KABUPATEN BANDUNG
DISUSUN OLEH
2021
LEMBAR PENGESAHAN MAGANG
DI
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Farmasi
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Bismillahirrohmanirrohim
Mata kuliah Magang II ini merupakan salah satu mata kuliah yang
terdapat dalam semester IV program studi D3 Farmasi STIKes Muhammadiyah
Ciamis. Laporan Magang II ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka untuk itu, pada kesempatan kali penulis menyampaikan
terima kasih, jazakallah khairan katsiran kepada :
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga, yang telah memberikan doa dan
dukungan moril yang sangat berarti dalam proses Penyusunan laporan ini.
2. Ibu apt. Nia Kurniasih M.Sc selaku ketua program studi D3 Farrmasi STIkes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Bapak apt. Deden Safa’at S.Farm selaku Pembimbing Lapangan di
Puskesmas Kertasari kabupaten Bandung, yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama kegiatan magang berlangsung.
4. Wiyandi Komari Amd.farm sebagai Tenaga Teknis kefarmasian Puskesmas
Kertasari yang membantu dalam proses kegiatan Magang ini berlangsung.
5. Bapak David Nugraha M.farm, selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan untuk menyusun laporan ini.
6. Seluruh Dosen pengajar dan asisten Program Studi D3 Farmasi STIKes
Muhammadiyah Ciamis yang banyak memberikan bantuan demi kelancaran
proses penulisan dan penyusunan Laporan Magang ini.
7. Seluruh staff dan karyawan Puskesmas Kertasari yang sangat membantu
menyemangati selama kegiatan berlangsung.
8. Rekan rekan mahasiswa D3 Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis yang
telah memberikan semnagat untuk menyelesaikan laporan Magang dan
Proses Kegiatan magang.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas).
Puskesmas menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang terjangkau oleh
pemerintah dan masyarakat
Pembangunan Kesehatan masyarakat adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh
upaya pembangunan keehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
Dalam sarana kesehatan puskesmas, pelayanan kefarmasian merupakan
salah satu faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Profesi Farmasi
sendiri merupakan salah profesi yang mengalami perkembangan dengan orientasi
pada obat yang berubah menjadi orientasi pada pasien. Bertanggung jawab dan
memberikan pelayanan dalam profesi farmasi dalam pekerjaan kefarmasian untuk
mencapai tujuan akhir yaitu dengan peningkatan kualitas hidup pasien, berdasarkan
asas pharmaceutical care
Proses pembelajaran merupakan hal yang sangan penting bagi peserta
didik yang bertujuan untuk memperoleh keberhasilan. Tujuan pendidikan yang
diberikan melalui pendidikan dikelas, laboratorium maupun dilapangan. Untuk
mencapai pengalaman belajar yang dilaksanakan dilapangan dengan tatanan nyata
dan komprehensif sehingga mahasiswa lebih paham, siap dan mandiri, maka
dilaksanakannya Mata Kuliah Magang II pada mahasiswa semester IV Tingkat II
Program Studi D3 Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis. Dengan adanya
magang ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi
pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dunia
kerja dan belajar untuk menganalisis suatu gejala dan masalah agar kelak dapat
diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberikan bimbingan dan arahan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah magang II ini diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan mampu melakukan pelayanan, administrasi dan etos
kerja kefarmasian di lingkungan kerja sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti mata kuliah magang II mahasiswa mampu :
1. Mengenal peran, kewajiban, dan tanggung jawab seorang Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) di Faskes tk 1 atau Puskesmas.
2. Dapat melakukan pekerjaan kefarmasian
3. Mengetahui pengelolaan sediaan farmasi di puskesmas meliputi
penerimaan, perencanaan, dan rekapitulasi pengeluaran sediaan farmasi
di puskesmas.
