Anda di halaman 1dari 21

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI

HIJAU (Brassica juncea L) PADA BERBAGAI


KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR

PROPOSAL

IKRA SARI

PROGRAM STUDI AGROTEKNLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU
(Brassica Juncea L) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK
ORGANIK CAIR

USULAN PENELITIAN

IKRA SARI
E281 16 129

PROGRAM STUDI AGROTEKNLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
Judul : Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica
juncea L). Pada Berbagai Konsentrasi pupuk Organik Cair

Nama : Ikra Sari

Stambuk : E 281 16 129

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian
Palu, mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir Muhd. Nur Sangadji, DEA Nursalam, SP Msi


NIP. 19620908 19903 1 002 NIP. 19720911 20012 1 001

Menyetujui,

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Agroteknologi

Dr. Irwan Lakani,S.P.,M.Si


NIP. 19701015 200212 1001

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian ini. Penenlitian ini

berjudul “Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau ( Brassica Juncea L) Pada

Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak Dr.Ir Muhd. Nur Sangadji, DEA sebagai pembimbing utama dan bapak

Nusalam, SP. M.Si pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, petunjuk

dan saran selama penyusunan usulan penelitian ini, untuk kedua orang tua saya

yang telah memberi dukungan dan doa yang tiada henti sampai saat ini.

Dalam penulisan usulan penelitian ini, tidak sedikit hambatan yang penulis

hadapi. Namun dengan semangat dan dukungan dari semua pihak yang terlibat

dalam penyusunan usulan penelitian ini, sehingga penyusun bisa menyelesaikan

dengan baik.

Palu, Mei 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL LUAR i
SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian..............................................................................3
1.3 Manfaat Penelitian............................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu........................................................................4
2.2. Landasan Teori.................................................................................4
2.2.1 Botani Tanaman Sawi.............................................................5
2.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi...............................................7
2.2.3 Pemupukan..............................................................................7
2.2.4 Pupuk Organik Cair ................................................................8
2.3 Hipotesis...........................................................................................9

III. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu...........................................................................10
3.2 Bahan dan Alat.................................................................................10
3.3 Desain Penelitian..............................................................................10
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................10
3.4.1. Persemaian Benih Sawi ........................................................11
3.4.2. Persiapan Media Tanam........................................................11
3.4.3. Penanaman............................................................................11
3.4.4. Pemupukan............................................................................11
3.4.5. Pemeliharaan.........................................................................11
3.4.6. Pemanenan............................................................................12
3.5 Variabel Pengamatan........................................................................12
3.6 Analisis Data....................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dimasa mendatang khususnya sayuran diarahkan

untuk menumbuh kembangkan sistem agribisnis dan agroindustry. Salah satu

dari komoditi sayuran tersebut adalah tanaman sawi. Tanaman sawi termasuk

sayuran yang memiliki arti penting, karena disamping dapat memenuhi

kebutuhan gizi bagi masyarakat, sawi sebenarnya dapat menambah pendapatan

petani.

Tanaman sawi merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

komersial dan prospek yang baik. Selain ditinjau dari segi klimatologis, teknis dan

ekonomis sosialnya juga sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk

diusahakan di Indonesia dan sayuran ini merupakan jenis sayuran yang digemari

oleh semua golongan masyarakat. Permintaan terhadap tanaman sawi selalu

meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran

kebutuhan gizi (Haryanto, et.al 2006).

Sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk

dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta

adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain

ditunjukan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilaya tropis Indonesia

yang sangat cocok untuk komuditas tersebut. Disaping itu, umur panen sawi

relative pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasinya memberikan

keuntungan yang memadai (Rukmana, 2007).


Tanaman sawi hijau merupakan tanaman sayur-sayuran yang mempunyai

peranan penting. Kebutuhan sawi hijau dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Salah satu peningkatan produktivitas tanaman sawi dengan cara

penggunaan pupuk organik cair Nasa yang aman bagi lingkungan (Simanungkalit,

2011) menyatakan bahwa Pupuk Organik Cair Nasa yang diberikan ke dalam

tanah berperan sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau

menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman.

Salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman adalah perbaikan

lingkungan tumbuh seperti penyediaan unsur hara melalui pemupukan yang

menunjang keberhasilan hidup tanaman. Masalah umum dalam pemupukan adalah

rendanya serapan unsur hara oleh tanaman terutama bila efesiensi pemupukan N

dan K tergolong rendah,

Pupuk organik cair mampu memberi nilai tambah bagi tanaman pada saat

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk ini juga bermanfaat

dalam memperbaiki tanah dan mengandung mikroorganisme yang dapat

mengurangi serangan penyakit pada tanaman yang dipupuk. Tanaman dapat

memanfaatkan semaksimal mungkin unsur hara dan pupuk melalui minimalisasi

pencucian dan penguapan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghindari

penguapan dan pencucian pupuk adalah melakukan pemupukan yang berulang

atau mengatur frekuensi pemupukan pada tanaman (Damanik, et.al 2011).

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur . Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam

pencucian hara dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika

dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak

merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain

itu pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang

diberikan ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman

(Hadisuwito, 2012).

Poc Nasa atau kepanjangan dari pupuk Organik Cair adalah pupuk organik

yang berbentuk cair yang sangat bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan

tanaman, membantu mempercepat pertumbuhan pembuahan dan yang pasti

meningkatkan hasil panen secara kualitas dan kuantias. Karena bentuk cair jadi

cara yang paling efektif adalah dengan cara dicampur dengan air bersih kemudian

disemprotkan ke bawah daun atau stomata daun atau mulut daun. Pupuk ini

berbahan alami dan sangat ramah lingkungan bahkan bila dikonsumsi manusia

baik itu sengaja ataupun tidak berakibat buruk atau membahayakan. Poc Nasa

berbentuk cair dan ini sudah berbentuk ion sehingga mudah diserap oleh tanaman

langsung berkhasiat meningkatkan hasil panen. Warna dari POC NASA adalah

cairan warna coklat kehitaman seperti air teh kental. Baunya tidak begitu

menyengat dan cendrung seperti bau minuman segar (Pardoso, 2014)

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini di lakukan ialah untuk mengetahui pengaruh dari

berbagai konsentrasi Pupuk Organik Cair Nasa yang dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil Sawi Hijau.


3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah, sebagai bahan informasi bagi

masyarakat umum, khususnya bagi petani yang ingin membudidayakan tanaman

Sawi Hijau dengan menggunakan konsentrasi Pupuk Organik Cair Nasa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Shaputra et.al (2013) dalam penelitiannya mengenai petumbuhan dan

produksi bawang merah (Allium ascalonium L.) Terhadap pemberian kulit kopi

dan pupuk organic cair menyimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair super

ACI konsentrasi 0,9 dapat mempengaruhi tinggi tanaman.

Hasil penelitian Yusni (2013) bahwa perlakuan konsentrasi pupuk organik

cair (POC) Nasa berpengaruh nyata pada beberapa parameter pertumbuhan dan

produksi tanaman Cabai, dimana pertumbuhan dan produksi tanaman cabai

terbaik dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air.

Herlina (2020) dalam penelitianya mengenai pertumbuhan dan hasil

tanaman jagung pulut (Zea mays ceritina cholesh) pemberian pupuk organic cair

NASA 3,0 % dapat mempengaruhi tinggi tanaman, daun lebih banyak, dan batang

lebih besar.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Gambaran Umum Botani Tanaman Sawi

Sawi (Brassica juncea L) masih satu family dengan kubis-krop, kubis

bunga, broccoli dan lpbak atau rades, yakni family crucifarea (brassicaceae) oleh

karna itu sifat morfologis tanamannya hampir samah, terutama pada sistem

perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Tanaman sawi

termaksud dalam Kigdom : Plantea, Devisi : Spermatophyte, Class :


Dicotyledonea, Ordo : Rhoeadales, Family : Crucifarea Genus : Brasicca Dan

Spesies : Brassica juncea L. (Sunarjono, 2004)

Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix pimaria) dan

cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemuah

arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain

mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya

batang tanaman. Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir

tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun

(Rukmana, 2007).

