“PESTISIDA : ORGANOFOSFAT”
Oleh : Kelompok 6
Ida Afriani (1010161100)
Risdha Rachmayani (1010161076)
Yudha Darmawan (1010161119)
Kelas : 1 D
FAKULTAS KESEHATAN
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. i
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah……………………………………………... 2
1.3. Tujuan masalah ………………………………………… ......... . 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Organofosfat ................................................................ 3
2.3. Penggolongan Pestisida Organofosfat ........................................... 4
2.4. Gejala Keracunan Organofosfat .................................................... 6
2.5. Cara pencegahan keracunan Organofosfat .................................... 7
2.6. Jenis sampel dan pengambilan sampel .......................................... 8
2.7. Metode Analisis……………………………………………….. 10
2.8. Pemerikaan penunjang………………………………………… 10
2
1ckdnjkdiljkkhjh
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Pestisida : Organofosfat”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pestisida Organofosfat untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusunsn
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata
caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh
hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk
mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung
maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001).
Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/Per/III/1992 Semua zat kimia/bahan lain
serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk membrantas atau mencegah hama-hama
dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian,
memberantas gulma, mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk,
mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak,
mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegah binatang-binatang dan
jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat angkutan, memberantas dan
mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan
air.
Penggunaan pestisida organofosfat secara luas berdampak pada meningkatnya kasus
keracunan, yakni sebanyak 80% kasus keracunan pestisida merupakan keracunan pestisida
organofosfat. Menurut World Health Organization (WHO), satu juta kasus keracunan
berat dan dua juta kasus bunuh diri menggunakan organofosfat terjadi di seluruh dunia,
200.000 diantaranya meninggal, terutama di negara sedang berkembang. Pajanan pestisida
cenderung lebih banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang dibanding negara-
negara maju dikarenakan oleh tiga faktor utama : iklim, penggunan alat pelindung diri yang
tidak tepat, dan kurangnya pelatihan keamanan. Keracunan organofosfat dalam pertanian
merupakan kasus yang paling sering terjadi dikarenakan penggunaan pestisida yang salah
dengan pemakaian alat pelindung diri yang tidak lengkap. Penyemprotan pestisida yang
sejatinya diindikasikan untuk pengendalian hama, namun pada kenyataannya
4
penyemprotan pestisida tetap dilakukan meskipun tidak terdapat hama pada tanaman
pertanian.
Organofosfat memiliki efek toksik terhadap banyak bagian tubuh sehingga dapat
terjadi berbagai macam gangguan, diantaranya terjadi gangguan sistem respirasi, hepatik,
kardiovaskuler, neurologis, ketidakseimbangan hormonal, kerusakan ginjal serta stres
oksidatif. Karena luasnya efek yang ditimbulkan organofosfat dapat menyebabkan
mortalitas dan morbiditas yang berat. Manifestasi yang paling sering timbul meliputi mual,
muntah, diare, miosis pupil, hipersalivasi, lakrimasi, penurunan kesadaran, nyeri perut,
fasikulasi otot, dan yang paling fatal adalah gagal nafas. Seperti yang dibahas oleh Catalina
Lionte dkk, telah diketahui bahwa perubahan kelistrikan jantung yang ditunjukkan dengan
perubahan elektrokardiogram dapat disebabkan oleh karena overdosis obat atau racun,
meskipun pada pasien tanpa riwayat kelainan patologis jantung.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Pada tahun 1930an
organofostat digunakan sebagai insektisida, namun pihak militer jerman mengembangkan
senyawa ini sebagai neurotoksin selama perang dunia kedua.
Gugus X pada struktur di atas disebut “leaving group” yang tergantikan saat organofosfat
menfosforilasi asetilkolin serta gugus ini paling sensitif terhidrolisis. Sedangkan R1 dan R2
umumnya adalah golongan alkoksi, misalnya OCH, atau OC2H5. Organofosfat dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain, fosfat, fosforothiat, fosforamidat,
fosfonat, dan sebagainya.