4. Mengetahui alur pelayanan kefarmasian di puskesmas
5. Mengetahui dan memahami pengolaan pelayanan resep sesuai standar
pelayanan kefarmasian dipuskesmas
C. Pelaksaan
1. Waktu Pelaksaan : 09 Agustus sampai 31 Agustus 2021, selama 3 minggu.
2. Peserta : Mahasiswa Tk II, semester IV program studi D3 Farmasi STIkes
Muhammadiyah Ciamis
3. Tempat pelaksaan : Puskesmas Kertasari, Kabupaten Bandung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
a. Definisi Puskesmas
Berdasarkan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang pusat
kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu fungsi pokok Puskesmas adalah
sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan terdiri dari empat pilar yaitu upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. (Kemenkes RI 2019)
Jenis pelayanan yang berada dan diberikan di puskesmas adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi :
1. Pelayanan pengobatan (kuratif) adalah suatu rangkaian dari pengelolaan
obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang
ikut menentukan efektivitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada
pasien.
2. Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitattif) adalah suatu kegiatan dalam
upaya pemulihan kesehatan.
3. Upaya pencegahan (preventif) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka
pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan
atau perorangan.
4. Upaya peningkatan kesehatan (promotif) adalah merupakan kegiatan
untuk memelihara kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal dan merupakan konsep kesatuan upaya
kesehatan. (Anonim 2006)
Pusat Kesehatan Masyarakat merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif diwilayah kerjanya,
Secara Nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
Kecamatan, dengan beberapa faktor yaitu, Kepadatan Penduduk, Luas
Daerah, Keadaan Geografi, dan Keadaan Infra Struktur lainnya
yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah Desa atau Kelurahan,
Dusun atau Rukun Warga.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya,
yaitu :
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan
pengobatan dibawah Puskesmas induk yang pelayanannya dilakukan
oleh seorang perawat yang bertempat disuatu Desa jauh dari Puskesmas
induk.
2. Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya dilakukan sama seperti
didalam Puskesmas, hanya saja Puskesmas Keliling dilakukan oleh
seorang Dokter, Bidan, Gizi, dan Asisten Apoteker (AA)
3. Posyandu, terbagi 2 yaitu :
a) Posyandu untuk kesehatan Ibu dan Balita, terutama pelayanan
Imunisasi dan Gizi terhadap Ibu hamil, Bayi, dan Balita
b) Posyandu Lansia (Lanjut Usia) untuk pelayanan kesehatan bagi usia
lanjut.
4. Posyandu Kesehatan Desa (Poskesdes) disediakan untuk pelayanan
kesehatan yang sifatnya mendasar
5. Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu pelayanan yang
dilakukan oleh seorang Bidan yang ditempatkan di suatu Desa jauh dari
Puskesmas induk.
b. Prinsip Penyelenggaraan Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016,
prinsip penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarat Masyarakat adalah
sebagai Berikut :
1. Paradigma Kesehatan yang dimaksudkan untuk mendorong semua
golongan masyarakat berpatisipasi dalam upaya mencegah dan
mengurangi resiko yang dihadapi.
2. Pertanggung jawaban wilayah
3. Kemandirian masyarakat, mendorong kemandirian hidup sehat bagi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang
dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat diwilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status, social, ekonomi, agama,budaya
dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna, menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan, dan tidak bertampak buruk bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan, dapat mengintegritaskan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan
lintas sector serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung oleh
manajemen Puskesmas.
c. Tugas, fungsi dan wewenang Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016, tugas
fungsi dan wewenang Pusat Kesehatan Masyarakat adalah sebagai Berikut :
1. Tugas Puskesmas :
a) Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.
b) Mengintegritaskan program yang dilaksanakan dengan pendekatan
keluarga.
c) Meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
kesehatan dilingkungan kerja.
2. Fungsi Puskesmas:
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerja
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerja
3. Wewenang Puskesmas :
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama puskesmas berwenang :
1) Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analis
masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang
diperlukan.
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan pimpinan
wilayah dan sektor lain terkait.
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat.
6) Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan.
8) Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan
faktor biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
9) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
10) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat
kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan
sistem kewaspadaan dini, dan respon penanggulangan penyakit.
11) Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga.
12) Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya.
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama puskesmas berwenang :
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikologi, sosial, dan budaya
dengan membina hubungan dokter - pasien yang erat dan setara.