2.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Hijau

Sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran renda maupun dataran

tinggi. Akan tetapi yang dibudidayakan di daerah ketinggian 100 mdpl- 500 mdpl.

Sebagian besar daerah indonesia memenuhi syarat ketigiian tersebut (Hariyanto

et.al 2003). Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah

berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi ikim tropis indonesia.

Hingga saat ini para petani yang mengalami gagalpanen atau memperoleh

keuntungan yang rendah karena kurang meperhatikan keadaan lingkungan lokasi

penanaman.

Kodisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah

daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6℃ dan siang harinya 21,1 ℃ serta

penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa

varietas sawi yang tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi

dengan baik di daerah yang suhunya antara 27 ℃- 32 ℃ (Sunarjono, 2004).


Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau

yang optimal berkisaran antara 80% - 90%. Tanaman sawi hijau tergolong

tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan

masih bisah memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk

pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang

memiliki curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun dapat di jumpai di dataran

tinggi pada ketinggian 1000 mdpl – 1500 mdpl. Akan tetapi tanamn sawi tidak

tahan terhadap air yang tergenang. Bahan organik (humus) adalah sifat biologis

yang bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman,

serta tanah yang banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai

bahan organik (Cahyono, 2003).

2.2.3 Pemupukan

Menurut Sutanto (2002), pemupukan merupakan peberian bahan yang

dimasukan untuk menambah unsur hara pada tanah, memperbaiki kandungan hara

baik berupa kimia maupun biologi dalam tanah.

Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-

bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat kedalam

tanah. Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara

pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-

sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya didalam tanah dan tanaman.

Karena hal-hal tersebut diperoleh hasil pemupukan yang efesiens dan tidak

merusak akar tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan jenis pupuk dan

cara pemberian pupuk yang tepat (Hasibuan, 2006).


Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemupukan agar tanaman

dapat tumbuh dengn optimal salah satunya adalah tepat jenis, yang dimaksud pada

saat pemupukan harus tepat jenis. Misalnya pada saat pemupukan tanaman padi.

Apabila tanaman padi tersebut membutuhkan pupuk N maka harus memupuk

urea. Apabila jenis pupuk yang digunakan salah, maka akan membuat tanaman

yang dipupuk tidak akan tumbuh bagus. Faktor kedua adalah tepat dosis,

dimaksudkan agar pada saat pemupukan dosis yang diberikan ketanaman jangan

sampai terlalu sedikit ataupun terlalu banyak. Apabila dosis yang diberikan terlalu

sedikit, maka tanaman akan kekurangan unsur hara dan apabila dosis terlalu

banyak maka pupuk tersebut bisah saja menjadi toksin bagi tanaman itu sendiri.

Faktor ketiga adalah tepat waktu, ini dimaksudkan agar pada saat pemupukan

waktu harus tepat. Misalnya pada tanaman kubis. Pemupukan pertanaman

dilakukan pada saat 14 HST. Hal tersebut dimaksudkan agar tanaman bisa tumbuh

dengan optimal. Faktor keempat adalah tepat cara, ini dimaksudkan pada saat

pemupukan cara yang digunakan harus benar, hal tersebut dikarenakan apabila

cara pemupukan yang dilakukan salah maka pupuk tersebut bisa saja tidak dapat

diserap oleh tanaman (Novizan, 2007)

2.2.4 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini

adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat tidak bermasalah dalam

pencucian hara dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak

merusak tanah dan tanaman meskipun sering digunakan. Selain itu, pupuk ini juga

memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan

tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hanisar dan Bahrum, 2015).

Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tapi

mengandung unsur hara mikro dalam jumlah yang cukup, yang sangat diperlukan

untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik dan

sifat kimia, maupun sifat biologis tanah, juga mencegah erosi dan mengurangi

terjadinya erosi (Irna, 2014).

Pupuk Organik Cair (POC) yaitu pupuk organik dalam sediaan cair.

