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos Nucifera, Linneaeus

2.1.3. Morfologi Tanaman Kelapa


Bagian-bagian dari pohon kelapa yaitu akar, batang, daun, bunga dan
buah. Adapun rincian-rincian morfologi dari tanaman pohon kelapa yaitu sebagai
berikut:
a. Akar
Akar kelapa merupakan akar serabut yang berjumlah sekitar 2000-4000
helai tergantung pada kesuburan tanah, iklim dan kesehatan tanaman. Bagian
dasar dari batang kelapa bentuknya membesar, kemudian dibagian dalam tanah

3
menciut lagi sehingga merupakan kerucut terbalik. Bagian ini di sebut “bole”
atau “root bulb”.
b. Batang
Pada umumnya batang pohon kelapa tumbuh lurus ke atas, kecuali pada
pohon kelapa yang tumbuh di tempat-tempat tertentu seperti di pinggir sungai,
tebing dan lain-lainnya batang akan tumbuh melengkung ke arah matahari.
Batang kelapa berwarna kelabu, licin dan tinggi batang kelapa dapat mencapai
20 meter hingga dengan garis tengah 20 cm hingga 30 cm, tergantung varietas,
iklim, tanah, dan jarak tanam. Bagian batang yang sebenarnya dari 7 pohon
yang masih muda baru kelihatan jelas jika pohon telah berumur 3-4 tahun, bila
mana daun-daun terbawah telah gugur.
c. Daun
Daun kelapa terdiri atas tangkai (petiole) dan pelepah daun (rachis). Pada
pelepah terdapat helai daun atau leoflets yang di tengahnya berlidi (midrib).
Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai daun yang
terdapat di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang di banding yang
tumbuh di pangkal atau ujung sumbu daun. Pada biji yang baru mula-mula
berbentuk 4-6 helai daun tersusun satu membalut yang lain sehingga
merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan demikian perlu
untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah
itu menyusul secara berturut-turut 4-6 helai daunnya belum menyirip.
Kemudaian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut, ukurannya
bertambah besar.
d. Bunga
Tanaman kelapa mulai berbunga berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada
kelapa Genjah kira-kira 3-4 tahun, kelapa dalam 4-8 tahun dan kelapa Hibrida
berkisar 4 tahun. Dari ketiak daun tumbuh manggar (mayang) yang masih
tertutup seludang (spadix). Mayang adalah tangkai bunga yang bercabang-
cabang. Di mana tumbuh banyak bunga yang berwarnaputih kekuningan.
Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang tumbuh bunga
betina, kemudian menyusul bunga jantan pada bagian atasnya.

4
e. Buah
Tiga sampai empat minggu setelah seludang mambuka, bunga betina yang
sudah di buahi tumbuh menjadi bakal buah. Tetapi tidak semua bakal buah
tersebut dapat tumbuh membesar, karena setengah hingga tiga per empat dari
jumlah buah akan gugur yang di sebabkan oleh serangan hama dan
penyakit,kekurangan unsur hara, kekringan, atau karena tidak sempurnanya
proses penyerbukan.
Sesudah dua bulan, buah yang rontok mulai berkurang dari buah
selanjutnya mengalmi perkembangan yang dapat di bagi menjadi tiga tahap
yaitu:
Tahap I : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pemanjangan buah,
pertambahan luas sabut dan tempurung. Tahap ini berlangsung
empat sampai lima bulan.
Tahap II : Pertumbuhan lebih mengarah pada pelebaran buah, sabut dan
tempurung. Enam sampai delapan bulan buah mulai berbentuk.
Tahap III : Pertumbuhan memanjang sampai buah menjadi masak, penebalan
daging buah dan sabut berubah warna menjadi kecoklatan.
Buah mencapai ukuran maksimal sesudah berumur 9-10 bulan dengan
berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Pada umjur 12-14 bulan buah telah cukup
masak, tetapi beratnya turun menjadi 1,5-2,5 kg dan pada umur ini buah siap
untuk di panen atau gugur bila di biarkan (Gun Mardiatmoko 2018).

2.1.4. Syarat Tumbuh

a. Iklim
Kelapa dapat tumbuh didaerah tropis, dan tumbuh baik pada iklim panas
yang lembab. Pusat-pusat perkebunan kelapa yang penting terletak pada zone
antara 15o LU dan 15o LS. Di luar zone ini hanya terdapat pohon-pohon kelapa
yang tidak mampu menghasilkan buah (Florida, Los Angeles, Portugal).
Meskipun kelapa dapat tumbuh pada keadaan iklim yang luas cakupannya, untuk
pertumbuhan yang optimal dan tercapainya produktivitas yang baik, kelapa
menghendaki persyaratan lingkungan tertentu, menyangkut ketinggian tempat,
suhu, curah hujan, kelembaban udara, lama penyinaran, angin dan letak lintang.

