Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKITKUM

MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN

OLEH:
CINDY LESTARI
08220190032

Pengaruh Jumlah Populasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna


radiata L.) dan Penerapan Pola Tanam Tanaman Hortikultura di Buluballea

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN

Laporan ini Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Melulusi Mata Manajemen Produksi Pertanian

Mengetahui:

Makassar, Juni 2022

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Dr. Ir. Edy, M.P., M.Pd. Citra Indary Na, SP.

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang

berjudul “Pengaruh Jumlah Populasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang

Hijau (Vigna radiata L.) dan Penerapan Pola Tanam Tanaman Hortikultura di

Buluballea” ini tepat pada waktunya.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen, asisten,

teman-teman, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan

praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

sehingga dapat selesai dengan baik.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan laporan-laporan praktikum penulis selanjutnya.

Makassar, Juni 2022

Cindy Lestari

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGEANTAR............................................................................... i

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ii

DAFTAR TABEL......................................................................................... iii

DAFTAR GRAFIK...................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

Latar Belakang........................................................................................ 1

Tujuan Praktikum.................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5

Budidaya Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)............................ 5

Pola Tanam.............................................................................................. 20

III. BAHAN DAN METODE...................................................................... 27

Tempat dan Waktu.................................................................................. 27

Bahan dan Alat........................................................................................ 27

Pelaksanaan Praktikum........................................................................... 27

Pengamatan............................................................................................. 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 43

Kesimpulan.............................................................................................. 43

Saran........................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Tanaman Kacang Hijau pada Umur 2 Hari.............................................. 31

2. Tanaman Kacang Hijau pada Minggu ke-1.............................................. 31

3. Tanaman Kacang Hijau pada Minggu ke-6.............................................. 32

4. Tanaman Kacang Hijau pada Minggu ke-9.............................................. 32

5. Pemupukan Pertama pada Umur 2 Minggu............................................. 33

6. Tanaman Kacang Hijau pada Minggu ke-5.............................................. 33

7. Buah pada Tanaman I Setelah ditimbang................................................. 37

8. Buah pada Tanaman II Setelah ditimbang............................................... 38

9. Tanaman Kentang..................................................................................... 39

10. Tanaman Wortel....................................................................................... 39

11. Bedengan 15x15 cm................................................................................. 41

12. Bedengan 75x25 cm................................................................................. 41

5
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L.)............. 30

2. Pertambahan Jumlah Daun Kacang Hijau (Vignia radiata L.)................ 34

3. Pembentukan Buah Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L)............. 36

6
DAFTAR GRAFIK

No. Teks Halaman

1. Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L.)............. 30

2. Pertambahan Jumlah Daun Kacang Hijau (Vignia radiata L.)................ 34

3. Pembentukan Buah Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L)............. 37

7
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Praktikum Mata Kuliah Manajemen Produksi Pertanian dilakukan untuk

melihat dan melaksanakan secara langsung teknik penanaman kacang hijau (Vigna

radiata L.) antara satu dan dua dan tiga tanaman per lubang yang dilakukan di

Greenhouse Fakultas Pertanian UMI. Selain penanaman langsung juga ada

kunjungan lapangan untuk melihat secara langsung bentuk pola tanam yang

diterapkan. Adapun praktikum akan dilakukan dengan berkunjung ke lokasi

pertanaman sayuran yang ada di Malino untuk melihat secara langsung teknik

penanaman sayuran dan pola tanam yang digunakan.

Banyak produk nasional yang berasal dari sektor pertanian seperti tanaman

pangan, merupakan komoditas yang sangat prospektif serta mempunyai peranan

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan gizi dan kebutuhan pasar domestik

akan hasil tanaman pangan sangat tinggi. Salah satu tanaman pangan di Indonesia

adalah kacang hijau (Vigna radiata L.).

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan sumber protein nabati.

Kandungan protein kacang hijau sebesar 22% menempati urutan ketiga setelah

kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau mengandung asam amino cukup tinggi dan

beberapa vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yakni asam amino, tryptofan

dan lysin. Dalam 100 gram biji kacang hijau mengandung tryptofan 96 mg, lysine

197 mg, asam amino glutamat 297 mg juga mengandung beberapa vitamin seperti

vitamin B1, B2, B3, B5, B12, D, E dan vitamin K. Atas dasar indikator tersebut

maka mengonsumsi kacang hijau sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung dan

1
mengurangi gangguan kesehatan orang yang mengonsumsi lemak tinggi (Yusuf,

2014).

Kandungan karbohidrat dalam 100 g kacang hijau sejumlah 62,9 g yang

nilainya lebih tinggi dibandingkan kandungan karbohidrat pada kedelai dan kacang

tanah. Thippeswamy dkk., (2015) dan Kaur dkk., (2017) menyatakan selain sebagai

sumber karbohidrat, kacang hijau merupakan sumber protein dan mineral. Hasil

penelitian Hussain (2011) menjelaskan bahwa kacang hijau memiliki nilai gizi tinggi

yang bijinya mengandung protein 24,2%, 1,3% lemak dan 60,4% karbohidrat.

Selain itu kacang hijau juga berperan penting dalam meningkatkan kesuburan

tanah (Das dkk., 2015).

Karena tanaman ini termasuk golongan legume yang akarnya

bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sebagai pengikat Nitrogen bebas menjadi

Nitrogen tersedia (Yasmeen dkk., 2012). Tanaman ini juga memiliki umur panen

yang singkat dan memiliki toleransi terhadap kondisi kekeringan (Liu dkk.,

2016). Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai

tanaman pangan kacang-kacangan setelah kedelai dan kacang tanah (Trustinah

dkk., 2014). Pusat data dan sistem informasi pertanian menjelaskan rata-rata

penggunaan kacang hijau selama tahun 2011-2015 adalah 307,69 ton, sedangkan

produksi kacang hijau yang diperoleh menunjukkan nilai 268,25 ton dan impor

kacang hijau mencapai 71,23 ton (Komalasari, 2015). Arsyadmunir (2016)

melaporkan bahwa salah satu penyebab rendahnya produksi kacang hijau adalah

kekurangan air, berdasarkan data yang dilaporkan oleh BNPB (2017)

kekeringan di Indonesia

2
3
melanda 56,334 ha lahan pertanian yang menyebabkan 18,516 ha lahan pertanian

gagal panen (Tribun Timur, 2017).

Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi kacang hijau antara

lain alih fungsi lahan, faktor iklim tidak mendukung, praktik budidaya tidak tepat

dan kesuburan tanah rendah akibat penggunaan pupuk kimia secara terus

menerus. Upaya peningkatan produktivitas kacang hijau dapat dilakukan dengan

memperbaiki efisiensi pemupukan (Rahmah dkk., 2014).

Dalam bidang budidaya tanaman dikenal pola tanam secara monokultur

dan tumpang sari. Pada pola tanam monokultur, tanaman yang dibudidayakan

dalam satu lahan hanya satu jenis sehingga lebih mudah dalam perawatannya

namun rentan terserang hama penyakit. Sedangkan pada pola tanam tupangsari,

terdapat beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan dalam satu lahan sehingga

tidak rentan terserang hama penyakit (Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2017). Pola tanam tumpangsari juga mempunyai keuntungan lainnya

yaitu memperoleh hasil panen yang beranekaragam, dan jika suatu tanaman

dibudidayakan secara tumpangsari dengan kacang tanah, maka bintil-bintil akar

pada tanaman kacang tanah akan mengikat N sehingga akan meningkatkan

kesuburan tanah (Kementerian Pertanian, 2020). Selain itu pola tanam tumpang sari

juga mempunyai keuntungan secara ekonomi, yaitu meningkatkan efisiensi

penggunaan faktor produksi dan meningkatkan pendapatan petani (Hermawati,

2016).

Pola tanam menjadi salah satu landasan diversifikasi tanaman dan untuk

peningkatan produktivitas lahan dan tanaman. Manfaat lain dari penerapan

3
pola tanam adalah efisiensi tenaga kerja lebih tinggi, hasil tanaman lebih

banyak dan beragam, variasi komoditas sumber protein dan gizi juga beragam,

risiko kegagalan panen semakin rendah, optimalisasi panggunaan lahan,

pemanfaatan sumber daya air dan energi sinar matahari lebih tinggi, dapat

mengondisikan stabilitas biologis oleh serangan organisme pengganggu

tanaman terhadap tanaman yang dibudidayakan (Khairullah dan Fahmi, 2018).

