Anda di halaman 1dari 36

TEKNIK ISOLASI PENYAKIT PADA TANAMAN ROSELLA (Hibiscus

sabdariffa L) VARIETAS ROSELINDO 2 DI BALAI PENELITIAN TANAMAN


PEMANIS DAN SERAT (BALITTAS) KARANGPLOSO MALANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Oleh :
AL AMIN
NIM : 218.01.03.1014

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2021

iii
TEKNIK ISOLASI PENYAKIT PADA TANAMAN ROSELLA (Hibiscus
sabdariffa L) VARIETAS ROSELINDO 2 DI BALAI PENELITIAN TANAMAN
PEMANIS DAN SERAT (BALITTAS) KARANGPLOSO MALANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Penelitian Skripsi

Oleh :
AL AMIN
NIM : 218.01.03.1014

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2021

iv
TEKNIK ISOLASI PENYAKIT PADA TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)
VARIETAS ROSELINDO 2 DI BALAI PENELITIAN TANAMAN PEMANIS DAN
SERAT (BALITTAS) KARANGPLOSO MALANG

Nama Mahasiswa : AL AMIN


NIM. : 21801031014
Jurusan : PERTANIAN

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapang

Dr. Ir. Hj. Istirochah Pujiwati, M.P. Kristiana Sri Wijayanti, S.P.M.P

Menegaskan,
Kaprodi Agroteknologi

Dr. Ir. Anis Rosyidah, M.P.

Tanggal Seminar : 09 Juli 2021

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapang ini.
Praktek Kerja Lapang dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
melaksanakan penelitian Skripsi.
Dengan selesainya penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Nurhidayati, M.P. Selaku Dekan Fakultas Pertanian, yang telah
mengijinkan dan memberikan fasilitas di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas
Islam Malang.
2. Ibu Dr. Ir. Anis Rosyidah, M.P. Selaku Ketua Prodi Agroteknologi yang telah
memberikan pengarahan dan fasilitas di lingkungan Prodi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Islam Malang.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Istirochah Pujiwati, M.P. Selaku Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, dan mengarahkan
dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang.
4. Bapak Dr. Andy Wijanarko, S.P., M.P. selaku Kepala Balai Penelitian Tanaman
Pemanis dan Serat, Karangploso, Malang, atas kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL.
5. Ibu Kristiana Sri Wijayanti, S.P., M.P. selaku Pembimbing Lapang yang telah pula
memberikan pengarahan dan bimbingan selama pelaksanaan dan penyusunan
laporan PKL.
6. Ibu. Dr. Ir. Anis Sholihah, M.P. Selaku dosen pembimbing akademik yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, dan
mengarahkan dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang.
7. Segenap Dosen dan Karyawan yang telah membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan studi.

vi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tulisan
ini, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
demi perbaikan pada kegiatan selanjutnya.
Akhirnya semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca dan membutuhkannya.

Malang, Juni 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Rosella ....................................................................................4
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Rosella ...........................................................5
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Rosella.........................................................5
2.4 Penyakit Tanaman Rosella......................................................................9
BAB III. METODOLOGI................................................................................10
3.1 Tempat dan Waktu PKL........................................................................10
3.2 Bahan dan Alat......................................................................................10
3.3 Metode Pelaksanaan..............................................................................10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................13
4.1 Hasil......................................................................................................13
4.2 Pembahasan..........................................................................................18
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................22
5.1 Kesimpulan...........................................................................................22
5.2 Saran ....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23
LAMPIRAN.......................................................................................................25

viii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Struktur Organisasi Balittas............................................................................13


2. Tanaman Sakit dan Hasil Pengamatan...........................................................16

ix
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Tanaman Sakit dan Hasil Isolasi sampai Pengamatan...........................16


2. Persentase Kejadian Penyakit.……………………………………….. 17
3. Tinggi Tanaman Rosella pada Berbagai Umur……………………… 17

x
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pengamatan Rosella..............................................................................25
2. Isolasi Sampel.......................................................................................25
3. Pemurnian Jamur...................................................................................26
4. Lahan Pengamatan Rosella...................................................................26
5. Tanaman Rosella...................................................................................27
6. Deskripsi Varietas Roselindo 2.............................................................27

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak keanekaragaman hayati.


Keanekaragaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun obat. Tanaman
rosella (Hibiscus sabdariffa L) merupakan tanaman yang dapat dijadikan bahan obat.
Budidaya tanaman rosella ini tidak memerlukan tempat yang luas untuk memenuhi
kebutuhan pribadi dan juga mudah dilakukan. Tanaman rosella memberikan banyak
manfaat di bidang kesehatan. Produk hasil olahan rosella ini juga beraneka ragam
sehingga dapat memikat masyarakat yang biasa mengkonsumsi produk herbal. Budidaya
rosella mudah dilakukan akan tetapi budidaya rosella di Indonesia masih terpusat di
daerah-daerah tertentu (Wijayanti, 2010). Rosella merupakan salah satu jenis tanaman
obat. Di Indonesia penggunaan rosella di bidang kesehatan memang belum begitu
populer, namun di negara-negara lain pemanfaatan rosella di dalam bidang pengobatan
sudah tidak asing lagi. Di Nigeria rosella dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang
dipercaya dapat menurunkan tekanan darah (anti hipertensi), antiseptik, peluruh air kemih
(diuretik), menurunkan gula darah (hipoglikemik), pencahar, mencegah pembentukan
batu ginjal, antihelmintik, mengatasi batuk dan anti bakteri. Di Thailand teh rosella
dipercaya dapat menurunkan kolesterol (Maryani dan Kristiana, 2005).