5
Areal yang sesuai untuk pengembangan kelapa, yaitu: zona K-1 dan K-2
yang ternyata sangat luas. Daerah yang sangat sesuai (K-1.1) dan sesuai (k-1.2) di
Indonesia (tidak termasuk Jawa) meliputi areal seluas 53.989.700 ha. Areal
tersebut antara lain meliputi areal di Sulawesi seluas 7.096.500 ha, Nusa Tenggara
2.503.000 ha, Maluku 4.858.700 ha, dan Irian Jaya (Papua) 20.774.000 ha.
Adapun daerah yang agak sesuai (K-2) seluas 27.292.500 ha terdapat di Sumatra
dan Kalimantan (Sukamto, 2001).

b. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman kelapa tumbuh baik pada dataran rendah, tetapi di
daerah-daerah tertentu di Indonesia dapat tumbuh dan berproduksi tinggi pada
ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Untuk jenis Kelapa Dalam
dianjurkan ditanam pada ketinggian maksimal 500 meter di atas permukaan laut.
Ketinggian 300 meter merupakan ketinggian maksimal bagi jenis Kelapa Hibrida.
Tanaman kelapa yang tumbuh di dataran rendah cenderung lebih tinggi
kadar minyaknya, berbuah lebih cepat serta produksi lebih tinggi dibandingkan
yang tumbuh di dataran tinggi. Perkebunan-perkebunan rakyat banyak dijumpai
sampai ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan dan
berbuahnya lambat dan hasilnya rendah.

c. Suhu
Faktor suhu menentukan batas dari “latitude” dan “altitude”, dan
mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi buah. Suhu
optimum yang dikehendaki kelapa sekitar 27oC – 28oC dan suhu minimum 20oC
dengan fluktuasi 6-7oC. Darwis (1986) mengemukakan kisaran temperatur yang
lebih luas untuk pertumbuhan kelapa di Indonesia, yaitu 25oC – 32oC.
Rata-rata temperatur dibawah 21oC yang disertai dengan fluktuasi
temperatur akan menyebabkan terganggunya proses pembungaan kelapa. Suhu
yang tinggi dapat mengakibatkan tandan bunga mengering, daun menjadi layu dan
kering serta berkurangnya buah.

6
d. Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman kelapa
berkisar antara 1.200 – 2.500 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang
tahun. Pembagian hujan, keadaan drainase dan kapasitas menahan air dari tanah,
lebih penting daripada jumlah curah hujan. Fremond et.al (1966) mengatakan
bahwa tanaman kelapa memerlukan curah hujan bulanan minimal 130 mm dengan
musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Daerah-daerah yang kering dengan curah
hujan tidak merata tidak cocok untuk kelapa.

e. Kelembaban Udara
Kelembaban yang diperlukan tanaman kelapa berkisar 80 – 90 persen.
Kelembaban udara kurang dari 70% akan menyebabkan daun kering, buah rontok
dan pertumbuhan tanaman terganggu. Demikian juga kelembaban yang terlalu
tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama akan berakibat tidak baik bagi
tanaman, karena dapat mengurangi transpirasi yang berarti berkurangnya
pengambilan hara serta meningkatnya serangan penyakit cendawan.

f. Lama Penyinaran
Tanaman kelapa membutuhkan sekitar 2.000 jam penyinaran per tahun
atau minimal 120 jam penyinaran setiap bulan. Tanaman yang bareda di bawah
naungan di tempat terlindung kurang baik pertumbuhannya. Lingkungan yang
terbuka dapat memberikan pertumbuhan yang baik, dan sebaliknya. Gert Teiwes
(dalam Zaenal Mahmud dkk., 1978) mengemukakan bahwa di daerah banyak
berawan/mendung akan menyebabkan buah kelapa mudah gugur dan bentuk
tanaman tinggi kurus.
Sinar matahari diperkirakan mempunyai peranan ganda bagi tanaman
kelapa, yaitu sebagai sumber energi pada fotosintesa dan memengaruhi
pergerakan stomata.