2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi antar perlakuan

satu, dua dan tiga tanaman per lubang tanam.

b. Untuk mengetahui jenis pola tanam yang diterapkan di lahan pertanaman

sayuran di daerah Malino.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Budidaya Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan komoditas pangan yang sangat

penting di Indonesia, kacang hijau memiliki umur pendek sehingga waktu

panennya lebih cepat daripada tanaman kacang-kacangan lainnya. Kacang hijau

termasuk tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia setelah tanaman

kedelai dan kacang-kacangan (Handika dkk., 2016). Menurut Sulistyo dan Yuliasti

(2012) kacang hijau umumnya ditanam di lahan sawah sesudah panen padi, ketika

diperkirakan air tidak cukup lagi untuk menanam padi atau palawija lain. Hal ini

dilakukan karena kacang hijau dikenal sebagai jenis tanaman yang relatif toleran

terhadap kekeringan.

Kacang hijau dapat tumbuh diberbagai jenis tanah yang mengandung bahan

organik dan sistem drainase yang baik, jenis tanah yang dikehendaki oleh tanaman

kacang hijau yaitu tanah liat berlempung atau tanah lempung seperti podsolik

merah kuning atau latosol. Kemasaman tanah yang baik sebagai syarat tumbuh

tanaman kacang hijau yaitu pada kondisi pH tanah berkisar anatar 5,5- 6,5

(Bimasri, 2014).

Di dalam teknik budidaya kacang hijau, hal-hal yang perlu mendapat

perhatian adalah pengadaan benih, persiapan lahan, penanaman benih, penyulaman,

pengairan, pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit

(Cahyono, 2015).

5
Menurut Cahyono (2015) ada beberapa cara dalam melakukan budidaya

kacang hijau yaitu sebagai berikut:

a. Persiapan benih

Tanaman kacang hijau diperbanyak dengan biji. Sehingga dengan

demikian, untuk bertanam kacang hijau diperlukan biji sebagai benih.

Pengadaan benih kacang hijau dapat dilakukan melalui dua cara, yakni

membeli benih yang siap tanam dan dengan cara mengadakan pembenihan

sendiri. Penggunaan benih varietas lokal maupun varietas unggul hasil panen

sebelumnya sebaiknya dihindari. Karena benih ini memiliki kualitas yang

rendah, sehingga apabila ditanam produksinya rendah, tanaman tidak tahan

terhadap serangan penyakit, daya adaptasi terhadap lingkungan rendah.

Karena benih tersebut sudah merupakan campuran dari beberapa strain

atau varietas.

Untuk mendapatkan benih yang berkualitas baik, sebaiknya

pengadaan benih dilakukan dengan cara membeli benih yang siap tanam.

Karena benih dihasilkan dari penanganan yang sangat selektif di kebun

pembenihan. Benih yang berkualitas baik yang diproduksi dari perusahaan

pembenihan memiliki daya hasil tinggi, benih memiliki bentuk dan ukuran

seragam, benih murni dan mempunyai ketahanan terhadap serangan

beberapa jenis hama dan penyakit, seperti penyakit karat, virus dan hama

lalat bibit. Penggunaan benih yang berkualitas sangat menunjang

keberhasilan berusaha tani kacang hijau.

6
Pengadaan benih dengan cara membeli benih yang siap tanam,

sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Benih telah disertifikasi, karena benih yang telah disertifikasi terjamin

kualitasnya.

2) Tanggal batas waktu penggunaan benih. Benih yang telah kadaluwarsa,

persentase perkecambahan benih telah menurun.

3) Benih dari varietas unggul.

b. Persiapan lahan

Hal kedua yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman kacang hijau

yaitu persiapan lahan berupa pengolahan lahan. Pengolahan tanah harus

dilakukan bila akan menanaman kacang hijau dengan melakukan

pembajakan atau dicangkul dan menambahkan pupuk kandang untuk

meningkatkan nutrisi tanah yang diperlukan tanaman, karena tanaman

kacang hijau menghendaki tanah dengan kelembaban dan ketersediaan unsur

hara yang cukup. Pada lahan pasir pantai yang akan dilakukan untuk

budidaya perlu dilakukannya penetralan terlebih dahulu sebelum

dilakukannya budidaya pada daerah tersebut, agar tanah yang akan

digunakan tidak menghambat pertumbuhan dan tidak terjadinya keracunan

pada tanaman yang dibudidayakan (Fachrudin, 2012).

c. Pengapuran tanah

Pengapuran tanah dilakukan bila keasaman tanah (pH tanah) kurang

dari 5,8. Apabila tanahnya telah sesuai dengan syarat tumbuhnya tanaman

7
kacang hijau (pH tanah 5,8-6,5), maka tidak perlu dilakukan pengapuran

tanah. Sebelum dilakukan pengapuran tanah, hendaknya dilakukan

pengukuran pH tanah terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut:

1) Tanah diambil secara acak dan merata pada petak kebun.

2) Tanah yang telah diambil, kemudian dicampur hingga merata. Lalu,

tanah diambil secukupnya kira-kira satu cangkul.

3) Tanah yang satu cangkul tersebut dimasukkan ke dalam ember yang

berisi air, lalu dibiarkan sampai mengendap.

4) Setelah tanah mengendap, air dipisahkan dari endapan tanah ke dalam

ember yang lain.

5) Selanjutnya, air tersebut diukur pH-nya dengan menggunakan kertas

lakmus atau pH meter. Nilai pH menunjukkan derajat keasaman tanah.

6) Setelah pH tanahnya diketahui dan nilainya kurang dari 5,8 maka segera

dilakukan pengapuran tanah.

Kapur yang dapat digunakan untuk pengapuran tanah dapat berupa

kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur tembok. Kapur tohor juga dikenal

dengan sebutan kapur sirih. Sedangkan kapur karbonat dikenal ada dua

macam yaitu kalsit dan dolomit. Kalsit atau kalsium karbonat (CaCo3)

mengandung kalsium 44%, sedangkan dolomit (CaMg (Co3)2 mengandung

magnesium 19,5% dan mengandung kalsium 30,5%. Kapur tembok juga

dikenal dengan nama kapur hidroksida.

Pengapuran tanah dilakukan dengan cara kapur ditebar secara merata

pada permukaan tanah, kemudian tanah dicangkul tipis-tipis agar kapur

8
bercampur rata dengan tanah. Untuk menaikkan pH tanah sebesar 0,1

diperlukan kapur dolomit sekitar 312 kg/ha. Pengapuran tanah dilakukan 2

minggu sebelum tanam. Sebab, pengapuran tanah yang dilakukan secara

langsung setelah penanaman dapat mematikan tanaman.

d. Penanaman

Benih atau biji kacang hijau dapat langsung ditanamdi kebun tanpa

melalui persemaian terlebih dahulu. Agar benih yang ditanam tumbuh baik,

maka benih yang akan ditanam harus utuh (tidak cacat, luka, atau pecah),

ukurannya seragam, tidak terserang hama maupun penyakit, tidak tercampur

dengan varietas lain, tidak keriput dan bentuknya normal. Selain itu,

penanaman benih kacang hijau juga harus memperhatikan pemilihan waktu

tanam, jarak tanam dan cara penanaman.

1) Pemilihan waktu tanam

Tanaman kacang hijau tidak dapat tumbuh dengan baik pada kondisi

tanah becek atau tergenang air secara terus menerus dalam jangka waktu

lama. Curah hujan yang terlalu tinggi pada awal pertumbuhan

mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dan curah hujan yang tinggi pada

saat tanaman menjelang panen akan membusukkan polong dan biji-biji.

Waktu yang tepat untuk penanaman kacang hijau di lahan sawah

beririgasi teknis bekas padi dilakukan bulan April-Mei dan atau bulan

Juli-Agustus.

9
Pemilihan waktu tanam kacang hijau yang tepat tersebut juga

berkaitan dengan waktu rotasi tanam dengan tanaman padi, yakni kacang

hijau ditanam setelah dua musim tanam padi.

2) Jarak tanam

Jumlah populasi tanaman per satuan luas lahan berpengaruh

terhadap hasil panen. Dengan jumlah populasi tanaman yang optimal

diharapkan dapat diperoleh hasil panen yang tinggi. Jumlah populasi

tanaman per satuan luas lahan berkaitan dengan jarak tanam yang

ditetapkan.

