OLEH:
ANDI KHUSNUL KHATIMAH 08220190003
ANDI ALFIAN AQHSAL 08220190030
ANUGRAH NIRWANA LESTARI 08220190009
CINDY LESTARI 08220190032
NURDIANTY 08220190021
NUR KHOTIMAH GISKA ARIWANI H 08220190048
NURLIANA 08220190033
NURUL FAIDA 08220190028
SAMSINAR SULTAN 08220190014
SYAHRIR GUNAWAN 08220190034
HALAMAN PENGESAHAN
Judul PKL : Analisis budidaya dan pasca panen tanaman tebu (Studi Kasus PTPN
XIV Pabrik gula camming).
Pelaksana PKL
a. Nama/Stambuk : Andi Khusnul Khatimah 08220190003
Andi Alfian Aqhsal 08220190030
Anugrah Nirwana Lestari 08220190009
Cindy Lestari 08220190032
Nurdianty 08220190021
Nur Khotimah Giska Ariwani 08220190048
Nurliana 08220190033
Nurul Faida 08220190028
Samsinar Sultan 08220190014
Syahrir Gunawan 08220190034
b. Program Studi : Agroteknologi.
c. Fakultas : Pertanian.
Waktu Praktek : Pada hari Selasa, tanggal 5 Juli 2022 sampai dengan
hari Selasa, tanggal 27 September 2022.
Menyetujui :
Dr. Ir. St. Suriyanti HS, M.Pd Prof. Dr. Ir. St. Subaedah, MS
NIP: 09155096202 NIP: 0914056201
iii
Pembimbing Lapangan
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi diri sendiri dan umumnya para pembaca
Makassar, Oktober 2021
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan PKL...................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup PKL........................................................................ 3
1.4 Manfaat Kerja PKL.......................................................................... 3
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan....................................... 4
BAB II ORGANISASI PERUSAHAAN/LEMBAGA/INSTANSI
2.1 Deskripsi Perusahaan/Lembaga/Instansi.......................................... 5
2.2 Jenis Komoditi yang dikelola dan luas areal.................................... 8
2.3 Struktur Organisasi .......................................................................... 10
BAB III KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA & PASCA PANEN TEBU
3.1 Kegiatan Teknis Budidaya............................................................... 11
3.2 Kegiatan Pasca Panen....................................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penyiapan Lahan............................................................................... 13
4.1.1 Jalan dan Drainase................................................................... 13
4.1.2 Persiapan lahan (Land preparation)........................................ 14
4.2 Varietas Tebu.................................................................................... 21
4.2.1 Varietas PSBM 901................................................................. 21
4.2.2 Varietas PS 921....................................................................... 22
4.2.3 Varietas Bululawang (BL)...................................................... 23
4.2.4 Varietas Kidang Kencana (KK).............................................. 23
4.2.5 Varietas Malang (MLG).......................................................... 24
4.2.6 Varietas CM 2012................................................................... 25
4.2.7 Varietas Cenning..................................................................... 25
4.2.8 Varietas VMC......................................................................... 25
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
yang baik. Untuk itu, untuk mencapai tebu yang dapat berproduksi yang
tinggi serta mempunyai rendemen yang tinggi perlu dilakukan perluasan areal
ataupun pemeliharaan dan pengadaan bibit tebu yang memiliki kualitas dan
daya tumbuh yang baik. Penggunaan varietas tebu yang mempunyai sifat
unggul menjadi salah atau faktor yang sangat penting. Pengadaan benih atau
bibit tebu dapat didukung melalui penggunaan teknologi yang dilakukan
dengan cara penataan varietas benih yang bermutu, murni dan sehat.
Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam
rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan
atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja (Farid, 2012).
Pabrik adalah suatu bangunan industri besar di mana para pekerja
mengolah benda atau mengawasi pemrosesan mesin dari satu produk menjadi
produk lain, sehingga mendapatkan nilai tambah. Kebanyakan pabrik modern
memiliki gudang atau fasilitas serupa yang besar yang berisi peralatan berat
yang digunakan untuk lini perakitan. Pabrik mengumpulkan dan
mengkonsentrasikan sumber daya: pekerja, modal dan mesin industri
(Peterson, 2014).
