Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA

TERPADU
PERANGKAP LALAT BUAH
(Bactrocera spp)
Diajukkan untuk memenuhi salah satu syarat

Mata Kuliah Pengelolaan Hama Terpadu pada Semester VII

Disusun Oleh :
Cucu Endah Lestari 1141175001081

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA
KARAWANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehinggan penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Pembuatan Perangkap Lalat Buah. Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat penilaian pada mata kuliah Pengelolaan
Hama Terpadu semester VII.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis banyak memperoleh bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapakan
terimakasih kepada :

1. H. Sugiarto Ir.,M.M. selaku dosen mata kuliah Pengendalian Hama


Terpadu.
2. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangatlah penulis harapakan
untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta


menjadi inspirasi bagi pembaca pada umumnya.

Karawang, 02 Januari 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
2.1 Biologi Lalat Buah .................................................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Lalat Buah ........................................................................................ 3
2.1.2 Morfologi dan Daur Hidup Lalat Buah ............................................................. 3
2.2 Gejala Serangan Lalat Buah...................................................................................... 4
2.3 Metil Eugenol............................................................................................................ 4
BAB III BAHAN DAN METODE .................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................................... 6
3.3 Metode ...................................................................................................................... 6
3.4 Pengamatan ............................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 9
4.1 Hasil Pengamatan...................................................................................................... 9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 11
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
5.2 Saran ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lalat buah merupakan hama yang sangat merugikan di bidang

hortikultura, karena sering membuat produk hortikultura seperti mangga, cabai,

jambu biji, belimbing, nangka, jeruk dan buah-buahan lainnya menjadi busuk dan

berbelatung. Hama ini juga dapat menjadi penghambat perdagangan (Trade

barrier) antar Negara, karena apabila pada komoditas ekspor suatu produk

terdapat telur lalat buah, maka produk tersebut akan ditolak. Lalat buah

(Bactrocera spp) termasuk kedalam family tephritidae yang tersebar luas

diseluruh dunia yang dapat ditemukan dari daerah yang memiliki suhu yang

dingin sampai ke daerah tropis.

Kebutuhan terhadap teknik pengendalian yang ramah lingkungan sangat

diharapkan, terutama yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh petani dalam

operasionalnya di lapangan. Perbaikan terhadap teknik identifikasi yang

disesuaikan dengan kunci determinasi yang terbaru, memerlukan sosialisasi,

sehingga petani dapat mengetahui organisme pengganggu tumbuhan yang telah

merusak tanamannya dan banyak menimbulkan kerugian.

Contohnya penggunaan perangkap dalam pengendalian lalat buah dengan

menggunakan Metil eugenol sebagai penarik lalat buah tersebut.

1
1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum pembuatan perangkap lalat buah ini, yaitu:

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan perangkap

lalat buah.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara kerja dari perangkap

buah tersebut.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Lalat Buah

2.1.1 Klasifikasi Lalat Buah

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Diptera

Family : Tephritidae

Genus : Bactrocera

Subgenus : Bactrocera

Spesies : Bactrocera papayae, Bactrocera carambolae

2.1.2 Morfologi dan Daur Hidup Lalat Buah

Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil.

Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau

kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat

kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada

thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut Tephtridae berarti bor,

karena terdapat ovipositor pada lalat betina. Bagian tubuh itu berguna

memasukkan telur ke dalam buah. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan

bahan seperti tanduk yang keras.

Dengan ovipositornya, lalat buah betina menusuk kulit buah atau sayur

untuk meletakkan telurnya. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah 2-5 hari,

telur akan menetas dan menjadi larva. Larva tersebut akan membuat terowongan

di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 4-7 hari. Larva yang

3
telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat

terowongan sedalam 2-5 cm dan berubah menjadi pupa.

Lama masa pupa 3-5 hari. Lalat dewasa keluar dari dalam pupa, dan

kurang dari satu menit langsung bisa terbang. Total daur hidupnya antara 23-34

hari, tergantung cuaca. Dalam waktu satu tahun lalat ini diperkirakan

menghasilkan 8-10 generasi. Lalat buah sering menyerang dan menghancurkan

tanaman saat musim penghujan karena kelembapan memicu pupa untuk keluar

menjadi lalat dewasa.

2.2 Gejala Serangan Lalat Buah

Hama ini menyerang pada fase larva. Buah yang terserang kecil dan

warnanya kuning. Serangan berat buah menjadi busuk.Gejala awal pada

permukaan kulit buah ditandai dengan adanya noda atau titik bekas tusukan

ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah.

Selanjutnya akibat gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka

noda-noda tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut.

Larva memakan daging buah, dan akhirnya buah menjadi busuk dan gugur

sebelum matang.

2.3 Metil Eugenol

Metil eugenol merupakan zat yang bersifat volatile atau menguap dan

melepaskan aroma wangi. Susunan kimia metil eugenol terdiri dari unsur C, H,

dan O (C12H24O2). Zat ini merupakan food lure atau dibutuhkan oleh lalat buah

jantan untuk dikonsumsi. Dengan demikian, jika mencium aroma metil eugenol,

lalat buah jantan akan berusahan mencari sumber aroma tersebut dan

memakannya. Radius aroma antraktan dari metil eugenol ini mencapai 20-100 m,

tetapi jika di bantu angin, jangkauannya bisa mencapai 3 km.


