Anda di halaman 1dari 34

Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun Iodium

(Jatropha Multifida L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri


Staphylococcus Epidermidis Dan Pseudomonas
Aeruginosa Secara In Vitro

PROPOSAL USULAN PENELITIAN


SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm) Program Studi Strata 1 FARMASI di STIKes Ibnu Sina
Ajibarang.

Disusun Oleh :
RIZAL MI’ROJ TAUFANI
17/FAM/012

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES IBNU SINA AJIBARANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirobbil’ alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah S.W.T., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak
Etanol Daun Iodium (Jatropha Multifida L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Epidermidis Dan Pseudomonas Aeruginosa Secara In Vitro”.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi guna
mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi S1 Farmasi di STIKes
Ibnu Sina Ajibarang.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, penyediaan
fasilitas, dan bantuan lainnnya dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. apt. Adi Susanto, M.Farm. selaku Ketua STIKes Ibnu Sina Ajibarang.
2. apt. Iva Rinia Dewi, S.Farm., M.Sc. selaku Ketua Program S1 Farmasi.
3. Siti Asadu Sofiah, M.Farm. selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan ilmu, bimbingan, arahan, saran, serta waktunya dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Penguji I
5. Penguji II
6. Seluruh Dosen dan Kayawan Prodi S1 Farmasi STIKes Ibnu Sina
Ajibarang.
7. Seluruh staf Laboratorium Program Studi S1 Farmasi, khususnya yang
membantu menyelesaikan penelitian ini.
8. Ayah penulis Sudiro dan ibu penulis Siti Ngaisah, atas do’a, dukungan dan
kerja keras yang selalu diberikan.
9. Istri penulis Dwi Hartati, A.Md. Kes. dan anak penulis Mettasha Qaila
Mahreen, atas do’a, dukungan, serta dorongan semangat yang selalu
mengiringi setiap waktu.

ii
10. Adik penulis, Nabil Akmal Miladi, yang selalu mendo’akan dan
memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan, dukungan, serta do’anya.
Semoga Allah S.W.T. senantiasa membalas segala kebaikan yang telah
anda berikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga segala bentuk kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga penelitian ini
berguna bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ajibarang, Agustus 2021
Penulis,

Rizal Mi’roj Taufani


17/FAM/012

iii
DAFTAR ISI

SKRIPSI....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Tumbuhan Iodium (Jatropha multifida L)....................................................5
B. Ekstraksi........................................................................................................6
C. Sterilisasi.......................................................................................................9
D. Bakteri.........................................................................................................11
KERANGKA KONSEP.........................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................18
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................18
B. Variabel Penelitian......................................................................................18
C. Waktu dan Lokasi/Tempat Penelitian.........................................................18
D. Alat dan Bahan............................................................................................18
E. Langkah Kerja.............................................................................................19
F. Jadwal Kegiatan..........................................................................................21
G. Bakteri uji....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan……………………………………………………….20

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep…………………………………………………..16

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
DAFTAR SINGKATAN

DNA : Deoxyribonukleat Acid


RNA : Ribonukleat Acid
HEPA : Hight Effeciency Partikulate Absorbing
L : Linn
BSCs : Biological Sciences Curriculum Study
DMSO : Dimetilsulfoksida
Pb asetat : Plubum Asetat
NA : Nutrient Agar
NB : Nutrient Broth

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber
daya alam terutama tumbuh-tumbuhan. Sejak beribu tahun yang lalu
masyarakat kita sudah terbiasa memanfaatkan tumbuh-tumbuhan
berkhasiat obat untuk pengobatan tradisional. Anugerah ini membuat
Indonesia menjadi Negara pengobatan herbal terbaik di dunia. Berbagai
jenis tanaman obat dapat tumbuh dengan subur di negara kita. Tanaman
obat menjadi bahan utama dalam pembuatan jamu dan obat-obatan herbal
(Savitri, 2016).
Pengobatan tradisional merupakan pengobatan menggunakan
ramuan dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, khasiat
diketahui berdasarkan pengalaman turun-temurun, tetapi belum dibuktikan
secara ilmiah (Astri et al., 2010). Alasan masyarakat untuk mulai melirik
pengobatan tradisional adalah tidak memerlukan biaya yang mahal dan
dapat diramu sendiri. Banyak orang beranggapan bahwa penggunaan
tanaman obat relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis (Katno et al.,
2010).
Tanaman obat di Indonesia banyak sekali yang memiliki manfaat
bagi kesehatan manusia. Salah satu tanaman yang berkhasiat
menyembuhkan luka adalah tanaman jarak cina (Jatropha multifida L).
Masyarakat sering menyebutnya dengan nama tanaman iodium. Tanaman
iodium memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya getah pada pohonnya bisa digunakan untuk menyembuhkan
luka baru dan bengkak dengan cara mengoleskan getah dari batang atau
daunnya pada luka baru. Getah tanaman iodium terbukti dapat
mempercepat penyembuhan luka dibandingkan povidon iodin 10% (Dewi,
2014).
Kandungan dalam getah pohon iodium (Jatropha multifida L)
terdapat flavoid, lektin dan saponin untuk mempercepat penyembuhan