PTPN XIV Pabrik Gula Camming merupakan salah satu industri yang
menghasilkan produksi gula. Industri ini menjadi salah satu produsen gula
yang ada di daerah Bone. Oleh karena itu, dalam laporan Praktik Kerja Lapang
(PKL) kami memilih PTPN XIV Pabrik Gula Camming yang berfokus dalam
memproduksi gula sebagai parameter dalam melihat masalah yang timbul dari
perusahaan gula ini.
Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk implementasi secara
sistematis dan sinkron antara program pendidikan di bangku kuliah dengan
program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara
langsung didunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Dalam
pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) mahasiswa diharapkan tidak hanya
mampu mengaplikasikan segala ilmu dan teori-teori yang telah didapatkan di
bangku kuliah, tetapi harus mampu menimba pengetahuan baru dan bekerja
3
sama ditempat praktek kerja lapangan, baik dalam instansi swasta maupun
pemerintahan.
BAB II
ORGANISASI PERUSAHAAN/LEMBAGA/INSTANSI
4. Asisten Teknik
Membantu Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan bertanggung
jawab pada seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam
rangka pengelolaan Bengkel Teknik atau Bengkel Reparasi dan
kebersihan lingkungan perumahan dan pabrik dengan mengacu kepada
Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan dan persyaratan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan
Bengkel Teknik berdasarkan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan yang
telah disetujui oleh Manager Unit.
5. Sinder kebun kepala dan sinder kebun wilayah
Asisten Tanaman mempertanggung jawabkan seluruh tugas
pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan tanaman dan
kebersihan areal tanaman (Afdeling) serta mengawasi pelaksanaan
pemeliharaan berdasarkan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan yang
telah disetujui oleh Manager Unit.
Afdeling bisa diartikan divisi atau unit yang mengelola area
kebun tebu yang memiliki luasan mulai 7.200 hektar tergantung dengan
sekala luas areanya, afdeling dijadikan sebagai tempat/kantor untuk
mengurusi kegiatan kebun yang di kepalai oleh Manajer Kebun.
8
BAB III
KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA & PASCA PANEN TANAMAN TEBU
2. Pasca panen
a. Analisa dongkelan
b. Analisa trash
c. Proses pembuatan gula
Sumber: Data primer 2022.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
potensi genangan pada lahan berdrainase buruk dan bila terjadi pada
musim kemarau akan menurunkan tingkat rendemen.
Jumlah air yang dibutuhkan untuk mengairi pada fase awal
tumbuh lebih sedikit dibanding mengairi pada fase pemanjangan
batang. Efisiensi penggunaan air pada kondisi air tanah 80% di
berbagai wilayah di dunia dilaporkan oleh FAO sebesar 5-8 kg
tebu/m3 air dan 0,6-1 kg sukrosa/m3 air.
4.1.2 Persiapan lahan (land preparation)
Penyiapan lahan tanam tebu disini termasuk adalah kegiatan
pembajakan dengan tujuan pembalikan tanah guna membunuh gulma
dan penyakit yang ada pada permukaan tanah. Dalam penyiapan lahan
ini juga terkadang juga terdapat upaya penambahan nutrisi dan
perbaikan sifat tanah dengan cara penambahan BO dari pupuk
kandang dan ini dilakukan biasanya sebelum proses pembajakan.
Kemudian setelah itu melakukan pembuatan bedengan bedengan atau
guludan guludan, dimana bedengan tersebut disesuaikan dengan jarak
tanam tebu. Adapun kegiatan penyiapan lahan yaitu sebagai berikut:
a. Pengolahan secara manual (reynoso).
Sistem reynoso merupakan sistem pengolahan tanah tebu di
lahan berpengairan yang dicirikan dengan got-got yang dalam,
bertujuan untuk mengelola lahan tebu dengan sistem drainase yang
intensif. Adapun tahapannya sebagai berikut.
1) Benih tebu ditanam dalam juringan yang berupa lubang
memanjang dengan ukuran sebagai berikut: ukuran juringan
dengan kedalaman 25–35 cm, lebar 35–45 cm dan panjang 5–
8 m atau lebih panjang menyesuaikan tekstur tanahnya. Pada
tekstur tanah yang ringan bisa lebih panjang daripada tekstur
tanah yang berat.
2) Lebar tanah guludan di antara juringan berkisar antara 70–90
cm, sehingga jarak antara juringan dari pusat ke pusat (PKP)
sekitar 100120 cm.
