Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
“Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
ABSTRAK
Patah tulang merupakan salah satu dari 8000 tumbuhan yang berasal dari
suku Euphorbiaceae. Patah tulang merupakan tanaman yang hidup di daerah
tropis seperti Afrika, menyukai tempat terbuka dan banyak paparan sinar
matahari.selain itu tumbuhan patah tulang memiliki banyak khasiat.dapat
digunakan sebagai obat herbal yang mengatasi berbagai penyakit yang dipercaya
bisa disembuhkan dengan akar dan ranting tanaman patah tulang. Beberapa
diantaranya adalah nyeri lambung, tukak rongga hidung, reumatik, nyeri saraf,
wasir, dan sifilis. Selain itu, batangnya juga dipercaya bisa mengobati penyakit
kulit, seperti kusta.
Tumbuhan patah tulang juga mudah didapatkan.apa lagi didaerah tropis seperti di
indonesia ini.sehingga tumbuhan tersebut dapat tumbuh diberbagai tempat yang
terkena paparan sinar matahari yang banyak
Di lingkungan masyarakat,tidak banyak yang mengetahui tentang tumbuhan ini
karna tumbuhan tersebut jarang diketahui masyarakat bahwa tumbuhan patah
tulang dapat dijadikan sebagai obat herbal,jadi kami ingin memperkenalkan
tumbuhan ini kepada masyarakat agar mereka memiliki motivasi untuk
mengembangkan tumbuhan patah tulang sebagai obat herbal yang dikenal
dikalangan masyarakat dan generasi mendatang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majunya teknologi banyaknya obat-obatan herbal yang dibuat dengan
teknologi modern sehingga masyarakat sudah jarang memakai cara tradisional
untuk membuat tanaman herbal dengan cara tradisional.dengan mengandalkan
teknologi,mengolah obat-obatan menjadi makin mudah untuk diolah,jika.tidak
dapat.mengolah obat herbal dengan cara modern,kita dapat mengolahnya
dengan cara tradisional apa lagi cara tradisional mudah kita gunakan dan dapat
kita temui di banyak tempat.
Seperti yang kita ketahui ada banyak tanaman obat-obatan yang ada di
negara kita ini yaitu indonesia yang memiliki wilayah daerah tropis,dan ada
berbagai jenis tumbuhan herbal yang dapat dijadikan obat-obatan.salah
satunya tumbuhan patah tulang,jadi salah satu alasan kami memilih tumbuhan
tersebut karna masyarakat sekitar jarang menggunakan tanaman tersebut
sebagai media untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan obat-obatan.padahal
tumbuhan patah tulang mudah didapatkan di daerah sekitar,terutama yang
tinggal di daerah pinggiran pantai.tumbuhan tersebut juga tumbuh di daerah
tropis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tumbuhan patah tulang adalah agar masyarakat mengetahui
jenis tumbuhan patah tulang dapat dijadikan sebagai bahan obat herbal apabila
masyarakat tertarik dengan tumbuhan tersebut dapat dijadikan obat sehingga
masyarakat tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang tumbuhan
patah tulang,apakah tumbuhan tersebut bisa digunakan selain obat herbal
contohnya seperti dijadikan bahan makanan.selain itu tumbuhan patah tulang
dapat menyembuhkan penyakit seperti nyeri lambung, tukak rongga hidung,
reumatik, nyeri saraf, wasir, dan sifilis.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Landasan Teori
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Absor (2006), ranting Patah tulang
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa.
Indonesia merupakan negara tropis, sehingga tanaman patah tulang dapat
tumbuh dengan subur di Indonesia. Tanaman patah tulang di Indonesia biasanya
ditanam di halaman rumah, di pot, atau sebagai tanaman pagar . Tanaman patah
tulang berbentuk perdu yang tumbuh tegak, mempunyai tinggi 2-6 meter dengan
pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti susu tetapi bersifat
toksik terhadap kulit, mata, dan beberapa hama/serangga . Ranting patah tulang
setelah tumbuh sekitar satu jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya
melintang demikian seterusnya, sehingga tampak seperti percabangan yang
terpatahpatah Dalimartha, Daunnya jarang, terdapat pada ujung ranting yang
masih muda, kecil-kecil, bentuknya lanset, panjang 7 – 25 mm, dan cepat rontok.
Patah tulang memiliki bunga dan buah, tetapi di Indonesia patah tulang jarang
berbunga dan berbuah, karena penyinaran dan faktor tanah yang berbeda .
Tanaman patah tulang tidak memiliki hama atau penyakit dikarenakan tanaman ini
memiliki getah yang bersifat karsinogenik . Banyak orang yang menggunakan
tanaman patah tulang sebagai pestisida botani yang aman, tapi juga mematikan
bagi hama . Senyawa kimia yang berperan penting dalam aktivitas antimikrobia
tanaman patah tulang adalah flavonoida dan tanin . Ekstrak ranting patah tulang
mengandung senyawa flavonoida yang dapat mengganggu aktivitas transpeptidase
peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel terganggu dan menyebabkan
lisis sel. Senyawa lain yang terkandung pada ekstrak adalah senyawa tanin yang
merupakan senyawa fenolik, yang mekanismenya dapat mengganggu sintesis
peptidoglikan sehingga pembentukan dinding tidak sempurna pada bakteri .
Senyawa fenolik berinteraksi dengan protein membran sel melalui proses adsorpsi
yang melibatkan ikatan hidrogen dengan cara terikat pada bagian hidrofilik dari
membran sel. Kompleks protein-senyawa fenolik terbentuk dengan ikatan yang
lemah, sehingga akan segera mengalami peruraian kemudian diikuti penetrasi
senyawa fenolik ke dalam membran sel yang menyebabkan presipitasi dan
terdenaturasinya protein membran sel. Komponen lain adalah saponin yang dapat
membentuk komplek dengan sterol dan memengaruhi perubahan permeabilitas
membran kapang dan khamir , sedangkan flavonoida mempunyai aktivitas anti
kapang dan khamir pada C. albicans dengan mengganggu pembentukan
pseudohifa selama proses patogenesis . Supriyanto dan Luviana mengatakan,
bahwa zat aktif yang terdapat di dalam getah tanaman patah tulang dapat
menyebabkan hiperplasia , sehingga salah satu cara untuk menggunakan tanaman
patah tulang dengan cara diolah menggunakan metode ekstraksi . Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , penyarian adalah kegiatan menarik
zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair yang
sesuai.
B. Hipotesis
Tumbuhan patah tulang dapat dijadikan obat herbal
Dan tumbuhan patah tulang juga mudah diolah sebagai obat herbal yang dapat
dikonsumsi
BAB III
METODELOGI PENILITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi
literatur dengan mengkaji banyak sumber. Kualitatif menekankan pada
ketidakhadiran penggunaan alat-alat statistik dalam penelitian kualitatif.
Hal ini tentunya untuk mempermudah dalam membedakan penggunaan
metode kualitatif dengan penggunaan metode kuantitatif. Karena metode
kuantitatif bergantung pada penggunaan perhitungan dan prosedur analisis
statistika.
Sementara itu, metode kualitatif lebih menekankan pada pengamatan
fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari fenomena tersebut.
Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif sangat terpengaruh pada
kekuatan kata dan kalimat yang digunakan. Oleh karena itu, Basri (2014)
menyimpulkan bahwa fokus dari penelitian kualitatif adalah pada
prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Perhatian penelitian kualitatif lebih
tertuju pada elemen manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau
interaksi di antara elemen-elemen tersebut, dalam upaya memahami suatu
peristiwa, perilaku, atau fenomena (Mohamed, Abdul Majid &
Ahmad, 2010).
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang umum.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 DESEMBER 2022 sampai
selesai.
b) Sumber Data
- Majalah
- Artikel
- Jurnal
- dan Sumber Data Lain nya
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Setelah mengelola tumbuhan patah tulang kami telah menemukan bahwa,
tanaman patah tulang dipercaya berkhasiat dapat menyembuhkan tulang yang
patah. Selain itu, tanaman ini juga dipercaya mampu mengobati sakit gigi,
impotensi, wasir, hingga asma.
Namun getah pada tanaman patah tulang mempunyai sifat toksik terhadap
kulit dan lapisan lendir.
B. Pembahasan
Tanaman patah tulang berbentuk perdu yang tumbuh tegak, mempunyai
tinggi 2-6 meter dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah
seperti susu tetapi bersifat toksik terhadap kulit, mata, dan beberapa
hama/serangga.
Kandungan kimia getah tanaman patah tulang berupa getah asam (latex
acid) yang mengandung euphorbone, taraksasterol, lakterol, eophol, senyawa
damar, kautschuk (zat karet) dan asam ellaf.
Tanaman patah tulang dipercaya berkhasiat dapat
menyembuhkan tulang yang patah. Selain itu, tanaman ini juga dipercaya
mampu mengobati sakit gigi, impotensi, wasir, hingga asma.
Tanaman bernama patah tulang juga mengandung getah berwarna putih
susu. getah ini mengandung euphorbone taraksasterol, alaktucerol, euplol, zat
karet dan juga zat pahit. Kandungan ini membuat batang patah tulang sering
dimanfaatkan sebagai obat dan dipercaya mengobati patah tulang.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Filtrat ranting tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli Linn.) dalam
berbagai konsentrasi memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus viridans.
B. Saran