1
luka. Luka merupakan masalah yang sering dialami setiap orang dan
sering kali dianggap ringan, padahal luka itu dapat menyebabkan infeksi.
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan yang ada didalamnya
seperti pembuluh darah, saraf, otot, selaput tulang dan kadang-kadang itu
sendiri. Mikroorganisme yang ada disekeliling luka dapat masuk kedalam
tubuh sehingga kulit, jaringan pengikat, otot, saraf, pembuluh darah,
tendon, dan selaput tulang dapat dijangkitinya. Luka yang sering terjadi
adalah yang mengenai jaringan kulit seperti luka lecet dan luka iris
(Syarfati et al., 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan pengujian secara ilmiah aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun iodium (jatropha multifida L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa yang dapat menyebabkan
infeksi kulit. Penelitian ini meliputi karakteristik simplisia, skrining
fitokimia, pembuatan ekstrak etanol daun iodium serta pengujian aktivitas
antibakteri.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah karakteristik simplisia daun iodium (Jatropha multifida L)
dapat ditemukan?
2. Golongan senyawa kimia apa yang terdapat pada daun iodium
(Jatropha multifida L)?
3. Apakah ekstrak etanol daun idium (Jatropha multifida L) memiliki
aktivitas anti bakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa?

2
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik simplisia daun iodium (Jatropha multifida
L).
2. Mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada daun
iodium (Jatropha multifida L).
3. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun iodium
(Jatropha multifida L) terhadap Staphylococcus epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
ilmiah mengenai karakteristik simplisia, golongan senyawa kimia,
dan aktivitas antibakteri daun yodium terhadap Staphylococcus
epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa kepada pembaca.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Iodium (Jatropha Multifida L)

1. Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan iodium merupakan tumbuhan tahunan dan termasuk
dalam tumbuhan semak, dengan sistem perakaran tunggang yang
dapat mencapai kedalaman 1-2 meter dibawah permukaan tanah. Akar
tumbuhan ini bermanfaat untuk memperkuat dan menyokong
tumbuhan. Batang berupa batang keras dan berkayu, berwarna
kehijauan muda hingga hijau tua, dengan panjang 2-5 meter. Daun
tumbuhan berupa daun tunggal dengan bentuk persegi memanjang
berbentuk hati berwarna hijau muda, terletak dibagian pangkal batang.
Daun memiliki panjang 15-20 cm dan lebar 2,5-4 cm, terdapat
pertulangan daun yang menjari dengan tepian rata. Bunga berupa
bunga majemuk, memiliki benang sari dilengkapi dengan putik.
Tumbuhan iodium juga memiliki biji berbentuk bulat oval dengan
diameter 2-4 cm berwarna keputihan hingga kecoklatan (Fatriyadi,
2016).

2. Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Laboratorium Herbarium Medanense (2016)
sistematika tumbuhan iodium diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kingdom : Plantae
b. Divisi : Spermatophyta
c. Sub divisi : Angiospermae
d. Kelas : Dicotyledonae
e. Bangsa : Molpighiales
f. Suku : Euphorbiaceae
g. Marga : Jatropha
h. Jenis : Jatropha multifida Linn

5
3. Nama Daerah
Nama daerah tumbuhan iodium adalah : jarak gurita (Sunda),
jarak cina (Jawa), balacai batai (Ternate) (Fatriyadi, 2016).

4. Kandungan Kimia
Tanaman iodium memiliki kandungan flavonoid, beta-d-
xilopiranosida, hidroksinirantin, dibenzibutirolakton dan nirfilin
(Fatriyadi, 2016).