15
Got
50 30 60
Pembantu/Pecahan
Got Gejahan/Kempit 40 30 50
Sumber: Data primer 2022.
4) Pembuatan kairan
a) Jarak kairan disesuaikan dengan alat pemeliharaan
tanaman dan panenan yaitu minimal 135 cm, pada
Gambar 14.
b) Pada lahan datar (kemiringan kurang dari 3%), arah
kairan berdasarkan panjang kebun.
c) Bila lahan dengan kemiringan lebih dari 3% (berombak),
arah kairan harus searah garis kontur atau tegak lurus
dengan arah kemiringan.
d) Implement yang digunakan adalah Furrower.
dari 5%, relatif tahan penyakit leaf scorch. Batang umumnya masif
dan kadang-kadang ditemukan lubang kecil di tengah batang, kadar
sabut 13%, kemasakan awal sampai tengahan.
a b
c d
3. Benih bagal
Benih bagal yang digunakan sebagai bahan tanam untuk
kebun benih berupa bagal mata dua. Upaya untuk memperoleh
pertumbuhan awal (perkecambahan) yang seragam dan baik,
antara lain:
a. Melakukan sortasi benih sebelum ditanam untuk mendapatkan
benih yang sehat, segar dan tidak rusak. Selama persiapan
tanam, benih diletakkan di tempat yang teduh.
b. Mencelup alat pemotong benih ke larutan desinfektan guna
mencegah penularan penyakit setiap 45 kali potong.
c. Mengambil benih dari tunas 9-14 (Clements) atau mata pada
daun +5 hingga +11 (Kuijper) untuk mendapatkan persentase
perkecambahan tinggi dan serempak. Kebutuhan benih setiap
hektar adalah 54.600–70.200 mata tumbuh (jumlah benih per
meter 79 mata) dengan asumsi pkp 100 cm.
4.3.3 Pengelolaan benih tumbuh
1. Pengelolaan benih budset
a. Pelaksana penyediaan benih budset (bagal G2)
Pelaksana penyediaan planlet/G0 sampai dengan benih
Generasi kedua (G2) dilakukan oleh eknik penelitian
30
e. Kebutuhan benih
Kebutuhan benih budset G2 untuk persemaian sebanyak
25.00030.000 mata per hektar termasuk cadangan dengan
asumsi jarak pusat juringan ke pusat juringan (PKP) 90110
cm.
f. Persemaian (pendederan)
Budset bagal G2 yang diterima produsen harus segera
ditanam di persemaian paling lambat 3 (tiga) hari sejak saat
pengiriman. Penyemaian dapat dilakukan dalam polibeg atau
pada bedengan. Sebelum benih dikirim, lahan dan media
tanam persemaian sudah dipersiapkan. Lokasi persemaian
sebaiknya dekat dengan lokasi penanaman (kebun benih).
Sebelum ditanam, benih direndam dalam larutan 3,6 gr ZA per
liter air selama 30–45 menit kemudian ditiriskan dan segera
ditanam.
1) Persemaain di polybag
a) Benih budset bagal G2 ditanam dengan posisi berdiri
dimana mata tunas tertutup media ±0,5 cm dalam
polibeg yang berlubang dengan ukuran lebar minimal
10 cm dan panjang/tinggi minimal 13 cm. Komposisi
32
3) Penanaman dibedengan
a) Bedengan yang telah dibuat bantalan/ lalahan dengan
tebal ±4 cm ditutup dengan plastik hitam.
b) Bedengan yang telah diberi alas plastik diisi dengan
tanah yang sudah dikukus/disterilisasi dengan
ketebalan ±5 cm.
c) Media tanah yang sudah disterilisasi, mata benih
ditanam dan ditata dengan jarak antar benih 2 x 2 cm
atau 3 x 3 cm. Setelah itu mata benih ditutup dengan
tanah yang sudah disterilkan dengan ketebalan ±1 cm
seperti pada Gambar 6.
d) Perawatan dilakukan dengan cara menyiram mata
benih dalam bedengan 2 kali sehari (pagi dan sore).
2) Cara kerja
Adapun langkah-langkah dalam penanaman eksplan
yaitu sebagai berikut:
a) Menyalakan lampu UV selama 15 menit.
b) Dengan menggunakan pinset, potongan tebu kurang
lebih 20 cm dicelupkan ke dalam larutan alkohol,
kemudian diletakkan di lampu spiritus hingga
terbakar alkoholnya dan kelopak pucuk dikupas.