2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada
individu, berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada
kelompok dan masyarakat.
4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
kesehatan, keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung,
dan lingkungan kerja.
5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.
6) Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis.
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses Pelayanan Kesehatan.
8) Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
9) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.
10) Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Tujuan Puskesmas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.128/Menkes/SK/II/2004, Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2012.
e. Persyaratan Puskesmas
Berdasarkan Perturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2019 syarat
puskesmas adalah sebagai berikut :
a) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
b) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih
dari 1 (satu) Puskesmas.
c) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan
aksesibilitas.
f. Pelayanan Farmasi di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi dua kegiatan yaitu yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik yang harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana dan peralatan dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadi efek samping obat untuk keselamatan pasien
(Susyanty et al. 2020)
Pelayanan Farmasi di Puskesmas digolongkan menjadi 2 yaitu,
Pengelolaan sediaan farmasi dan Pelayanan Farmasi Klinik.
A) Pengelolaan sediaan farmasi
Kegiatan pengelolaan merupakan suatu siklus kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan, dan administrasi
yang dibutuhkan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian (Susyanty et al.
2020)
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai (BMHP) di puskesmas setiap periode, dilaksanakan oleh
apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang
farmasi. Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan
atau kelebihan stok obat dan menjaga ketersediaan obat di
puskesmas. Tahapan perencaan kebutuhan obat dan BMHP meliputi:
1. Pemilihan, adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
Proses pemilihan obat di puskesmas dilakukan dalam rangka
perencanaan permintaan obat ke dinas kesehatan kabupaten/kota
dan pembuatan formularium puskesmas. Pemilihan obat di
puskesmas harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS).
2. Pengumpulan Data, Data yang dibutuhkan antara lain data
penggunaan obat periode sebelumnya (data konsumsi), data
morbiditas, sisa stok dan usulan kebutuhan obat dari semua
jaringan pelayanan puskesmas.
3. Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah
stok penyangga (buffer stock). Buffer stock ditentukan dengan
mempertimbangkan waktu tunggu (lead time), penerimaan obat
serta kemungkinan perubahan pola pernyakit dan kenaikan
jumlah kunjungan. Buffer stock bervariasi tergantung kepada
kebijakan puskesmas.
4. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat
menggunakan metode yang sesuai.
5. Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat
puskesmas dituangkan dalam Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas.
6. Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu
periode dan lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat
puskesmas dalam satu periode.
7. LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat
tingkat puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan
kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan
perhitungan secara tepat. Perhitungan kebutuhan obat untuk satu
periode dapat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dan
atau metode morbiditas (epidemiologi)
1. Metode konsumsi, Dengan menganalisis data konsumsi obat
tahun sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk
informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan
obat. Perhitungn perencaan kebutuhan obat adalah sebagai
berikut :
A= (B+C+D) - E
A = Rencana kebutuhan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok pengaman 10 % – 20 %
D = Waktu tunggu (3 – 4 minggu)
E = Sisa stok
2. Metode morbiditas (epidemiologi), Dengan menganalisis
kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah yang perlu
dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan
dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,
menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian
dengan alokasi dana yang tersedia.
b. Pengadaan
Pengadaan obat dipuskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan pengadaan mandiri (pembelian).
1. Permintaan, Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan di
Puskesmas harus sesuai dengan Formularium Nasional
(FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota dan Formularium
Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan oleh kepala
puskesmas kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan format LPLPO (Form lampiran 1).
Permintaan obat dari sub unit ke kepala puskesmas dilakukan
secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Permintaan
terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Permintaan rutin, Dilakukan sesuai dengan jadwal yang
disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masing – masing puskesmas.
b. Permintaan Khusus, Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin.
Proses permintaan khusus sama dengan proses permintaan
rutin. Permintaan khusus dilakukan apabila : Kebutuhan
meningkat, Terjadi kekosongan obat dan Kejadian Luar Biasa
(KLB/Bencana)
2. Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas
dapat melakukan pembelian obat ke distributor. Dalam hal terjadi
kekosongan persediaan dan kelangkaan di fasilitas distribusi,
Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke apotek.