5. Khasiat Tumbuhan
Tumbuhan iodium biasa digunakan untuk mengobati luka baru
dan bengkak dengan cara mengoleskan getah dari batang atau
daunnya pada luka baru. Getah tumbuhan iodium terbukti dapat
mempercepat penyembuhan luka dibandingkan povidon iodin 10%
(Dewi, 2014).
Tumbuhan iodium digunakan sebagai terapi herbal dalam
menangani demam berdarah dengue. Selain itu, tanaman ini juga
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat luka, hal ini yang
menyebabkan tumbuhan ini dikenal dengan tanaman betadin. Batang
tumbuhan iodium terdeteksi mengandung senyawa flavonoid sehingga
mampu menaikkan jumlah trombosit. Senyawa flavonoid total yang
terkandung pada batang tumbuhan iodium diduga mampu
menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase enzim yang
membantu RNA virus untuk mereplikasi diri sehingga kadar trombosit
akan meningkat seiring dengan terganggunya pembentukan RNA
virus. Selain itu, tanaman ini juga memiliki bioaktivitas sebagai anti
kanker, anti virus, anti bakteri, anti inflamasi, dan anti alergi
(Fatriyadi, 2016).

6
B. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan penyaringan atau pemisahan zat-zat
berkhasiat dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan (Astriani, 2014). Faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil dari ekstraksi yaitu lama waktu ekstraksi
yang digunakan.
Metode ekstraksi digolongkan kedalam 2 golongan yaitu :

1. Metode Ekstraksi Secara Dingin

a. Perkolasi

Perkolasi merupakan metode ekstraksi yang dilakukan


dengan cara meletakkan bahan dalam wadah atau bejana dengan
cairan penyari dari atas kebawah (Astriani, 2014). Proses
perkolasi dibagi atas beberapa tahap, yaitu tahap pertama adalah
pengembangan bahan, tahap kedua adalah perendaman. Perkolasi
dilakukan secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak atau
perkolat (Prawirodiharjo, 2014).

Perkolat yang diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan.


Bentuk percolator ada 3 macam, yaitu perkolator bentuk corong,
tabung, dan paruh. Pemilian perkolator tergantung pada jenis
serbuk simplisia yang akan disari (Astriani, 2014).

b. Maserasi
Maserasi adaah penyarian zat aktif dengan cara perendaman
selama 3 kali 5 hari dimana tiap 5 hari diadakan pergantian
pelarut dengan sekali-kali diaduk (Astriani, 2014). Keuntungan
ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana, sedangkan kekurangannya adalah cara

7
pengerjaannya cukup lama, membutuhkan pelarut yang banyak
dan penyariannya kurang sempurna (Prawirodiharjo, 2014).
Metode maserasi melingkar, modifikasi maserasi digesti,
modifikasi maserasi melingkar bertingkat, modifikasi remaserasi,
modofikasi dengan mesin pengaduk.

c. Sokletasi
Sokletasi merupakan ekstraksi yang selalu menggunakan
larutan yang baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga
terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik (Wardiyah, 2015).

2. Metode Ekstraksi Secara Panas


Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang
didalam prosesnya dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat
mempercepat terjadinya proses ekstraksi karena cairan penyari akan
lebih mudah menembus rongga-rongga sel simplisia dan melarutkan
zat aktif yang ada dalam simplisia yang mengandung zat aktif yang
tahan dengan pemanasan dan simplisia yang mempunyai tekstur yang
keras seperti kulit, biji, dan kayu. Ada beberapa ekstrasi secara panas
yaitu :

a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut tebatas
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
dilakukan pengulangan proses residu pertama sampe 3-5 kali
sehingga hasil ekstraksi sempurna (Putri, 2015).

b. Infundasi

8
Infundasi merupakan metode penyarian dengan cara
menyari simplisia dalam air pada suhu 90°C selama 15 menit.
Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan ekstrak
yang tidak stabil dan mudah tercemar kuman. Oleh sebab itu,
ekstrak yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih
dari 24 jam (Astriani, 2014).