Demikian dilakukan 3 kali dengan ururtan pekerjaan
yang sama.
42
olahan tanah 35- 40 cm. Setelah bajak 1 selesai maka dilakukan bajak
2.
Bajak 2 dilakukan dengan menggunakan traktor dengan
kecepatan atau kekuatanmesin 90 HP atau 150 HP dilengkapi alat
implemen berupa bajak piringan (disc plough) dengan kedalaman
bajakan 35-40 cm. Bajak 1 bertujuan untuk membalikkan tanah,
memperbaiki pori tanah, menekan pertumbuhan gulma dan hama serta
penyakit. Tujuan dari bajak 2 adalah untuk menghaluskan bongkahan
tanah. Setelah dilakukan bajak 2 maka kegiatan selanjutnya adalah
penggaruan (Harrowing).
Harrowing dilakukan setelah kegiatan bajak 2 selesai. Tujuan
dari Harrowing adalah untuk memotong/atau mencacah tanah agar
tanah dari bajak 1 -2 lebih halus dan nanatinya mudah untuk di kair.
Selanjutnya Kairan, Kairan bertujuan untuk membuat lubang
tanam untuk nantinya ditanami tebu. Pengerjaan kairan dilakukan
dengan menggunakan traktor dengan kecepatan atau kekuatan mesin
90 HP atau 150 HP dilengkapi alat implemen kair (furrower) dengan
kedalaman efektif 35-40 cm. Pada Kebun praktek di afdeling pabrik
gula camming PKP yang dianjurkan adalah 1,3 cm dan 1,5 cm.
Setelah kegiatan pengolahan lahan kegiatan selanjutnya adalah
pembenihan. Pada saat kegiatan olah tanah kedalaman efektif yang
dihasilkan tidak mencapai 35-40 cm dikarenakan pada saat
pembajakan implemen (disc plow) tidak seluruhnya masuk kedalam
permukaan tanah atau setara ½ d-15% atau setara 28 cm untuk
efektifitas pembajakan.
4.4.2 Penanaman
Penanaman yang dilakukan dengan menggunakan metode
overlapping dan end to end. Dimana metode ini bertujuan untuk
tingkat keberhasilan tumbuhnya tanaman tebu 80%-90% dan
mengurangi tingkat penyulaman. Penanaman benih tebu dilakukan
secara manual dan mekanis Adapun manual yaitu menggunakan
48
2. Pengairan
Kegiatan pengairan di kebun bertujuan untuk apabila curah
hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Pengairan
sebagian besar menggunakan alat bantu pompa air (mekanisasi)
49
4.5.2 Keprasan
Keprasan dilakukan secara manual menggunakan tenaga pekerja
dengan alat cangkul yang dilakukan paling lambat 1 minggu setelah
kegiatan tebang. Dengan cara memotong atau memapak bagian pangkal
tebu sampai mapak tanah. Keprasan dilakukan setelah kegiatan
pembakaran seresah, pembakaran seresah dilakukan karena dianggap
lebih efektif untuk kegiatan pembersihan daduk setelah tebang dan
dengan pembakaran seresah tebu sisa hasil panen dikarenakan kesulitan
dalam pemeliharaan tanaman selanjutnya apabila seresah tersebut tidak
dibakar. Selain itu, pengembalian seresah tebu ke lahan memiliki
dampak positif bagi kesuburan tanah.
a b
4.7 Tebang, Muat dan Angkut (TMA), Panen dan Pasca Panen
4.7.1 Tebang, Muat dan angkut
Kegiatan tebang, muat, dan angkut (TMA) merupakan fase kritis
pada usahatani tebu rakyat maupun pabrik gula karena pada fase ini
menentukan produktivitas dan pendapatan. Fase ini menentukan hasil
tebu dan rendemen gula. Bagian terbesar kehilangan gula (losses)
dianggap terjadi pada fase ini karena terkait keadaan lapangan yang
lebih sulit dikontrol. Potensi gula hilang sejak tebang sampai tebu
masuk gilingan pabrik teratama karena: (1) petani memberikan pupuk
N yang berlebihan dengan maksud meningkatkan tonase tebu tetapi
mengakibatkan tingginya loses akibat inversi sukrosa, (2) kesalahan
tebang, misalnya terkait dengan tebu yang kurang masak dan
banyaknya tebu tertinggal, (3) kandungan sampah (trash) masih di
atas 5% karena daun tua, pucuk, dan sogolan ikut terangkut, (4)
61
lamanya waktu angkut karena jarak kebun yang jauh dengan pabrik,
prasarana jalan dan jembatan yang buruk, dan antrian panjang di PG.