Data resmi dari Badan Pusat Statistik mengenai produksi dan permintaan
tanaman rosella di Indonesia hingga saat ini belum ada, namun menurut Rahmawati
(2012) ada beberapa potret budidaya dan profil sukses mengenai bisnis rosella di
berbagai daerah. Usahatani bunga rosella memiliki prospek yang cukup baik untuk
dikembangkan di Indonesia.

Penyakit tanaman merupakan salah satu pengganggu yang dapat membatasi


produksi, penyakit pada tanaman rosella yang telah lama dikenal adalah penyakit busuk
kaki hitam yang disebabkan jamur Phytophthora parasitica Dast. Selain itu juga ada
penyakit busuk daun yang disebabkan oleh Phoma sabdariffae, layu Fusarium, busuk
Sclerotium (Loebis, 2007). Suhu yang sejuk dapat mempengaruhi penyakit pada
tanaman. Di daerah Malang penyakit tanaman berada di kebun-kebun yang tingginya
350-500 m dari permukaan laut. Penyakit juga dipengaruhi oleh kelembaban yang tinggi.

12
Umumnya penyakit baru timbul pada waktu tanaman sudah mempunyai tinggi yang
cukup (Semangun, 2009).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman rosella adalah dengan
melakukan pengendalian penyakit. Pengendalian penyakit yang menyerang tanaman
rosella akan berhasil dilakukan jika identifikasi jenis penyakit dilakukan dengan tepat.
Untuk itu dalam observasi ini dilakukan bagaimana teknik untuk mengisolasi penyakit
yang menyerang tanaman rosella dan mengetahui jenis patogen apa yang menyerang.

1.2 Identifikasi Masalah


Kendala yang dihadapi di lapang pada budidaya tanaman rosella, yaitu penyakit
pada tanaman rosella, karena penyakit pada tanaman rosella dapat mengurangi hasil
produksi.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik isolasi yang dilakukan untuk mengetahui jenis patogen yang
menyerang?
2. Bagaimana gejala tanaman rosella yang terserang penyakit?

1.4 Tujuan Praktek Kerja Lapang

1. Untuk mengetahui teknik isolasi penyakit yang menyerang tanaman rosella.


2. Untuk mengetahui bagaimana gejala tanaman rosella yang terserang penyakit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

13
2.1 Tanaman Rosella

Rosella pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu di pulau Jawa, tepatnya di


halaman sebuah rumah oleh ahli botani asal Belanda yang bernama M.de L’obel pada
tahun 1576. Diduga tanaman ini dibawa oleh pedagang india saat datang ke Indonesia
pada abad ke-14 (Sumarno, 2010). Menurut Rahmawati (2012) nama rosella sudah
dikenal sejak 1922 di Indonesia. Rosella tumbuh subur di sepanjang lintasan kereta api
Indramayu, Jawa Barat, terutama musim hujan terlihat hamparan kelopak rosella yang
bermekaran.

Roselindo 2 adalah varietas yang berasal dari Jamaika/Rosella ungu cumi dengan
Genotipe no. 1596. Roselindo memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
varietas Roselindo 2 yaitu kandungan Antosianin pada kelopak bunga sebesar 2.033
mg/100g dan 14 mg/kg dan vitamin C. Kelemahan varietas ini yaitu ketahanan terhadap
penyakit Fusarium masih moderat sehingga perlu ada perbaikan terhadap karakter dari
varietas tersebut serta potensi hasil kelopak yang masih rendah daripada Roselindo 1.
Mutasi merupakan salah satu teknik pemuliaan untuk memperbaiki karakter Roselindo 2
(Purdyaningsih, 2015).

2.1.1 Klasifikasi Rosella

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa Lynn (Maryani dan Kristiana, 2005).

2.1.2 Morfologi Tanaman Rosella

Morfologi tanaman rosella terdiri dari batang, daun, akar, bunga dan biji. Menurut
Steenis (2006) tanaman rosella merupakan tanaman semak 1 tahun. Tanaman ini
memiliki akar tunggang yang berbentuk silinder halus. Akar tanaman ini menyebar pada

14
daerah pertumbuhanya. Akar tanaman ini mengalami perkembangan yang sangat baik
pada tanah yang subur dan mengandung bahan organik (Purdyaningsih, 2015).

Batang merupakan herba tahunan yang bisa mencapai 0,5-3 meter. Bentuk
batang bulat, tegak, berkayu, banyak percabangan dan berwarna merah. Pada batang
melekat daun yang tersusun berseling, warnanya hijau berbentuk bulat telur dengan
pertulangan menjari dan tepi beringgit (Purdyaningsih, 2015).