c. Destilasi Uap Air


Destilasi uap air merupakan proses pemisahan dua atau
lebih komponen zat cair berdasarkan titik didih. Metode destilasi
dilakukan memanaskan zat cair sampai menjadi uap kemudian
uap tersebut didinginkan kembali agar menjadi cairan dengan
bantuan kondensor (Rahmat, 2011).
Berdasarkan proses kerja secara destilasi uap air
digolongkan menjadi 3 cara yaitu penyulingan dengan air,
penyulingan dengan air dan uap, serta penyulingan dengan uap

d. Rotator Evaporator
Rotator Evaporator adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan
ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan.
Prinsip dari alat alat ini adalah didasarkan pada titik didih pelarut
dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut
terkumpul keatas serta adanya kondensor/suhu dingin yang
menyebabkan uap tersebut mengembun dan akhirnya jatuh
ketabung penerima. Setelah pelarut diuapkan, akan dihasilkan
ekstrak yang dapat berupa padatan atau cairan (Titah et al., 2013)

9
C. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk membunuh mikroorganisme
yang tidak diinginkan pada suatu objek atau spesimen, sterilisasi dapat
dilakukan dengan metode fisika maupun kimia (Tille, 2017).

1. Sterilisasi Dengan Metode Fisika (Tille, 2017).


a. Pemanasan
1) Pemanasan Kering
a) Pemijaran
Metode ini dilakukan dengan cara memanaskan alat,
contohnya memanaskan ose diatas api bunsen sampai ujung
ose memijar.
b) Pembakaran
Metode ini dilakukan terhadap alat-alat dari bahan
logam atau kaca dengan cara memanaskan alat tersebut
diatas api bunsen tetapi tidak sampai memijar.
c) Hot Air Oven
Metode ini digunakan untuk alat yang terbuat dari
kaca atau gelas dengan cara memasukan alat yang sudah
dibungkus dengan kertas kedalam oven dengan suhu 160-
1800°C selama 1,5-3 jam.
d) Insinerator
Metode ini dilakukan terhadap bahan-bahan
infeksius seperti jarum bekas suntikan. Pemanasan
dilakukan dengan suhu 8700-9800°C dan akan
menghasilkan polutan berupa asap maupun debu. Hal ini
yang menjadi kelemahan dari sterilisasi menggunakan
metode insenerasi. Namun, metode ini dapat meyakinkan
bahwa bahan infeksius dapat dieliminasi dengan baik yang
tidak dapat dilakukan dengan metode lainnya.

2) Pemanasan Basah

10
Pemanasan secara basah merupakan pemanasan dengan
tekanan tinggi, contohnya adalah pemanasan menggunakan
autoclave. Sterilisasi menggunakan metode ini dapat
digunakan untuk sterilisasi biohazard (bakteri limbah hasil
praktikum) dan alat-alat yang tahan terhadap panas (bluetip,
mikropipet), pembuatan media, dan sterilisasi cairan.
Pemanasan dilakukan dengan suhu 1210°C selama 15 menit.
b. Radiasi
Radiasi ionisasi digunakan untuk mensterilkan alat-alat
berupa bahan plastik seperti kateter, spuit injeksi, atau sarung
tangan sebelum digunakan. Contoh radiasi ionisasi adalah metode
pada penggunaan microwave, yaitu dengan menggunakan panjang
gelombang pendek dan sinar gamma hight energy.
c. Filtrasi
Metode ini digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang
sensitif terhadap panas seperti radioisotope, kimia toksik.

2. Sterilisasi Dengan Metode Kimiawi (Tille, 2017).

a. Uap formaldehide atau hidrogen peroksida digunakan untuk


sterilisasi filter HEPA (High Efficiency Partikulate Absorbing)
pada BSCs.

b. Glutaraldehide bersifat sporisidal, yaitu membunuh spora bakteri


dalam waktu 3-10 jam pada peralatan medis karena tidak merusak
lensa, karet, dan logam. Contohnya adalah alat untuk
bronkoskopi.

D. Bakteri
Bakteri merupakan organisme prokariotik yang tidak memiliki
dinding inti atau membran inti, sehingga apabila dilakukan ekstraksi
benang DNA, akan didapatkan molekul tunggal dan utuh dari DNA

11
dengan berat molekul 2-3x10°. Bakteri terbagi menjadi bakteri gram
negatif dan bakteri gram positif tergantung pada respon terhadap
pewarnaan gram. Sel bakteri diwarnai dengan zat warna kristal ungu dan
iodium lalu dicuci dengan alkohol atau aseton. Bakteri gram negatif akan
kehilangan zat warna ungunya setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan
bakteri gram positif tetap mempertahankan warna ungu meskipun dicuci
dengan alkohol (Syahrurachman, 2010).