Menurut Permentan No 53/Permentan/KB.110/10/2015, kriteria
hasil tebu yang dipanen sebagai bahan baku tebu layak giling adalah
(1) masak, (2) bersih dan (2) segar (MBS). Kriteria MBS adalah
sebagai berikut.
a. Tebu masak
Tebu yang dipanen harus tebu yang sudah masak, yaitu saat
kadar gula paling tinggi. Tanda-tanda secara visual antara lain
daun-daunnya sebagian besar menguning, jumlah daun hijau yang
tersisa ±5 helai, bentuk susunan daun menyerupai kipas, ruas-ruas
pada batang semakin memendek dan umur tanaman antara 11
sampai 12 bulan.Tebu masak apabila rendemen batang bagian
atas, tengah danbawah sama, berdasarkan hasil analisa kemasakan.
Kriteria tebu masak dan layak tebang dengan Faktor
Kemasakan(FK) ±25, Koefisien Peningkatan (KP) ± 100,
Koefisien Daya Tahan (KDT) ±100, Brix Nira Perahan Pertama
(NPP) =20%, pol NPP >16%,Harkat Kemurnian (HK)>80%,
Kadar gula reduksi
b. Tebu bersih
Tebu hasil tebangan dan diangkut ke pabrik bersih dari
kotoran. Standar pemotongan tebu adalah tebang rata tanah
(pokmah) dengan tunggul maksimal 3 cm, berat tunggul tersisa 10
ku/ha, tebu tercecer di kebun (berondolan) 15 ku/ha. Tebu hasil
tebangan yang diangkut ke pabrik harus bebas dari kotoran dengan
toleransi kadar kotoran kurang dari 5% seperti daduk, akar/tanah,
tanaman lain, pucukan dan sogolan/tunas baru pada batang
tanaman pokok.
c. Tebu segar
Tebu yang ditebang, diangkut, dan digiling memiliki
tenggang waktu tidak lebih dari 1x24 jam untuk tebu segar (green
62
Gambar 47. Angkutan tebu di main road menuju pabrik (a) dan
bongkar tebu dengan truk bak langsung ke pencacah (b), truk
terbuka (c) dan trailer (d)
Beberapa macam alat bongkar (unloding) tebu di cane yard
antara lain adalah:
1) Hillo yaitu untuk membongkar tebu dari container trailer dan
net chain trailer.
2) Crane stationer dan crane mobile untuk membongkar tebu
bundle cane dari truk.
3) Truck tippler untuk membongkar tebu dari truk
4) Cane stucker untuk mensuplai tebu ke meja tebu dari stock di
cane yard.
5) Fork lift untuk membongkar dan muat tebu dari sistem
container.
Dengan demikian pemasokan tebu untuk digiling dilakukan
dengan beberapa alternatif yaitu: (1) dari container dengan
menggunakan Hillo unloader, (2) dari truk bak (bundle cane)
64
4.7.2 Panen
1. Sistem panen tebu
Berdasarkan cara membersihkan batang tebu dari daun
kering, apakah dibakar atau tanpa dibakar maka dikenal dengan
panen tebu dibakar (burn cane) dan panen tebu tanpa bakar atau
tebu hijau (green cane). Membersihkan trash tebu (detrashing)
dapat dilakukan secara manual dengan cara kelentek dengan
tangan, dengan cara dibakar, atau secara mekanis menggunakan
mesin.