Cara menghitung kebutuhan obat (stok optimum) adalah :
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan
pemakaian pada periode sebelumnya.
SO = SK + SWK + SWT+ SP
Sedangkan menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan
rumus : Permintaan = SO – SS
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Pemakaian rata–rata per periode distribusi
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu ( Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
c. Penerimaan
Sediaan farmasi dan BMHP dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (IFK) dan sumber lainnya merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian (TTK) penanggung jawab ruang farmasi di puskesmas.
Apoteker dan TTK penanggung jawab ruang farmasi bertanggung
jawab untuk memeriksa kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat pada
dokumen penerimaan. Pemeriksaan mutu meliputi pemeriksaan
label, kemasan dan jika diperlukan bentuk fisik obat. Setiap obat
yang diterima harus dicatat jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya
dalam buku penerimaan dan kartu stok obat. Sediaan farmasi dan
BMHP hasil permintaan dapat dilakukan penerimaan setelah
mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang. Petugas
penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang
diserahterimakan sesuai dengan isi dokumen dan ditandatangani
oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Petugas penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan
kerusakan obat. Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan pada
buku penerimaan obat dan kartu stok.
d. Penyimpanan
Suatu kegiatan pengamanan terhadapobat –obatan yang
diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin.Tujuan penyimpanan adalah agar obat
yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya dapat
dipertahankan. Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang
digunakan untuk menyimpan semua perbekalan farmasi untuk
kegiatan yang dilakukan di puskesmas.
1. Aspek umum yang harus diperhatikan dalam proses
penyimpanan obat :
1) Persediaan obat dan BMHP puskemas disimpan digudang obat
yang dilengkapi lemari dan rak-rak penyimpanan obat.
2) Suhu ruangan harus dapat menjamin kestabilan obat.
3) Sediaan farmasi dalam jumlah besar (buik) disimpan diatas
pallet, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.
4) Sediaan psikotropika dan narkotik disimpan dalam lemari
khusus dan terkunci yang dipegang oleh apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) yang dikuasakan.
5) Penyimpanan sesuai alpabetik atau kelas terapi dengan siste,
First Expired First Out (FEFO), high alert dan life saving
(obat emergency)
6) Sediaan Farmasid dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan
ditempat khusus dan terpisah dari obat lain.
7) Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu
yang disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi
setiap harinya.
8) Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum
tanggal kadaluwarsa tergantung kebijakan puskesmas)
diberikan penandaan khusus dan diletakan ditempat yang
terpisah.
9) Inpeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat
penyimpanan obat.
2. Aspek khusus yang perlu diperhatikan :
1) Obat High Alert, Obat High Alert adalah obat yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Seperti obat risiko tinggi (insulin, antidiabetik
oral), Obat LASA (Look alike Sound alike) dan elektrolit
konsentrat.
2) Obat narkotika, psikotropika dan precursor. Penyimpanan
dalam lemari khusus dan menjadi tanggung jawab apoteker
penanggung jawab. Lemari khusus tempat penyimpanan
narkotika, psikotropika dan precursor farmasi memiliki 2
buah kunci yang berbeda.
3) Obat kegawatdarutan medis, penyimpanan harus
memperhatikan dari sisi kemudahan, ketepatan dan kecepatan
reaksi bila terjadi kegawatdarutan.
e. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk untuk memenuhi
kebutuhan pada jaringan pelayanan puskesmas (puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, dan bidan desa). Langkah-langkah
distribusi obat :
1) Menentukan frekuensi distribusi dengan mempetimbangkan :
a. Jarak distribusi
b. Biaya distribusi yang tersedia
2) Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan dengan
mempertimbangkan:
a. Pemakaian rata-rata perperiode untuk setiap jenis obat.
b. Sisa stok
c. Pola penyakit
d. Jumlah kunjungan dimasing masing jaringan pelayanan
puskesmas.