Jarak tanam yang dianjurkan untuk pertanamankacang hijau sangat

bervariasi, yakni 40 cm x 15 cm atau 50 cm x 10 cm (jarak tanam agak

renggang sampai dengan renggang), 20 cm x 20 cm (jarak tanam rapat).

Jumlah tanaman untuk areal tanah seluas 1 hektar pada jarak tanam 40 cm

x 15 cm, 50 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm adalah 333.332 populasi

tanaman, 400.000 populasi tanaman, 500.000 populasi tanaman.

Penetapan jarak tanam pada lahan tanam dilakukan dengan

menggunakan tali rafia yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak

tanam yang telah ditentukan. Kemudian tali rafia dipancang pada

bagian tepi bedengan.

3) Cara penanaman

Penanaman benih kacang hijau di kebun dapat dilakukan dengan

cara tugal dan atau mesin penanam.

10
Penanaman benih kacang hijau dengan cara tugal adalah sebagai

berikut: dengan menggunakan alat tugal, tanah dilubangi sedalam 3-5 cm.

Lubang tanam dibuat tepat pada titik-titik tanam yang telah ditetapkan

sesuai dengan jarak tanamnya. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam

lubang tanam dan setiap lubang tanam diisi 4 biji, kemudian lubang

ditutup dengan tanah. Bila benih telah tumbuh, kemudian diperjarang

menjadi 3 tanaman per lubang. Setelah benih ditanam, kemudian diairi

(disiram air) sampai merata. Pada lahan seluas 1 hektar, penanaman

dengan cara tugal diperlukan tenaga kerja 8-10 HKSP. Tugal adalah alat

pelubang tanam yang terbuat dari kayu berukuran panjang1,5 m dengan

diameter 5 cm dan bagian ujungnya sepanjang 4 cm diruncingkan.

Penanaman benih kacang hijau dengan mesin penanam dapat lebih

cepat dan efisien, karena dengan tenaga kerja 1 orang selama 1 hari (1

HKSP) dapat menyelesaikan penanaman 30-40 hektar. Efisiensi

penggunaan mesin penanam dapat dicapai bila areal yang akan ditanami

sangat luas (minimal 100 ha), lahan datar, tanah tidak berbatu-batu dan

tidak bertunggul kayu, tersedia tenaga teknis yang cakap dalam mengelola

dan merawat mesin penanam dan harga komoditas yang cukup baik.

Sehingga dengan demikian, cara penanaman kacang hijau dengan mesin

penanam hanya bisa diterapkan pada usaha tani kacang hijau yang

berskala besar

Kedalaman tanam sangat berpengaruh terhadap perkecambahan

benih. Bila benih ditanam terlalu dangkal, maka benih tidak dapat

11
berkecambah. Sedangkan apabila benih ditanam terlalu dalam lebih

dari 5 cm, maka benih dapat menjadi busuk atau kalaupun berkecambah,

maka bibit tidak dapat muncul di atas permukaan tanah, sehingga

akhirnya bibit akan membusuk di dalam tanah.

e. Pemberian mulsa

Untuk mencegah benih yang telah ditanam diserang hama, misalnya

semut, rayap dan lain sebagainya, maka setelah benih ditanam, sebaiknya

juga diberikan furadan pada lubang tanam atau di sekitar lubang tanam.

Furadan diberikan bersamaan pada saat tanam dengan dosis 8 kg/ha yang

disebarkan secara merata di permukaan tanah atau 0,50 g setiap lubang

tanam.

Pemberian mulsa berupa jerami padi kering sebanyak 5 ton/ha dapat

meningkatkan hasil hingga 40% jika dibandingkan dengan pertanaman

Kacang Hijau yang tidak diberi mulsa. Pemberian mulsa jerami padi pada

pertanaman kacang hijau dapat meningkatkan laju tumbuh relatif dan produksi

polong sebagai akibat dari penekanan pertumbuhan gulma, serangan lalat bibit,

penguapan air tanah, serta memperlambat proses pengerasan dan peretakan

tanah.

Pemberian mulsa berupa jerami padi kering dilakukan setelah benih

kacang hijau ditanam dengan cara jerami dihamparkan hingga merata setebal

3-5 cm dipermukaan lahan.

f. Penyulaman

12
Penyulaman pada usaha tani kacang hijau adalah merupakan kegiatan

mengganti benih yang mati (tidak tumbuh). Penyulaman benih (biji) pada

tanaman kacang hijau hanya dilakukan satu kali saja, yaitu dilakukan 4-15 hari

setelah tanam. Penyulaman ini hanya dilakukan bila benih yang tidak tumbuh

berkisar antara 10%-25%. Apabila benih yang tidak tumbuh sampai melebihi

40%, maka sebaiknya semua diganti. Kemudian penyiapan lahan dan seleksi

benih dikerjakan yang lebih baik lagi.

Penyulaman benih dilakukan sebagai berikut: benih yang mati diambil,

kemudian dibuat lubang tanam lagi ditempat tersebut, lubang tanam

dibersihkan dan bila perlu diberi Furadan 0,5 g, misalnya apabila terlihat

banyak semut, rayap dan serangga lain di lubang tanam tersebut. Setelah

itu, benih yang baru dimasukkan pada lubang tanam tersebut sebanyak 4

biji, lalu lubang tanam ditutup tanah dan mulsa jerami. Selesai penanaman

benih segera dilakukan penyiraman. Penyulaman sebaiknya dilakukan

pada sore hari.

g. Pengairan

Air sangat diperlukan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan

tanaman. Kerusakan akibat kekeringan adalah daun-daun cepat tua dan mudah

rontok dan tanaman tumbuh kerdil. Kekurangan air pada fase generatif (saat

berbunga, pembentukan polong, dan pengisian polong) akan mengakibatkan

inisiasi bunga dan jumlah bunga yang terbentuk sedikit, dan selanjutnya

persarian terganggu karena mengeringnya tepungsari dan putik. Sehingga

dengan demikian tanaman gagal melakukan pembentukan polong dan

13
pengisian polong. Akibatnya produksi sangat rendah atau bahkan bisa terjadi

gagal panen. Kekurangan air pada fase perkecambahan menyebabkan benih tidak

dapat berkecambah. Di samping itu, kekurangan air juga menyebabkan

perkembangan akar dan bintil-bintil akar terhambat.

Air yang berlebihan juga akan menurunkan pertumbuhan tanaman dan

hasil panen. Tanaman kacang hijau yang tergenangi air dalam jangka waktu

lama, menyebabkan tanaman tidak dapat menyerap air sehingga terjadi

kekurangan air pada daun. Dalam keadaan parah, tanaman menjadi kurang

mampu menyerap zat hara, batang menebal, terbentuknya kalus pada akar,

daun cepat menua (senesen), daun-daun rontok dimulai dari daun bagian

bawah. Di samping itu, genangan air yang berkepanjangan akan meningkatkan

kadar karbondioksida (CO2), sulfida, etilen, asam organik, besi dan mangan

dalam bentuk tereduksi, sedangkan kandungan oksigen di dalam tanah sangat

sedikit. Keadaan ini akan sangat membahayakan kehidupan tanaman. Gejala

yang tampak akibat air yang berlebihan pada pertanaman kacang hijau adalah

timbulnya bercak kuning pada daun atau daun menjadi hijau muda, kuning,

atau bahkan putih (gejala klorosis). Air yang berlebihan pada fase

pertumbuhan dapat menggagalkan benih berkecambah. Kelebihan air pada

fase generatif aka menyebabkan pembentukan polong terhambat dan polong

banyak yang gugur. Sehingga dengan demikian tanaman kacang hijau sangat

peka terhadap kekeringan dan kelebihan air.

14
Untuk memperoleh pertumbuhan tanaman kacang hijau yang baik dan

produksinya tinggi memerlukan air dalam jumlah yang harus cukup. Untuk

perkecambahan biji diperlukan kelembaban tanah sekitar 50%. Cara pemberian

air pengairan pada lahan sawah beririgasi teknis dapat dilakukan dengan

menggunakan sistem “leb”, yaitu menggenangi kebun melalui parit-parit di

antara bedengan. Air disalurkan melalui jaringan irigasi, lalu dibiarkan

menggenang beberapa saat (15-30 menit) sampai bedengan tampak cukup

basah (dalam kondisi kapasitas lapang). Apabila air yang diberikan sudah

cukup, air segera dikeluarkan dari kebun melalui saluran pembuangan air

(selokan drainase).