Berdasarkan cara penebangan dan pengangkutan tebu, maka
hasil panen tebu dibedakan menjadi tebu ikat, tebu urai, dan tebu
cacah. Pada sistem tebu ikat, tebu dipanen secara manual penuh,
yaitu orang memotong tebu, mengikat tebu, dan menggotong
ikatan tebu ke atas truk. Jadi pemuatan tebu ke dalam truk
dilakukan secara manual. Pada sistem panen tebu urai, penebangan
dilakukan secara manual dan tebu ditumpuk disuatu tempat secara
rapi, kemudian pemuatan tebu ke dalam truk atau trailer
menggunakan mesin pemuat yaitu Grab Loader. Pada sistem
panen tebu cacah, panen dilakukan secara mekanis penuh yaitu
menggunakan mesin Cane Harvester, kemudian cacahan tebu
ditampung dalam trailer atau truk.
a. Tebu Ikat (Bundle Cane)
Pangkal batang tebu ditebang rata dengan permukaan
tanah menggunakan golok, demikian juga pucuknya pada ruas
terakhir. Lebih kurang 30 batang tebu diikat di sekitar bagian
pangkal dan ujungnya dengan tali bambu atau kulit tebu. Jika
digunakan tali pengikat berupa empat daun pucuk tebu, maka
akan sampah terbawa ke pabrik sampai sebesar 8%. Jika
digunakan tali bambu sampah yang terbawa ke pabrik dapat
65
d. Whole-stalk Cane
Tebu ditebang secara mekanis menggunakan mesin
Wholestalk dan dimuat secara mekanis menggunakan grab
loader. Dengan mesin panen ini tebu dipotong mepet tanah
dan dihasilkan potongan tebu berupa lonjoran yang tertata
melintang di dua jalur (row), trash terpisah dari tumpukan
tebu. Sistem tebang ini membutuhkan dua mesin dan satu truk
angkut sehingga kurang efi sien. Membakar tebu sebelum
tebang memudahkan teknis penebangan, menurunkan tenaga
kerja klentek daun, dan menurunkan jumlah trash yang
terangkut ke pabrik sehingga menjadi pilihan utama apabila
pertimbangan ekologi dikesampingkan. Mesin pemanen tebu
memiliki kemampuan untuk membuang trash tebu yang
dipanen dengan memotong pucuk dan membuang strash
ketika memotong-motong tebu.
Atas pertimbangan efi siensi biaya, penebangan tebu di
perusahaan perkebunan tebu lebih banyak dilakukan secara
manual oleh tenaga penebang dan pekerjaan TMA dilakukan
dengan sistem kontrak dengan rekanan kontraktor tebang.
Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan dengan sistem TMA
Bundle Cane. Kontrak panen ini dilakukan terutama pada
lokasi yang jauh dari PG. Selain itu kebun tebu yang jauh dari
PG juga dipanen dengan sistem TMA Loose Cane dengan alat
angkut berupa truk (LC-truck). Untuk wilayah kebun yang
dengan PG dapat dipilih sistem TMA Loose Cane
menggunakan alat muat grab loader dan alat angkut berupa
trailer dengan alat penarik berupa traktor. Bergantung dari
daya mesin traktor, maka dapat ditarik 2 trailer (misalnya
68
harvester, sampingnya
tebu
terpotong
pendek
(billet, 20-
30 cm).
Sumber: Data Primer 2022.
2. Perencanaan panen
Tebang, Muat dan Angkut (TMA) tebu giling yang baik
dilakukan untuk memaksimalkan pencapaian potensi bobot tebu
dan rendemen yang telah terbentuk di kebun menjadi bahan baku
produksi gula dan memenuhi pasokan bahan baku yang berkualitas
yang telah direncanakan harian sesuai dengan pola giling yang
dikoordinir oleh pabrik gula. Untuk keberhasilan kegiatan TMA,
perlu ditetapkan manajemen yang tepat mulai perencanaan hingga
pelaksanaannya.
TMA merupakan kegiatan mengelola bahan baku tebu (BBT)
sebagai bahan baku pabrik tebu. Perencanaan tebang-angkut dan
giling bertujuan untuk mencapai nilai-nilai sasaran (target) seperti
sasaran ton tebu per hektar, persen pol tebu, kandungan sampah
maksimum, ekstraksi gilingan, efi siensi proses, total kehilangan
di dalam pabrik. Selain nilai sasaran, produk perencanaan yang
mendasar adalah jadwal giling, peta induk rencana panen sebagai
pedoman utama tim panen dan angkut, dan laporan perkembangan
kemasakan tebu dari waktu ke waktu. Jadwal giling dirinci untuk
setiap hari selama satu musim giling yaitu sekitar 150-180 hari.