7
g. Angin
Angin untuk tanaman kelapa berperan dalam proses penyerbukan bunga
dan transpirasi.
1. Penyerbukan bunga kelapa
Khusunya pada jenis Kelapa Dalam yang melakukan penyerbukan silang,
angin sangat berperan dalam membantu proses penyerbukan. Bila kecepatan angin
sangat lemah maka proses penyerbukan bunga juga berkurang, akibat selanjutnya
pembentukan buah juga menjadi berkurang.
2. Transpirasi tanaman
Angin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
transpirasi tanaman. Dalam proses ini air dan hara di dalam tanah akan diserap
akar dan selanjutnya diuapkan melalui daun sedang hara yang ikut terangkut
digunakan oleh tanaman.
3. Letak Lintang
Tanaman kelapa termasuk tanaman tropis dan hanya dapat tumbuh baik
pada derah 20o LU hingga 20o LS.

h. Tanah
Kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tipe-tipe tanah yang baik
adalah :
 Tanah aluvial yang kaya atau tanah-tanah lempung yang cukup lembab
 Tanah-tanah Latosol bertekstur lempung atau liat, terutama pada tanggul-
tanggul saluran, sungai, dan lain-lain
 Tanah pasir, khususnya tipe “Aladin Litteral”
Syarat-syarat tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa yaitu
sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Hama Penting Pada Tanaman Kelapa dan Cara Pengendaliannya


Kerusakan tanaman kelapa yang disebabkan oleh serangan hama, pada
belakangan ini meliputi jumlah sekitar 4 juta pohon, mengakibatkan penurunan
produksi sekurang-kurangnya 20.000 - 30.000 ton kopra tiap tahunnya.
Berdasarkan bagian tanaman yang diserang, hama tanaman kelapa adalah:
a. Hama kumbang nyiur (oryctes rhinoceros l.)

Famili : Dynastidae Ordo : Coleoptera

b. Gejala serangan :

 Kumbang dewasa menggerek dan mengebor pangkal pelepah daun hingga


mencapai daun-daun yang belum membuka. Akibatnya bila daun tersebut
membuka, maka bekas daun yang terserang tampak terpotong ujungnya
berbentuk segitiga.

9
 Bila menyerang titik tumbuh, pohon kelapa akan mati karena tidak mampu lagi
menghasilkan daun baru.
 Kerusakan akibat serangan kumbang nyiur dapat dilanjutkan oleh kumbang
sagu

maupun kumbang tanduk kelapa.


c. Sifat dan cara hidup

 Telur kumbang ini berbentuk bulat, berwarna putih, berukuran panjang 3


mm dan lebar 2 mm. Seekor kumbang betina bertelur 35 – 70 butir.
 Larva dewasa berukuran 12 mm. Kepalanya berwarna coklat kemerahan,
tubuh bagian belakang lebih besar daripada bagian depan, badannya berbulu
pendek dan pada ekornya bulu-bulu itu tumbuh rapat. Larva hidup pada
sisa-sisa tumbuhan yang telah membusuk, kotoran ternak, timbunan
sampah, sisa-sisa pengolahan hasil pertanian (sekam padi, ampas tebu,
serbuk gergaji) atau batang kelapa yang membusuk.
 Kepompong berukuran lebih kecil daripada larvanya, dibungkus kokon yang
dibuat dari tanah, warnanya kuning.
 Kumbang dewasa (imago) berukuran 3 – 5 cm, berwarna merah sawo.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan segera terbang

10
ke atas pohon kelapa. Kemudian menyusup ke dalam pucuk membuat
lubang menembusi pangkal pelepah daun muda sampai di tengah-tengah
pucuk dan berada di tempat itu selama 5 –10 hari.
 Masa perkembangan kumbang nyiur terdiri dari beberapa stadia, masing-
masing yaitu stadia telur 11 –12 hari, larva 63 – 164 hari, kepompong 19 –
27 hari clan kumbang 14 – 28 hari, sehingga seluruh perkembangannya
memerlukan waktu 3,5 – 6,5 bulan.
 Kumbang nyiur jantan mempunyai cula yang lebih panjang dibandingkan
kumbang betina dan tertarik pada cahaya.
 Kumbang nyiur merusak pula tanaman-tanaman lain, seperti : sagu, gebang,
pinang, kelapa sawit, tebu. Kumbang ini merajalela di daerah-daerah yang
curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun.
d. Pencegahan dan pemberantasan
1) Cara sanitasi
Yaitu tidak memberi kesempatan kepada imago dan larvanya untuk hidup
pada timbunan-timbunan kotoran, misalnya dengan :
 Membongkar timbunan-timbunan kotoran/sampah sambil mencari dan
membinasakan larva dan imago yang ditemukan. Pekerjaan ini sebaiknya
dilakukan secara teratur, tiap 2 bulan sekali.
 Membakar timbunan kotoran dan sampah-sampah.
2) Cara kimiawi
Berdasarkan hasil penelitian Soenardi dkk. (1978) hama kumbang nyiur
dapat dikendalikan secara efektif dengan insektisida :
 Sevin 85 SP dengan dosis 10 gram/pohon dimana setengahnya disiramkan
dan sisanya ditaburkan ke pucuk tanaman mengarah ke titik tumbuh, dengan
interval pemberian setiap dua bulan
 Lebaycid 50 EC, dengan dosis 5 cc/liter air/pohon serta interval pemberian
dua bulan
 Untuk tindakan pencegahan dapat digunakan Basudin 10 G dengan dosis 20
gram/pohon langsung ditabur ke pucuk tanaman dan diulang setiap 3 bulan.
e. Kombinasi cara mekanis kimia dan sanitasi