Daun tanaman rosella tumbuh tunggal dan berseling-seling, berbentuk bulat


telur dan berwarna hijau gelap sama dengan kemerah merahan, Helai daun memiliki
pertulangan menjari dengan warna merah dan tepi beringgit dengan banyak kelenjar pada
permukaan bawah. Ukuran daun bervariasi, tergantung umur tanaman. Pada umumnya
daun tanaman rosella berukuran panjang antara 6-15 cm dan lebar antar 5-8 cm yang
melekat pada tangkai daun sepanjang 4-7 cm (Rukmana dan Herdi, 2015).

Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga pada
setiap tangkai bunga. Bunga ini mempuyai 8-11 helai kelopak yang berbulu dengan
panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan dan berwarna merah sampai kuning dengan
warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya
kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal. Putik berbentuk tabung dan berwarna
kuning atau merah. Bunga rosella bersifat hemaprodit sehingga mampu menyerbuk
sendiri (Rahmawati, 2012).

1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Rosella


1.2.1 Iklim

Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 600 meter dpl.
Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan rosella akan terganggu. Rosella dapat
tumbuh didaerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata 24-32ºC. Namun rosella
masih toleran pada kisaran suhu 10-36ºC. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu malam
tidak kurang 21ºC (Wijayanti, 2010)

15
Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap tanaman rosella. Pada periode
penyinaran matahari, kurang dari 112 jam maka tanaman cepat mengakhiri pertumbuhan
vegetatif dan beralih ke generatif. Sebaliknya saat penyinaran matahari lebih dari 12 jam
maka pertumbuhan vegetatif terus berlangsung sampai optimal. Di Kalimantan selatan
penanaman rosella yang sesuai pada bulan Oktober sampai dengan November dimana
pada bulan tersebut bertepatan dengan turunnya hujan dan peredaran matahari mendekati
khatulistiwa (Wijayanti, 2010).

Pengairan yang baik dapat mengatasi curah hujan yang tidak mencukupi pada
periode kering dibutuhkan rosella untuk pembungaan dan produksi biji sedangakan hujan
atau kelembaban yang tinggi selama masa panen dan pengeringan dapat menurunkan
kualitas kelopak bunga dan dapat menurunkan produksi. Curah hujan rata-rata yang
dibutuhkan rosella 140-170 mm per bulan dengan kelembaban udara diatas 70% jika
curah hujan tidak mencukupi bisa diatasi dengan pengairan yang baik. Periode kering
dibutuhkan rosella untuk pembungaan dan produksi biji (Maryani dan Kristiana, 2005).

1.2.2 Tanah

Tanaman rosella mempunyai daya adaptasi luas terhadap berbagai jenis tanah.
Berdasarkan indikator di daerah sentra produksi rosella di Indonesia menunjukan bahwa,
jenis tanah yang tergolomg ideal untuk ditanami tanaman ini adalah tanah aluvial, latosol
dan podsolik merah kuning (PMK) (Rukmana dan Herdi, 2015).

Tanaman rosella dapat diusahakan di segala macam tanah akan tetapi yang paling
cocok pada tanah yang subur dan gembur maksudnya yang mempunyai struktur yang
dalam, bertekstur ringan dan berdrainase baik. Hal ini akan mengakibatkan tanaman ini
berproduksi dengan baik (Hapni, 2010)

Rosella masih dapat toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak
cocok ditanam ditanah salin atau berkadar garam tinggi. Kemasaman tanah (pH) untuk
rosella adalah 5,5-7 dan masih toleran juga pada pH 4,5-8,5 selama tanaman rosella tidak
tergenang air (Wijayanti, 2010).

2.3. Teknik Budidaya Tanaman Rosella

1. Persiapan Lahan

16
Persiapan lahan untuk menanam rosella sama seperti tanaman tahunan
lainnya. Sebelum dilakukan penanaman, lahan yang akan digunakan harus diolah
terlebih dahulu. Agar perakaran dapat berkembang dengan baik dilakukan pengolahan
tanah yang agak dalam. Jika benih langsung ditanam, lubang tanaman dapat dibuat
langsung pada saat tanam dengan menggunakan tugal yang terbuat dari kayu bulat
berdiameter 20 cm. Tanah dicampur dengan pupuk dasar berupa pupuk kandang
dengan dosis 10-20 ton/ha. Lahan dilarik dengan jarak antar larik 1,5 m. Dibuat alur
atau bedengan setinggi 15-20 cm (Gunawan, 2009).

2. Persiapan bahan tanaman

Rosella dapat dibiakkan dengan cara vegetatif (setek batang) atau cara generatif
(biji). Namun perbanyakan tanaman rosella biasanya dilakukan secara generatif
dengan biji. Untuk mempercepat perkecambahan, biji rosella direndam terlebih
dahulu dengan air selama 24 jam, kemudian baru dipilih biji yang tenggelam untuk
ditanam (Gunawan, 2009).

3. Pembibitan

Benih rosella dapat langsung ditanam di lapangan atau dipindahtanamkan. Pada


sistem penanaman langsung, benih ditanam 2-3 butir per lubang tanam sedalam 0,5
cm. Setelah bibit berdaun 2-4 helai, dilakukan penjarangan dengan memilih satu
tanaman yang menunjukkan pertumbuhan terbaik (Magfirotunisak, 2018).