Tanaman kacang hijau sudah bisa dikatakan mulai menderita kekeringan

bila tanah sedalam 5-10 cm telah kering. Pada kondisi tersebut, pertanaman

kacang hijau harus segera diairi. Apabila tidak ada hujan, pengairan dapat

dilakukan dengan selang waktu 10 hari sekali. Penyiraman harus dihentikan

seminggu menjelang polong dipanen karena pada kondisi tersebut tanaman

sudah tidak memerlukan air lagi.

h. Pemupukan

Pemupukan tanaman kacang hijau yang ditanam di lahan sawah

bekas padi umumnya kurang responsif, karena pada lahan bekas padi

sawah telah terus menerus dipupuk NPK. Dari beberapa hasil pemelitian

melaporkan bahwa pemberian pupuk NPK pada tanaman kacang hijau di

lahan sawah yang padinya telah mendapat pupuk NPK tidak menunjukkan

peningkatan hasil pada kacang hijau. Akan tetapi, walaupun belum

15
diperoleh data yang mantap tentang manfaat pemberian pupuk NPK untuk

tanaman kacang hijau di lahan sawah bekas tanaman padi, namun telah

disusun dosis anjuran pupuk NPK bagi tanaman kacang hijau pada lahan

sawah yang secara terus menerus padinya telah dipupuk NPK adalah

berkisar antara 50 kg NPK Phonska/ha, 125 kg SP-36/ha dan 50

kgKcl/ha.

Pemberian pupuk NPK ini bersifat hanya untuk memberikan jaminan

ketersediaan hara bagi tanaman kacang hijau agar tetap diperoleh hasil

yang maksimal. Pemberian pupuk phospat (P) sangat penting untuk

pertumbuhan akar, bintil akar dan pembungaan. Pemberian pupuk kalium

(K) sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, pembentukan polong dan

biji. Dan pembelian pupuk Nitrogen (N) sangat penting untuk

pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti pembentukan batang, cabang atau

ranting dan daun. Pemberian pupuk NPK yang berlebihan maupun

kekurangan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil

panen.

Pemupukan NPK selain dilakukan melalui tanah sebaiknya juga

dilakukan melalui daun. Beberapa keuntungan pemupukan melalui daun,

antara lain adalah menghindari terjadi kompetisi pengambilan unsur hara

dalam tanah, menghindari kerusakan tanah akibat pemupukan melalui

tanah yang terlalu berat, tidak ada unsur hara yang terbuang, efisiensi

penggunaan pupuk sangat tinggi karena diberikan langsung ke tempat

metabolisme, merangsang kegiatan jasad mikro berguna yang menghuni

16
daun, tidak mencemari lingkungan, tidak mematikan musuh alami

pengganggu tumbuh tanaman, dapat dicampur pestisida tanpa kehilangan

khasiatnya, tanaman tumbuh cepat, perakaran tumbuh lebat dan kuat,

merangsang tanaman cepat berbunga dan berbuah dan lain sebagainya.

Pupuk NPK Phonska, SP-36 dan Kcl diberikan 1 hari sebelum tanam

atau diberikan bersamaan pada saat tanam dan pupuk diberikan sekaligus.

Pemberian pupuk NPK Phonska, SP-36 dan Kcl dapat juga diberikan secara

bertahap sebagai berikut :

1) Pemupukan Pertama diberikan 1 hari sebelum tanam atau pada saat tanam

terdiri atas setengah dosis NPK Phonska ditambah seluruh dosis SP-36

ditambah setengah dosis Kcl.

2) Pemupukan Kedua diberikan 30 hari setelah tanam terdiri atas setengah

dosis NPK Phonska ditambah setengah dosis Kcl.

Pemberian pupuk NPK Phonska, SP-36 dan Kcl melalui tanah

dilakukan dengan cara disebar secara merata pada petakan atau

bedengan. Kemudian tanah diolah secara ringan (dicangkul tipis-tipis).

Sedangkan pemberian pupuk daun yang dilakukan lewat daun, caranya

adalah sebagai berikut:

1) Pupuk daun diencerkan terlebih dahulu dengan air sesuai dosis yang

tercantum pada label kemasan menurut fase pertumbuhan tanaman dan

merk pupuk daun yang digunakan.

2) Selanjutnya, larutan pupuk daun yang telah diencerkan dengan

penambahan air disemprotkan pada daun tanaman. Penyemprotan harus

17
dilakukan dipermukaan daun bagian bawah, karena pada tempat tersebut

stomata berada. Apabila disemprotkan di permukaan daun sebelah atas

maka pupuk daun tidak akan atau sulit diserap daun sehingga pemupukan

lewat daun akan gagal.

3) Penyemprotan pupuk daun dapat dilakukan kapan saja (pagi, siang, atau

sore) selama tidak ada angin dan diperkirakan tidak akan jatuh hujan 2-3

jam setelah penyemprotan. Penyemprotan pupuk daun tidak efektif bila

ada angin kencang dan ada hujan sebelum 2-3 jam penyemprotan.

i. Pengendalian gulma dan hama

1) Pengendalian gulma

Pada budidaya kacang hijau tanpa menggunakan mulsa jerami,

pengendalian gulma dan rumput dapat dilakukan ketika tanaman berumur

2 minggu dan 30 hari. Apabila gulma dan rumput tumbuh banyak,

penyiangan dapat dilakukan lebih sering. Pada budidaya kacang hijau

dengan menggunakan mulsa jerami, penyiangan cukup dilakukan satu kali

saja pada saat tanaman menjelang berbunga. Karena pemberian mulsa

jerami dapat menekan pertumbuhan gulma sekitar 61%. Tanaman kacang

hijau dapat tumbuh baik dan produksinya tinggi apabila tanaman terbebas

dari gulma semenjak umur 1-40 hari.

Pengendalian gulma dan rumput dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu:

a) Secara manual, yakni gulma dan rumput yang tumbuh di sekitar

tanaman dicabuti dengan tangan atau dibantu dengan alat pencungkil

18
(kored) sedangkan gulma dan rumput diselokan (parit-parit) dilakukan

dengan menggunakan cangkul.

b) Secara mekanik, yakni pencabutan gulma dan rumput dilakukan

dengan menggunakan peralatan mesin dari yang sederhana sampai

yang modern. Salah satu alat mekanik penyiang rumput (gulma)

yang sederhana adalah alat penyiang lahan kering (cono weeder).

c) Secara kimiawi, yakni pengendalian gulma dan rumput dilakukan

dengan menggunakan obat-obatan pembunuh rumput dan gulma

(herbisida). Beberapa jenis herbisida yang dapat digunakan untuk

memberantas gulma dan rumput, antara lain adalah Actril

DS, Ferninine 720 AS, Fusilade 25 EC, Roundoup. Saturin 500/50

EC, Lasso 480 EC dan lain sebagainya.

2) Pengendalian hama

Hama-hama penting yanng menyerang tanaman kacang hijau

diketahui ada 15 species hama serangga, yaitu hama yang ditemukan pada

batang adalah lalat bibit (Ophiomyia Phaseoli Tryion), lalat kacang

(Melanagromyza Sojae Zehntner), hama yang ditemukan menyerang daun

adalah kutu (Aphis Craccivora Koch), kumbang tanah (Longitarsus Sp),

ulat grayak (Spodoptera Litura F), ulat jengkal (Plusia Chalcites), ulat

penggulung daun (Lamprosema Indicata F), belalang (Oxyia Spp),

wereng daun (Bemisia Tabaci Genn), wereng (Empoasca Sp), dan hama

yang ditemukan menyerang polong adalah pengisap polong, yaitu kepik

hijau (Nezara Viridula L), pengisap polong (Piezodorus Hypneri), dan

19
kepik coklat (Riptortus Linearis F), penggerek polong, yaitu penggerek

polong (Maruca Spp), Heliothis Armigera Hubner dan Etiella Spp.