Mengandung unsur hara berbentuk larutan yang sangat halus sehingga sangat

mudah diserap oleh tanaman termasuk batang dan daun. Diaplikasikan dengan

disiramkan dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman. Sumber

bahan baku pupuk organik tersedia dalam jumlah yang melimpah, biasa berupa

limbah, baik limbah rumah tangga, rumah makan, pasar, pasar pertanian,

peternakan maupun limbah organik lain (Nasarudin dan Rosnawati, 2011).

Menurut Damanik et.al (2011) pupuk organik cair mampu memberi nilai

tambah bagi tanaman pada saat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain

itu pupuk ini juga bermanfaat dan memperbaiki tanah dan mengandung

mikroorganisme yang dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman yang

dipupuk. Tanaman dapat memanfaatkan semaksimal mungkin unsur hara dari

pupuk melalui minimalisasi pencucian dan penguapan. Salah satu upaya yang

dilakukan untuk menghindari penguapan dan pencucian pupuk adalah dengan


melakukan pemupukan berulang atau dengan kata lain mengatur frekuensi

pemupukan pada tanaman.

Salah satu pupuk organik cair yang beredar di pasaran adalah dengan merek

dagang NASA yang mengandung unsur hara makro dan mikro relatif lengkap

bagi tanaman dan dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah yaitu membantu

perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman (Nurahmi

et.al, 2011). Pupuk NASA merupakan pupuk yang dibuat murni dari bahan

organik. Kandungan unsur hara pupuk organik cair NASA adalah N 0,12%, P 2O5

0,03%, K 0,31%, Ca 60,4 ppm, Mn 2,46 ppm, Fe 12,89 ppm, Cu 0,03 ppm,

sehingga berpeluang untuk digunakan sebagai unsur hara bagi tanaman yang

mampu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman

2.3 Hipotesis

Terdapat konsentrasi pupuk organik cair yang dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil sawi hijau.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di fakultas pertanian Universitas Tadulako.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai dengan

Desember 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meteran, cangkul, polybag

ukuran 25 x 30 cm, pisau, saringan, handsprayer, kertas label, gelas ukur, gembor,

baskom, timbangan analitik, oven, leaf area meter, alat tulis menulis, alat

dokumentasi dan perangkat computer untuk pengelolaan data.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih sawi varietas tosakan,

pupuk organik cair NASA dan air

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan

yang dicobakan adalah konsentrasi POC yang terdiri dari 7 taraf yaitu :

N0= Control

N1=POC 0.2 %

N2=POC 0,4 %

N3= POC 0,6 %

N4= POC 0,8 %

N5= POC 1,0 %

N6= POC 1,2 %


Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 21 unit percobaan.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persemaian Benih Sawi

Wadah untuk tempat persemaian yaitu menggunakan baskom dan

menggunakan tanah top soil. Sebelum ditaburkan benih direndam dengan air

selama satu malam. Kemudian benih sawi ditabur, lalu ditutup dengan tanah

setebal 1 – 2 cm, dan disiram dengan handsprayer. Bibit dipindahkan ke polybag

saat bibit telah berdaun 4 helai atau setelah berusiah 1-2 minggu.

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Penyediaan media tanam diawali dengan menyediakan tanah. Kemudian

ditimbang sesuai keperluan yaitu sebanyak 3kg/polibag. Setelah tanah ditimbang

lalu dimasukkan kedalam polibag ukuran 25 x 30 cm.

3.4.3 Penanaman

Bibit yang telah berusiah 1-2 minggu dipindahkan ke media tanam dalam

polybag. Media dalam polybag diberi lubang sedalam 3 cm untuk pembenaman.

3.4.4 Pemupukan

Pupuk organik cair disemprotkan secara merata ke seluruh permukaan daun,

dilakukan pada waktu pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WITA Frekuensi

pemberian pupuk cair dilakukan 3 kali, yaitu pada waktu tanaman berumur 7, 14,

21, HST (selang waktu 7 hari sekali).


3.4.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan sawi meliputi penyiraman dengan air yang dilakukan setiap

hari yaitu pada pagi dan sore hari atau menyesuaikan keadaan di lapangan.

Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati 3-7 hari setelah tanam.

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma secara hatihati agar tidak

merusak tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik.