4. Penanaman di polybag

Selain ditanam di lapangan, dalam skala kecil rosella dapat pula ditanam di
polibag besar (paling sedikit menggunakan 10 kg media tanam). Media tanam yang
dipakai dapat berupa campuran tanah dengan pupuk organik seperti pupuk kandang
atau pupuk kompos dengan perbandingan 4:1. Penanaman di polibag memiliki
produktivitas lebih rendah daripada ditanam di lapangan (Magfirotunisak, 2018).

5. Jarak tanam
Tanaman rosella yang ditanam dengan jarak yang rapat menyebabkan tanaman
saling menaungi sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih tinggi, tetapi produksi
kelopak per tanaman menurun. Cabang-cabang yang saling menaungi akibat jarak
tanam yang terlalu rapat membuat pertumbuhan tanaman menjadi kurang optimal

17
dengan diameter cabang dan ukuran kelopak bunga lebih kecil serta warna kelopak
lebih pucat. Sedangkan cabang bagian atas yang terkena cahaya matahari penuh tidak
mengalami gangguan seperti disebutkan diatas (Haidar, 2016).

6. Pemupukan

Pupuk yang digunakan untuk rosella bervariasi antara daerah dan negara.
rosella sangat responsif terhadap pemberian nitrogen. Pupuk N berpengaruh pada fase
awal pertumbuhan rosella karena nitrogen berperan mendorong pertumbuhan
vegetatif, yang berkolerasi dengan produksi kelopak bunga. Namun, pemberian
pupuk amonia yang berlebihan akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif menjadi
pesat, tetapi produksi buah menurun. Dosis pupuk nitrogen dan kalium
mempengaruhi kandungan antosianin, vitamin C dan karbohidrat kelopak bunga.
Pupuk P selain mempengaruhi pertumbuhan akar juga mendorong pembentukan
bunga (Hidayat, 2019).

7. Pemangkasan

Pemangkasan ditujukan untuk menghilangkan dominansi apikal (pengaruh


penghambatan ujung pucuk terhadap pertumbuhan tunas dibawahnya), sehingga akan
mendorong pertumbuhan tunas lateral (cabang) ke samping. Jumlah cabang yang
banyak akan meningkatkan jumlah daun yang tumbuh. Bunga Rosella tumbuh pada
ketiak daun, sehingga jumlah daun per tanaman yang besar akan semakin
meningkatkan produksi kelopak bunga. Peningkatan jumlah bunga akan menaikkan
jumlah kelopak bunga dan biji per hektar. Selain itu pemangkasan akan menghasilkan
tanaman yang kompak dengan percabangan yang banyak sebagai tempat tumbuhnya
bunga. Untuk meningkatkan produksi kelopak, pemangkasan dapat dilakukan pada
umur 2 bulan setelah tanam (Haidar, 2016).

8. Pengendalian Hama

Sebagai kompetitor cahaya, air dan hara, gulma perlu dikendalikan, terutama
pada fase awal pertumbuhan vegetatif atau umur satu bulan setelah tanam. Pada fase
awal penanaman, rosella tumbuh relatif cepat. Setelah berumur lebih dari 60 hari,
rosella tumbuh dengan lambat dan mulai membentuk kelopak serta bakal biji. Karena
itu, lahan perlu disiangi sampai umur 6-7 minggu setelah tanam. Hama tanaman

18
utama yang menyerang rosella adalah nematoda (Heterodera rudicicola) yang
menyerang batang dan akar, sementara hama lainnya adalah belalang yang biasa
menyerang daun rosella (Gunawan, 2009).

2.4 Penyakit Rosella


1. Penyakit Kaki Busuk
Penyakit ini disebabkan oleh Phytophthora sabdariffae. Umumnya dapat menular
dengan cepat pada musim penghujan, iklim lembab. Tanda serangannya berupa daun
yang menjadi layu lalu tumbuhan menjadi layu keseluruhan dan bagian batang bawah
terlihat berwarna hitam, kemudian tanaman akan mati. Pencegahan yang dianjurkan
yaitu dengan tidak mempergunakan tanah bekas kenaf, mencari bibit unggul,
penanaman sepanjang pinggiran selokan ditiadakan, tidak melewati pertanaman yang
telah diserang, tumbuhan yang sakit dipotong 10 cm dari permukaan tanah lalu tunggul
disiram menggunakan kapur, dikumpulkan dan dibakar. Pemberantasan dengan bubur
Bordeaux dan terbolan 0,1% (Hidayat, 2013).

2. Rhizoctonia solani Kuhn

Penyakit ini menyerang saat tumbuhan muda. Tanda serangan biasanya terletak
pada leher batang lalu tumbuhan menjadi rebah. Bagian yang diserang berwarna sawo
matang sampai hitam. Serangan hebat terjadi pada musim kemarau dimana cendawan
akan berkembangbiak pesat pada saat kondisi lembab. Cara pencegahan dengan
menyiram sumber penyakit dengan 1,5% larutan bubur Bordeaux. Selain itu pada
musim kemarau, pertanaman diairi supaya tercapai perimbangan antara cendawan dan
parasit (Hidayat, 2013).
3. Busuk Akar
Menyerang pada tanaman yang masih berumur muda dan usia lanjut. Tanda
penyakit ini diantaranya adalah mula-mula pada pangkal batang terdapat tempat yang
terlihat mengkilap lalu bagian daun menjadi layu, tumbuhan mudah rebah lalu mati
akibat akar-akar yang membusuk. Cara pencegahan dengan mempergunakan tanah-
tanah bekas pertanaman yang mengandung penyakit. Cara pemberantasan dengan tidak
mencabut tumbuhan yang sakit agar tanah tidak berhamburan (Hidayat, 2013).