Pencegahan dan pengendalian beberapa hama dapat dilakukan

dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Penanaman serempak, yaitu penanaman dalam satu hamparan yang

luas dengan waktu tanam yang bersamaan. Sehingga dengan demikian,

kerusakkan yang ditimbulkan oleh lalat ini tidak sampai pada

kerusakan yang melampaui batas ambang ekonomi. Karena

perbandingan jumlah makanan jauh lebih banyak dengan ulat yang

menyerangnya.

b) Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya. Tanaman

inang lalat kacang, antara lain kedele, kacang tanah, kacang panjang,

buncis dan jenis kacang-kacangan lainnya.

c) Penanaman menggunakan sistem mulsa plastik hitam perak atau mulsa

jerami padi.

d) Desinfektan benih menggunkan insektisida berbahan aktif karbosulfan,

misalnya Marshal 25 ST, Marshal 200 EC, Marshal 10 CG,

atau Marshal 5 G, desinfektan tanah dengan insektisida berbahan aktif

karbofuran, misalnya Furadan 3 G, Petrofur 3 G, Tomafur 3 G.

e) Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif

Cypermethrin, misalnya Crowen 113 EC, berbahan aktif isoksation

misalnya Karphos 25, berbahan aktif Klorfluazuron,

misalnya Atabro 50 EC, berbahan aktif 25 ULV, berbahan

20
aktif Klorpirifos, misalnya Dursban 20 EC, Lentrek 400 EC, Profos

400 EC.

2. Pola Tanam

Pada prinsipnya pola tanam dapat diartikan sebagai pengaturan tata letak

tanaman pada sebidang lahan tertentu dalam satu periode pertanaman sehingga

memberikan hasil yang optimal serta meningkatkan pendapatan petani dalam sistem

usaha tani. Pola tanam mencerminkan suatu upaya memaksimalkan pemanfaatan

sebidang lahan untuk kegiatan pertanaman pada suatu periode/waktu tertentu. Dalam

pengertian pola tanam ada tiga hal yang menjadi kata kunci keberhasilan penerapan

pola tanam dan perlu diperhatikan, yaitu: jenis tanaman, lahan dan kurun waktu

tertentu.

Pola tanam merupakan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan lahan

pertanian secara optimal dengan segala keterbatasannya yang dilakukan dengan cara

mengatur pola tanam (pertanaman). Mengatur pola tanam bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan petani dalam suatu sistem usaha tani serta dapat

mengurangi risiko kegagalan karena tidak panen. Peningkatan produksi dengan

efisiensi teknis yang tinggi sangat penting karena dapat meningkatkan hasil dan

pendapatan bagi petani. Upaya penggunaan efisiensi teknis dengan

pengalokasian sumber daya yang tersedia secara optimal diharapkan mampu

meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman serta dapat menekan biaya

usaha tani (produksi) sekecil mungkin, dengan demikian pendapatan petani

akan mengalami peningkatan, hal ini dapat dicapai melalui penerapan pola

tanam (Manihuruk dkk., 2018). Penerapan pola tanam bertujuan untuk

21
memanfaatkan sumber daya lahan secara optimal, efektif dan efisien untuk

menghindari risiko kegagalan panen dalam sistem usaha tani karena hanya

mengusahakan satu jenis tanaman saja dalam satuan waktu tertentu. Dengan

beragamnya jenis tanaman yang ditanam pada sebidang lahan, maka petani

akan terhindar dari risiko gagal panen.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh melalui penerapan pola tanam

tumpang sari (Agoestina, 2020) antara lain:

a. Efisien penggunaan ruang dan waktu: tumpang sari merupakan

penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada satu bidang lahan dalam

periode waktu yang sama, sehingga akan dihasilkan lebih dari satu jenis

panenan (hasil) dalam waktu yang hampir bersamaan. Tidak ada

ruang/tempat atau lahan yang kosong karena semua lahan dimanfaatkan

secara optimal untuk pertanaman tanaman sehingga penggunaan lahan

lebih efektif dan efisien.

b. Mencegah dan mengurangi pengangguran musim. Melalui penanaman

berbagai jenis tanaman, maka dibutuhkan banyak tenaga kerja sehingga

pola tanam menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian,

sepanjang musim selama satu tahun tetap ada pekerjaan bagi petani.

c. Pengolahan tanah menjadi minimal: adanya pertanaman sepanjang tahun dapat

mengurangi kegiatan pengolahan tanah. Minimalnya kegiatan pengolahan

tanah, maka dapat mengurangi biaya penyiapan lahan dan biaya usaha tani

lebih efisien sehingga pendapatan petani meningkat.

22
d. Meragamkan sumber protein dan gizi bagi masyarakat. Program diversifikasi

pangan (gizi) bagi masyarakat dapat terlaksana dengan beragamnya komoditas

pangan yang dihasilkan melalui penerapan pola tanam atau tumpang sari.

e. Terjaminnya pendapatan bagi keluarga petani sepanjang tahun sebagai akibat

dari beragamnya komoditas pangan yang dihasilkan dan petani terhindar dari

risiko kegagalan dalam sistem usaha tani.

Teknologi pola tanam supaya dapat diterapkan secara baik dan tepat serta

memberikan hasil yang maksimal sangat tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa

faktor (Mustaqiman, 2010) antara lain:

a. Iklim

Iklim sangat penting dan peranannya sangat besar pada sistem pertanian.

Kondisi iklim pada suatu tempat atau wilayah, iklim pada musim hujan ataupun

musim kemarau berbeda dan memengaruhi terhadap persediaan air yang

diperlukan tanaman. Pada musim hujan persediaan air untuk tanaman berada

dalam jumlah besar, sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan

menurun atau terbatas. Pola iklim kadang kala bisa terjadi penyimpangan yang

sangat nyata dan dapat memengaruhi pola tanam yang dikembangkan.

b. Topografi

Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut. Topografi juga

berpengaruh terhadap suhu dan kelembapan udara di mana keduanya dapat

memengaruhi pertumbuhan tanaman. Tetapi di lahan rawa pasang surut, karena

topografi lahan termasuk datar (flate) dan merupakan dataran rendah sehingga

pengaruh ketinggian tempat relatif tidak berpengaruh.

23
c. Debit air yang tersedia

Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan debit air pada

musim kemarau, sehingga perlu diperhitungkan apakah debit air saat itu

mencukupi apabila ditanami dengan jenis tanaman tertentu. Pada lahan rawa

pasang surut dengan tipe luapan B pertanaman di musim hujan dapat dikatakan

air cukup, tetapi pada musim kemarau diperlukan pengelolaan air yang sesuai

dan tepat agar suplai air terhadap tanaman dapat terpenuhi dengan baik.

d. Jenis tanah

Karakteristik keadaan fisik, kimia dan biologi tanah, hal ini sangat

erat kaitannya dengan kesuburan tanah, termasuk juga kesesuaian jenis

dan varietas tanaman yang akan dikembangkan pada sistem pertanian.

e. Sosial ekonomi

Dalam usaha pertanian kondisi sosial ekonomi merupakan faktor

yang sulit untuk diubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani

(budaya) dalam menanam suatu jenis tanaman.

Sistem pertanian yang berkembang ada dua macam, yakni (1) sistem

pertanian monokultur, yaitu sistem pertanian atau pola tanam yang dikembangkan

hanya menanam satu jenis tanaman saja pada satu bidang lahan pada satu periode

tertentu; dan (2) sistem pertanian polikultur, yaitu sistem pertanian atau pola tanam

yang menanam berbagai jenis tanaman pada satu bidang lahan pada satu periode

tertentu tersusun dan terencana dengan menerapkan dan memperhatikan aspek

lingkungan yang lebih baik (Agoestina, 2020).

24
Penerapan sistem monokultur terbukti dapat meningkatkan produksi,

sehingga keuntungan bertambah disebabkan pada lahan tersebut tidak terjadi

persaingan dengan komoditas tanaman lainnya. Pada sistem monokultur

pertumbuhan satu jenis tanaman utama dapat mencapai maksimal, namun sistem ini

memiliki risiko gagal panen lebih tinggi, akibatnya petani tidak mendapatkan hasil

dari usaha taninya dan berdampak terhadap pendapatan petani. Pertanian

monokultur dapat menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian dan sistem

pertanian yang tidak mantap (Agoestina, 2020).

Kelebihan sistem pertanian monokultur adalah teknis budidayanya relatif

mudah dan simpel (lebih sederhana) karena komoditas tanaman yang ditanam dan

dipelihara hanya satu jenis tanaman saja. Namun demikian, sistem pertanian

monokultur memiliki kelemahan yakni tanaman relatif mudah terserang hama dan

penyakit disebabkan sistem tanam dan keseragaman tanaman terus-menerus

sepanjang musim tanam sehingga mempercepat berkembangnya organisme

pengganggu tanaman (Pradana, 2017; Agoestina, 2020).

Sistem pertanian polikultur adalah bentuk sistem pertanian yang

mengusahakan berbagai jenis tanaman pada tempat dan waktu (ruang/ space)

yang sama. Definisi lain dari sistem polikultur adalah bentuk pertanian

dengan berbagai komoditas tanaman pada satu bidang lahan yang disusun dan

terencana yang diterapkan serta memperhatikan aspek lingkungan (bersifat

alami/natural) yang lebih baik. Prinsip pertanian polikultur adalah menirukan

keragaman ekosistem atau vegetasi secara alami, yakni berbagai jenis

tumbuhan tumbuh pada waktu dan ruang yang sama secara bersamaan. Sesuai

25
dengan pengertian dan pemahaman akan sistem pertanian polikultur, maka

sistem pertanian polikultur masih dibedakan beberapa macam/sistem

(Pradana 2017; Agoestina, 2020) antara lain:

a. Tumpang sari (intercropping). Tumpang sari adalah sistem penanaman

lebih dari satu jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama satu

periode tanam pada satu tempat yang sama.

b. Tumpang ganda (multiple cropping), adalah sistem bercocok tanam yang

menanam lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang tanah yang

waktunya bersamaan atau digilir secara beruntun sepanjang tahun dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan yang maksimal,

diarahkan untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dengan tetap

memperhatikan kelestariannya.

c. Tanaman campuran (mixed cropping), merupakan pola pertanaman yang

terdiri dari beberapa komoditas tanaman yang tumbuh tidak beraturan

jarak tanamnya maupun larikannya, sehingga semua tercampur jadi satu.

d. Tanaman bersisipan (relay cropping), merupakan bentuk pola tanam yang

dilaksanakan dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman

di antara tanaman pokok pada waktu yang sama atau waktu yang berbeda.

e. Tanaman bergiliran (sequential planting), merupakan pola pertanaman

dari dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam secara bergiliran.

26
III. BAHAN DAN METODE

1. Tempat dan Waktu

Praktikum dilakukan di Greenhouse Fakultas Pertanian UMI yang

berlangsung tanggal 12 Maret 2022-16 Mei 2022 dan praktikum kunjungan

lapangan yang akan berlangsung di Lingkungan Buluballea, Malino,

Kelurahan Pattapang, Kabupaten Gowa berlangsung pada tanggal 29 Mei

2022.

2. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang diperlukan pada praktikum di greenhouse yaitu

benih kacang hijau (Vignia radiata L.), campuran tanah dan air sedangkan alat

yang diperlukan pada praktikum di greenhouse yaitu sekop, polybag, alat tulis

27
dan kamera. Selain itu pada praktikum kunjungan lapangan memerlukan alat

yaitu alat tulis dan kamera.

3. Pelaksanaan Praktikum

a. Praktikum di Greenhouse

Adapun langkah-langkah pada pelaksanaan praktikum yang dilaksanakan

pada greenhouse yaitu sebagai berikut.

1) Menyiapkan alat dan bahan

Sebelum pengisian tanah, terlebih dahulu menggulung ujung

polybag dan membaliknya agar polybag tidak mudah jatuh.

2) Persiapan media tanam

Sebelum dimasukkan ke dalam polybag tanah dicampur dan

digemburkan terlebih dahulu agar tidak ada tanah yang menggumpal.

3) Penanaman

Benih kacang hijau sebanyak 3-4 butir dimasukkan ke dalam

lubang tanah yang telah disipakan kemudian ditimbun menggunakan

pupuk kompos.

4) Pemeliharaan

Benih kacang hijau disiram setiap hari pada saat pagi atau sore

hari kemudian membersihkan dan mencabut gulma yang tumbuh di

dalam polybag.

5) Pemupukan

28
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan pertama dilakukan

pada saat tanaman sudah berumur 2 minggu dan pemupukan kedua

dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu dengan menggunakan

pupuk NPK Phonska.

6) Panen

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 minggu yang

ditandai dengan mengeringnya polong yang ada pada tanaman.

b. Praktikum di Lingkungan Buluballea, Maros

Adapun langkah-langkah pada pelaksanaan praktikum yang

dilaksanakan pada Lingkungan Buluballea, Maros yaitu sebagai berikut.

1) Menyediakan alat tulis

2) Mencatat setiap penjelasan oleh narasumber

3) Mengamati jenis tanaman, pola tanam dan jarak tanam tanaman yang

ditanam pada lokasi penanaman.

4. Pengamatan

Adapun Langkah-langkah pengamatan praktikum yang dilaksanakan

pada greenhouse yaitu sebagai berikut.

a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur pada saat tanaman berumur 1 minggu sampai

tanaman berbunga, pengukuran tinggi tanaman diambil dari pangkal

batang yang berada diatas tanah hingga ujung batang. Tinggi tanaman

diukur dengan satuan cm.

b. Jumlah daun

29
Jumlah daun diamati pada saat tanaman berumur 1 minggu sampai

tanaman berbunga.

c. Umur bunga

Umur bunga pada tanaman diamati pada saat tanaman mulai

berbunga hingga tanaman memunculkan buah. Bunga mulai muncul pada

saat tanaman berumur 5 minggu.

d. Perkembangan buah

Buah diamati pada saat tanaman mulai memunculkan buah hingga

pada saat buah siap untuk dipanen. Pemanenan berlangsung pada saat

tanaman berumur 7-8 minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Praktikum di Greenhouse

a. Tinggi tanaman

Tabel 1. Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L.).


Tinggi Tanaman I Tinggi Tanaman II
No. Pengamatan
(cm) (cm)
1. Minggu ke-1 13 cm 11 cm
2. Minggu ke-2 35 cm 28 cm
3. Minggu ke-3 56 cm 49 cm
4. Minggu ke-4 70 cm 62 cm
5. Minggu ke-5 77 cm 64 cm
6. Minggu ke-6 82 cm 67 cm
7. Minggu ke-7 82 cm 67 cm
8. Minggu ke-8 82 cm 67 cm

30
9. Minggu ke-9 82 cm 67 cm
Sumber: Data primer 2022.

Grafik 1. Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L.).


Tinggi Tanaman (cm)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6 M-7 M-8 M-9
Waktu Pengamatan (Minggu)
Tanaman I Tanaman II

Sumber: Data primer 2022.


Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi kacang hijau

pada tanaman I dan tanaman II mengalami kenaikan secara signifikan

mulai dari minggu pertama hingga minggu ke-5. Tetapi sebelum itu, pada

minggu pertama kacang hijau mulai berkecambah pada hari kedua dan

mulai diamati pada hari ketujuh setelah penanaman.

Gambar 1. Tanaman Kacang Hijau


pada Umur 2 hari

Fase pertumbuhan pada tanaman kacang hijau menurut Balitkabi (2012),

waktu biji berkecambah (biji berkecambah dan keluar dari permukaan tanah

sampai fase kotiledon sekitar 2-5 hari tergantung kelembaban dan dalamnya

penanaman.

31
Gambar 2. Tanaman Kacang
Hijau Pada Minggu ke-1

Gamber 3. Tanaman Kacang Hijau


Pada Minggu ke-6

Gambar 4. Tanaman Kacang Hijau


Pada Minggu ke-9

Pada hari ke 5, daun pertama tumbuh sekitar 9-11 hari setelah tanam pada

hari ke 10, daun berangkai tiga pertama keluar pada umur 13 hari dari waktu

tanam, daun berangkai tiga ke dua muncul pada umur ke16 hari, daun berangkai

tiga ketiga dan keempat muncul pada umur ke 24 hari, daun berangkai tiga

32
kelima dan keenam muncul pada umur ke 30 hari, daun berangkai tiga yang

ketujuh (tanaman mulai berbunga) muncul pada umur ke 34 hari, daun berangkai

tiga yang kedelapan dan pengembangan polong muncul pada umur ke 41 hari

Polong tua berwarna hitam pada umur ke 45 hari, polong mulai masak pada

umur 49 haridan panen dilakukan pada umur 60 hari.

Pada saat tanaman kacang hijau berumur 2 minggu, dilakukan pemupukan

menggunakan pupuk NPK Phonska sebanyak 1 tutup botol air mineral. Hal ini

memacu pertumbuhan kacang hijau dimana tinggi tanaman kacang hijau

pertambah sangat signifikan. Selain itu pada saat tanaman berumur 4 minggu

dilakukan lagi pemupukan kedua dengan pupuk NPK Phonska, hal ini dilakukan

untuk memacu pembungaan pada tanaman kacang hijau.

