DI BUAT OLEH
KELOMPOK 5
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….
1.1Latar Belakang …………………………………………………………………….
BAB II.PEMBAHASAN……………………………………………………………..
1. Filum Nematoda……………………………………………………………..
2. Filum Mollusca………………………………………………………………..
3. Filum Chordata……………………………………………………………….
4. Filum Arthropoda……………………………………………………………
5. Pengendalian Secara Kultur Teknik………………………………….
6. Pengendalian Secara Hayati……………………………………………
7. Pengendalian Secara Kimiawi…………………………………………
8. Pengendalian Secara Genetik…………………………………………
9. Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.
BAB III.PENUTUP…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi
masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat
OPT, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa
pestisida kimia sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal
tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi
terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang
siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun
kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi.
2. Rumusan masalah
3. Apa yang dimaksud dengan OPT?
4. Organisme apa saja yang termasuk dalam pengganggu tnaman?
5. Bagaimana cara untuk mengendalikan OPT?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian dari adanya OPT?
7. Tujuan
8. Mengetahui pengertian OPT secara mendalam.
9. Mengetahui organisme-organisme yang termasuk OPT.
10. Mengetahui cara-cara untuk mengendalika OPT.
11. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari adanya OPT tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filum Nematoda
2. Filum Mollusca
Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang
banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada
yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu
bekicot (Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion
pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).
Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh
10 cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-
kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna
coklat, berlendir dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang
sungut (antena), yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di
belakang yang berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain
menggunakan gigi parut (radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian
tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya menyerang tanaman pada
malam hari, dan banyak ditemukan di tempat-tempat yang berair dan
mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana dan Saputra, 1997).
3. Filum Chordata
1. Tikus (Rattus-rattus)
Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna
pada kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya
hitam, perut putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang
tubuh sampai ke ujung ekornya kurang lebih 9 – 10 cm. Burung jantan dan betina
seukuran dan serupa. Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan
sekunder, persawahan, atau pekarangan terutama yang berdekatan dengan
pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang
bergerombol berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini
pernah menjadi hama padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa
Tenggara Timur, burung pipit ini termasuk hama potensial pada pertanaman
padi.
Panjang tubuh burung peking 10 – 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher
merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam.
Mata berwarna coklat merah. Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada
pohon-pohon tinggi, misalnya pada pohon-pohon aren. Pada satu pohon
terdapat lebih dari satu sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-
kadang bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung
ini juga berpotensi sebagai hama pada pertanaman padi.
4. Filum Arthropoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi
menjadi 2 atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas
dan berpasangan dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara
periodik dilepas dan diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang
berperan sebagai hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta (serangga)
(Ananda, 1983).
1. Kelas Arachnida
Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai
hama tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman.
Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau
merah Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon
terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-
bercak kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering
dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator adalah laba-laba. Ciri khas
Arachnida adalah: kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa,
trochanter, patela, femur, tibia, metatarsus dan tarsus, tubuh terbagi menjadi
dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax) serta abdomen,
tidak bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.
Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota
kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama
tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983). Adalah: tubuh terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen),
mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur,
tibia, metatarsus dan tarsus, sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula
yang tidak bersayap dan mempunyai satu pasang antena. Beberapa jenis ordo
dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai
berikut :
Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap.
Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap
belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya
penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe
paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang
sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis
serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah: Belalang kayu
(Valanga nigricornis Burn.), Belalang kembara (Locusta migratoria
manilensis Mayen), Belalang pedang (Sexava spp.), Belalang china atau belalang
berantena pendek (Oxya chinensis), Gangsir (Brachytrypus portentosus Linch),
Jengkerik (Gryllus mitratus Burn.) dan (Gryllus bimaculatus De G.) dan Anjing
tanah (Gryllotalpa africana Pal.).
Ordo Hemiptera
Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang
termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami
modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal,
sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakangnya mirip
selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah
paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago
pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium
serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang
termasuk ordo Hemiptera, antara lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan buah
kakao (Helopeltis antonii), Kepik buah lada (Dasynus piperis), Kepik hijau (Nezara
viridula), Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius) dan Kepik
hijau Rhynchocoris poseidon Kirk.
Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai
sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari
serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap
dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun Aphis sp. sejak menetas sampai dewasa
tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk
sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tipe
perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-
imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam
imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari ordo
Homoptera ini antara lain: Wereng hijau (Nephotettix apicalis), Wereng cokelat
(Nilaparvata lugens), Kutu loncat (Heteropsylla sp.) dan Kutu dompolan
(Pseudococcus citri Risso)
Ordo Lepidoptera
Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo
Lepidoptera mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya
merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan
mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam,
yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan
ngengat aktif pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera
adalah holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva
tipe penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap.
Srtadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan
imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga
hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara lain: Ulat daun kubis (Plutella
xylostella), Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), Ulat
penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), Penggerek batang
padi merah jambu (Sesamia inferens Walker) dan lain-lain.
Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap.
Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami
modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau
seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya.
Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang
strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak
berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap
depan. Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola
(telur-larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang
sama, yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling
besar di antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini
banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang
merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo
Coleoptera yang berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang
kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi
(Stephanoderes hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus
fasciatipennis Wat.)
Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya
mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah
berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat
keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga
alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau
set. Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang
lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola
(telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang
imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera
yang sering merusak tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza
phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat penggerek batang padi
(Atherigona exigua).
Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo
Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan
bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat
rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera
adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago
pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan
buah tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga
yang terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah
menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera
yang sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung
(Heliothrips striatoptera Kob), Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips
oryzae Will) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind).
Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena
serangga membutuhkan tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi
yang dapat diperolehnya dari tanaman. Kecenderungan serangga hama dalam
memilih tanaman sebagai inang sangat ditentukan oleh sifat-sifat yang
terkandung dalam tanaman tersebut. Apabila tanaman memiliki sifat-sifat yang
disukai oleh serangga hama, maka ada kecenderungan bahwa tanaman
mengalami kerusakan yang lebih berat.
Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat hama dalam cara menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang
sasaran utama bagian daun atau batang, dahan, akar, ubi, bunga, buah, dan biji,
namun ada pula hama yang menyerang lebih dari satu bagian tanaman.
– Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di
dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan memutus
siklus perkembangannya.
– Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain
pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak
hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman
yang lebih muda dan belum dipanen.
– Tumpang sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak relatif
dapat menekan populasi hama penting tanaman kentang (Setiawati, 2005).
– Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah
terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.
PENUTUP
Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2010. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih
(Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat
Buah Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas
Lampung. Lampung
Setiawati, A. Dkk. 2005. Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara
Kultur Teknik pada Tanaman Kentang. J. Hort. 15(4):288-296.
Suhaendah, Endah. Dkk. 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana
Terhadap Mortalitas Ulat Kantong Pada Tanaman Sengon. Balai Penelitian
Kehutanan Ciamis. Jawa Barat
Zulfitriany, D.M. dkk. 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropogon nardus l.)
Sebagai Atraktan Berperekat Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Pada
Pertanaman Mangga. J. Sains & Teknologi, Desember 2004, Vol. 4 No.3: 123-129