4. Phoma sabdariffae

19
Menyerang hebat pada pertanaman rosella di dataran rendah. Penyakit mulai
muncul pada musim awal penghujan dengan perantara kumbang Podagrica. Tanda-
tanda serangan mula-mula menyerang batas tangkai dan helai daun berawarna coklat
sampai hitam dan layu, lebih lanjut gugurnya daun sehingga pertumbuhan terhalang.
Pencegahan dapat dilakukan dengan larutan florida yang diaplikasikan awal penularan
(Fariyatul, 2019).

5. Fusarium coeruleum

Tanda-tanda penyakit berupa pembusukan kulit, area yang terserang penyakit


akan berwarna coklat, dapat menimbulkan kanker pada bagian batang yang menyerupai
bengkak (Fariyatul, 2019).

20
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu PKL


Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman
Pemanis dan Serat (BALITTAS) Malang yaitu di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karang
Ploso, Kabupaten Malang. PKL dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2021 sampai
tanggal 27 Febuari 2021. PKL ini dilaksanakan pada hari Senin sampai hari Jum’at dalam
waktu 4 minggu (30 hari).
3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan antara lain Laminar Air Flow (LAF ESCO),
microwave, autoklaf, oven, petridish, bunsen, beaker glass, botol scoot, pinset, diseksi

21
jarum, kertas saring steril, kertas label, plastik wrap, spatula, tisu kaca preparat, desk
glass, gunting, sendok, mikroskop cahaya, kamera.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel tanaman rosella yang bergejala
dengan umur tanaman 3 minggu sampai 7 minggu, media PDA (Potato Dextrose Agar),
aquades steril, alkohl 70%, spiritus, proclin.

3.3 Metode Pelaksanaan


Pada metode praktek kerja lapang ini di lakukan menggunakan 2 cara yaitu
sebagai berikut :

3.3.1 Pengambilan Data Primer


Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya. Pengambilan data primer dapat diperoleh dengan 2 tehnik yaitu pengumpulan
dengan interview, dan pengumpulan dengan mengamati.

3.3.2 Pengambilan Data Sekunder


Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari media atau data yang sudah
ada, seperti profil Balittas, struktur organisasi, dan lain-lain.

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sejarah BALITTAS

BALITTAS adalah unit pelaksanaan Teknis (UPT) badan


penelitian dan pengembangan yang lahir seiring dengan
organisasi induknya. BALITTAS berada dibawah naungan
Kepala Puasat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan penelitian tanaman
pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. Perkembangan BALITTAS dimulai dari
berdirinya ALGEMEEN PROEFSTATION VOOR DEN LANDBOUW (APL) pada
tahun 1920 yang mengkoordinir balai-balai penelitian pada zaman Hindia-Belanda,

23
diantaranya adalah Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP). Kemudian
perkembangan selanjutnya pada tahun 1957 didirikan Balai Besar Penyelidikan Teknik
Pertanian cabang Malang dan pada tahun 1962, kedua Balai tersebut menjadi lambang
Pertanian tanaman serat (LPTS) Jawa Timur. Pada tahun 1984, lampang pertanian
tersebut berubah menjadi Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, dan terakhir
pada tahun 2002 berubah dan disempurnakan menjadi Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat (BALITTAS). Pada tahun 2011 sesuai dengan keputusan nomor 63/
OT.140110/2011 tanggal 12 Oktober 2011, nama BALITTAS berubah menjadi Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. BALITTAS mempunyai beberapa kebun
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) yaitu diantaranya :
1. IP2TP Asembagus di Situbondo
2. IP2TP Sumberrejo dan IP2TP di Bojonegoro
3. IP2TP Karangploso, IP2TP Kalipare, dan Coban Rondo di Malang
4. IP2TP Pasirian di Lumajang
5. IP2TP Mukhtiharjo dan IP2TP Ngemplak di Pati

4.1.2 Struktur Organisasi BALITTAS

Struktur Organisasi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) :


1. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, surat menyurat dan rumah tangga.
2. Seksi pelayanan teknik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana program, pemantauan, evaluasi, dan laporan serta pelayanan sarana penelitian
tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri.
3. Seksi jasa penelitian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerja sama,
informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian
tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri.

