NOBER
2122140034
Nim : 2122140034
Pembimbing 2 : DR.NURMIATY,S.,M.P.
Tanggal Seminar :-
Disetujui Oleh,
Pembimbing 1 Pembingbing 2
Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidaya-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal yang berjudul “pemanfaatan
limbah buah kulit kopi dengan penambahan biocard tongkol jagung dan migroba
vgpf dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi”. Penulis menyadari bahwa
penyusunan proposal ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. David P. dan Arruan Tondok yang telah memberikan kasih sayang dan
semangat serta memberiakn dukungannya baik moral maupun materi.
2. Dr. Eka Wisdawaty,Si,M,P Selaku pembimbing I, yang telah banyak
memberikan arahan, masukan, nasehat, motivasi dan ilmu.
3. Dr. Nurmiaty,S.,M.P selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan,
masukan, nasehat, motivasi dan ilmu.
4. Dr. Kafrawi, S.P., M.P selaku ketua program studi Teknologi Produksi
Tanaman Hortikultura
5. Abdul Muthalib,S.P ., MP. Ketua jurusan Teknologi Produksi Pertanian .
6. Dr. Ir. H. Darmawan, S.P., M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkajene dan Kepulauan
7. Dosen dan PLP Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan yang
telah memberiakn ilmu kepada penulis selama mengikuti kegiatan akademik
8. Keluarga besar prodi teknologi produksi tanaman perkebunan, rekan anggota
persekutuan atas semua dukungan semangat serta kerjasamanya. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................................4
II. PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1 Latar belakang...............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................7
1.5 Hipotesis..................................................................................................................7
II . TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
2.1 Klasifikasi tanaman Alpukat (Perseab americana)..............................................8
2.2. Morfologi Tanaman Alpukat (Perseab americana)..............................................8
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Perseab americana)...................................9
2.4. Pupuk Kompos Tricoderma................................................................................11
2.5. Penelitian terdahulu.............................................................................................11
2.6. Kerangka konseptual...........................................................................................13
lll. METODE PENELITIAN..............................................................................................14
3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................................14
3.2. Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian................................................................14
3.3. Metode Penelitian................................................................................................14
3.4. Prosedur Penel1itian.............................................................................................14
3.5. Aplikasi perlakuan...............................................................................................15
3.6. Parameter pengamatan........................................................................................15
3.7. Analisis Data.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
II. PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Kopi rebusta (Perseab americana) merupakan buah yang sudah sangat
dikenal dan digemari oleh masyarakat. Kandungan utama dalam buah alpukat adalah
karotenoid, asam lemak, mineral, phenolic, phytosterol, protein dan vitamin
(Rahman, 2019). Alpukat diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan, antidiabetik
dan efek hipolipidemik ,Nutrisi yang terkandung dalam buah alpukat mampu
membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubu Manfaat Alpukat bagi kesehatan
antara lain membantu menjaga berat badan, mencegah sembelit, membantu
mengendalikan tekanan darah, membantu menjaga kesehatan mata, dan membantu
menjaga kesehatan jantung (Rizal, 2022) Alpukat juga dapat diolah menjadi beragam
menu hidangan seperti jus alpukat, sop buah, es alpukat, dan lain-lain. Alpukat
termasuk buah yang mudah didapat dan paling sering dikonsumsi oleh masyarakat
dengan harga yang cukup terjangkau dan memiliki nilai gizi tinggi (Kuswara &
Marta, 2016. Buah alpukat memiliki tekstur daging yang lembut dan rasa yang gurih.
Persebaran tanaman alpukat di Indonesia sudah hampir di seluruh provinsi. Buah
alpukat merupakan salah satu buah musiman yang tumbuh pada musim tertentu,
sehingga membuat buah ini mudah di dapat.
Kebanyakan di Indonesia alpukat belum dibudidayakan dalam skala usaha tani
dan masih di jadikan masyarakat sebagai tanaman pekarangan dan penaung.
Menanam Alpukat di pekarangan rumah adalah salah satu ide yang menarik, karena
selain menjadikan lahan di halaman rumah lebih produktif juga dapat menikmati hasil
buah Alpukat dari kebun sendiri. Budidaya tanaman Alpukat akan mudah apabila
mengetahui teknik dan cara perawatan yang benar. Kegiatan merawat alpukat di
pekarangan rumah meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pendangiran,
pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit (Agrikan, 2021).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik meliputi
dedaunan, alang-alang, jerami, dan sebagainya (Hamzah, Yunandra, & Pebriandi,
2020). Pupuk kompos dibuat oleh manusia melalui proses pembusukan sisa-sisa
makhluk hidup yang berasal dari tanaman maupun hewan dengan bantuan mikroba
(Imas & Munir, 2017). Pupuk kompos mengandung unsur hara meliputi unsur hara
mikro dan unsur hara makro. Unsur hara makro meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K) (Kakabouki et al., 2020). Unsur nitrogen (N) berfungsi mempercepat
pertumbuhan vegetative tanaman. Unsur fosfor (P) berfungsi menyimpan energi,
mempercepat proses pertumbuhan bunga dan buah serta mempercepat pematangan
(Yadav et al., 2017). Unsur kalium (K) berperan dalam proses fotosintesis,
mengefisienkan ``penggunaan air, membentuk cabang yang lebih kuat, mempercepat
perakaran sehingga tanaman lebih kokoh dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap penyakit. Selain mengandung unsur hara makro, pupuk kompos juga
mengandung unsur hara mikro yang dapat membantu proses pertumbuhan tanaman.
Unsur-unsur mikro meliputi besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B),
mangan (Mn), dan molibdenum (Mo) (Imas & Munir, 2017).
Cendawan Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah bersifat
saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan
bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis cendawan yang
banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang
merupakan salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati
pengendali patogen tanah. Trichoderma sp. dalam peranannya sebagai agensi hayati
bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya. Agen hayati
Trichoderma sp. juga mampu mendekomposisi lignin, selulosa, dan kithin dari bahan
organik menjadi unsur hara yang siap diserap tanaman. Kemampuan masing-masing
spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan cendawan patogen berbeda-beda, hal
ini dikarenakan morfologi dan fisiologinya berbeda-beda. Beberapa spesies
Trichoderma sp.telah dilaporkan sebagai agensi hayati adalah T. harzianum, T.
viridae, dan T. koningii yang tersebar luas pada berbagai tanaman budidaya.
Dominasi Trichoderma sp. dari dalam tanah akan membuat lingkungan dan ekologi
sekitar tanah menjadi lebih tahan terhadap perkembangbiakan patogen (Prasetiyo,
2018).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh berbagai dosis pupuk komos yang diperkaya
Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan alpukat.
2. Efektifitas pemberian pupuk kompos yang di perkaya Trichoderma sp.
terhadap tanaman alpukat dengan berbagai perbandingan media.
1.5 Hipotesis
1. Terdapat salah satu dosis pupuk kompos yang diperkaya
Trichoderma sp yang terbaik terhadap pertumbuhan alpukat
``
II . TINJAUAN PUSTAKA
3. Daun
Daun alpukat umumnya memiliki bentuk oval atau lonjong dengan pangkal
daun yang menyempit dan ujung daun yang meruncing.Daun alpukat tersusun secara
berseling pada batang. Mereka biasanya memiliki arah menyirip, dengan satu daun
utama di tengah dan daun-daun samping yang melekat secara bergantian. Daun
alpukat terdiri dari epidermis bagian atas dan bagian bawah, yang melindungi
jaringan daun di dalamnya. Permukaan daun memiliki stomata (pori-pori
mikroskopis) yang memungkinkan pertukaran gas.
Daun alpukat memiliki tulang daun (venasi) yang khas. Mereka biasanya
memiliki tulang daun melengkung dengan satu tulang daun utama yang bercabang
dan membentuk tulang daun sekunder yang lebih kecilPermukaan Daun: Permukaan
daun alpukat halus dan berlapis lilin, memberikan kilauan hijau yang khas. Lapisan
lilin membantu melindungi daun dari kehilangan air berlebih dan memberikan
perlindungan dari kerusakan fisik dan serangan patogen. Daun alpukat umumnya
berwarna hijau tua, tetapi warna daun dapat bervariasi dari hijau terang hingga hijau
tua tergantung pada jenis tanaman dan kondisi pertumbuhan. Whiley, A.W., Schaffer,
B., and Wolstenholme, B.N. (2016).
4. Bunga
Alpukat memiliki bunga yang termasuk dalam tipe bunga hermafrodit, yaitu
memiliki organ reproduksi jantan (stamen) dan organ reproduksi betina (pistil)
dalam satu bunga. Hal ini memungkinkan alpukat untuk melakukan penyerbukan
sendiri.
Kelopak (sepal)Terdiri dari lima daun pelindung berwarna hijau yang melindungi
bunga dalam fase berkembang. Mahkota (petal)Terdiri dari lima kelopak bunga
berwarna kuning kehijauan yang berperan dalam menarik serangga penyerbuk.