1. Staphylococcus Epidermidis
a. Pengertian
Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu dari tiga
spesies bakteri gram positif Staphylococcus yang dijumpai dan
memiliki kepentingan klinis (Jawetz et al., 2010). Staphylococcus
epidermidis juga dapat ditemukan pada membrane mukosa
(Namvar et al., 2014).
b. Klasifikasi
Klasifikasi dari Staphylococcus epidermidis yaitu sebagai
berikut (Soedarto, 2015) :
1) Domain : Bacteria
2) Kingdom : Eubacteria
3) Filum : Firmicutes
4) Kelas : Bacilli
5) Ordo : Bacillales
6) Famili : Staphylococcaceae
7) Genus : Staphylococcus
8) Spesies : Staphylococcus epidermidis
c. Morfologi dan Identifikasi
Sel bakteri Staphylococcus epidermidis berbentuk sferis
dengan diameter sekitar 1µm dan tersebar dalam kelompok
irregular. Koloni Staphylococcus epidermidis memiliki
penampakan bulat halus timbul dan mengkilap, berwarna abu-abu

12
hingga putih, bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora.
Staphylococcus tumbuh optimal pada suhu 37°C dalam media
aerob atau mikroaerofilik dan membentuk pigmen terbaik pada
suhu 20-25°C (Jawetz et al., 2010).
Bakteri Staphylococcus epidermidis dapat meragi glukosa,
dalam keadaan aerob tidak meragi manitol dan tidak memproduksi
enzim koagulase. Enzim yang diproduksi Staphylococcus
epidermidis meliputi katalase, hialuronidase, dan stafilokinase
(Jawetz et al., 2010). Bakteri ini juga mampu memproduksi alkalin
forfatase (Namvar et al., 2014).
d. Resistensi Antibiotik
Bakteri Staphylococcus epidermidis memproduksi beta
laktanase yang menimbulkan resistensi terhadap banyak penisilin
(penisilin G, ampisilin, tikarsiklin, dan piperasilin). Sekitar 75%
galur Staphylococcus epidermidis resisten terhadap nafsilin. Selain
itu Staphylococcus epidermidis juga resisten terhadap tetrasiklin,
eritromisin, aminoglikosida, nafsilin, metisilin, dan oksasilin
(Jawetz et al,. 2010).
e. Patogenesis
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu
mikroorganisme yang terletak pada kulit manusia dan permukaan
mukosa dengan kemampuan menyebabkan infeksi nosokomial
karena penggunaan yang luas dari implan dan perangkat medis.
Oleh karena itu, hingga tahun 1980 Staphylococcus epidermidis
dianggap sebagai mikroorganisme oportunistik (Namvar et al.,
2014).
Staphylococcus epidermidis dianggap sebagai patogen
oportunistik yaitu tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang normal, akan tetapi dapat menyerang
orang dengan kekebalan tubuh lemah. Penyakit yang dapat
ditimbulkan dari bakteri ini meliputi infeksi saluran kencing,

13
infeksi pada implan protesa didalam tubuh, spesies, endokarditis,
dan endophtalmitis (Yonanda et al., 2016).
Staphylococcus epidermidis memproduksi biofilm berupa
susunan matriks polimerik yang dapat melekat pada permukaan
inert atau hidup. Biofilm berfungsi untuk melindungi sel-sel
bakteri terhadap mekanisme pertahanan inang dan agen
antimikroba (Namvar et al., 2014).
f. Temuan Klinis
1) Infeksi Saluran Kemih
Staphylococcus epidermidis melekat pada epitel saluran
kemih akibat kontaminasi pada saat pemasangan karteter.
Infeksi saluran kemih yang diakibatkan oleh Staphylococcus
epidermidis ditemukan pada 20% kasus dengan gejala yang
asimptomatik (Masteryanto, 2015).
2) Kerantitis mata dan endoftalmitis akibat lensa kontak yang
terkontaminasi (Namvar et al., 2014).
3) Sepsis
Sepsis umumnya diderita neonates dalam satu bulan
pertama kehidupan yang mengakibatkan suatu sindrom klinis
dan dijumpai bakterimia. Staphylococcus epidermidis
merupakan salah satu bakteri penyebabnya. Gejala klinis sepsis
meliputi gangguan respirasi (distress pernafasan) diikuti
dengan gangguan saluran cerna (distensi, muntah) dan
gangguan syaraf (latergi, kejang) (Sianturi et al., 2012).

2. Pseudomonas Aeruginosa
a. Pengertian
Pseudomonas aeruginosa merupakan flora normal usus
dan kulit manusia dalam jumlah yang kecil serta merupakan
patogen utama dalam grup Pseudomonas. Pseudomonas
aeruginosa tersebar luas dialam dan biasanya ditemukan pada

14
lingkungan yang lembab di rumah sakit. Bakteri tersebut
membentuk koloni yang bersifat saprofit pada manusia yang sehat
tetapi menyebabkan penyakit pada manusia yang pertahanan
tubuhnya tidak kuat. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri
patogen nosokomial nomor empat yang paling banyak diisolasi
dari semua infeksi yang didapat di rumah sakit (Nugroho, 2010).
Infeksi yang terjadi pada darah, pneumonia, infeksi saluran kemih,
dan infeksi sesudah operasi dapat menyebabkan infeksi berat yang
dapat menyebabkan kematian (Soekiman, 2016).
b. Klasifikasi
Klasifikasi dari Pseudomonas aeruginosa yaitu sebagai
berikut (Siegrist, 2010) :
1) Kingdom : Bacteria
2) Filum : Proteobacteria
3) Kelas : Gamma Proteobacteria
4) Ordo : Pseudomonadales
5) Famili : Pseudomonadadaceae
6) Genus : Pseudomonas
7) Spesies : Aeruginosa
c. Morfologi dan Identifikasi
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri berbentuk
batang, berukuran sekitar 0,6 x 2 mikro meter. Bakteri ini bersifat
gram negatif dan tampak dalam bentuk tunggal, berpasangan,
kadang-kadang rantai pendek dan dapat bergerak (motil) katena
adanya satu flagel (Nugroho, 2010). Bakteri ini dapat hidup dan
berkembang dalam keadaan tanpa oksigen. Isolat Pseudomonas
aeruginosa dapat membentuk tiga macam koloni (Soekiman,
2016).
Isolat yang berasal dari bahan klinis menghasilkan koloni
berukuran besar, halus, dengan tepi yang datar dan bagian tengah
menonjol mirip telur dadar. Sedangkan isolat berasal dari sekresi

15
respirasi dan sekresi saluran kemih berbentuk mukoid dan
berlendir (Soekiman, 2016).
d. Kultur
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob
yang mudah tumbuh pada berbagai medium kultur, kadang-kadang
menghasilkan aroma yang manis dan berbau seperti anggur.
Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni yang bundar dan
licin dengan warna kehijauan yang berflouresensi. Bakteri ini
sering menghasilkan pigmen kebiruan tak berflouresensi dan
piosianin yang berdifusi kedalam agar. Spesies Pseudomonas
lainnya tidak menghasilkan piosianin. Banyak galur Pseudomonas
aeruginosa juga menghasilkan pigmen berflouresensi, pioverdin
yang memberikan warna kehijauan pada agar (Soekiman, 2016).
e. Patogenesis
Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenik hanya jika
mencapai daerah yang tidak memiliki pertahanan normal,
misalnya membran mukosa dan kulit yang terluka oleh cedera
jaringan langsung, saat penggunaan kateter urin atau intravena,
jika terdapat neutropenia seperti pada kemoterapi kanker. Bakteri
melekat dan membentuk koloni pada membran mukosa atau kulit,
menginvasi secara lokal, dan menyebabkan penyakit sistemik.
Proses tadi dibantu oleh pili, enzim, dan toksin. Pseudomonas
aeruginosa dan Pseudomonas lain resisten terhadap banyak obat
antimikroba sehingga bakteri ini menjadi dominan dan penting
ketika bakteri flora normal yang lebih sensitif tertekan (Nugroho,
2010). Sebagai penyebab infeksi saluran kemih adalah bakteri
gram negatif terutama kelompok Pseudomonas Sp. dan kelompok
Enterobacter hal ini disebabkan karena penggunaan kateter
kandung kemih (Soekiman, 2016).
f. Uji Laboratorium

16
Spesimen yang dinokulasi pada agar darah dan media
deferensial lazim digunakan untuk menumbuhkan batang gram
negatif enterik. Pseudomonas mudah tumbuh pada sebagian besar
medium tersebut, tetapi mungkin tumbuh lebih lambat
dibandingkan bakteri enterik. Pseudomonas aeruginosa tidak
memfermentasi laktosa dan mudah dibedakan dari bakteri yang
memfermentasi laktosa. Kultur merupakan pemeriksaan yang
spesifik untuk mendiagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa
(Nugroho, 2010).

E. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
yaitu ekstrak etanol daun iodium (Jatropha Multifida L) terhadap variabel
terikat yaitu aktivitas antibakteri dengan mengukur diameter zona hambat
pertumbuhan pada bakteri uji.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel bebas
Ekstrak etanol daun iodium
(Jatropha multifida L) dengan
berbagai konsentrasi
Parameter
1. Diameter hambat masing-
masing bakteri
2. Konsentrasi hambat efektif
3. Konsentrasi hambat
minimum
Variabel terikat
Aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa
17
18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental
meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, identifikasi tumbuhan,
pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak
etanol daun iodium dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun iodium
(Jatropha Multifida L) terhadap Staphylococcus epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
dengan metode difusi agar (Uji Kirby-Bauer) menggunakan cakram kertas.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmasi STIKes Ibnu Sina
Ajibarang.

B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Ekstrak etanol daun iodium (Jatropha Multifida L) dengan
berbagai konsentrasi
2. Variabel Terikat
Aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermis dan
Pseudomonas aeruginosa

C. Waktu dan Lokasi/Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2021, bertempat
di laboratorium farmasi STIKes Ibnu Sina Ajibarang.

D. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Oven,
lemari asam, lemari pendingin, lemari pengering, incubator, laminar
air flow, autoklaf, alat tanur, kompor gas, penguap vakum putar,

19
analitik, hot place, blender, alat vortex, cawan petri, mikroskop,
mikropipet, alat-alat gas, alat penetapan kadar air, penangas uap,
lampu Bunsen, jangka sorong, cawan penguap, jarum ose, toples kaca,
aluminium foil, kain kasa, kapas, kertas saring, pencadang kertas,
pipet tetes, kain lap, spatula, kertas tisu, batang pengaduk, pinset dan
vial, kertas perkamen.

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Daun
iodium (Jatropha Multifida L), a-naftol, amil alkohol, asam nitrat
pekat, asam asetat anhidrida, asam asetat anhidrat, asam klorida pekat,
asam klorida 2N, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, bismuth nitrat,
iodium, kalium iodide, kloralhidrat, n-heksan, raksa (II) klorida,
serbuk magnesium, tolulen, etanol 96%, etanol 70%, aquadest,
dimetilsulfoksida (DMSO), isopropanol, kloroform, methanol, pb
asetat 0,4 M, Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB).

E. Langkah Kerja
1. Penyiapan bahan tumbuhan
a. Pengumpulan bahan tumbuhan
b. Identifikasi bahan tumbuhan
2. Pengolahan tumbuhan
3. Pemeriksaan karakterikstik simplisia
a. Pemeriksaan makroskopik
b. Pemeriksaan mikroskopik
c. Penetapan kadar air
d. Penetapan kadar sari parut air
e. Penetapan kadar sari larut etanol
f. Penetapan kadar abu botol
g. Penetapan kadar abu tidak larut asam
4. Pembuatan larutan pereaksi

20
a. Larutan pereaksi mayer
b. Larutan pereaksi dragendorff
c. Larutan pereaksi bouchardat
d. Larutan pereaksi Liebermann-Bouchard
e. Larutan pereaksi molisch
f. Larutan pereaksi besi (III) klorida 1%
g. Larutan pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M
h. Larutan pereaksi asam klorida 2 N
i. Larutan kloralhidrat
5. Skrining fitokimia
a. Pemeriksaan alkaloid
b. Pemeriksaan glikosida
c. Pemeriksaan saponin
d. Pemeriksaan flavonoid
e. Pemeriksaan tannin
f. Pemeriksaan steroid/triterpenoid
6. Pembuatan ekstrak etanol daun iodium
7. Pembuatan media untuk bakteri uji
a. Pembuatan media Nutrient Agar (NA)
b. Pembuatan media Nutrient Broth (NB)
c. Pembuatan media agar miring
8. Pembiakan bakteri
a. Pembuatan stok kultur bakteri
b. Pembuatan inokulum bakteri
c. Pembuatan suspense standar McFarland No. 0,5
9. Sterilisasi alat dan bahan
10. Pembuatan larutan uji ekstrak etanol daun iodium dengan berbagai
konsentrasi
11. Uji aktivitas antibakteri

21
F. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan


NO AGENDA BULAN
1 2 3 4
1 Perizinan dan Penyewaan Laboratorium
2 Persiapan Alat dan Bahan
3 Determinasi Tanaman
4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Iodium
5 Analisis Fitokimia
6 Analisis Data
7 Penyusunan Laporan
8 Evaluasi

G. Bakteri Uji
Bakteri yang dgunakan adalah Staphylococcus epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Astriani, 2014. Laporan lengkap praktikum: ekstraksi herba puti malu (Mimosa
pudica I.). Fakultas Farmasi Universitas Hasannudin, Makassar.
Dewi. 2014. Perbedaan Efek Perawatan Luka Dengan Menggunakan Getah Pohon
Yodium Dibanding Dengan Menggunakan Povidon Iodin 10% Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Bersih Pada Marmut (Cavia porcellus).
Jurnal Wiyata. 1(2). Halaman 235-246
Fatriyadi J, Yunidasari I. Studi pustaka kemampuan metabolit sekunder flavonoid
dari batang jarak cina (Jatropha multifida L.) dalam meningkatkan kadar
trombosit penderita DHF. Majority 2016; 5(3): 96
Herbarium Medanense., 2016, Identifikasi Tumbuhan, Medan : Herbarium
Medanense Sumatra Utara
Jawetz, E., dan J, Melnick. 2010. Review of Medical Microbiology 15th edition.
Lange Medical Publication : California.
Katno, dan Purnomo, 2010, Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan
Obat Tradisional, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Masteryanto, H. M., Hardianto, G., Joewono, H. T. dan Koendhori, E. B. 2015.
Infeksi Saluran Kemih sebagai Faktor Risiko Terjadinya Ancaman
Persalinan Preterm. Obstetri & Ginekologi Vo. 23 No.
Namvar, A. E., Bastarahang, S., Abbasi, N., Ghehi, G. S., Farhadbakhtiarian, S.,
Arezi, P., Chermahin, S. G. 2014. Clinical Characteristics Of
Staphylococcus Epidermidis: A Systematic Review. Gms Hygiene And
Infection Control, 9(3), Doc23. https://Doi.Org/10.3205//Dgkh000243
Nugroho, A. W. 2010. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, and Adelberg’s
/Geo F. Brooks et al. 25th edn. Edited by A. Adityaputri. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Putri, N. 2015. Pembuatan indikator alami dari ekstrak kulit jengkol sebgai
alternatif praktikum pada materi pokok titrasi asam basa di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Model Pekanbaru dan Madrasah Aliyah Darul Hikmah
Pekanbaru. Unpublished thesis, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau.

24
Rahmat, M. N. 2011. Laporan Praktikum Biokimia Umum. Kendari: Universitas
Haluoleo.
Savitri, 2016. Indonesia dikenal dengan Kekayaan Alamnya. Tanaman Ajaib
Basmi Penyakit Dengan TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Depok: Bibit
Publisher
Sianturi, H., 2012, Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara, Laporan
Agroklimatologi, Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, 2012:
4.
Siegrist, J., 2010. Pseudomonas a Communicative Bacteria. Microbiology Focus,
Vol 2 (4), pp.2.
Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Soekiman, S. 2016 Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit-Hospital Nosocomial
Infections. Pertama. Edited By Mariyam. Surabaya: CV. Sagung Seto.
Syahrurachman, dkk. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :
Binarupa Aksara Publishers 2010.
Syarfati. et al. 2011. The Potencial Of Jarak Cina (Jatropha multidida L.)
Secretion In Healing New-Wounded Mice. J Banda Aceh Universitas Syiah
Kuala. 30p.
Tille, P. M. 2017. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical
Microbiology (Fourteenth, p.45). Sc. Louis Missouri: Elsevier.
Titah, A., dkk. 2013. Laporan Praktikum Kimia Organik: Ekstraksi Pigmen
Antosianin Buah Bit dan Ubi Jalar Ungu. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Prawirodhardjo, E. 2014. Uji aktivitas antioksidan dan uji toksisitas ekstrak etanol
70% dan ekstrak air kulit batang kayu jawa (lannea coromandelica).
Unpublished thesis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Wardiyah, S. 2015. Perbandingan sifat fisik sediaan krim, gel, dan salep yang
mengandung etil p- metoksisitnamat dari ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galangal I). Unpublished thesis, Jakata.

25
Yonanda, C. R., Wahyudi. D., dan Murdiyah, M. 2016. Pengaruh Ekstrak Etanol
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Daya Hambat
Staphylococcus epidermidis. Prosiding Seminar Nasional. Pendidikan
Biologi II. Universitas Negeri Jember.

26

Anda mungkin juga menyukai