11
Pohon yang terserang ditebang. Pucuknya clibelah-belch dan diberi aldrin
40% WP untuk "trapping". Batang dan bagian-bagian lainnya dibakar. Pekerjaan
dilakukan sedemikian rupa, yaitu dimulai dari perbatasan daerah yang masih
bebas hama dan daerah yang sudah dibersihkan, merupakan penghalang untuk
meluasnya serangan selanjutnya. "Trapping" dapat juga dilakukan dengan
menumpuk sampah yang diberi insektisida misalnya BHC atau HCH. Kumbang
yang bertelur di atasnya akan teracuni.

12
f. Cara biologis
Pengendalian hama kumbang nyiur secara biologi dapat dilakukan dengan
menggunakan :
 Menggunakan cendawan Metharrhizium anisopliae
Cendawan ini menyerang larva kumbang nyiur sehingga menjadi kering dan
mati. Seringkali kepompong dan kumbang juga diserang.
 Menggunakan virus Baculovirus oryctes
Pengendaliannya dengan cara menginfeksi kumbang Oryctes dengan virus ini
dan kumbang yang terinfeksi akan mati dalam waktu 4-6 minggu. Selama
waktu tersebut kumbang yang telah terinfeksi virus dilepas ke pertanaman
kelapa sehingga dapat menyebarkan virus yang dibawa kepada kumbang nyiur
lainnya. Kumbang nyiur yang dilepas minimal 10 ekor/ha/bulan.
g. Cara kultur teknis
Dengan cara menanam tanaman penutup tanah pada areal pertanaman
kelapa sehingga perkembangbiakan hama kumbang nyiur dapat ditekan.

3.2. Penyakit Tanaman Kelapa dan Cara Pengendaliannya


a. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium

b. Gejala serangan :

 Timbul bercak-bercak berbentuk bulat kecil pada daun muda, ukuran


bercak terus membesar dan warnanya berubah menjadi coklat tua dan
akhirnya bentuk bercak menjadi lonjong.
 Pada serangan berat, timbul bercak-bercak nekrotik yang luas dan tidak
beraturan dengan warna bercak coklat tua atau kelabu.

13
c. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium


incurvatum

d. Pengendalian

Disemprot dengan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 0,2 %.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Beberapa jenis hama dan penyakit ( OPT) ada yang bersifat lokal spesifik
seperti hama kumbang nyiur (oryctes rhinoceros l.), Sexava, dan layu natuna.
Penyakit bercak daun Helminthosporium atau dapat menimbulkan kerusakan dan
kerugian pada daerah tertentu, namun tidak menimbulkan masalah pada daerah-
daerah lainnya. Inventarisasi OPT kelapa dapat memberikan informasi penting
tentang status hama dan penyebaranya sehingga sangat bermanfaat bagi petani,
petugas lapangan dan semua pihak sehingga dapat diambil tindakan yang efektif
dan efesien dengan memperhatiakan konsep pengelolaan hama terpadu ( PHT).

4.2. Saran
Setelah dijelaskan hama dan penyakit penting pada tanaman kelapa
tersebut semoga menambah ilmu pengetahuan tentang melakukan cara
pengendalian serangan gejala hama dan penyakit tanaman kelapa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, I. R. T.U & Syahnen. 2013. Hama O. rhinoceros pada Tanaman Kelapa
Sawit. Laporan Penelitian Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Medan. Hlm: 1-9.

Tjoa Tjen Mo. 1953. Memberantas hama-hama kelapa dan kopra. Noorhoff holft.
Jakarta 270 hlm.

Hosang. M L A dan J.S Warokka. 1996. Serangan penyakit bercak daging buah
pada kelapa hibrida PB 121 di lahan gambut.

https://repository.uir.ac.id/4350/5/7%20BAB%202.pdf

https://www.researchgate.net/profile/Gun-Mardiatmoko/publication/
323257747_Produksi_Tanaman_Kelapa_Cocos_nucifera_L/links/
5abc2d57a6fdcccda6561122/Produksi-Tanaman-Kelapa-Cocos-nucifera-L.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai