Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGENDALIAN ORGANISME PENGANGGU TANANAMAN (OPT)

DI BUAT OLEH

KELOMPOK 5

1.BUDI TRI ICHWANTO E281 23 300

2.MASYITA EKI LESTARI E281 23 314

3.RIVANA MEGA KENCANA DEWI E281 23 301

4.TALIA E281 23 324

5.TRIVENA SANGANDA E281 23 305

6.ZALDI E281 23 306

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang
"PENGENDALIAN ORGANISME PENGANGGU TANAMAN".
Kemudian
shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi besar
kita Muhammad S.A.W yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
ILMU PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….
1.1Latar Belakang …………………………………………………………………….

BAB II.PEMBAHASAN……………………………………………………………..
1. Filum Nematoda……………………………………………………………..
2. Filum Mollusca………………………………………………………………..
3. Filum Chordata……………………………………………………………….
4. Filum Arthropoda……………………………………………………………
5. Pengendalian Secara Kultur Teknik………………………………….
6. Pengendalian Secara Hayati……………………………………………
7. Pengendalian Secara Kimiawi…………………………………………
8. Pengendalian Secara Genetik…………………………………………
9. Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.

BAB III.PENUTUP…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi


tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu
hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah
satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke
suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang
ditujunya. Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang
belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan
berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan
sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan
terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk,
menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang
berarti dalam perdagangan internasional.

Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida


sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti
penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne
pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan
pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang telah
dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggung resiko
kegagalan usaha taninya.

Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi
masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat
OPT, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa
pestisida kimia sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal
tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi
terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang
siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun
kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi.

Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah


kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis
(resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami)
serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil. Terdapat kecenderungan
penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran
pestisida. Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih
ramah lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida
sintetis.

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest


Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka
tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi,
menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah
satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang
pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian secara hayati karena
pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan
manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya
memanfaatkan pengendali hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian
hayati harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan
jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain. Berbagai kendala yang
menyangkut komponen hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara
pengendalian hayati lambat kurang diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya
suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep
pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam
pemanfaatannya.

2. Rumusan masalah
3. Apa yang dimaksud dengan OPT?
4. Organisme apa saja yang termasuk dalam pengganggu tnaman?
5. Bagaimana cara untuk mengendalikan OPT?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian dari adanya OPT?
7. Tujuan
8. Mengetahui pengertian OPT secara mendalam.
9. Mengetahui organisme-organisme yang termasuk OPT.
10. Mengetahui cara-cara untuk mengendalika OPT.
11. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari adanya OPT tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat


merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tumbuhan.
Organisme penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi tanaman
baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu
tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.
Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat produksi
dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena
dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Masih banyak
permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras
untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada
berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu,
dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan
dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan
menjadi hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional.

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman


adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang
bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam
uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar
anggota filum tersebut.

1. Filum Nematoda

Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda


berperan sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang
bersifat saprofag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda sering ditemukan
pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah,
tanaman, binatang, dan manusia. Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk
silindris, tidak berwarna (transparan), bilateral simetris, tidak beruas,
mempunyai rongga tubuh semu (pseudocoelomates), bagian kepala agak
tumpul, sedangkan bagian ekornya agak runcing. Selama hidupnya nematoda
dapat mengalami pegantian kulit sebanyak empat kali. Cara nematoda
menyerang tanaman bervariasi, yaitu :

1. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman,


misalnya Criconemoides sp dan Xiphinema
2. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang
bersifat sedentary (menetap), misalnya nematoda puru akar
(Meloidogyne), dan ada yang bersifat migratory (berpindah),
misalnya Pratylenchus sp.
3. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian
tubuhnya ke dalam tanaman, misalnya Rotylenchus
4. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh
tanaman, kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman,
misalnya Heterodera

Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan


yang beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya,
nematoda dibedakan menjadi :

1. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina


tritici penyebab puru pada daun dan biji gandum.
2. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus
dipsaci yang menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan
umbi lapis (bawang).
3. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang
menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.
4. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp
yang menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae,
sehingga pertumbuhan tidak normal.

Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo


Dorylaimida yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris
(Xiphinema sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat menularkan penyakit
virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap
cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan
mikroorganisme sekunder (bakteri dan cendawan) sehingga menimbulkan
pembusukan. Akibatnya pertumbuhan tanaman merana dan perkembangannya
terhambat.

2. Filum Mollusca

Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang
banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada
yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu
bekicot (Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion
pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).

Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh
10 cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-
kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna
coklat, berlendir dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang
sungut (antena), yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di
belakang yang berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain
menggunakan gigi parut (radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian
tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya menyerang tanaman pada
malam hari, dan banyak ditemukan di tempat-tempat yang berair dan
mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana dan Saputra, 1997).

3. Filum Chordata

Filum Chordata mempunyai banyak anggota, namun tidak semuanya berperan


sebagai hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama
adalah Kelas Mamalia (hewan menyusui) dan kelas Aves (burung). Dari kelas
mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling
merugikan, misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus
argentiventer). Disamping itu kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti
gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat berperan sebagai hama
yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang berperan sebagai hama
misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan Moore)). Mamalia
yang dianggap menjadi hama menyerang tanaman sebagai berikut:

1. Tikus (Rattus-rattus)

Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari


golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman
yang disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman
padi pada areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen.
Disamping itu tikus juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai,
kacang tanah, ubi jalar, tebu, kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981). Pada
umumnya tikus menyerang tanpa mengenal tempat, sejak di persemaian,
pertanaman sampai di tempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman
pada malam hari. Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang
dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan memilih jenis makanan
yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan jagung muda. Pada
saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan tikus berlangsung sangat
cepat (Rukmana dan Saputra, 1997). Tiga jenis tikus yang sering merusak
tanaman pertanian menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

 Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer), tikus sawah mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara
270 mm – 370 mm, berat badan rata-rata ± 130 gram, panjang ekor ±
95 persen panjang badan (dari kepala sampai pangkal ekor), tikus
betina mempunyai 12 puting susu, yaitu terdiri atas tiga pasang di
bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna badan kelabu
gelap, sedang bagian dada dan perutnya berwarna keputih-putihan.
 Tikus rumah (Rattus rattus diardi), tikus rumah mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 220
mm – 370 mm, panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari
panjang badan (hidung sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai
puting susu 10 buah, yaitu terdiri dari dua pasang di bagian dada dan
tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan bagian atas dan bagian
bawah cokelat tua kelabu, makanan tikus rumah diperoleh dari sisa
makanan manusia, atau makanan yang disimpan tidak rapi, dan hasil
pertanaman yang disimpan di gudang atau tanaman-tanaman yang
berada di kebun dekat rumah.
 Tikus pohon (Rattus tiomanicus), ciri-ciri tikus pohon adalah sebagai
berikut: ekor lebih panjang 110 persen dari panjang badan (hidung
sampai pangkal ekor), jumlah puting susu betina 10 buah yaitu terdiri
atas dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut,
warna bulu badan pada bagian punggung kemerah-merahan,
sedangkan pada bagian perut hampir seluruhnya putih dan tikus ini
sering menyerang buah kelapa, kakao, dan kopi.

2. Musang (Paradoxurus hermaphroditus)

Populasi musang di habitat alam tergolong relatif rendah, namun dapat


menimbulkan kerugian bagi para petani. Binatang ini menyukai buah-buahan
yang sudah tua atau masak. Disamping itu, musang bersifat rakus, pemakan
segala jenis tanaman atau hewan, antara lain pemangsa anak ayam.

3. Landak (Acantyon brachyurum (L.) = Hystrix javanicus)

Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang atau


gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman
umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan tebu
(Kalshoven, 1981). Satwa liar yang dapat berperan sebagai hama antara lain :
gajah (Elephas maximus L.), babi hutan (Sus vitatus), banteng (Bos sondaicus),
rusa (Rusa timorensis), beruang (Helarctos malayanus) (Triharso, 1994).

Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya


tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik.
Anggota bagian depan pada burung yang berupa sayap digunakan untuk
terbang. Meskipun demikian, ada golongan burung yang tidak bisa terbang,
misalnya kasuari, kiwi, dan unta (Rukmana dan Saputra, 1997). Menurut Harahap
dan Tjahjono (1994) beberapa jenis burung/aves yang berpotensi sebagai hama
adalah sebagai berikut :
1. Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)

Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan


seperti sorban haji. Bulu tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher
putih dan secara bertahap berubah warna menjadi coklat merah ke arah bagian
dadanya. Matanya berwarna coklat hitam. Ukurannya sebesar burung gelatik.
Burung jantan dan betina seukuran dan serupa. Burung pipit haji ini hidup
berkelompok. Membuat sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-
rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat lima ekor burung. Kerusakan
ditimbulkan oleh gerombolan burung pada saat padi sedang menguning. Pada
umumnya gerombolan burung ini terdiri atas kurang dari 50 ekor dan datang
berkali-kali.

2. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)

Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna
pada kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya
hitam, perut putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang
tubuh sampai ke ujung ekornya kurang lebih 9 – 10 cm. Burung jantan dan betina
seukuran dan serupa. Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan
sekunder, persawahan, atau pekarangan terutama yang berdekatan dengan
pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang
bergerombol berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini
pernah menjadi hama padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa
Tenggara Timur, burung pipit ini termasuk hama potensial pada pertanaman
padi.

3. Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore))

Panjang tubuh burung peking 10 – 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher
merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam.
Mata berwarna coklat merah. Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada
pohon-pohon tinggi, misalnya pada pohon-pohon aren. Pada satu pohon
terdapat lebih dari satu sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-
kadang bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung
ini juga berpotensi sebagai hama pada pertanaman padi.

4. Filum Arthropoda

Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi
menjadi 2 atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas
dan berpasangan dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara
periodik dilepas dan diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang
berperan sebagai hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta (serangga)
(Ananda, 1983).

1. Kelas Arachnida

Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai
hama tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman.
Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau
merah Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon
terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-
bercak kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering
dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator adalah laba-laba. Ciri khas
Arachnida adalah: kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa,
trochanter, patela, femur, tibia, metatarsus dan tarsus, tubuh terbagi menjadi
dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax) serta abdomen,
tidak bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.

2. Kelas Insecta atau Hexapoda

Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota
kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama
tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983). Adalah: tubuh terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen),
mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur,
tibia, metatarsus dan tarsus, sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula
yang tidak bersayap dan mempunyai satu pasang antena. Beberapa jenis ordo
dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai
berikut :

 Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap.
Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap
belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya
penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe
paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang
sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis
serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah: Belalang kayu
(Valanga nigricornis Burn.), Belalang kembara (Locusta migratoria
manilensis Mayen), Belalang pedang (Sexava spp.), Belalang china atau belalang
berantena pendek (Oxya chinensis), Gangsir (Brachytrypus portentosus Linch),
Jengkerik (Gryllus mitratus Burn.) dan (Gryllus bimaculatus De G.) dan Anjing
tanah (Gryllotalpa africana Pal.).
 Ordo Hemiptera
Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang
termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami
modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal,
sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakangnya mirip
selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah
paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago
pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium
serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang
termasuk ordo Hemiptera, antara lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan buah
kakao (Helopeltis antonii), Kepik buah lada (Dasynus piperis), Kepik hijau (Nezara
viridula), Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius) dan Kepik
hijau Rhynchocoris poseidon Kirk.

 Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai
sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari
serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap
dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun Aphis sp. sejak menetas sampai dewasa
tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk
sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tipe
perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-
imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam
imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari ordo
Homoptera ini antara lain: Wereng hijau (Nephotettix apicalis), Wereng cokelat
(Nilaparvata lugens), Kutu loncat (Heteropsylla sp.) dan Kutu dompolan
(Pseudococcus citri Risso)

 Ordo Lepidoptera
Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo
Lepidoptera mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya
merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan
mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam,
yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan
ngengat aktif pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera
adalah holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva
tipe penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap.
Srtadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan
imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga
hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara lain: Ulat daun kubis (Plutella
xylostella), Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), Ulat
penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), Penggerek batang
padi merah jambu (Sesamia inferens Walker) dan lain-lain.

 Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap.
Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami
modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau
seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya.
Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang
strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak
berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap
depan. Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola
(telur-larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang
sama, yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling
besar di antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini
banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang
merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo
Coleoptera yang berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang
kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi
(Stephanoderes hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus
fasciatipennis Wat.)

 Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya
mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah
berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat
keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga
alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau
set. Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang
lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola
(telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang
imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera
yang sering merusak tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza
phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat penggerek batang padi
(Atherigona exigua).

 Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo
Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan
bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat
rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera
adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago
pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan
buah tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga
yang terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah
menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera
yang sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung
(Heliothrips striatoptera Kob), Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips
oryzae Will) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind).

Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama tanaman menurut Rukmana


dan Saputra (1997), antara lain sebagai berikut :

1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi) antara lain


sebagai berikut :
2. Serangan kumbang daun Aulacophora similis Oliver dengan cara
memakan daun dan bunga pada famili Cucurbitaceae (semangka, melon,
mentimun, dan pare) menyebabkan produksi tanaman tersebut menurun
(rendah).
3. Serangan kumbang penggerek buah kapas Amorphoidea dapat
menyebabkan buah tersebut gugur sebelum masak.
4. Serangan serangga Amrasca flavescens atau Empoasca flavescens F. pada
tanaman kapas yang masih muda dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman tersebut tidak normal sehingga produksi menurun.
5. Serangan ulat tanah Agrotis ipsilon yang memakan berbagai jenis
tanaman (polifag), terutama tanaman muda, dapat menyebabkan
tanaman terkulai (layu) atau mati.
6. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai
berikut :
7. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun,
bunga, maupun buah), misalnya: Ubi jalar Ipomoea batatas yang
terserang hama lanas Cylas formicariusFabr. akan berwarna cokelat
kehitam-hitaman. Biji kedelai yang terserang kepik hijau Nezara viridula L.
dan kepik polong atau kepik cokelat Riptortus linearis F. akan berwarna
kehitam-hitaman.
8. Perubahan rasa, misalnya Ubi jalar yang terserang hama lanas Cylas
formicarius rasanya menjadi pahit. Buah durian yang terserang hama
penggerek Tirathaba ruptilinea Wlk. rasanya menjadi kemasam-
masaman.
9. Bercak atau bintik-bintik hitam, misalnya daun kangkung yang terserang
walang sangit Leptocorisa oratorius akan menunjukkan gejala berbintik-
bintik hitam atau kecokelat-cokelatan. Kulit biji kedelai ataupun kacang
hiaju yang terserang kepik hijau Nezara viridula L. akan berbercak-bercak
cokelat.
10. Rusak atau abnormal, misalnya daun kedelai yang terserang ulat
jengkal Chrysodeixis chalcites akan menjadi berlubang-lubang. Umbi
kentang yang terserang nematoda Meloidogyne sp. akan berbintil-bintil
(abnormal), atau berlubang dan membusuk akibat serangan hama uret.

Organisme yang berperan sebagai hama tanaman menurut Rasdiman (1994),


meliputi filum Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca,
Arthropoda, dan Chordata. Filum Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda,
karena tidak bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Invertebrata,
sedangkan filum Chordata yang bertulang belakang dimasukkan ke dalam
kelompok Vertebrata. Dari fila tersebut, maka filum Arthropodalah yang paling
berperan sebagai hama, terutama dari kelas insekta (serangga).

Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena
serangga membutuhkan tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi
yang dapat diperolehnya dari tanaman. Kecenderungan serangga hama dalam
memilih tanaman sebagai inang sangat ditentukan oleh sifat-sifat yang
terkandung dalam tanaman tersebut. Apabila tanaman memiliki sifat-sifat yang
disukai oleh serangga hama, maka ada kecenderungan bahwa tanaman
mengalami kerusakan yang lebih berat.

Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian


tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya.
Pengertiannya adalah bahwa ada jenis hama yang menyerang satu bagian
tanaman, atau menyerang bagian tanaman tertentu, namun mengakibatkan
tanaman tidak dapat dipanen. Sebagai contoh adalah hama penggerek batang
padi kuning Tryporyza incertulas yang menyerang titik tumbuh tanaman padi.
Akibatnya akan timbul gejala mati pucuk (dead heart) atau sundep pada tanaman
padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase generatif, hama ini
menimbulkan gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi yang terserang akan
tegak, kosong dan berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang hama
tersebut tidak akan pernah diharapkan hasilnya.

Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat hama dalam cara menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang
sasaran utama bagian daun atau batang, dahan, akar, ubi, bunga, buah, dan biji,
namun ada pula hama yang menyerang lebih dari satu bagian tanaman.

Macam pengendalian organisme pengganggu tanaman berapa teknik


pengendaliannya antara lain:
1. Pengendalian Secara Kultur Teknik

Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif,


dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang
kendalinya. Menurut Pedigo (1996) dalam Untung (2006) sebagian besar teknik
pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan
sasaran yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2)
Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan
populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan
tanaman. Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis:

1. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas


domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok
terhadap lingkungannya.
2. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila
jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman
tersebut bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang
ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan
inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada
musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi
tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran
makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase
yang aktif makan.
3. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan
hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
4. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian instar hama yang berada dalam tanah. Misal:

– Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara


(Locusta migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.

– Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di
dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan memutus
siklus perkembangannya.

1. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan: tumpang sari


dapat mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan
inangnya. Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup
hama. Misalnya:

– Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain
pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak
hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman
yang lebih muda dan belum dipanen.

– Tumpang sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak relatif
dapat menekan populasi hama penting tanaman kentang (Setiawati, 2005).

1. Pemangkasan dan Penjarangan: kegiatan pemangkasan terkait dengan


kebersihan tanaman. Sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam
optimum suatu tanaman.

– Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi


sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.

– Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat


pula mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat
menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat.

2. Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan


OPT. beberapa pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain:

– Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena


pemupukan N yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah
terserang OPT.

– Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap


serangan OPT.

3. Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)

Merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja


memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama. Musuh alami yang berupa parasitoid, predator
dan patogen dikenal sebagai fator pengatur dan pengendali populasi serangga
yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan populasi
inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi secara numerik
(respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara fungsional
(respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh alami.
Beberapa tindakan antara lain:

1. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.


2. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.
3. perlindungan dan dorongan musuh alami.
4. Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.
Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain Mematikan hama,
Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-pestisida,
mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang
sesuai bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu:

1. penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari adanya


hama dan selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang
dikumpulkan dan dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti telur
dan larva. Atau dapat pula mengumpulkan bagian tanaman yang
terserang hama.
2. Menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah
masuknya atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak
pada tanaman.
3. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama
dan fase hama yang akan ditangkap.
4. perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran,
frekuenditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama.
Setiap perubahan faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter
kehidupan tersebut.
5. penggunaan lampu perangkap. Dipengaruhi oleh adanya daya tarik
serangga terhadap cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik
perhatrian serangga yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat
dikendalikan dengan ditangkap.
6. Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode
pengendalian menggunakan suara. Penggunaan intensitas suara yangs
angat tinggi sehingga dapat merusak serangga, Penggunaan suara lemah
guna mengusir serangga, dan Merekam dan memperdengarkan suara
yang diproduksikan serangga guna mengganggu parilaku serangga
sasaran.

4. Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya dilakukan


sebagai alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan bahan
kimia sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan
bahan kimia untuk pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan
opt dengan membunuhnya. Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan
pemberantasan hama adalah pestisida. Di bidang pertanian penggunhaan
pestisida mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama dan
penyakit yang memungkinkan peningkatan produksi pertanian dapat dicapai.
5. Pengendalian Secara Genetik

Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk


menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun
dengan memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat
berkembang biak. Beberapa tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab
ini adalah:

1. Penggunaan varietas tahan. Merupakan pengendalian paling efektif,


murah dan kurang berbahaya bagi lingkungan. Varietas tahan diperoleh
melalui serangkaian penelitian dengan memecahkan kelemahan dari
hama tertentu. Teknik pengembangan tanaman tahan hama sengaja
memanfaatkan proses pembentukan sifat ketahanan dan perlawanan
tanaman terhadap serangan serangga herbivora yang terjadi secara
koevolusioner di alam. Beberapa contoh pengendalian ini adalah:

– penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu


mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia.

– Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-2H-1,4-


benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk memperoleh ketahanan
terhadap penggerek batang jagung Ostrinia (Untung, 2006).

1. Pengendalian Dengan Serangga Mandul. Disebut juga teknik otosidal


merupakan teknik pengendalian hama dengan pemab\ndulan serangga
jantan, serangga betina atau keduanya. Serangga mandul sudah mulai
banyak diupayakan katrena efektifitasnya mengurangi populasi serangga
tersebut. Misalnya dengan melepas jantan atau betina mandul, maka
ketika terjadi perkawinan, tidak lah terbentuk keturunan dan dalam
jangka waktu tertentu akan sangat mengurangi populasi hama tersebut.
Beberapa contoh pengendalian dengan pemandulan hama:

– Teknik pelepasan jantan mandul secara besar-besaran pernah dilakukan di


Florida, Puerto Rico dan Amerika Selatan untuk pengendalian “screwworm”
Cochliomyia hominivorax yaitu lalat ayang menyerang ternak.

– Dapat pula dipadukan dengan teknik pengendalian hayati, yaitu pelepasan


telur Habrobracon hebetor lebih efektif mengendalikan hama Ephestia
cautella bila jenis jantan dimandulkan terlebih dahulu.

6. Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.

Salah satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan peraturan


yang telah diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang telah
dibuat pada dasarnya ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT ke
daeerah lain maupun mengatur tindakan-tindakan yang sekiranya dapat
menimbulkan adanya serangan OPT. Beberapa tindkan pengendalian
menggubnakan regulasi diantaranya:

1. Karantina Tanaman Dan Binatang. Dengan adanya tata aturan mengenai


karantina yaitu suatu tindakan isolasi terhadap suatu barang dalam hal ini
adalah tanaman dan binatang sebelum di manfaatkan secara luas di suatu
wilayah, maka penyebaran OPT yang adpat disebabkan dari luar adaerah
dapat dihindari. Dasar hukum pelaksanaan karantina adalah UU No 16
Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Beberapa
contoh pengaruh karantina terhadap pencegahan penyebaran adalah:

– Pemberian kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) seprti


OPTK golongan 1 kategori A1 yaitu Corynebacterium flaccumfaciens, bakteri yang
menyerang benih kedelai yang masih beredar di USA.

– Klasifikasi OPTP (Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting) misalnya pada


kasus OPTP penting adalah penyakit rebah kecambah
(Phytium sp.),penyakit Tilletia caries pada gandung yang sering terbawa oleh
benih.

2. Program Pemberantasan dan Penekanan. Bebrapa tindakan


pemberantasan dan penekanan terhadap perkembangan OPT telah
dilakukan antara lain:

– Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah
terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.

– Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur OPT


maupun bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran.
BAB III

PENUTUP

Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengendalian secara hayati berupaya untuk mempertahankan dan


meningkatkan sumberdaya alam serta memanfaatkan proses-proses
alami.
2. Penelitian tentang pengendalian OPT secara hayati tidak bertujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun untuk
mencapai tingkat produksi stabil dan memadai dalam jangka panjang
3. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap OPT dengan
penyakit yang ditimbulkannya terutama kalau dikaitan dengan tanaman
inang, pola tanam, system pertanian, daya dukung lahan dan system
pengendalian pada waktu tertentu perlu diantisipasi dengan cermat dan
baik.
4. Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-
unsur terkait (peneliti/pakar, penyuluh/petugas proteksi tanaman, petani,
tokoh masyarakat, pengambil keputusan perlu terpadu dengan aktif.
5. Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan kesempatan sebagai
komponen yang kuat dalam PHT akan terwujud dengan menggiatkan
koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agensia, penggunaan
di lapangan dan evaluasi terus menerus.
6. Peluang dan prospek pengendalian hayati penyakit tanaman cukup besar
untuk dikembangkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2010. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih
(Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat
Buah Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas
Lampung. Lampung

Setiawati, A. Dkk. 2005. Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara
Kultur Teknik pada Tanaman Kentang. J. Hort. 15(4):288-296.

Suhaendah, Endah. Dkk. 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana
Terhadap Mortalitas Ulat Kantong Pada Tanaman Sengon. Balai Penelitian
Kehutanan Ciamis. Jawa Barat

Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua).


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Zulfitriany, D.M. dkk. 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropogon nardus l.)
Sebagai Atraktan Berperekat Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Pada
Pertanaman Mangga. J. Sains & Teknologi, Desember 2004, Vol. 4 No.3: 123-129

Anda mungkin juga menyukai