Dasar pertimbangan adalah jumlah tenaga tebang dan armada
angkut dari awal hingga akhir musim, perkembangan musim
(prakiraan makin kering atau makin basah), trend normal kinerja
pabrik, jadwal perawatan (maintenance) pabrik, hari libur yang
kemungkinan mempengaruh jumlah tenaga kerja.
71
3. Pembakaran tebu
Pembakaran sebelum tebu ditebang bertujuan untuk
mengurangi seresah sehingga meningkatkan kinerja penebang dan
menurunkan sampah yang terangkut. Metode panen tebu bakar ini
berdampak terhadap lingkungan dan memiliki konsekuensi pada
manajemen yaitu tebang dan angkut harus lebih ketat karena tebu
harus sudah digiling dalam waktu 24 jam sejak tebu dibakar
sehingga ditargetkan minimal 85% tebu bakar sudah digiling
dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Pembakaran dilakukan oleh tim PMK beranggotakan 4 orang
dengan pembagian tugas yaitu 1 operator, 2 pembakar, 1
penyemprot. Tim memiliki tugas agar pembakaran dapat
dilakukan dengan sempurna dan api dapat dikendalikan. Bahan
bakar yang digunakan campuran solar dan avtur dengan
menggunakan alat lighted ukuran 5 liter. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk membakar sekitar 10-15 menit tergantung
dengan luas dan letak petak, kondisi pertanaman seperti kerapatan
tanaman, aplikasi ripener, banyaknya gulma, klentekan atau
jumlah daun kering, dan kondisi cuaca
Pembakaran dilakukan terutama pada sore dan malam hari
dan sisanya pada pagi atau siang hari apabila keadaan angin
memungkinkan. Pembakaran yang dilakukan harus
memperhatikan kondisi areal, terutama arah angin dan kondisi
petak-petak di sekitarnya, agar api terkendali dan tidak menyebar
pada petak tebu yang lain. Jika angin bertiup dari arah Barat ke
Timur, maka permulaan pembakaran (pembakaran I) dari tepi
petak bagian Timur yaitu berlawanan arah angin atau dari arah
petak yang telah ditebang dengan membuat beberapa titik
pembakaran. Setelah api membakar sejauh 20 m, kemudian
dilakukan pembakaran II pada sisi yang berlawanan yaitu
pembakaran yang searah angin sehingga api lebih cepat membakar
dan api akan mati pada tengah-tengah petak ketika bertemu api
74
a b c
Gambar 48. Sistem pembakaran api lawan api (a), api mati di
tengah petak (b), petak tebu bakar siap tebang (c)
4. Teknis tebang
Sistem tebang secara manual dapat berupa tebang manual
tebu hijau dan tebang manual tebu bakar. Persiapan tebang
dilakukan oleh sinder tebang untuk menentukan batas tebangan
bersama mandor tebang dan supervisor serta merencanakan
kebutuhan tenaga tebang dan truk angkut dengan sistem kontrak.
Kapasitas panen tebu hijau adalah 0,9-1,5 ton per orang per hari,
termasuk angkut ke atas truk. Kegiatan tebang dilakukan secara
beregu (renteng) yaitu terdiri dari 6 orang untuk truk kecil dan 12
orang untuk truk besar (Fuso). Tebang dan penyusunan hasil
tebangan dilakuka dengan pola 4-2-4 yaitu 4 baris untuk lasahan
tebu dan 2 baris untuk penempatan daduk atau trash. Tebu
ditebang mepet tanah (tunggul <5 cm), tebu hijau dibersihkan dari
akar, tanah, daun hijau atau pucuk dan sogolan kurang dari 1
meter harus dibuang. Pucuk tebu dipotong 40-50 cm dari ujung,
dipotong di bagian pucuk cincin daun ke-10 atau potong pada
daun kering ke-1. Tebu diikat setiap 25-35 batang, menggunakan
pucuk daun tebu atau tali bambu, diikat kuat di kedua ujung dan
disusun rapi berderet melinang di atas 4 gulud (raw).
Prosedur kerja tebang manual yaitu (1) lakukan tebang
secara berkelompok yang terdiri dari beberapa pengawas sesuai
75
yang digunakan terdiri dari muat dan angkut tebang manual, semi
mekanis, dan mekanis.