Gambar 5. Pemupukan Pertama

Pada saaat tanaman kacang hijau berumur 5 minggu pertumbuhan

generatifnya dimulai dimana pembungaan sudah mulai terjadi dan sudah

tidak adalagi pertambahan daun dan tinggi tanaman.

33
Gambar 6. Tanaman Kacang Hijau
pada Minggu ke-5

b. Jumlah daun

Tabel 2. Pertambahan Jumlah Daun Kacang Hijau (Vignia radiata L.).


Jumlah Daun Jumlah Daun
No. Pengamatan
Tanaman I Tanaman II
1. Minggu ke-1 2 2
2. Minggu ke-2 6 5
3. Minggu ke-3 9 9
4. Minggu ke-4 13 11
5. Minggu ke-5 17 14
6. Minggu ke-6 15 12
7. Minggu ke-7 12 11
8. Minggu ke-8 12 11
9. Minggu ke-9 12 11
Sumber: Data primer 2022.

Grafik 2. Pertambahan Jumlah Daun Kacang Hijau (Vignia radiata L.)

34
18
16
14
12
Jumlah Daun
10
8
6
4
2
0
M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6 M-7 M-8 M-9
Waktu Pengamatan (Minggu)

Tanaman I Tanaman II

Sumber: Data primer 2022.

Pada tabel 2 menunjukan bahwa pertambahan jumlah daun kacang

hijau pada tanaman I dan tanaman II mulai dari minggu ke-1 hingga

minggu ke-5 sangat signifikan. Pada minggu ke-6 daun mulai berguguran

dikarenakan sudah memasuki fase vegetatif dimana pembungaan dan

pembentukan buah sudah berlangsung.

Pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh cahaya matahri dan

hasil fotosinteesis yang memacu pertumbuhan dan perkembangan

tanaman kacang hijau. Baharsjah (2017) mengatakan bahwa cahaya

sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya dalam

kegiatan fisiologis seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta

pembuangaan, pembukaan dan penutupan stomata, perkecambahan dan

pertumbuhan tanaman. Penyinaran matahari mempengaruhi

pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis.

Penyerapan cahaya oleh pigmen-pigmen akan mempengaruhi pembagian

fotosintat ke bagian lain dari tanaman melalui proses fotomorfogenensis.

35
Fotomorfogenesis yaitu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang

langsung di kontrol oleh cahaya dan tidak tergantung fotosintesis.

c. Pembungaan
Pembungaan pada tanaman I dan tanaman II terjadi secara

bersamaan pada minggu ke-5, dimana bunga pada tanaman kacang hijau

mulai berkembang dan tumbuh secara serempak (dapat dilihat pada

gambar 4). Tetapi sebelum itu, pada minggu ke-4 dilakukan lagi

pemupukan kedua agar dapat merangsang pertumbuhan bunga secara

cepat. Balitkabi (2012) menyatakan bahwa pembentukan bunga pada

tanaman kacang hijau dimulai sekitar 34 hst. Jumlah bunga yang

dihasilkan pada awal pembungaan lebih sedikit, kemudian jumlahnya akan

meningkat sampai jumlah maksimum dan menurun serta mengakhiri masa

pembungaannya.

d. Pembentukan buah

Tabel 3. Pembentukan Buah Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L).

Jumlah Buah Jumlah Bush


No. Pengamatan
Tanaman I Tanaman II
1. Minggu ke-1 0 0
2. Minggu ke-2 0 0
3. Minggu ke-3 0 0
4. Minggu ke-4 0 0
5. Minggu ke-5 0 0
6. Minggu ke-6 5 3
7. Minggu ke-7 5 3
8. Minggu ke-8 5 3
9. Minggu ke-9 5 3

36
Sumber: Data primer 2022.

Grafik 3. Pembentukan Buah Tanaman Kacang Hijau (Vignia radiata L).

4
Jumlah Buah

0
M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-7 M-8 M-9

Waktu Pengamatan (Minggu)


Tanaman I Tanaman II

Sumber: Data primer 2022.

Pada tabel 3 di atas menunjukan bahwa pembentukan bakal buah

tanaman kacang hijau pada tanaman I dan tanaman II mulai tumbuh pada

saat tanaman beumur 5 dan buah sudah mulai nampak jelas pada saat

kedua tanaman berumur 6 minggu, akan tetapi buah pada tanaman I lebih

banyak yaitu berjumlah 5 buah sedangkan tanaman II tetap konstan

dengan 3 buah hingga waktu pemanenan.

Gambar 7. Buah pada Tanaman I


Setelah ditimbang

37
Gambar 8. Buah pada Tanaman II

Setelah ditimbang

Adapun berat buah dari tanaman I yaitu 4 gram, sedangkan berat

buah dari tanaman II yaitu 2 gram. Adanya perbandingan buah antar

tanaman disebabkan oleh persaingan unsur hara didalam satu polybag

sehingga penyerapan unsur hara tidak maksimal untuk kedua tanaman.

Menurut Balitkabi (2012), bunga yang dihasilkan tidak akan semuanya

menjadi polong, hanya 23-25% saja yang akan menjadi polong sedangkan

sisanya gugur. Lamanya periode berbunga dan jumlah bunga yang

dihasilkan juga tidak sama dengan semua varietas. Periode pembentukan

dan pengisian polong terjadi antara 41-49 hst, pemasakan polong terjadi

antara 50-60 hst dan pemanenan dilakukan pada umur 60 hari.

2. Praktikum di Malino

Praktikum di daerah Malino merupakan praktikum pengamatan mengenai

budidaya tanaman hortikultura yang berada di Lingkungan Buluballea. Pada

lokasi ini, praktikan mewawancarai narasumber yang bernama bapak Haerul

Risal atau kerap dipanggil dengan bapak Heru. Adapun beberapa hal yang

praktikan peroleh dari praktikum ini yaitu sebagai berikut.

38
1. Jenis tanaman

Pak Heru menanam beberapa jenis tanaman seperti kentang sebagai

tanaman utama yang dibudidayakan dan beberapa tanaman selingan

seperti wortel, kubis dan bawang daun. Guna dilakukannya penanaman

dengan tanaman selingan agar hama penyakit dari tanaman utama dapat

berkurang atau teratasi.

Gambar 9. Tanaman Kentang

Gambar 10. Tanaman Wortel


2. Sistem budidaya

a) Waktu penanaman

Pak Heru menanam tanaman selingannya (wortel, kubis dan

bawang daun) pada saat bulan Februari, Maret, April dan Mei

sedangkan tanaman utama (kentang) ditanam pada saat memasuki

39
bulan Juli, Agustus dan September. Kadar pH yang baik pada saat akan

dilakukan penanaman yaitu kadar pH netral (7).

b) Rotasi tanaman (pergantian tanaman)

Dalam 1 ha pak Heru membutuhkan bibit kentang sebanyak 1,2

ton, biasanya varietas yang paling baik untuk tanaman kentang yaitu

varietas G2-G4.

Sedangkan benih wortel dibutuhkan sebanyak 45 kg benih untuk

1 ha, untuk mendapatkan benih yang bagus untuk dibudidayakan

biasanya pak Heru dan rekan mengamati langsung pada saat

pemanenan sayur apabila sayur tersebut memenuhi kriteria untuk

pembibitan, maka sayur tersebut akan ditindaklanjuti dengan menanam

kembali sayur tersebut dan menyisakan ¼ dari batang wortel kemudian

ditunggu hingga wortel berbunga dan bunga tersebut dikeringkan.

Adapun kriteria dari bibit wortel yang baik yaitu berbentuk sempurna

dengan ujung wortel berbentuk oval dan tidak runcing.

Pada saat menanam urutan tanam yang biasa pak Heru lakukan

yaitu kentang, wortel, kubis kemudian bawang daun. Akan tetapi

terkadang penanaman wortel dapat bertukar dengan kubis seiring dengan

permintaan pasar ataupun membludaknya produk dipasaran.

c) Jarak tanam

Adapun jarak tanam yang digunakan pada tanaman wortel yaitu

menggunakan jarak 15x15 cm untuk pembenihan dan jarak tanam 75x25 cm

untuk konsumsi dengan lebar petakan 5 m. Karena pak Heru menggunakan

40
sistem rotasi tanaman jadi bedengan bekas penanaman kentang digunakan

untuk tanaman yang lainnya juga, akan tetapi hanya menggunakan jarak

tanam 75x25 cm.