Benang sari (stamen) Terdapat sepuluh benang sari yang membawa serbuk sari
(pollen). Setiap benang sari memiliki kepala sari yang mengandung serbuk
sari.Tangkai sari (filament): Merupakan bagian yang menghubungkan kepala sari
dengan bunga.Putik (pistil):Terdiri dari ovarium, stigmata, dan stile. Ovarium
berperan sebagai tempat terbentuknya sel telur, sementara stigmata berfungsi untuk
menangkap serbuk sari.
Pola Penyerbukan Alpukat memiliki pola penyerbukan yang melibatkan
serangga penyerbuk, terutama lebah. Serangga tersebut membantu dalam transfer
serbuk sari dari kepala sari ke putik. Setelah penyerbukan terjadi, sel telur dalam
ovarium berkembang menjadi buah Rahman, A. H. M. M., & Hossain, A. (2022).
5. Buah
Buah alpukat memiliki bentuk yang bervariasi, mulai dari bulat hingga
lonjong dengan ujung yang meruncing. Ukuran buah juga bervariasi tergantung pada
varietasnya, umumnya berkisar antara 7 hingga 20 sentimeter panjangnya.Kulit buah
alpukat halus dan dapat bervariasi warnanya, mulai dari hijau gelap hingga ungu
kehitaman. Beberapa varietas alpukat juga memiliki kulit berduri atau bergerigi. Buah
alpukat memiliki daging buah yang lembut dan berwarna kuning hingga hijau.
Daging buahnya kaya akan lemak sehat, teksturnya lembut dan memiliki rasa krim
yang khas.Setiap buah alpukat umumnya memiliki satu biji yang berukuran besar dan
berbentuk lonjong. Biji ini terletak di bagian tengah buah Wei, H., Yan, S., Chen, W.,
& Zhang, C. (2022).
1.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat (Perseab americana)
1. Ketinggian Tempat dan Suhu
Tanaman alpukat memiliki kisaran Ketinggian Tempat: Tanaman alpukat
biasanya tumbuh baik pada ketinggian tempat antara 500-2.000 meter di atas
permukaan laut. Di daerah dengan ketinggian rendah, tanaman alpukat mungkin
mengalami kesulitan dalam adaptasi dan produksi buah yang baik. Di daerah dengan
ketinggian yang sangat tinggi, tanaman alpukat mungkin mengalami kesulitan dalam
pembungaan dan pembuahan. Tanaman alpukat tumbuh optimal pada suhu antara
20-30 derajat Celsius. Suhu di bawah 10 derajat Celsius atau di atas 38 derajat
Celsius dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Alpukat adalah
tanaman subtropis, jadi suhu yang terlalu rendah dapat merusak tanaman, sementara
suhu yang terlalu tinggi juga dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan
produksi. Pratama, A., & Puspitaningtyas, D. M. (2020).
2. Curah Hujan
Secara umum, alpukat membutuhkan curah hujan antara 1000-2000 mm per
tahun. Namun, kebutuhan curah hujan dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor
lain seperti suhu, drainase tanah, dan kelembaban udara. Tanaman alpukat yang
ditanam di daerah dengan curah hujan yang terlalu rendah mungkin memerlukan
irigasi tambahan untuk menjaga kecukupan air yang diperlukan Priyanto, B., &
Agustian, A. (2021).
3. Sinar Matahari
Sinar matahari adalah sumber energi utama bagi tanaman alpukat dalam
melakukan proses fotosintesis. Sinar matahari memberikan energi yang diperlukan
untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen, serta berperan
dalam pengaturan pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan tanaman. penjelasan
lebih lanjut mengenai sinar matahari pada tanaman alpukat: Nugroho, L. H., &
Yuwono, N. W. (2022)
Fotosintesis: Sinar matahari memainkan peran utama dalam fotosintesis
tanaman alpukat. Daun tanaman menangkap energi matahari melalui pigmen
fotosintesis, seperti klorofil, dan menggunakan energi ini untuk mengubah karbon
dioksida dan air menjadi glukosa (gula) dan oksigen. Proses ini memberikan sumber
energi bagi tanaman dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan.
Pertumbuhan dan Pembungaan: Sinar matahari juga mempengaruhi
pertumbuhan dan pembungaan tanaman alpukat. Tingkat cahaya yang cukup dan
intensitas yang tepat membantu dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti
pembentukan daun dan cabang. Selain itu, cahaya matahari yang cukup dan durasi
penyinaran yang tepat juga penting dalam memicu pembungaan dan produksi buah
yang baik.
Orientasi Sinar Matahari: Tanaman alpukat juga mampu merespons orientasi
sinar matahari. Bagian atas daun biasanya mengejar cahaya dan menghadap ke arah
sinar matahari, sementara bagian bawah daun memiliki kemampuan untuk
menghindari atau menolak cahaya yang berlebihan. Ini membantu tanaman untuk
mendapatkan sejumlah optimal cahaya dan mengatur keseimbangan antara pertumbuhan
dan perlindungan terhadap kerusakan akibat paparan sinar matahari yang berlebihan.
4. Tanah
Tanaman alpukat membutuhkan kandungan tanah yang spesifik untuk
pertumbuhan yang optimal. Secara umum, tanah yang cocok untuk tanaman alpukat
memiliki karakteristik sebagai berikut: Tanah harus memiliki kemampuan yang baik
dalam mengalirkan air dan mencegah terjadinya genangan air yang berlebihan di
sekitar akar tanaman alpukat. Ketersediaan nutrisi: Tanah harus mengandung nutrisi
yang cukup, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium, yang penting untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman alpukat.pH tanah: Kebanyakan varietas alpukat tumbuh
optimal pada rentang pH tanah antara 6 hingga 7. Tanah dengan pH di atas atau di
bawah rentang ini dapat memengaruhi penyerapan nutrisi oleh tanaman.Kesuburan
tanah: Tanah yang subur memiliki kandungan bahan organik yang tinggi,
memungkinkan retensi air yang baik, dan menyediakan nutrisi tambahan bagi
tanaman alpukat. Firman Kurniawan, Dwi Haryo Raharjo, dan Agus Purwito (2021).
Kopi
Pertumbuhan Alpukat
Rendah
Solusi
Penggunaan Varietas
Penggunaan Pupuk
Unggul
Imas, S., & Munir, A. (2017). Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap
Produktivitas Tanaman Cabai Merah ( Capsicum annuum L .). Jurnal
AMPIBI, 2(1), 57–64.
Kakabouki, I., Efthimiadou, A., Folina, A., Zisi, C., & Karydogianni, S. (2020).
Communications in Soil Science and Plant Analysis Effect of Different
Tomato Pomace Compost as Organic 15.
https://doi.org/10.1080/00103624.2020.1853148
Kaur, P., & Singh, G. (2012). Effect of planting density on growth, yield and quality
of avocado (Persea americana Mill.) cv. Hass. International Journal of Fruit
Science, 12(4), 396-408.
Loh, C.S., dan Loh, Y.C. (2021). The role of plant tissue culture in avocado (Persea
americana Mill.) improvement: achievements and prospects. Plants, 10(5),
926.
Noorul, H., Nesar, A., Zafar, K., Khalid, M., Zeeshan A., & Vartika, S. (2016).
International Journal of Research in Health benefits and pharmacology of
Persea ameri mill . ( Avocado ). 5(2), 132–141.
Prasetiyo, H., Purwati, P., & Arsensi, I. (2018). Pemanfaatan Jamur Trichoderma
sp.Sebagai Antagonis Patogen Busuk Sulur Tanaman Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Secara In Vitro. Agrifarm: Jurnal Ilmu Pertanian,
7(1), 19-27.
Priyanto, B., & Agustian, A. (2021). Alpukat: Budidaya dan Pengolahan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Setiawan, N. A., Astuti, D. A., & Wibowo, Y. A. (2020). Pengaruh pemberian pupuk
kompos yang diperkaya Trichoderma sp terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Agroqua: Jurnal Agroindustri
dan Perikanan, 4(2), 69-74
Subagyono, K., Daryanto, B. S., & Nurbaiti, S. (2019). Effect of Compost Fertilizer
Enriched with Trichoderma sp. on Growth and Yield of Corn (Zea mays L.).
Journal of Tropical Soils, 24(2), 111-117.
Sunyoto, R., & Rochayati, S. (2021). Efektivitas Pupuk Kompos Trichoderma dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).
Jurnal Agrotek UMY, 8(2), 111-119
Yadav, H., Fatima, R., Sharma, A., & Mathur, S. (2017). Enhancement
ofApplicability of Rock Phosphate in Alkaline Soils By Organic Compost.
Applied Soil Ecology, 113, 80–85. https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2017.02.00
Davy, J. S., Swarts, N. D., & Turner, S. R. (2016). Root Traits and Soil Preferences
of Avocado (Persea americana Mill.) Rootstocks. Scientia
Horticulturae, 211, 256-263. Doi: 10.1016/j.scienta.2016.08.004
Whiley, A.W., Schaffer, B., and Wolstenholme, B.N. (2016). The Avocado: Botany,
Production, and Uses (edisi ke-2). CABI Publishing.