Prosedur kerja muat dan angkut tebang manual yaitu (1)
melakukan koordinasi antara asisten, mabes dan mandor TMA, (2)
lakukan pengontrolan tebu yang dimuat, (3) naikkan tebu hasil
tebangan yang telah diikat kedalam truk dengan tersusun sejajar
panjang bak truk, (4) susun tebu bertingkat sejajar dan dikunci
menggunakan batang tebu, susunan tebu rata hingga 2-3 tumpukan
melewati batas bak truk (2-3 tingkat), dengan kapasitas rata-rata
truk 7-9 ton untuk truk kecil, 12-15 ton untuk truk besar, (5) dalam
kondisi hujan truk diumbal dengan traktor.
Prosedur kerja muat dan angkut tebang semi mekanis yaitu
(1) mabes dan mandor melakukan pengawasan tentang operasional
GL, (2) dalam mengoprasian GL dan NCT harus melepas fi lter
GL agar tidak membawa tanah, searah dengan baris tebu, tidak
memotong jalur muat tebu, tidak boleh menginjak tebu, setiap satu
cakupan unit GL mengangkat satu tumpukan tebu (10-15 ikat)
yang langsung dimasukkan ke dalam NCT/truk, (3) ikat tebu yang
ada di NCT/truk yang penuh agar tidak jatuh, (4) kapasitas NCT
sebesar 9 ton/angkutan.
Gambar 49. Panen tebu (a) tebang (b) muat tebu ikat, (c) muat
tebu urai, (d) panen dengan mesin
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengelolahan lahan yang dilakukan untuk tebu PC dan RC
menggunakan 100% full mekanisasi.
2. Sstem penanaman yang dilakukan menggunakan tenaga manusia atau
manual sedangkan pola tanam yang digunakan menggunakan system
overlap 100%.
3. Pengairan menggunakan system pipaniasi dan mesin untuk memompa
air dari lebung.
4. Varietas yang paling dominan digunakan adalah PSBM 901 dan Kidang
Kencana (KK).
5. Kegiatan Pasca Panen melibatkan beberapa kegiatan diantaranya seperti
tebang muat angkut, proses produksi, penentuan rendemen, penentuan
brix dan analisa kontrol.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan:
1. Lebih memperhatikan SOP yang berlaku.
2. Meningkatkan produksi trichogramma.
3. Mempertegas kemanan lahan seperti memberikan sanksi terhadap
masyarakat yang menyimpan hewan ternaknya di kebun.
79
DAFTAR PUSTAKA
Puska Dagri. 2015. Analisis lelang gula PTPN/Petani dalam rangka stabilitas
harga. Badan Pengajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.
Kementerian Perdagangan. Jakarta. 5 hlm.
PT GMP (Gunung Madu Plantations). 2011. Pemeliharaan tanaman tebu secara
manual. Materi Inhouse Training Staff.
PT GMP (Gunung Madu Plantations). 2012. Buku Pedoman Teknis Budidaya
Tebu di GMP. Departemen Plantation GMP.
PT. Gunung Madu Plantations. 2009. Tebang Angkut mengawal pasokan tebu
berkualitas ke pabrik. Bandar Lampung.
Roesli. 2018. Pengenalan Musuh Alami Pada OPT Tebu. POPT Ahli Muda di
BBPPTP. Surabaya.
Samoedi. 2018. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Pusat Penelitian dan
Perkembangan Perkebunan. Jakarta: Eska Media.
Susila, W.R. 2007. Model keterpaduan jadwal tanam dan tebang tebu: Pendekatan
kompromi. Informatika Pertanian 16(1): 937-956.
Tripod. 2019. Biologi Parasitoid Telur Trichogramma sp. (Hymenoptera:
Trichogrammatidae dan Telenomus sp. (Hymenoptera: Scelonidae) pada
Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas Walker
(Lepidoptera: Pyralidae). Tesis. Bogor: Institut Pertanian BogorWahyudi,
Y. 2016. Biaya Pokok Produksi (BPP) Gula Petani Tahun 2016. Diakses
pada laman: http://ditjenbun.pertanian.go.id/tansim/berita-268-biaya-pokok-
produks i-bpp-gula-petani-tahun-2016.html. Diakses pada tanggal 17
September 2022.
Tjahjono. 2018. Pengantar Pengelolahan Hama Terpadu. Jurnal Hama dan
Penyakit. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
81
LAMPIRAN