Gambar 11. Bedengan 15x15 cm

Gambar 12. Bedengan 75x25 cm

d) Pola tanam

Pola tanam yang digunakan ada dua jenis yaitu monokultur dan

polikultur (tumpeng sari). Tanaman yang menggunakan pola tanam

monokultur yaitu kentang dan wortel, sedangkan tanaman yang

biasanya ditumpangsarikan yaitu kubis dengan bawang daun. Alasan

pak Heru menggunakan pola tanam monokultur untuk tanaman

kentang dan wortel karena pak Heru tidak menginginkan adanya

persaingan unsur hara dan hasil produksi yang kurang maksimal, selain

41
itu tanamn kentang dan wortel memiliki tajuk yang tinggi sehingga

tanaman susah untuk ditumpang sarikan.

e) Pemupukan

Adapun jenis pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman

kentang yaitu pupuk kandang, NPK, NPK Phonska, Phonska dan ZA.

Pupuk kandang diberikan pada saat sebelum penanaman sebanyak 20

ton/hektar sedangkan pupuk yang lainnya diberikan pada saat tanaman

sudah mulai tumbuh dimana pupuk NPK, NPK Phonska, Phonska dan

ZA dicampurkan dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 5-8

gr/pohon. Selain tanaman kentang yang diberi pemupukan juga

tanaman kentang dan kubis yang diberikan pupupk phospor dan

kalium.

f) Hama serta perncegahannya

Adapun hama utama yang sering menyerang tanaman yaitu hama

ulat, dimana hama ini menyerang tanaman dan dapat mengakibatkan

gagal panen dan kerugian yang besar. Selain hama ulat, ada juga hama

trips (Thysanoptera) yang menyerang pada sasat musim kemarau dan

adapula hama yang menyerang pada saat musim hujan tiba diantaranya

hama kutu kebul lalat dan kup-kupu.

Untuk pencegahan hama penyakit pada tanaman dilakukan

penyemprotan herbisida pada saat tanaman sudah muncul 2 daun dan

sebelum pemanenan. Selain herbisida juga dilakukan penyemprotan

42
insektisida sebelum penanaman tanaman dan sebelum panen agar

hama tidak menurunkan kualitas dari produk sayur.

g) Produksi

Tanaman kentang dipanen setelah berumur 90-100 hari, dimana

produksi dapat mencapai 15-17 ton dalam 1 ha. Di dalam 1 pohon hasilnya

dapat mencapai 15-17 buah, sedangkan tanaman wortel dalam 1 liter

benihnya dapat mencapai produksi sebanayak 600 kg.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

a. Tanaman kacang hijau yang ditanami 2 tanaman di dalam satu polybag

memiliki hasil produksi yang lebih banyak daripada 1 tanaman saja, akan

tetapi persaingan unsur hara antar tanaman di dalam satu polybag terjadi

karena terbatasnya ruang tumbuh dan tempat merambatnya akar

b. Jenis pola tanam yang diterapkan di lahan perkebunan Malino ada dua

yaitu monokultur dan polikultur.

2. Saran

43
Dalam pelaksanaan praktikum di Greenhouse untuk penyiraman

tanaman sebaiknya menggunakan alat penyiraman otomatis agar tanaman tidak

kekurangan air dan tidak terlambat dalam penyiramannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoestina. 2020. Teknologi Hijau dalam Pertanian Organik menuju Pertanian


Berlanjut. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Amri, Syaiuful. 2020. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Vigna Radiata L.) Terhadap Waktu Pemangkasan Pucuk dan Pemberian
POC Batang Pisang. Skripsi. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Kacang Hijau Provinsi Sumatera Utara.
Diakses pada laman: http://sumut.bps.go.id/statictable/2018/09/1020/-luas-
panen-produksi-danrata-rata-produksi-kacang-hijau-2007-2018.html.
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2018.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2017. Apa dan Bagaimana Pola
Tanam Itu. Diakses pada laman: https://www.litbang.pertanian.go.id/info-
teknologi /3085/. Diakses pada tangga 19 November 2017.
Baharsjah, J. S. 2017. Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan
dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan. Bogor: Pasca Sarjana IPB.

44
Cahyono, Bambang. 2015. Kacang Hijau. Semarang: CV. Aneka Ilmu. No. 2, hal
31-72. Diakses pada laman: http://webcache.googleusercontent.
com/search? q=cache:-
2Zzf8pgtUJ:ebook.pustaka.sumbarprov.go.id/index.php%3Fp%3 Dfstream-
pdf%26fid%3D459%26bid%3D437+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl =id.
Diakses pada tanggal 3 November 2015.
Fachrudin, L. 2012. Budidaya Kacang-Kacangan. Yogyakarta: Kanisius.. 118 hal.
Handika, Gian dan Prapto Yudono. 2016. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) di
Lahan Pasir Pantai Samas Bantul. Vegetalika, Vol. 5(4): 25-36.
Hermawati Tri, D. 2016. Kajian Ekonomi Antara Pola Tanam Monokultur Dan
Tumpangsari Tanaman Jagung, Kubis dan Bayam. Inovasi, 18(1), 66–71.
Hussain, F., Malik, A. U., Haji, M. A., & Malghani, A. L. 2011. Growth and yield
response of two cultivars of mungbean (Vigna radiata L.) to different
potassium levels. J. Anim. Plant Sci, 21(3), 622-625.
Kaur, R., Toor, A. K., Bassi, G., & Bains, T. S. 2017. Characterization of
Mungbean (Vigna radiata L. Wilczek) varieties using morphological and
molecular descriptors. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci, 6(6), 1609-1618.
Kementerian Pertanian. (2020). Jenis-Jenis Pola Tanam. 2021. Diakses pada
laman: http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/91711/JENIS-JENIS-
POLA-TA NAM/. Diakses pada tangga 4 April 2021.
Komalasari, W., B., Sri, W., Megawati, M., Sehusman, Rinawati, & Yani, S.
(2015). Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Manihuruk, dkk. 2018. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau
dan Kacang Panjang. Yogyakarta: Absolut. 133 hal.
Mustaqiman. 2010. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Pradana, TA. 2017. Pengaruh Pencacahan Berbagai Mulsa Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai. Jurnal Produksi Tanaman,
Vol.3 No. 8, Hal: 658-665.
Rahmah, A., M. Izzati dan S. Parman. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair
Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica chinensis L.) terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Var. Saccharata).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 22. No. 1. Maret 2014.
Simatupang, R. Smith dan Eva E. Berlian Pangaribuan. 2016. Pola Tanam.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 212 hal.

45
Sulistyo, A. dan Yuliasti. 2012. Nilai duga heritabilitas galur-galur mutan kacang
hijau (Vigna radiata). Prosiding Seminar Nasional 2012. Buku 2.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran. hlm I-13I-16.
Tribun Timur. 2017. 7 Potret Kekeringan Berbagai Daerah di Indonesia. Diakses
pada laman: http://makassar.tribunnews.com/2017/09/19/7-potretkekerin
gan -berbagaidaerah-di-indonesia-tahun-ini-no2-dan-6-menyedihkan.
Diakses pada 23 Oktober 2017.
Trustinah, T., Radjit, B. S., Prasetiaswati, N., & Harnowo, D. 2015. Adopsi
varietas unggul kacang hijau di sentra produksi. Iptek Tanaman Pangan,
9(1).
Yasmeen, T., Hameed, S., Tariq, M., & Iqbal, J. 2012. Vigna radiata root
associated mycorrhizae and their helping bacteria for improving crop
productivity. Pak. J. Bot, 44(1), 87-94.
Yusuf. 2014. Pemanfaatan Kacang Hijau sebagai Pangan Fungsional
Mendukung Diversifikasi Pangan di Nusa Tenggara Timur. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

LAMPIRAN

46
Gambar 1. Hasil pengamatan.

LAMPIRAN

47
Gambar 1. Proses pengolahan Gambar 2. Memasukkan tanah
tanah kepolybag

Gambar 3. Mengatur jarak tanam Gambar 4. Proses penanaman

48
Gambar 5. Pemberian pupuk Gambar 6. Proses penyiraman
kandang

Gambar 8. Data hasil pengamatan Gambar 9. Hasil Pengamatan

49
Gambar 10. Pengamatan Kentang Gambar 11. Cara Memanen Kentang

Gambar 12. Pengamatan Wortel Gambar 13. Wawancara dengan


Narasumber

50
LEMBAR ASISTENSI

NO. HARI/TANGGAL TTD

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

51

Anda mungkin juga menyukai