3.4.6 Pemberian Pupuk Organik Cair

Pupuk organik diaplikasikan sebanyak 3 kali dimulai pada umur 7,14 dan 21

HST. Pengaplikasiannya menggunakan hand spayer dengan konsentrasi yang

berbeda. Pada perlakuan N0 yaitu tanpa menggunakan pupuk organik cair nasa

( kontrol), N1 menggunakan pupuk organik cair nasa 2 ml kemudian ditambahkan

dengan air sebanyak 998 ml, N2 menggunakan pupuk organik cair nasa 4 ml

kemudian ditambahkan dengan air sebanyak 996 ml, N3 menggunakan pupuk

organik cair nasa 6 ml kemudian ditambahkan dengan air sebanyak 994 ml, N4

menggunakan pupuk organik cair nasa 8 ml kemudian ditambahkan dengan air

sebanyak 992 ml, N5 menggunakan pupuk organik cair nasa 10 ml kemudian

ditambahkan dengan air sebanyak 990 ml, N6 menggunakan pupuk organik cair

nasa 12 ml kemudian ditambahakan dengan air sebanyak 898 ml.

3.4.7 Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah sawi berumur 32 HST. Kriteria panen sawi

ketika daun paling bawah menunjukkan warna kuning dan belum berbunga.
3.5 Variabel Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman (cm) diukur dari bagian tanaman yang berada di

permukaan tanah sampai daun tanaman tertinggi tiap 7 hari sekali. Mulai

diukur satu minggu setelah pemberian POC pada umur 14, 21, 28

2. Jumlah Daun

Jumlah daun (helai) dihitung setiap 7 hari sekali. Daun yang dihitung yaitu

daun yang sudah terbentuk sempurna. Mulai dari 7 hari setelah tanam

3. Luas Daun

Luas daun (cm2) diukur pada akhir pengamatan

4. Berat segar daun (g) diukur pada akhir pengamatan. Pada umur 32 hari

setelah tanam

5. Berat kering daun (g) diukur pada akhir pengamatan. Pada mur 32 hari

setelah tanam

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis

kovarian. Apabila hasil analisis kovarian yang menunjukan pengaruh nyata

atau sangat nyata akan dilanj utkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

taraf 5% guna mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara perlakuan yang

dicobakan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, 2003. Budidaya dan analisis tanii. Kanisius. Jakarta
Damanik, M.M.B., Bachtiar E.H., Fauzi, Sarifuddin, dan Hamidah H.,
2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan. hal. 262
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Hariyanto, E. Suhartini, T. Rahayu , E dan 2003. Sawi dan Selada.
Jakarta: Penebar Swadaya
Haryanto dkk, 2006. haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H.H.
Sunarjono. 2006. Sawi dan selada. Penebar swadaya. Jakarta
Hasibuan, B. E,. 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU-press, Medan. Hal:
140-141
Irna S, 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) dan dosis
pupuk N,P,K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau
(Vigna radiata L) Kultivar Talenta. Jurnal Kultivasi. 15(3).

Nasarudin dan Rosnawati, 2011. Pengaru pupuk organic cair (POC) hasil
fermentasi daun gamal, batang pisang dan sabut kelapa terhadap
pertumbuhan bibit kakao. Jurnal Agrisistem (7): 102-09
Novizan, 2007. Petunjukdan Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Novizan, 2007. Sawi dan selada. Penebar swadaya. Jakarta
Pardoso, 2014. POC NASA. PT. Natural Nusantar. Indonesia.
Rukmana, R, 2007. Bertanam P etsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta
Shaputra A, A. Barus dan R. Sipayng, 2013. Pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonium L) terhadap pemberian kompos kulit
kopi dan pupuk organic cair. Jurnal online agroteknologi. 2(1):26-35
Sunarjono, H, H. 2004. Bertanam 30 jenis sayur. Penebar swadaya,
Jakarta.
Sutanto. 2002. Perbedaan Antara Pupuk Anorganik Dan Pupuk
Organic.Fakultas Pertanian. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
http//repository.ipb.ac.id.
Hanisar, W dan A. Bahrum. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Hijau
(Vigna radiata L .). Jurnal Agroteknologi. Fakultas pertanian Universitas
PGRI Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai