Oleh
M. AGUNG PRABOWO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PALEMBANG
2020
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
M. AGUNG PRABOWO
16410042
Pada
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PALEMBANG
2020
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
M. AGUNG PRABOWO
16410042
Pembimbing I,
“Pengaruh Berbagai Jenis Pupuk Kandang dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair
vulgaris L.)” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada
rintangan yang dihadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material.
Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Drs. Suhirman, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas
Pertanian serta Pembimbing I dan ibu Ir. Missdiani, M.Si selaku Pembimbing II
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun sangat penulis
Penulis,
iv
RIWAYAT HIDUP
tanggal 23 Agustus 1997 di Kota Prabumulih. Penulis lahir dari pasangan suami
istri bapak Edy Asman dan ibu Wirtati merupakan anak pertama dari dua
Pertama di Madrasah Tsanawiyah Darussalam pada tahun 2012 dan tahun 2015
Budidaya Sayuran.
v
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 4
C. Hipotesis ......................................................................................... 4
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
protein nabati dan kaya akan vitamin A, B dan C. Buncis memiliki potensi
ekonomi yang sangat baik, sebab peluang pasarnya cukup luas yaitu untuk
sasaran pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Ekspor buncis dapat berupa
polong segar, polong yang dibekukan maupun bijinya (kacang jogo), buncis
mempunyai peran yang sangat besar terhadap pendapatan petani (Rihana, 2013).
mengalami peningkatan dari 275.533 ton pada tahun 2016 dan meningkat menjadi
299.311 ton pada tahun 2019, namun produksi buncis di Sumatera Selatan terus
mengalami penurunan dari 8.683 ton pada tahun 2016 dan menurun menjadi
pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
Pemupukan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara dalam
jumlah yang cukup dan seimbang dengan harapan dapat menunjang pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman yang mengarah pada produksi yang tinggi dan
bermutu baik. Penggunaan pupuk organik tidak menimbulkan efek residu yang
berbahaya bagi lingkungan, disamping itu pupuk organik mempunyai fungsi yang
1
2
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air,
tetapi pemberian pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak tanah bila
tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang dan
pupuk organik cair. Penggunaan pupuk organik seperti kotoran ternak (pupuk
bagian-bagian atau sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang,
pupuk hijau, kompos, bungkil, tepung tulang dan lain-lain. Pupuk organik mampu
dan daya simpan air, sehingga kesuburan tanah meningkat (Yuliarti, 2009).
asam fosfat, dan kalsium saja, tetapi juga mengandung hampir semua unsur hara
makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara
keseimbangan hara dalam tanah (Lingga, dan Marsono, 2000). Menurut Sutedjo
(2008), pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan,
merupakan upaya dalam perbaikan kualitas tanah. Bahan organik ini adalah
hasil akhirnya melepas unsur hara tersedia yang dapat diserap tanaman, yang
3
sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia serta biologi tanah (Sutedjo,
2002).
dapat meningkatkan hasil panen baik secara kualitas dan kuantitas. Pupuk
organik Nasa bentuk cair, cara yang paling efektif adalah dengan cara dicampur
dengan air bersih kemudian disiramkan ke tanah. POC NASA mudah diserap
oleh tanaman secara langsung. Warna dari POC NASA adalah cairan warna
coklat kehitaman seperti air teh kental. Baunya tidak begitu menyengat dan
Penelitian Zaevie (2014), bahwa pemberian pupuk organik cair Nasa pada
tanaman, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, berat polong per tanaman,
panjang polong per tanaman dan produksi polong segar, pada tanaman kacang
kandang kotoran ayam pada tanaman kacang hijau memberikan pengaruh terbaik
brangkasan, jumlah polong, berat 1000 butir biji dan berat biji dibandingkan
penggunaan pupuk kandang kotoran sapi dan kotoran kambing. Pupuk kandang
dan pupuk organik cair, hal ini memerlukan kajian yang ilmiah untuk di
4
penelitian tentang pengaruh berbagai jenis pupuk kandang dan konsentrasi pupuk
B. Tujuan
kandang dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi
C. Hipotesis
tegak.
buah, yang memiliki batang berbentuk sukur dengan daun trifoliate berselang
musim panas. Buahnya berdaging dan didalamnya terdapat biji-biji muda, yang
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Genus : Phaseolus
dua tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat dan tipe tegak. Tipe pertumbuhan
dapat mencapai ketinggian 20-60 cm. Botani tanaman kacang buncis sebagai
berikut :
5
6
1. Daun
Daun tanaman berbentuk bulat tonjong, ujung daun meruncing, tepi daun
Kedudukan daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek. Setiap cabang
memiliki ukuran lebar 6 sampai 7,5 cm, dan panjang 7,5 sampai 9 cm, sedangkan
daun yang berukuran besar memiliki ukuran lebar 10 sampai 11 cm, dan panjang
2. Batang
Batang tanaman buncis tidak berkayu dan relatif tidak keras, serta
3. Bunga
panjangnya 1,3 cm dan lebar bagian tengahnya 0,4 cm, bunga buncis berukuran
kecil, kelopak bunga berjumlah 2 buah dan pada bagian bawah atau pangkal
bunga berwarna hijau. Bunga buncis memiliki tangkai yang panjang sekitar 1 cm.
Bagian lain dari bunga buncis adalah mahkota bunga yang memiliki warna
beragam, ada yang berwarna putih, ungu muda, dan ungu tua, tergatung pada.
7
4. Akar
akar serabut tumbuh menyebar (horizontal) dan tidak dalam. Perakaran tanaman
buncis dapat tumbuh dengan baik bila tanahnya subur dan mudah menyerap air
(porous). Perakaran tanaman buncis tidak tahan terhadap genangan air (tanah
becek). Akar tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi untuk
berdirinya tanaman serta penyerapan zat hara dan air (Cahyono, 2007).
5. Buah
Buah buncis berbentuk polong dengan panjang dari 8-20 cm dan lebar 1-
11/2 cm. Polong buncis memiliki bentuk dan ukuran bervariasi bergantung pada
varietasnya. Warna polong pun beragam ada yang berwarna hijau tua, ungu, hijau
keputih-puthan, hijau terang, hijau pucat dan hijau muda. Polong buncis memilki
struktur halus, tekstur renyah, ada yang berserat dan tidak, serta ada yang bersulur
pada ujung polong dan ada yang tidak. Polong tersusun bersegmen-segmen,
jumlah biji dalam satu polong bervariasi 4-14 butir per polong bergantung
panjang buncis. Buah muda cocok untuk dimanfaatkan sebagai sayur, sedangkan
6. Biji
rasa hambar dan akan mengeras jika umur buncis semakin tua. Biji buncis
8
berukuran lebih besar dari kacang pada umumnya dan berbentuk bulat, lonjong
dengan bagian tengah (mata biji) sedikit melengkung (cekung), berat biji buncis
berkisar antara 16-40,6 gram per 100 biji bergantung varietas. Saat biji telah
mencapai kematangan fisiologis adalah saat terbaik untuk mengambil buah untuk
dijadikan benih. Biji yang telah masak fisiologis ditandai dengan kulit polong
B. Syarat Tumbuh
1. Tanah
dengan curah hujan rata-rata di atas 2.500 mm per tahun, menurut Yamaguchi
(1983), buncis dapat ditanam pada berbagai jenis tanah sepanjang tanah tersebut
memiliki pori udara yang cukup dan drainase yang baik (Zulkarnain, 2016).
Keasaman (pH) tanah yang baik, berkisar antara 5,5-6,5. pH tanah kurang dari 5,5
akibat tidak tersedia unsur-unsur hara esensial (Zulkarnain, 2016). Suhu optimum
tanah untuk perkecambahan biji adalah 30°C, akan tetapi, suhu 10°C, biji tidak
berkecambah sama sekali, tetapi suhu 15°C, lebih dari 90% biji berkecambah,
namun dibutuhkan waktu 16 hari untuk perkecambahan tersebut. Pada suhu 20°C,
2. Iklim
tanaman buncis. Unsur-unsur tersebut seperti curah hujan, suhu, cahaya, dan
kelembapan udara.
a. Curah Hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah
hujan 1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir
musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang
musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga
sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan
bercak bila curah hujan terlalu tinggi (Setianingsih dan Khaerodin, 1991).
b. Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25°C.
Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis
polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih
tinggi dari 25°C banyak polong yang hampa, hal ini terjadi karena proses
pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada suhu tinggi
c. Cahaya
Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar
10
400 - 800 footcandles, oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang
d. Kelembapan Udara
(sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari lebat
terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis aphids (kutu)
dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 70-80% (Setianingsih dan
Khaerodin, 1991).
C. Pupuk Kandang
adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman (Suwandi, 2009).
Lingga dan Marsono (2007), menyatakan bahwa tanaman tidak cukup hanya
mengandalkan unsur hara dari dalam tanah saja, oleh karena itu tanaman perlu
diberi unsur hara tambahan dari luar, yaitu berupa pupuk. Upaya peningkatan
efisiensi penggunaan pupuk dapat ditempuh melalui prinsip tepat jenis, tepat
dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi, dan berimbang sesuai kebutuhan tanaman.
anorganik. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah). Pupuk organik berperan cukup besar dalam memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Pupuk organik memiliki
11
fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor,
kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt,
humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi sebagai pengikat
butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam bentuk agregat yang mantap.
Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, bahan organik penting dalam
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion
logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni
tanaman atau menghambat penyediaan hara A1, Fe, dan Mn dapat dikurangi.
pupuk merupakan upaya penciptaan sumber daya alam yang terbarukan. Bahan
organik juga dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman serta
dapat digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang dan lahan yang
kandungan bahan organik tanah yang rendah (<2%), oleh karena itu penggunaan
buangan dari usaha peternakan sapi yang bersifat padat dan dalam proses
pembuangannya sering bercampur dengan urin dan gas seperti metana dan
amoniak. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang kotoran sapi bervariasi
Komposisi unsur hara pada pupuk kandang sapi padat terdiri campuran
0,40% N, 0,20% P2o5 dan 0,10 k2o. Pupuk kandang yang sudah siap digunakan
yaitu apabila tidak terjadi lagi penguraian oleh mikroba (Lingga, 1994). Menurut
Novizan (2005), ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau
kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna coklat kehitaman, cukup kering, tidak
menggumpal dan tidak berbau. Ciri kimiawinya adalah C/N ratio kecil ( bahan
kambing. Kotoran kambing memiliki struktur yang khas, yaitu berbentuk butiran-
butiran, sehingga sedikit sulit untuk memecah fisiknya kecuali jika sudah
mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman
melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan
13
mengandung bahan kering dan nitrogen berturut – turut 40 –50% dan 1,2 – 2,1%.
nitrogen pakan, nilai biologis ransum dan kemampuan ternak untuk mencerna
ransum. Produksi urin kambing dan domba mencapai 0,6 – 2,5 liter/hari dengan
bergantung pada pakan yang dikonsumsi, tingkat kelarutan protein kasar pakan,
2014). Kotoran kambing terdiri dari 67% bahan padat (faeces) dan 33% bahan
cair (urine), komposisi unsur haranya yaitu 0,95% N, 0,35 P205, 100% K20
(Sutedjo, 1995).
Pupuk kandang ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak
organik lainnya. Protein pada pupuk kandang ayam merupakan sumber nitrogen
selain ada pula bentuk nitrogen inorganik lainnya. Komposisi kotoran ayam
sangat bervariasi bergantung pada jenis ayam, umur, keadaan individu ayam, dan
menghasilkan limbah yang mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi. Jumlah
kotoran ayam/limbah yang dikeluarkan setiap harinya banyak, rata-rata per ekor
ayam 0,15 kg (Charles dan Hariono, 1991). Fontenot et al. (1983) melaporkan
bahwa rata- rata produksi buangan segar ternak ayam petelur adalah 0,06
Pakan yang diberikan pada ayam pedaging biasanya dengan kualitas atau
kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 28-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%,
kalsium (Ca) 1%, phosfor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal, dengan melihat
pakan yang demikian bagus maka kita dapat menyimpulkan limbah yang
dihasilkan masih mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, apalagi sistem pencernaan
unggas lambung tunggal dan proses penyerapan berjalan sangat cepat sehingga
tidak sempurna masih banyak kandungan nutrisi yang belum terserap dan di
buang bersama dengan feses. Dalam pemeliharaan ayam kita juga masih banyak
melihat pakan yang tercecer jatuh kedalam feses sekitar 5-15% dari pakan yang
diberikan, atau pun telur yang pecah dalam kandang, hal ini akan meningkatkan
nilai nutrisi yang ada dalam feses. Menurut Haesono (2009), kandungan kotoran
ayam adalah sebagai berikut: 2,79 % N, 0,52 % P 2O5, 2,29 % K2O. Maka dalam
1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg urea, 14,44 kg SP 36, dan 38,17
kg MOP.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau,
pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian,
meningkatkan daya serap akar dan daya serap tanah terhadap air, memperbaiki
tukar kation, kapasitas buffer dan daya pegang air, menyuburkan dan
sehingga dapat mengambil unsur hara yang banyak dan menjadikan tanaman sehat
dan kuat. Memperbesar persentase pembentukkan bunga menjadi buah dan biji
(Nurmala, 1998).
air untuk kondisi tanah liat, menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan
tanah, mengandung unsur hara makro mikro yang lengkap, aman dan ramah
tertinggalnya kimia, aplikasi yang mudah bisa diaplikasikan sebelum atau sesudah
masa tanam (Setiawan, 2009). Kandungan pupuk organik cair Nasa mengandung
0,12% N, 0,03% P, 0,32 K, 12,89 ppm Fe, 2,46 ppm Mn, <0,03 ppm Cu, 4,71
ppm Zn, 60,40 ppm Ca, 0,21% S, 16,88 ppm Mg, 0,29% Cl, 0,15% Na, 60,84
ppm B, 0,01% Si, <0,05% Co, 6,38 ppm Al, 0,11 ppm Se, <0,2 ppm As dan
0,86% C organik.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Provinsi Sumatera Selatan, waktu pelaksanaan mulai pada bulan Oktober 2020
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih buncis Varietas
ballista 2, pupuk kandang kotoran ayam, pupuk kandang kotoran sapi, pupuk
kandang kotoran kambing, dolomit, pestisida, pupuk NPK mutiara, dan pupuk
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, parang, tugal,
C. Metode penelitian
yang terdiri dari dua faktor perlakuan dengan 12 kombinasi dan 3 kali ulangan,
16
17
N0 : 0 ml L-1 air
-1
N1 : 4 ml L air
-1
N2 : 6 ml L air
-1
N3 : 8 ml L air
D. Analisi Statistik
hitung dengan F tabel, jika nilai hitung lebih besar dari F tabel pada taraf
uji 5% dan lebih kecil pada taraf 1% maka perlakuan berbeda nyata
terhadap peubah yang diamati (diberi tanda *) dan bila F hitung lebih
besar dari F tabel pada taraf uji 1% maka perlakuan dikatakan berbeda
18
sangat nyata terhadap peubah yang diamati (diberi tanda **) dan bila F
hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf uji 5% maka perlakuan berbeda
nyata dan sangat nyata maka perlu mengetahui perbedaan antar perlakuan
KTG
BNJ Jenis Pupuk Kandang : Qα (t , db galat)
√rxk
KTG
BNJ Konsentrasi POC Nasa : Qα (t, db galat)
√ rxn
KTG
BNJ interaksi : Qα (t, db galat)
√ r
Keterangan :
T = Jumlah perlakuan
Ketelitian dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari nilai koefisien
KK =
√ KTG x 100%
Ȳ
Keterangan :
KK = Koefisien Keragaman
Ȳ = Nilai rata-rata
19
E. Cara Kerja
1. Persiapan Lahan
2,16 kg/petak.
2. Penanaman
benih per lubang tanam kemudian ditutup tanah dan disiram air
3. Pemupukan
-1 -1 -1
konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 4 ml L air, 6 ml L air dan 8 ml L air.
Pupuk di aplikasikan dengan cara disiram pada tanah dengan jarak 4 cm dari
tanaman dan waktu pemupukan diaplikasikan pada saat tanaman berumur 2 mst
dan 3 mst. Pemberian pupuk anjuran NPK mutiara dilakukan dua kali pada umur
17 hst dan pada pembungaan sebanyak 2,4 gr/tanaman dengan cara ditaburkan di
sekeliling tanaman.
20
4. Pemeliharaan
penyakit. Penyiraman dilakukan setiap 1-2 kali sehari, kecuali bila turun hujan
tidak dilakukan penyiraman. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau
tidak tumbuh selama 4-7 hari setelah tanam dengan cara menanam kembali benih
setelah tanam dengan meninggalkan satu tanaman terbaik pada setiap lubang.
penyakit dilakukan jika ada hama atau penyakit yang menyerang tanaman buncis.
5. Pemanenan
buncis yang siap dipanen adalah polong masih muda dan bijinya belum
Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik
penelitian).
berat segar per tanaman. Pengamatan di lakukan pada saat panen pertama sampai
menimbang berat polong segar per petak. Pengamatan dilakukan pada saat panen
Abdulgani, I. K., 1988. Seluk Beluk Kotoran Sapi Serta Manfaat Praktisnya.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis : Teknik Budidaya dan Analis Usaha Tani.
Kanisius Yogyakarta. 129 pp.
Foot, A.S.,S.Banes, Ja.C.G. Oge, J.C. Howkins, V.C. Nielsen, And Jr.O.
Callaghan. (1976). Studies on Farm Livestock Waste. I” ed. Agriculture
Research Council, England.
Gomes, K.A dan A.A. Gomes. 1984. Statitical Procedur For Agricultural
Research. Second Edition. John Wiley and Sons. New York.
Jedeng, I. W. 2011. Pengaruh Jenis dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Var.
Lokal Ungu. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. Bali.
23
24
Rihana, S. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Pada Berbagai Dosis Pupuk Kotoran Kambing dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Dekamon. Jurnal Produksi Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang 1(4):367-376.
Sutedjo, M. M., 1995, Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta
Zaevie, B., M. Napitupulu dan P. Astuti. 2014. Respon Tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensis L.) Terhadap Pemberian Pupuk NPK Pelangi dan Pupuk
Organik Cair Nasa. Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17
Agustus 1945 Samarinda. Jurnal AGRIFOR Volume 13(1):19-32.
Zulkarnain, H. 2016. Budidaya Sayuran Tropis. Bumi Aksara. Jakarta. 219 hal.
26
I II III
K1 N1 K3 N1 K2 N2
K3 N3 K1 N3 K1 N2
K2 N3 K2 N2 K1 N3
K1 N0 K3 N0 K3 N2
K2 N2 K1 N1 K2 N1
K3 N1 K3 N3 K1 N0
K3 N0 K3 N2 K3 N0
K1 N3 K2 N3 K3 N1
K2 N1 K2 N0 K2 N0
K1 N2 K1 N2 K3 N3
K2 N0 K1 N0 K1 N1
K3 N2 K2 N1 K2 N3
Keterangan
K1 - K3 = Jenis Pupuk Kandang
N0 - N3 = Konsentrasi POC Nasa
I – III = Ulangan