7
3. Klorfenvinfos
Diumumkan pada tahun 1962. Insektisida ini bersifat nonsistemik serta bekerja
sebagai racun kontak dan racun perut dengan efek residu yang panjang.
4. Klorpirifos
Merupakan insektisida non-sistemik, diperkenalkan tahun 1965, serta bekerja
sebagai racun kontak, racun lambung, dan inhalasi.
5. Kumafos
Ditemukan pada tahun 1952. Insektisida ini bersifat non-sistemik untuk
mengendalikan serangga hama dari ordo Diptera.
6. Diazinon
Pertama kali diumumkan pada tahun 1953. Diazinon merupakan insektisida dan
akarisida non-sistemik yang bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan efek
inhalasi. Diazinon juga diaplikasikan sebagai bahan perawatan benih (seed
treatment).
7. Diklorvos (DDVP)
Dipublikasikan pertama kali pada tahun 1955. Insektisida dan akarisida ini
bersifat non-sistemik, bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan racun inhalasi.
Diklorvos memiliki efek knockdown yang sangat cepat dan digunakan di bidang-
bidang pertanian, kesehatan masyarakat, serta insektisida rumah tangga.
8. Malation
Diperkenalkan pada tahun 1952. Malation merupakan pro-insektisida yang dalam
proses metabolisme serangga akan diubah menjadi senyawa lain yang beracun bagi
serangga. Insektisida dan akarisida non-sistemik ini bertindak sebagai racun kontak
dan racun lambung, serta memiliki efek sebagai racun inhalasi. Malation juga
digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk mengendalikan vektor penyakit.
9. Paration
Ditemukan pada tahun 1946 dan merupakan insektisida pertama yang digunakan
di lapangan pertanian dan disintesis berdasarkan lead-structure yang disarankan oleh
G. Schrader. Paration merupakan insektisida dan akarisida, memiliki mode of action
sebagai racun saraf yang menghambat kolinesterase, bersifat non-sistemik, serta
8
bekerja sebagai racun kontak, racun lambung, dan racun inhalasi. Paration termasuk
insektisida yang sangat beracun.
10. Profenofos
Ditemukan pada tahun 1975. Insektisida dan akarisida non-sistemik ini memiliki
aktivitas translaminar dan ovisida. Profenofos digunakan untuk mengendalikan
berbagai serangga hama (terutama Lepidoptera) dan tungau.
11. Triazofos
Ditemukan pada tahun 1973. Triazofos merupakan insektisida, akarisida, dan
nematisida berspektrum luas yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut.
Triazofos bersifat non-sistemik, tetapi bisa menembus jauh ke dalam jaringan tanaman
(translaminar) dan digunakan untuk mengendalikan berbagai hama seperti ulat dan
tungau.
9
Adapun gejala keracunan pestisida golongan organofosfat adalah :
1. Gejala awal
Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit
kepala dan gangguan penglihatan.
2. Gejala Lanjutan
Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan,
pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus
dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak
nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.
3. Gejala Sentral
Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya
reflek, kejang dan koma.
4. Kematian
Apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian dikarenakan
kelumpuhan otot pernafasan.
Gejala-gejala tersebut akan muncul kurang dari 6 jam, bila lebih dari itu maka
dipastikan penyebabnya bukan golongan Organofosfat. Pestisida organofosfat dan
karbamat dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut dengan gejala (keluhan)
sebagai berikut : leher seperti tercekik, pusing-pusing, badan terasa sangat lemah,
sempoyongan, pupil atau celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor, terkadang
kejang pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah, kejang pada perut,
mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan rasa penuh di dada, pilek, batuk
yang disertai dahak, mengeluarkan air liur berlebihan. Sebab baru biasanya terjadi 12 jam
setelah keracunan, denyut jantung menjadi lambat dan ketidakmampuan mengendalikan
buang air kecil maupun besar.
10
Ada beberapa cara untuk meghindari keracunan antara lain.
1. Pembelian pestisida
Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli, masih
utuh dan ada label petunjuknya
2. Perlakuan sisa kemasan
Bekas kemasan sebaiknya dikubur atau dibakar yang jauh dari sumber mata air
untuk mengindai pencemaran ke badan air dan juga jangan sekali-kali bekas kemasan
pestisida untuk tempat makanan dan minuman.
3. Penyimpanan
Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang aman
seperti jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan dan
sediakan tempat khusus yang terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung.
4. Penatalaksanaan Penyemprotan
Pada pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan oleh sebab
itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap setiap melakukan
penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak melakukan penyemprotan sewaktu
angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum serta merokok di waktu sedang
menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan
berganti pakaian serta pemakain alat semprot yang baik akan menghindari terjadinya
keracunan.
11
a. darah, f. Jaringan otak
b. feses, g. Limpa
c. urin h. Paru-paru
d. Darah i. Lemak badan
e. Jaringan hati
B. Pada jenazah:
Lambung dengan isinya.
Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan
padausus setiap jarak sekitar 60 cm.
Darah, yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer
(vena jugularis, arteri femoralis, dll) masing -masing 50 ml dan
dibagi dua. Yang satu diberi bahan pengawet NaF 1% yang lain tidak
diberi pengawet.
Hati, sebagai tempat detoksifikasi tidak boleh dilupakan, diambil
sebanyak 500 gram.
Ginjal diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan logam
berat terutama bila urine tidak tersedia
Otak, diambil 500 gram khusus untuk keracunan kloroform dan
sianida. Haltersebut dimungkinkan karena otak merupakan
jaringan lipoid yang mampumeretensi racun walau telah mengalami
pembusukan
12
urine diambil seluruhnya, penting karena racun akan
diekskresikan melaluiurine khususnya untuk tes penyaring pada
keracunan narkotika dan alcohol
empedu, karena tempat ekskresi berbagai macam racun terutama narkotika
pada kasus khusus dapat diambil:
- jaringan sekitar suntikan dalam radius 5-10 cm
- jaringan otot yaitu dari tempat yang terhindar kontaminasi
misalnyam. Psoas sebanyak 200 gram
- lemak dibawah kulit dinding perut sebanyak 200 gram
- rambut yang dicabut sebanyak 10 gram
- kuku yang dipotong sebanyak 10 gram
- cairan otak sebanyak-banyaknya
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain untuk membantu
penegakan diagnosis, juga berguna untuk kepentingan penyelidikan polisi pada kasus
kejahatan. Sampel yang dikirim adalah 50 mL urin, 10 mL serum, dan fesees.
13
Selain itu, pemeriksaan penunjang yang juga diperlukan pada pasien yang dicurigai
mengalami keracunan atau intoksikasi adalah :
1. Laboratorium Klinik
- Analisis gas darah
- Darah lengkap
- Serum elektrolit
- Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal
- Sedimen urin
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat dampak keracunan dan dapat
dijadikan sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan obat atau
keracunan makanan.
2. EKG
EKG perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti dengan gangguan
irama jantung dapat berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,
ventrikel takikardi, torsade de pointes, fibrilasi ventrikel dan lainnya.
3. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau dugaan
adanya perforasi lambung.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pestisida Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya
dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian pada manusia. Organofosfat
menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah
merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis acetylcholine
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine
meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat
dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada
seluruh bagian tubuh.
Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain :
Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion,
Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos.
B. SARAN
Untuk mencegah diri dari keracunan Pestisida organofosfat ini sebaiknya di sarankan
untuk melakukan Tindakan perawatan spesifik bertujuan :
1. Pencegahan terjadinya keracunan
2. Mempertahankan saluran pernafasan yang bersih
15
Daftar Pustaka
Darmansyah I dan Gan sulistia, 1987. Kolinergik dalam Farmakologi dan Terapi edisi III.
Farmaologi FKUI : Jakarta
Raini M., 2001. Sikap dan Perilaku Buruh Penyemprot yang Keracunan Pestisida Organofosfat di
Kecamatan Pacet-Jawa Barat. Media penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Prihadi. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida Organofosfat
Pada Petani Sayuran di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, PPs-UNDIP,
Semarang, 2008.
16