3. Melaksanakan penyerahan obat ke jaringan pelayanan
puskesmas.
f. Pemusnahan dan Penarikan
1. Pemusnahan dan penarikan obat
a. Sediaan farmasi kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan
sesuai jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dan penarikan
sediaan farmasi dan BMHP yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peratura perundang-undangan. Sediaan farmasi dan BMHP
yang kadaluwarsa, rusak atau ditarik dari peredaran
dikembalikan ke intalasi Farmasi Pemerintah dengan disertai
berita acara pengembalian.
b. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
2. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh apoteker
atau penanggungjawab disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas kesehatan lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan
lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
g. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
memastikan ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar
tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di jaringan
pelayanan puskesmas. Pengendalian persediaan obat terdiri dari:
1. Pengendalian ketersediaan
Apoteker bertanggungjawab kehilangan, kerusakan, dan untuk
mencegah/mengatasi kekurangan atau kekosongan obat di
puskesmas.
2. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui
jumlah penerimaan dan pemakaian obat sehingga dapat
memastikan jumlah kebutuhan obat dalam satu periode.
3. Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, obat ditarik dan
kadaluwarsa.
h. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan
semua kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
1. Pencacatan (dokumentasi)
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor keluar dan masuknya obat di Puskesmas. Pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun
manual. Pada umumnya pemasukan dan pengeluaran obat dicatat
dalam buku catatan pemasukan dan pengeluaran obat dan kartu
stok. Petugas kefarmasian harus mencatat setiap penerimaan dan
pengeluaran obat di puskesmas.
a. Digudang obat harus tersedia kartu stok, buku penerimaan dan
pengeluaran obat.
b. Diruang obat tersedia kartu stok, rekapan harian penggunaan
obat dan buu catatan pemakaian narkotik dan psikotropik.
c. Catatan pemakaian narkotik, psikotropik dan precursor harus
dilengkapi nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomer telepon
dan jumlah obat yang diterima setiap pasien.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan
yang dibuat oleh tenaga kefarmasian puskesmas meliputi:
Tabel 2.1 Jenis Laporan yang dibuat oleh Tenaga
Kefarmasian Puskesmas.
a. Tugas pokok :
a) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik,
mempersiapkan obat sesuai resep dan kebutuhan (dispensing) dan
menyerahkan obat sesuai resep kemudian menjelaskan kepada pasien
tentang pemakaian obat (PIO)
b) Melaksanakan pencacatan harian dan pengeluaran harian obat di apotek
puskesmas
b. Fungsi :
Sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan
kefarmasian Puskesmas dalam Pengelolaan dan pencatatan obat dan
perbekalan kesehatan di puskesmas.
c. Uraian Tugas atau tanggung jawab :
a) Mengkoordinir pencatatan harian diruang pelayanan apotek Puskesmas
b) Memastikan kegiatan kefarmasian diruang pelayanan apotek berjalan
sesuai dengan prosedurnya.
c) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh apoteker sesuai bidang tugas
demi kelancaran pelaksanaan tugas pelayanan farmasi di apotek
Puskesmas Kertasari.
d. Penyimpanan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan disimpan didalam gudang
obat puskesmas yang berada tidak jauh dari Apotek Puskesmas. Gudang
obat Puskesmas Kertasari berukuran kurang lebih 3x4 meter persegi.
Dalam gudang terdapat ventilasi udara yang berfungsi sebagai
pengendali udara diruangan gudang yang ditujukan agar obat obat dan
alat kesehatan tidak rusak. Lantai gudang terbuat dari semen dan
keramik. Sistem penyimpanan obat digudang berdasarkan alfabetis
dengan rotasi penyimpanan kombinasi FIFO dan FEFO. Obat obat
yangf perlu disimpan didalam suhu dingin seperti suppositoria disimpan
didalam kulkas. Untuk obat obat High Alert diPuskesmas masih belum
mempunyai tempat khusus untuk tempat penyimpanannya sehingga
penyimpanannya masih disatukan dengan obat-obat yang lain.
Gambar 3.3 Penyimpanan Obat Digudang
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN