Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH KULIT KOPI DENGAN


PENAMBAHAN BIOCARD TONGKOL JAGUNG DAN MIGROBA VGPF
DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KOPI REBUSTA

NOBER
2122140034

PRODI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : pemanfaatan limbah buah kulit kopi dengan penambahan


biocard tongkol jagung dan migroba vgpf dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman kopi
Nama : NOBER

Nim : 2122140034

Pembimbing 1 : DR.EKA WISDAWATI,S.Si,M,P

Pembimbing 2 : DR.NURMIATY,S.,M.P.

Tanggal Seminar :-

Disetujui Oleh,

Pembimbing 1 Pembingbing 2

Dr. EKA WISDAWATI,Si,M,P Dr. NURMITY,S.,M.P


NIP 197310202005022004 NIP 197112012003121001

Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

Dr. Kafrawi ,S.P., M,P.


NIP. 197108101998021002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidaya-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal yang berjudul “pemanfaatan
limbah buah kulit kopi dengan penambahan biocard tongkol jagung dan migroba
vgpf dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi”. Penulis menyadari bahwa
penyusunan proposal ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. David P. dan Arruan Tondok yang telah memberikan kasih sayang dan
semangat serta memberiakn dukungannya baik moral maupun materi.
2. Dr. Eka Wisdawaty,Si,M,P Selaku pembimbing I, yang telah banyak
memberikan arahan, masukan, nasehat, motivasi dan ilmu.
3. Dr. Nurmiaty,S.,M.P selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan,
masukan, nasehat, motivasi dan ilmu.
4. Dr. Kafrawi, S.P., M.P selaku ketua program studi Teknologi Produksi
Tanaman Hortikultura
5. Abdul Muthalib,S.P ., MP. Ketua jurusan Teknologi Produksi Pertanian .
6. Dr. Ir. H. Darmawan, S.P., M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkajene dan Kepulauan
7. Dosen dan PLP Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan yang
telah memberiakn ilmu kepada penulis selama mengikuti kegiatan akademik
8. Keluarga besar prodi teknologi produksi tanaman perkebunan, rekan anggota
persekutuan atas semua dukungan semangat serta kerjasamanya. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

Pangkep, 29 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................................4
II. PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1 Latar belakang...............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................7
1.5 Hipotesis..................................................................................................................7
II . TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
2.1 Klasifikasi tanaman Alpukat (Perseab americana)..............................................8
2.2. Morfologi Tanaman Alpukat (Perseab americana)..............................................8
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Perseab americana)...................................9
2.4. Pupuk Kompos Tricoderma................................................................................11
2.5. Penelitian terdahulu.............................................................................................11
2.6. Kerangka konseptual...........................................................................................13
lll. METODE PENELITIAN..............................................................................................14
3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................................14
3.2. Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian................................................................14
3.3. Metode Penelitian................................................................................................14
3.4. Prosedur Penel1itian.............................................................................................14
3.5. Aplikasi perlakuan...............................................................................................15
3.6. Parameter pengamatan........................................................................................15
3.7. Analisis Data.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

II. PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Kopi rebusta (Perseab americana) merupakan buah yang sudah sangat
dikenal dan digemari oleh masyarakat. Kandungan utama dalam buah alpukat adalah
karotenoid, asam lemak, mineral, phenolic, phytosterol, protein dan vitamin
(Rahman, 2019). Alpukat diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan, antidiabetik
dan efek hipolipidemik ,Nutrisi yang terkandung dalam buah alpukat mampu
membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubu Manfaat Alpukat bagi kesehatan
antara lain membantu menjaga berat badan, mencegah sembelit, membantu
mengendalikan tekanan darah, membantu menjaga kesehatan mata, dan membantu
menjaga kesehatan jantung (Rizal, 2022) Alpukat juga dapat diolah menjadi beragam
menu hidangan seperti jus alpukat, sop buah, es alpukat, dan lain-lain. Alpukat
termasuk buah yang mudah didapat dan paling sering dikonsumsi oleh masyarakat
dengan harga yang cukup terjangkau dan memiliki nilai gizi tinggi (Kuswara &
Marta, 2016. Buah alpukat memiliki tekstur daging yang lembut dan rasa yang gurih.
Persebaran tanaman alpukat di Indonesia sudah hampir di seluruh provinsi. Buah
alpukat merupakan salah satu buah musiman yang tumbuh pada musim tertentu,
sehingga membuat buah ini mudah di dapat.
Kebanyakan di Indonesia alpukat belum dibudidayakan dalam skala usaha tani
dan masih di jadikan masyarakat sebagai tanaman pekarangan dan penaung.
Menanam Alpukat di pekarangan rumah adalah salah satu ide yang menarik, karena
selain menjadikan lahan di halaman rumah lebih produktif juga dapat menikmati hasil
buah Alpukat dari kebun sendiri. Budidaya tanaman Alpukat akan mudah apabila
mengetahui teknik dan cara perawatan yang benar. Kegiatan merawat alpukat di
pekarangan rumah meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pendangiran,
pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit (Agrikan, 2021).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik meliputi
dedaunan, alang-alang, jerami, dan sebagainya (Hamzah, Yunandra, & Pebriandi,
2020). Pupuk kompos dibuat oleh manusia melalui proses pembusukan sisa-sisa
makhluk hidup yang berasal dari tanaman maupun hewan dengan bantuan mikroba
(Imas & Munir, 2017). Pupuk kompos mengandung unsur hara meliputi unsur hara
mikro dan unsur hara makro. Unsur hara makro meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K) (Kakabouki et al., 2020). Unsur nitrogen (N) berfungsi mempercepat
pertumbuhan vegetative tanaman. Unsur fosfor (P) berfungsi menyimpan energi,
mempercepat proses pertumbuhan bunga dan buah serta mempercepat pematangan
(Yadav et al., 2017). Unsur kalium (K) berperan dalam proses fotosintesis,
mengefisienkan ``penggunaan air, membentuk cabang yang lebih kuat, mempercepat
perakaran sehingga tanaman lebih kokoh dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap penyakit. Selain mengandung unsur hara makro, pupuk kompos juga
mengandung unsur hara mikro yang dapat membantu proses pertumbuhan tanaman.
Unsur-unsur mikro meliputi besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B),
mangan (Mn), dan molibdenum (Mo) (Imas & Munir, 2017).
Cendawan Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah bersifat
saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan
bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis cendawan yang
banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang
merupakan salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati
pengendali patogen tanah. Trichoderma sp. dalam peranannya sebagai agensi hayati
bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya. Agen hayati
Trichoderma sp. juga mampu mendekomposisi lignin, selulosa, dan kithin dari bahan
organik menjadi unsur hara yang siap diserap tanaman. Kemampuan masing-masing
spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan cendawan patogen berbeda-beda, hal
ini dikarenakan morfologi dan fisiologinya berbeda-beda. Beberapa spesies
Trichoderma sp.telah dilaporkan sebagai agensi hayati adalah T. harzianum, T.
viridae, dan T. koningii yang tersebar luas pada berbagai tanaman budidaya.
Dominasi Trichoderma sp. dari dalam tanah akan membuat lingkungan dan ekologi
sekitar tanah menjadi lebih tahan terhadap perkembangbiakan patogen (Prasetiyo,
2018).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh berbagai dosis pupuk komos yang diperkaya
Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan alpukat.
2. Efektifitas pemberian pupuk kompos yang di perkaya Trichoderma sp.
terhadap tanaman alpukat dengan berbagai perbandingan media.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk kompos yang diperkaya
trichoderma sp terhadap pertumbuhan alpukat

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini sebagai informasi bagi kita akan manfaat pupuk kompos
yang diperkaya Trichoderma sp terhadap pertumbuhan alpukat, serta untuk menamba
wawasan dan pengetahuan bagi peneliti didalam memahami peran pupuk kompos
yang diperkaya Trichoderma sp. dalam pertumbuhan alpukat.

1.5 Hipotesis
1. Terdapat salah satu dosis pupuk kompos yang diperkaya
Trichoderma sp yang terbaik terhadap pertumbuhan alpukat
``
II . TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Alpukat


1.1.1 Klasifikasi tanaman Alpukat (Perseab americana)
Menururut (Noorul et al., 2016) Klasifikasi Tanaman Alpukat (Perseab
americana)”. Adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae,
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Dicotyledons
Subclass : Magnoliidae
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Persea Mill.
Species : Persea americana

1.1.2 Morfologi Tanaman Alpukat (Perseab americana)


Morfologi tanaman Alpukat adalah sebagai berikut:
1. Akar
Akar alpukat umumnya berbentuk serabut atau sering juga disebut akar
serabut. Akar-akar ini tumbuh secara horizontal di dekat permukaan tanah dan
memanjang dalam mencar i air dan nutris, Tanaman alpukat biasanya memiliki sistem
akar yang berkembang baik dengan banyak akar primer dan akar sekunder yang
bercabang. Akar alpukat umumnya berwarna putih hingga kekuningan ,Akar alpukat
memiliki ukuran yang bervariasi, tergantung pada usia dan kondisi tanaman. Akar
muda biasanya lebih kecil, sementara akar dewasa dapat mencapai panjang dan
diameter yang lebih besar.
Akar alpukat terdiri dari akar primer yang lebih besar dan kuat, serta akar
sekunder yang bercabang. Akar-akar ini memiliki ujung yang tajam yang disebut
rambut akar, yang bertanggung jawab untuk penyerapan air dan nutrisi. Akar alpukat
mengalami pertumbuhan sekunder yang membantu memperkuat dan memperluas
sistem akar. Ini melibatkan pembentukan kambium dan pembelahan sel yang
menyebabkan pertumbuhan diameter akar. Akar alpukat berperan dalam menyerap
air dan nutrisi dari tanah, menopang tanaman di dalam tanah, serta berfungsi sebagai
penyimpanan cadangan makanan Davy, J. S., Swarts, N. D., & Turner, S. R. (2016).
2. Batang
Batang alpukat biasanya berbentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Batang muda memiliki ukuran lebih kecil dan ramping,
sedangkan batang dewasa cenderung lebih besar dan kuat. Kulit Batang: Kulit batang
alpukat terdiri dari lapisan epidermis yang tipis dan keras. Pada batang muda, kulit
biasanya berwarna hijau cerah dan dapat memiliki rambut-rambut halus. Namun, saat
batang semakin tua, kulitnya berubah menjadi lebih kasar, mengeras, dan berwarna
cokelat keabu-abuan. Tunas dan Daun: Batang alpukat memiliki tunas yang tumbuh
dari ruas-ruas batang. Tunas tersebut berupa daun-daun muda yang mengelompok di
sekitar ujung batang. Daun-daun ini berkembang menjadi daun-daun dewasa dengan
bentuk yang bervariasi tergantung pada jenis alpukatnya. Lenticel: Pada batang
alpukat, terdapat struktur yang disebut lenticel. Lenticel adalah pori-pori kecil yang
terbuka yang memungkinkan pertukaran gas antara batang dan lingkungannya.
Lenticel ini penting untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida selama respirasi
tanaman. Kambium dan Lapisan Pembuluh: Di dalam batang alpukat terdapat lapisan
kambium yang merupakan jaringan meristem yang aktif dalam pertumbuhan.
Kambium menghasilkan sel-sel tambahan yang membentuk jaringan pengangkut air
dan nutrisi, seperti xilem dan floem. Xilem berperan dalam pengangkutan air dan
mineral dari akar ke daun, sedangkan floem mengangkut hasil fotosintesis dari daun
ke bagian-bagian lain tanaman. Perisikel: Perisikel adalah lapisan sel-sel yang
terdapat di sekitar lapisan xilem dan floem. Perisikel memiliki kemampuan regenerasi
dan penting dalam pertumbuhan sekunder batang. Sel-sel perisikel dapat
berdiferensiasi menjadi kambium dan memproduksi lapisan tambahan jaringan
pengangkut. Tunas Samping: Batang alpukat juga memiliki kemampuan untuk
menghasilkan tunas samping atau cabang. Tunas samping tumbuh dari ruas batang
dan memungkinkan pertumbuhan tanaman menjadi semak atau pohon yang
bercabang-cabang cabang .Bower, J.P. (2019).

3. Daun
Daun alpukat umumnya memiliki bentuk oval atau lonjong dengan pangkal
daun yang menyempit dan ujung daun yang meruncing.Daun alpukat tersusun secara
berseling pada batang. Mereka biasanya memiliki arah menyirip, dengan satu daun
utama di tengah dan daun-daun samping yang melekat secara bergantian. Daun
alpukat terdiri dari epidermis bagian atas dan bagian bawah, yang melindungi
jaringan daun di dalamnya. Permukaan daun memiliki stomata (pori-pori
mikroskopis) yang memungkinkan pertukaran gas.
Daun alpukat memiliki tulang daun (venasi) yang khas. Mereka biasanya
memiliki tulang daun melengkung dengan satu tulang daun utama yang bercabang
dan membentuk tulang daun sekunder yang lebih kecilPermukaan Daun: Permukaan
daun alpukat halus dan berlapis lilin, memberikan kilauan hijau yang khas. Lapisan
lilin membantu melindungi daun dari kehilangan air berlebih dan memberikan
perlindungan dari kerusakan fisik dan serangan patogen. Daun alpukat umumnya
berwarna hijau tua, tetapi warna daun dapat bervariasi dari hijau terang hingga hijau
tua tergantung pada jenis tanaman dan kondisi pertumbuhan. Whiley, A.W., Schaffer,
B., and Wolstenholme, B.N. (2016).

4. Bunga
Alpukat memiliki bunga yang termasuk dalam tipe bunga hermafrodit, yaitu
memiliki organ reproduksi jantan (stamen) dan organ reproduksi betina (pistil)
dalam satu bunga. Hal ini memungkinkan alpukat untuk melakukan penyerbukan
sendiri.
Kelopak (sepal)Terdiri dari lima daun pelindung berwarna hijau yang melindungi
bunga dalam fase berkembang. Mahkota (petal)Terdiri dari lima kelopak bunga
berwarna kuning kehijauan yang berperan dalam menarik serangga penyerbuk.
Benang sari (stamen) Terdapat sepuluh benang sari yang membawa serbuk sari
(pollen). Setiap benang sari memiliki kepala sari yang mengandung serbuk
sari.Tangkai sari (filament): Merupakan bagian yang menghubungkan kepala sari
dengan bunga.Putik (pistil):Terdiri dari ovarium, stigmata, dan stile. Ovarium
berperan sebagai tempat terbentuknya sel telur, sementara stigmata berfungsi untuk
menangkap serbuk sari.
Pola Penyerbukan Alpukat memiliki pola penyerbukan yang melibatkan
serangga penyerbuk, terutama lebah. Serangga tersebut membantu dalam transfer
serbuk sari dari kepala sari ke putik. Setelah penyerbukan terjadi, sel telur dalam
ovarium berkembang menjadi buah Rahman, A. H. M. M., & Hossain, A. (2022).

5. Buah
Buah alpukat memiliki bentuk yang bervariasi, mulai dari bulat hingga
lonjong dengan ujung yang meruncing. Ukuran buah juga bervariasi tergantung pada
varietasnya, umumnya berkisar antara 7 hingga 20 sentimeter panjangnya.Kulit buah
alpukat halus dan dapat bervariasi warnanya, mulai dari hijau gelap hingga ungu
kehitaman. Beberapa varietas alpukat juga memiliki kulit berduri atau bergerigi. Buah
alpukat memiliki daging buah yang lembut dan berwarna kuning hingga hijau.
Daging buahnya kaya akan lemak sehat, teksturnya lembut dan memiliki rasa krim
yang khas.Setiap buah alpukat umumnya memiliki satu biji yang berukuran besar dan
berbentuk lonjong. Biji ini terletak di bagian tengah buah Wei, H., Yan, S., Chen, W.,
& Zhang, C. (2022).
1.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Perseab americana)
1. Ketinggian Tempat dan Suhu
Tanaman alpukat memiliki kisaran Ketinggian Tempat: Tanaman alpukat
biasanya tumbuh baik pada ketinggian tempat antara 500-2.000 meter di atas
permukaan laut. Di daerah dengan ketinggian rendah, tanaman alpukat mungkin
mengalami kesulitan dalam adaptasi dan produksi buah yang baik. Di daerah dengan
ketinggian yang sangat tinggi, tanaman alpukat mungkin mengalami kesulitan dalam
pembungaan dan pembuahan. Tanaman alpukat tumbuh optimal pada suhu antara
20-30 derajat Celsius. Suhu di bawah 10 derajat Celsius atau di atas 38 derajat
Celsius dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Alpukat adalah
tanaman subtropis, jadi suhu yang terlalu rendah dapat merusak tanaman, sementara
suhu yang terlalu tinggi juga dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan
produksi. Pratama, A., & Puspitaningtyas, D. M. (2020).

2. Curah Hujan
Secara umum, alpukat membutuhkan curah hujan antara 1000-2000 mm per
tahun. Namun, kebutuhan curah hujan dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor
lain seperti suhu, drainase tanah, dan kelembaban udara. Tanaman alpukat yang
ditanam di daerah dengan curah hujan yang terlalu rendah mungkin memerlukan
irigasi tambahan untuk menjaga kecukupan air yang diperlukan Priyanto, B., &
Agustian, A. (2021).

3. Sinar Matahari
Sinar matahari adalah sumber energi utama bagi tanaman alpukat dalam
melakukan proses fotosintesis. Sinar matahari memberikan energi yang diperlukan
untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen, serta berperan
dalam pengaturan pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan tanaman. penjelasan
lebih lanjut mengenai sinar matahari pada tanaman alpukat: Nugroho, L. H., &
Yuwono, N. W. (2022)
Fotosintesis: Sinar matahari memainkan peran utama dalam fotosintesis
tanaman alpukat. Daun tanaman menangkap energi matahari melalui pigmen
fotosintesis, seperti klorofil, dan menggunakan energi ini untuk mengubah karbon
dioksida dan air menjadi glukosa (gula) dan oksigen. Proses ini memberikan sumber
energi bagi tanaman dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan.
Pertumbuhan dan Pembungaan: Sinar matahari juga mempengaruhi
pertumbuhan dan pembungaan tanaman alpukat. Tingkat cahaya yang cukup dan
intensitas yang tepat membantu dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti
pembentukan daun dan cabang. Selain itu, cahaya matahari yang cukup dan durasi
penyinaran yang tepat juga penting dalam memicu pembungaan dan produksi buah
yang baik.
Orientasi Sinar Matahari: Tanaman alpukat juga mampu merespons orientasi
sinar matahari. Bagian atas daun biasanya mengejar cahaya dan menghadap ke arah
sinar matahari, sementara bagian bawah daun memiliki kemampuan untuk
menghindari atau menolak cahaya yang berlebihan. Ini membantu tanaman untuk
mendapatkan sejumlah optimal cahaya dan mengatur keseimbangan antara pertumbuhan
dan perlindungan terhadap kerusakan akibat paparan sinar matahari yang berlebihan.

4. Tanah
Tanaman alpukat membutuhkan kandungan tanah yang spesifik untuk
pertumbuhan yang optimal. Secara umum, tanah yang cocok untuk tanaman alpukat
memiliki karakteristik sebagai berikut: Tanah harus memiliki kemampuan yang baik
dalam mengalirkan air dan mencegah terjadinya genangan air yang berlebihan di
sekitar akar tanaman alpukat. Ketersediaan nutrisi: Tanah harus mengandung nutrisi
yang cukup, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium, yang penting untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman alpukat.pH tanah: Kebanyakan varietas alpukat tumbuh
optimal pada rentang pH tanah antara 6 hingga 7. Tanah dengan pH di atas atau di
bawah rentang ini dapat memengaruhi penyerapan nutrisi oleh tanaman.Kesuburan
tanah: Tanah yang subur memiliki kandungan bahan organik yang tinggi,
memungkinkan retensi air yang baik, dan menyediakan nutrisi tambahan bagi
tanaman alpukat. Firman Kurniawan, Dwi Haryo Raharjo, dan Agus Purwito (2021).

1.2 Pupuk Kompos Tricoderma


Pupuk kompos Trichoderma adalah pupuk organik yang mengandung
Trichoderma, yaitu jenis jamur yang berfungsi sebagai agen biokontrol dan pengurai
bahan organik. Trichoderma juga berperan sebagai biofertilizer yang membantu
meningkatkan kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman. Pupuk kompos Trichoderma
diproduksi dengan cara mencampurkan bahan-bahan organik seperti daun, jerami,
kulit buah, dan limbah pertanian dengan Trichoderma, kemudian dibiarkan
mengalami proses dekomposisi selama beberapa minggu atau bulan. Hadiwiyoto, S.,
& Sutrisno, A. (2017).
Penggunaan pupuk kompos Trichoderma dapat membantu memperbaiki
kondisi tanah yang rusak, meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, serta
meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Selain itu, Trichoderma juga
memiliki kemampuan untuk melawan patogen tanaman seperti jamur dan bakteri
yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Febrianto, D. R., & Budiarti, S. (2020).

1.3 Penelitian terdahulu


Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan, dan
acuan. Selain kesamaan dengan penelitian ini, maka kajian dalam pustaka ini peneliti
mencamtumkan hasi- hasil peneliti terdahulu sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subagyono et al. (2019) pada tanaman jagung
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos yang diperkaya dengan
Trichoderma sp dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos yang diperkaya dengan
Trichoderma sp dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
dan bobot tongkol jagung.
2 Hasil penelitian yang dilakukan Setiawan et al. (2020) pada tanaman cabe
merah menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos yang diperkaya
dengan Trichoderma sp dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos yang
diperkaya dengan Trichoderma sp dapat meningkatkan tinggi tanaman.

2.1 Kerangka Konseptual

Kopi

Pertumbuhan Alpukat
Rendah

HHHKetersediaan Cekaman Kekurangan Unsur


Lahan Sub Optimal Sub
Kekeringan Hara

Solusi

Penggunaan Varietas
Penggunaan Pupuk
Unggul

Penggunaan Pupuk Dapat Meningkatkan


Kompos Yang di Perkaya Pertumbuhan kopi
Tricoderma Ssp. (Perseab Americana)
(Perseab
lll. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan juli 2023 sampai bulan oktober
2023 bertempat di kebun percobaan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2. Alat/Instrumen dan Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kototan kambing, sekam
padi, Trichoderma sp,air,gula/molasses, dan biji alpukat. Sedangan alat yang
digunakan yaitu cangkul, skop, ember, gembor, terpal plastic,polybag, meter,camera,
dan alat tulis menulis.

3.3. Rancangan Penelitian


Metode penelitian ini di susun dalam bentuk faktorial dengan rancangan
lingkungan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 ulangan dan 5
perlakuan yaitu tampa pemberian kompos (EO),pemberian pupuk kompos yang di
prrkaya tricoderma sp 1:1 (E1), pemberian pupuk kompos yang di perkaya tricoderma
sp.1:2 (E2) ,pemberian pupuk kompos yang di perkaya tricoderma sp .1:3 (E3) ,dan
pemberian pupuk kompos yang di perkaya tricoderma sp .1:4 (E4). Percobaan ini
terdiri dari 5 perlakuan yang di ulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 unit
percobaan ,dan tiap unit percobaan terdiri dari 2 polybag tanaman , sehingga terdapat
30 polybag tanaman.

3.4. Prosedur Penelitian


Pembuatan pupuk kompos dengan bioaktivator Trichoderma sp dapat
dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.
1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kompos
2. Bahan bahan kompos berupa kotoran kambing di campur dengan sekam padi
10% dari total kotoran kambing yang digunakan, selanjutnya dicampur dan
diaduk sampai merata
3. Bahan yang sudah tercampur selanjutnya disiram secara merata dengan
bioaktivator yang mengandung larutan tricoderma sp sebanyak 10/ 10 kiter
air dan gula pasir sebanyak 5 sendok makan .
4. Penyiraman bahan kompos di lakukan sampai kelembaban mencapai 60%
yang dilakukan dengan meremas bahan kompos apabila bahan di remas
sudah mengumpal maka penyiraman dihentikan kemudian di tutup rapat
dengan plastic atau terpal .
5. Pembalikan kompos dikukan setiap 3 hari sekali apabilah suhu kompos
mencapai 50oC. setelah pembalikan kompos di tutup kembali dengan terpal
plastik.
6. Pengoposan dihentikan dan bisa di gunakan sebagai campuran media tanam
setelah 21 – 30 hai. Kompos yang berhasil dilihat dari perubahan warnah
kompos dan tidak berbau busuk.

3.5. Aplikasi Perlakuan


1. Menyiapkan media tanah selanjutnya dicampur dengan pupuk kompos yang
diperkaya trichoderma sp sesuai perlakuan yaitu tanpa kompos , 1 tanah 1
kompos, 1 tanah 2 kompos, 1 tanah 3 kompos, dan 1 tanah 4 kompos,
2. Menanam biji alpukat kedalam media tanam yang sudah di siapkan sebanyak
1 biji per polybag
3. Pengamatan parameter tanaman dilakukan setiap dua minggu sekai dimulai
dari dua minggu setelah tanamn sampai muncul cabang pertama.
3.6. Parameter pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur pada umur 2 minggu setelah tanam dan pengukuran
selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu sampai muncul cabang pertama. Pengukuran
tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh
tertinggi menggunakan mistar/ meter.
2. Diameter Batang
Pengamatan diameter batang dilakukan setelah 2minggu setelah tanam dan
pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai muncul cabang
pertama. Pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara mengukur diameter
batang tanaman alpukat dengan menggunakan jangka sorong samapi tanaman alpukat
sudah mengeluarkan cabang pertama.
3. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan setelah 2minggu setelah tanam dan
pengamatan selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai muncul cabang
pertama. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung seluruh jumlah
helai daun pada setiap tanaman.

3.7. Analisis Data


Data hasil pengamatan akan diuji menggunakan metode statistik, apabilah
uji ANOVA menunjukan perlakuan pemberian berbeda nyata pada taraf 5% dan
dilanjutkan dengan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT)
DAFTAR PUSTAKA

Agrikan. (2021). Cara Merawat Alpukat di Pekarangan Rumah.


https://agrikan.id/cara-merawat-alpukat-di-pekarangan-rumah/, diakses pada
16 Maret 2022.Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.
Pustaka Buana. Bandung. 133hal
Bergh, B.O., dan Ellstrand, N.C. (2021). The avocado (Persea americana, Lauraceae)
genome and genomics of the avocado. Advances in Botanical Research, 99,
139-162.
Bora, P., & Singhal, P. (2013). Effect of irrigation regimes on growth and yield of
avocado (Persea americana Mill.) cv. Hass under semi-arid conditions.
International Journal of Agriculture, Environment and Biotechnology, 6(3),
525-530.
Coates Palgrave, M. (2020). Trees of Southern Africa. Struik Nature, Cape Town,
South Africa. Hal. 428-429.
Eshbaugh, W.H. (2021). Avocado (Persea americana Mill.). dalam: Fruits of Warm
Climates. J.F. Morton (Ed.). Miami, FL. Hal. 77-87.
Febrianto, D. R., & Budiarti, S. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos
Trichoderma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata L.). Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 9(2), 101-108.
Febrianto, D. R., & Budiarti, S. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos
Trichoderma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata L.). Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 9(2), 101-108.

Gunawan, A. W., & Prayitno, T. A. (2019). Efektivitas Pupuk Kompos Trichoderma


Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis
L.). Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1), 55-62.

Hadiwiyoto, S., & Sutrisno, A. (2017). Efektivitas Pupuk Kompos Trichoderma


dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis (Brassica
oleracea var. Capitata). Jurnal Agroekoteknologi, 5(1), 28-34.
Hadiwiyoto, S., & Sutrisno, A. (2017). Efektivitas Pupuk Kompos Trichoderma
dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis (Brassica
oleracea var. Capitata). Jurnal Agroekoteknologi, 5(1), 28-34.

Hamzah, A., Yunandra, & Pebriandi. (2020). Utilization of Community


Waste in Making Compost in Kuok Village. JCSPA : Journal Of Community
Services Public Affairs, 1(1), 7–10.

Imas, S., & Munir, A. (2017). Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap
Produktivitas Tanaman Cabai Merah ( Capsicum annuum L .). Jurnal
AMPIBI, 2(1), 57–64.

Kakabouki, I., Efthimiadou, A., Folina, A., Zisi, C., & Karydogianni, S. (2020).
Communications in Soil Science and Plant Analysis Effect of Different
Tomato Pomace Compost as Organic 15.
https://doi.org/10.1080/00103624.2020.1853148

Kaur, P., & Singh, G. (2012). Effect of planting density on growth, yield and quality
of avocado (Persea americana Mill.) cv. Hass. International Journal of Fruit
Science, 12(4), 396-408.

Loh, C.S., dan Loh, Y.C. (2021). The role of plant tissue culture in avocado (Persea
americana Mill.) improvement: achievements and prospects. Plants, 10(5),
926.

Noorul, H., Nesar, A., Zafar, K., Khalid, M., Zeeshan A., & Vartika, S. (2016).
International Journal of Research in Health benefits and pharmacology of
Persea ameri mill . ( Avocado ). 5(2), 132–141.

Nugroho, L. H., & Yuwono, N. W. (2022). Peningkatan Produksi Tanaman Alpukat.


Yogyakarta: Gava Media.
Ojeda, M., & Retamales, J. B. (2014). Avocado (Persea americana Mill.) flowering,
pollination, and fruit set: evaluation of three Mediterranean cultivars under
subtropical conditions. Journal of the American Society for Horticultural
Science, 139(2), 173-182.

Prasetiyo, H., Purwati, P., & Arsensi, I. (2018). Pemanfaatan Jamur Trichoderma
sp.Sebagai Antagonis Patogen Busuk Sulur Tanaman Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Secara In Vitro. Agrifarm: Jurnal Ilmu Pertanian,
7(1), 19-27.

Priyanto, B., & Agustian, A. (2021). Alpukat: Budidaya dan Pengolahan. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Rahman S. (2019). Effect of Avocades to LDL Cholesterol as a preventive risk of


atherosclerosis. Int J Multidiscip Curr Res, 7(1), 4-7.

Rizal Fadli. (2022). Ini Manfaat Buah Alpukat untuk Kesehatan.


https://www.halodoc.com/artikel/ini-manfaat-buah-alpukat-untuk-kesehatan,
diakses pada 16 Maret 2022.Kuswara B, Marta N. (2016). Respon Beberapa
Media Pembibitan terhadap Pertumbuhan Bibit Alpukat (Persea americana
Miller.). Jurnal Agroekoteknologi, 8(1), 22-26.

Rodríguez-Campos, J., Contreras-Medina, L. M., & Ayala-Tafoya, F. (2012).


Nitrogen fertilization in ‘Hass’ avocado orchards: effects on yield and fruit
quality. Chilean journal of agricultural research, 72(3), 407-412.

Romero-Gámez, M., & Carreón-Abud, Y. (2010). Rootstock effect on the vegetative


growth and yield of ‘Hass’ avocado in the subtropics. Spanish Journal of
Agricultural Research, 8(3), 735-742.

Setiawan, N. A., Astuti, D. A., & Wibowo, Y. A. (2020). Pengaruh pemberian pupuk
kompos yang diperkaya Trichoderma sp terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Agroqua: Jurnal Agroindustri
dan Perikanan, 4(2), 69-74
Subagyono, K., Daryanto, B. S., & Nurbaiti, S. (2019). Effect of Compost Fertilizer
Enriched with Trichoderma sp. on Growth and Yield of Corn (Zea mays L.).
Journal of Tropical Soils, 24(2), 111-117.

Sunyoto, R., & Rochayati, S. (2021). Efektivitas Pupuk Kompos Trichoderma dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).
Jurnal Agrotek UMY, 8(2), 111-119

Yadav, H., Fatima, R., Sharma, A., & Mathur, S. (2017). Enhancement
ofApplicability of Rock Phosphate in Alkaline Soils By Organic Compost.
Applied Soil Ecology, 113, 80–85. https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2017.02.00

Yulianti, Y., & Sulistiani, S. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos


Trichoderma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum L.). Jurnal Ilmiah Pertanian, 12(1), 21-28.

Davy, J. S., Swarts, N. D., & Turner, S. R. (2016). Root Traits and Soil Preferences
of Avocado (Persea americana Mill.) Rootstocks. Scientia
Horticulturae, 211, 256-263. Doi: 10.1016/j.scienta.2016.08.004

cabangBower, J.P. (2019). Avocado Morphology. Dalam: Wu, Q. (ed.), The


Avocado: Botany, Production, and Uses. CABI Publishing, hlm. 13-27.

Whiley, A.W., Schaffer, B., and Wolstenholme, B.N. (2016). The Avocado: Botany,
Production, and Uses (edisi ke-2). CABI Publishing.

Rahman, A. H. M. M., & Hossain, A. (2022). Morphological and anatomical studies


of avocado (Persea americana Mill.) flowers. Plant Cell Biotechnology
and Molecular Biology, 23(9-10), 1-8.Wei, H., Yan, S., Chen, W., &
Zhang, C. (2022). Morphological characteristics and physiological properties of
different avocado (Persea americana Mill.) cultivars during fruit
development and ripening. Food Research International, 152, 110003.

Anda mungkin juga menyukai