STRUKTUR ORGANISASI
BALAI PENELITIAN TANAMAN PEMANIS DAN SERAT

24
Gambar 1. Struktur Organisasi BALITTAS
4.1.3Tugas dan Fungsi BALITTAS
1.Tugas BALITTAS
Adapun tugas pokok BALITTAS yaitu Pelaksanaan Penelitian Tanaman
Pemanis dan Serat (Kapas dan Kapuk), batang dan daun (Kenaf, Rami, dan Abaca dan
sejenisnya), tanaman minyak industri (Kemiri Sunan dan Jarak).
2.Fungsi BALITTAS
a. Melaksanakan penelitian genetik, pemuliaan, pembenihan, dan pemanfaatan plasma
nuftah, tanaman pemanis, tembakau, serat dan minyak industri.
b. Melaksanakan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi
tanaman pemanis, tembakau, serat dan minyak industri.
c. Melaksanakan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman
pemanis, tebakau, serat dan minyak industri.
d. Memberikan layanan teknik kegiatan penelitian tanaman pemanis, tembakau, serat dan
industri.
e. Menyiapkan kerja sama informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
mendayagunakan hasil penelitian tanaman pemanis, tembakau, serat dan minyak industri.
4.1.4Visi dan Misi BALITTAS
1. Visi BALITTAS
Menjadikan lembaga penelitian terkemuka penghasil teknologi dan inovasi
bioindustri unggul berbasis komoditas pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri
untuk mewujutkan pertanian berkelanjutan dan kesejateraan petani.
2. Misi BALITTAS
 Menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern tanaman pemanis, serat,
tembakau dan minyak undustri yang memiliki scientific and impact recognition dengan
produktivitas dan efisiensi tinggi.

25
 Mewujudkan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat sebagai institusi yang
mengedepankan transparasi, profesionalisme dan akuntabilitas.
4.1.5 Tujuan BALITTAS
1. Menyediakan teknologi tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri yang
produktif dan efisien serta ramah lingkungan yang siap diadopsi / dimanfaatkan oleh
stakeholder (pengguna).
2. Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan jasa dan informasi teknologi tanaman
pemanis, serat, tebakau, dan minyak industri kepada pengguna.
3. Mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Balai Penelitian
Tanaman Pemanis Dan Serat.

4.1.6 Gejala Tanaman Rosella yang Terserang Penyakit dan Hasil Isolasi

Tabel 3. Tanaman Sakit dan Hasil Isolasi sampai Pengamatan


No Gejala Hasil Isolasi Hasil Pemurnian Hasil Pengamatan
Tanaman Sakit Mikroskop
a

2
b

Keterangan : a : hifa jamur masih sedikit dan belum mengeluarkan konidia


b : hifa jamur masih sangat sedikit dan terus membentuk cabang

26
4.1.7 Persentase Kejadian Penyakit di Lapang
Persentase kejadian penyakit di lapang pada bunga rosella diambil dari 100
sampel dan dihitung ada berapa tanaman yang terserang penyakit selama per minggu,
lalu dijadikan dalam bentuk persen seperti tabel di bawah:
Tabel 2. Persentase Kejadian Penyakit di Lapang
Gejala Minggu Minggu Minggu Minggu Rata-rata
Tanaman ke-1 (%) ke-2 (%) ke-3 (%) ke-4 (%) (%)
Gejala 1 3 6 8 10 6,75
Gejala 2 2 5 7 7 5,25
Keterangan : Gejala 1 : Batang berwarna coklat kehitaman pada pangkal bawah
Gejala 2 : Pada bagian pangkal batang mengalami patah

Tabel 3. Tinggi Tanaman Rosella pada Berbagai Umur


Ulangan Tinggi Tanaman (cm) pada Berbagai Umur
1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu
1 15,5 18 24,5 36
2 15 19 24,5 38
3 17,5 21,5 27 45
4 16 20 26 44
5 18 23 29 46
6 19 24,5 30 47
7 21 26 31 49
8 14 18 24 37
9 16 21 27 40
10 10,5 16 22 33
Rata-rata 16,25 20,7 26,5 41,5

27
4.2 Pembahasan
4.2.1. Teknik Isolasi Penyakit Tanaman Rosella Varietas Roselindo 1
1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari tanaman rosella yang memiliki gejala terkena penyakit
yang berada di kebun Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
(BALITTAS). Sampel kemudian dibersihkan dari tanah atau kotoran yang
menempel di tanaman menggunakan air mengalir dan dikering anginkan.
Setelah itu bagian tanaman yang terserang penyakit dipotong kecil-kecil.
2. Pembuatan Media Tumbuh
Menyiapkan dahulu alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan
media PDA, seperti beaker glass besar, sendok, aquades dan bahan PDA.
Media PDA ini digunakan untuk proses isolasi dan pemurnian. Cara pembuatan
media dilakukan dengan mencampurkan 1 liter aquades dan 39 gram media
PDA ke dalam beaker glass besar dan diaduk, setelah itu dimasukkan ke dalam
microwave, lalu tekan micro power dan diamkan selama 10 menit. Setelah
selesai, media dipindahkan ke dalam botol lab.
3. Sterilisasi
Bahan dan alat yang telah disiapkan untuk isolasi disterilisai, seperti media
PDA disterilisasi menggunakan autoklaf selama ±3 jam dengan suhu 121℃.
Sedangkan untuk alat petridish disterilisasi menggunakan oven selama ±16 jam
dengan suhu 170°C.
4. Isolasi
Isolasi dilakukan dengan menggunakan media PDA yang telah dituangkan
ke dalam petridish, tunggu sampai padat. Sampel tanaman yang telah
dibersihkan digunting kecil-kecil lalu diberi proclin selama 3 menit. Setelah itu,
sampel dipindahkan satu-satu ke petri berikutnya yang berisi aquades steril
menggunakan pinset, di ulang sebanyak 3 kali. Selanjutnya sampel disaring
menggunakan kertas saring dan ditunggu sampai sampel kering. Jika sampel
sudah siap untuk diisolasi, sampel diambil satu persatu menggunakan pinset dan
dimasukkan ke dalam petridish yang berisi media PDA. 1 petridish berisi 5
sampel dan ulang sebanyak 2-3 kali. Selanjutnya petridish disterilkan di atas

28
Bunsen dan ditutup menggunakan plastik wrap. Disiapkan box untuk tempat
perkembangbiakkan jamur yang telah diisolasi. Box terlebih dahulu disemprot
menggunakan alkohol 70%, dan dilap menggunakan tisu. Pada bagian tepi box
dioleskan Vaseline agar sampel isolasi tidak terkontaminasi. Hasil isolasi dapat
diamati kembali setelah 3×24 jam.
5. Pemurnian
Setelah jamur tumbuh pada media PDA yang telah diisolasi, jamur
dimurnikan agar bentuk jamur terlihat jelas. Pemurnian dilakukan dengan
menggunakan media yang sama, yaitu media PDA. Pemurnian dilakukan
dengan cara mengambil sedikit bagian tepi jamur (jamur yang masih muda)
menggunakan diseksi jarum lalu diletakkan ke petridish bagian tengah yang
berisi media padat PDA. Setelah itu sterilkan dan tutup petridish menggunakan
plastik wrap. Pengamatan dapat dilakukan setelah 4 hari.
6. Pengamatan
Menyiapkan desk glass, kaca preparat, diseksi jarum, Bunsen, tissue,
alkohol 70%, cawan petri besar dan aquades steril. Disemprot alkohol 70% ke
kaca preparat, kemudian kaca preparat dikeringkan dengan tisu sambil
dipanaskan sedikit di bunsen. Diambil jamur yang telah dimurnikan dengan
diseksi jarum yang telah dibakar, kemudian diambil sedikit jamur di medianya.
Setelah itu dipindahkan ke kaca preparat yang telah dibakar dan tutup dengan
desk glass. Menaruh preparat yang telah dibuat ke dalam cawan petri berukuran
besar yang telah diisi tisu yang dibasahi dengan aquades steril. Langkah-
langkah tersebut diulang untuk jamur berikutnya. Setelah itu pengamatan
dilakukan 1 hari setelah pembuatan agar blok tadi. Pengamatan selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya.

4.2.2. Morfologi Gejala Tanaman Rosella yang Terserang Penyakit dan Hasil
Isolasi
Observasi penyakit pada tanaman rosella dilakukan saat tanaman berumur 3
sampai 6 minggu. Kegiatan observasi penyakit pada tanaman rosella dilakukan

29
dengan cara mengamati tanaman yang menunjukkan gejala seperti tanaman yang
terlihat layu, tanaman rebah, sampai tanaman yang mati. Tanaman yang
menunjukkan gejala tersebut lalu diambil untuk dijadikam sampel dan dibawa ke
laboratorium untuk diisolasi, pemurnian dan diamati menggunakan mikroskop
cahaya.

Pada tanaman no.1 gejala sakit pada tanamam terlihat jelas dengan ciri
daun dan batang tamanan layu dengan warna coklat kehitaman di bagian batang
dan daunnya rontok, kemudian saat dicabut terlihat busuk pada bagian akar
dengan bercak putih, penyakit ini menyerang tanaman yang berumur sekitar 4
minggu setelah tanam, dan menyerang satu sampai dua tanaman dalam satu
rumpun dimana satu rumpun terdapat lima tanaman sebelum dilakukan
penjarangan, lama-lama tanaman yang terkena penyakit ini akan mati, setelah itu
sampel tanaman tersebut diambil untuk diisolasi, setelah sampel diambil dan
diisolasi muncul jamur seperti yang terlihat pada tabel diatas, kemudian
dilakukan pemurnian pada jamur untuk diidentifikasi lebih lanjut dan setelah
dimurnikan terlihat jamur dengan ciri morfologi putih tebal, pengamatan
dilanjutkan menggunakan mikroskop sampel hasil pemurnian jamur diamati
menggunakan mikroskop dan terlihat hifa jamur bergerombol yang belum
mengeluarkan konidia, untuk identifikasi lebih lanjut tidak bisa dilakukan karena
keterbatasan alat dan waktu.
Pada tanaman no.2 gejala sakit terlihat pada tanaman dengan ciri tanaman
layu dan daun rontok dalam satu rumpun, ketika salah satu tanaman dicabut
terlihat pada bagian pangkal batang patah dengan serat-serat yang terlihat di
bagian batang sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu bahkan
mati, Selain itu terjadi pembusukan dan pembengkakan pada bagian akar dengan
warna hitam kecoklatan, kemudian sampel tanaman diambil dan diisolasi, setelah
itu dilakukan pemurnian pada jamur dan muncul jamur dengan ciri morfologi
putih tipis dengan warna agak hitam, Setelah itu jamur hasil pemurnian diamati
menggunakan mikroskop dan terlihat hifa jamur yang belum mengeluarkan
konidia, karena keterbatasan alat dan waktu identifikasi pada jamur tersebut tidak
bisa dilanjutkan.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Teknik isolasi yang dilakukan pada tanaman rosella yang bergejala pada varietas
roselindo 2 terdapat 6 langkah yang dilakukan, yaitu : pengambilan sampel,
pembuatan media tumbuh, sterilisasi, isolasi, pemurnian dan pengamatan
menggunakan mikroskop cahaya.
2. Gejala tanaman rosella varietas roselindo 2 yang terserang penyakit memiliki ciri
utama pada masing-masing tanaman. Pada gejala pertama terdapat bercak coklat
pada bagian pangkal batang. Gejala kedua pada pangkal batang mengalami patah
dan terlihat serat-serat bagian dalamnya.

5.2 Saran
Setelah melakukan identifikasi penyakit diperlukan uji lanjut sehingga pencegahan
dan pengendalian penyakit dapat dilakukan.

31
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2018. Roselindo 2. http://balittas.litbang.pertnian.go.id. Diakses pada
tanggal 26 Maret 2021.

Fariyatul, E. 2019. Buku Panduan Inovasi Pembelajaran Kewirausahaan Islami Melalui


Pemanfaatan Teh Bunga Rosella. Nizamia Learning Center. Sidoarjo. 57 hal.
Gunawan. 2009. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Haidar, Z. 2016. Si Cantik Rosella: Bunga Cantik Berjuta Khasiat. Edumania. Jawa Timur.
118 hal.
Hidayat, M. 2013. Hama dan Penyakit Pada Rosella. Diakses pada 27 Maret 2021
melalui https://www.anakagronomy.com/2013/05/hama-dan-penyakit- pada-
rosella.html?m=1.
Hidayat, T. 2019. Budidaya Tanaman Rosela. Loka Aksara. Tangerang. 65 Hal.
Hapni, L. 2010. Analisis Usaha Tani Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) di
Kabupaten Deli Serdang. www.repository.usu.ac.id/pdf. Diakses pada
tanggal 26 Maret 2021.

Loebis. 2007. Pengantar Bercocok Tanam Rosella. Jasaguna. Jakarta. 103 hal.
Magfirotunisak, N. 2018. Peluang Usaha Budidaya Rosella. Graha Printama Selaras.
Sukoharjo. 79 halaman.
Maryani, 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan
Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya di PT. Temu Kencono,
Semarang. www.file.uns.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 25 Maret 2021.

Maryani dan Kristiana L. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. PT Agro Media
Pustaka. Jakarta. 70 Hal.

Purdyaningsih E. 2015. Mengenal Varietas Benih Rosella (Hibiscus sabdariffa L.).


http://www.ditjenbun.pertanian.go.id/pdf. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021.

32
Rahmawati,R. 2012. Budidaya Rosella. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.179 hal.

Sumarno.2010. Macam dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Hasil dan Kadar
Antosianin Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L). Jurnal
Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 7(1):11-17.

Rukmana, R. dan Herdi Yahya. 2015. Budidaya Rosella. Cahaya Pusaka,


Yogyakarta.

Semangun, H. 2009. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta. 205 hal.
Steenis, C.G. 2006. Flora. Pradya Paramita. Jakarta. 95 hal.
Wijayanti, P. 2010. Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) dan
Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya di PT. Temu Kencono, Semarang.
www.file.uns.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 25 Maret 2021.

33
LAMPIRAN

1. Pengamatan Rosella

2. Isolasi Sampel

34
3. Pemurnian Jamur

4. Lahan Pengamatan Rosella

35
5. Tanaman Rosella

6. Deskripsi Varietas Roselindo 2

No akses : 1596

Nama akses : Jamaica

Asal : Petani Blitar

Spesies : Hibiscus sabdariffa var.sabdariffa

Permukaan batang : Halus

Warna batang : Ungu

Warna tangkai daun : Hijau tua kehitaman

Warna helaian daun : Hijau tua

Warna tulang daun : Hijau kemerahan

Warna tepi daun : Hijau tua

36
Warna mahkota bunga : Merah muda, bagian dalam merah tua

Warna kelopak bunga (calyx) : Ungu

Warna anak kelopak (epicalyx) : Ungu

Warna kuncup bunga : Ungu

Warna buah : Hijau

Warna biji : Abu-abu

Bentuk daun : Bertoreh sedang, gemuk

Percabangan : Sangat banyak

Tinggi tanaman :148.57 ± 58.07 cm

Diameter batang : 34.09 ± 24.89 cm

Umur tanaman :

-Mulai berbunga :60±47 HST

-Panen :97±3.7

Berat 1000 biji :32.92 gram

Kandungan nutrisi kelopak bunga

-Vitamin c :2033.524 mg/100 g

-Kadar antosianin :14.697 mg/kg

Panjang kapsul :3.87 ± 0.69 (panjang)

Diameter kapsul :34.5 ± 10.09 mm(besar)

Bobot 100 kelopak kering : 63.78 ± 0.32 gram

Potensi hasil kelopak kering : 478.59 ± 213.04 kg/ha

Ketahanan terhadap : Moderat

Penyakit Fusarium sp

37
Ketahanan terhadap : Peka

fotoperiodesitas

Adaptasi : Luas

Peneliti :U. Setya Budi, Marjani, Rully,

Dyah Purwati, Budi Santoso.

38

Anda mungkin juga menyukai