4
Di dalam tubuh lalat buah jantan, metil eugenol di proses menjadi zat

pemikat yang akan berguna dalam proses perkawinan. Dalam proses perkawinan

tersebut, lalat buah betina akan memilih lalat buah jantan yang telah mengonsumsi

metil eugenol karena lalat buah jantan tersebut mampu mengeluarkan aroma yang

berfungsi sebagai sex pheromone (daya pikat seksual).

Di alam, lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dari berbagai jenis

tanaman, seperti treggula dan selasih. Lalat buah jantan memperoleh metil

eugenol dengan cara mengisap bunga atau daun tanaman penghasil metil eugenol

sehingga tidak jarang dilihat kerumunan lalat buah yang sedang mengerumuti

tanaman penghasil metil eugenol.

5
BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan perangkap lalat buah dilaksanakan pada

tanggal 05 Desember 2014 di Fakultas Pertanian UNSIKA.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat perangkap lalat buah,

yaitu:

- Botol air mineral bekas ukuran sedang

- Benang atau tali

- Alat suntik

- Pisau cutter

- Streples

- Metil eugenol

- Furadan

- Kapas.

3.3 Metode

Cara pembuatan perangkap lalat buah dengan menggunakan metil eugenol

adalah sebagai berikut:

1. Potong bagian atas botol air mineral bekas dengan menggunakan pisau

cutter.

2. Lubangi pada bagian tengan botol dengan menggunakan jarum.

3. Kapas yang telah disiapkan diberi metil eugenol sebanyak ± 1 ml dengan

menggunakan alat suntik.

6
4. Masukkan benang pada lubang yang telah dibuat dengan menggunakan

jarum, kemudian lilitkan kapas yang telah diberi metil eugenol tadi. Letak

kapas diusahakan menggantung didalam botol.

5. Masukkan furadan secukupnya kedalam botol.

6. Potongan bagian atas botol tadi dipasang pada potongan bagian bawah

botol namun dengan posisi terbalik, rapatkan dengan menggunakan

streples.

7. Pasang benang atau tali pada botol untuk menggantungkan botol pada

dahan pohon. Usahakan botol dalam posisi horisontal.

8. Perangkap siap digunakan.

3.4 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah lalat buah yang

terperangkap dalam perangkap tersebut serta dilakukan setelah 24 jam

pemasangan perangkap, setelah 48 jam dan setelah 72 jam pemasangan

perangkap. Pengamatan dilakukan sebanyak 9 kali. Rincian pengamatan dapat

dilihat pada Tabel 1 .

Tabel 1. Pengamatan Perangkap Lalat Buah

Pengamatan Keterangan
No Tanggal Pengamatan
ke- Pengamatan
PEMASANGAN I
24 jam setelah
1 06 Desember 2014 1
pemasangan I
48 jam setelah
2 08 Desember 2014 2
pemasangan I
72 jam setelah
3 11 Desember 2014 3
pemasangan I
PEMASANGAN II
24 jam setelah
4 12 Desember 2014 4
pemasangan II
48 jam setelah
5 14 Desember 2014 5
pemasangan II

7
72 jam setelah
6 17 Desember 2014 6
pemasangan II
PEMASANGAN III
24 jam setelah
7 18 Desember 2014 7
pemasangan III
48 jam setelah
8 20 Desember 2014 8
pemasangan III
72 jam setelah
9 23 Desember 2014 9
pemasangan III

8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Perangkap lalat buah ini dipasang pada pukul 19.00 WIB tepatnya di

pohon mangga. Pengamatan jumlah lalat buah yang terperangkap dilakukan pada

pukul 19.00WIB. Pada pengamatan ke-1 dilakukan 24 jam setelah pemasangan

perangkap, jumlah lalat buah yang terperangkap lebih banyak dibandingkan

dengan pengamatan ke-4 . Jumlah lalat buah pada pengamatan ke-4 sedikit

dibandingkan pada pengamatan ke-7 yang jumlahnya cukup banyak.

Pada pengamatan ke-2 yang dilakukan 48 jam setelah pengamatan jumlah

lalat buah yang terperangkap lebih banyak dari pada pengamatan ke-5. Jumlah

lalat buah yang terperangkap lebih sedikit pada pengamatan ke-5 dibandingkan

dengan pengamatan ke-8 dengan jumlah lalat yang terperangkap lebih banyak.

Jumlah lalat buah yang terperangkap pada pengamatan ke-3 yang

dilakukan 72 jam setelah pemasangan perangkap cukup banyak, dibandingkan

dengan jumlah lalat buah dalam perangkap pada pengamatan ke-6 yang

jumlahnya lebih sedikit. Sedangkan pada pengamatan ke-6 jumlah lalat lebih

sedikit dibandingkan dengan pengamatan ke-9 dengan jumlah lalat cukup banyak.

Pada pengamatan 24 jam setelah pemasangan perangkap jumlah lalat yang

terperangkap cukup banyak. Sedangkan pengamatan 48 jam dan 72 jam setelah

pemasangan perangkap, jumlah lalat buah yang terperangkap semakin sedikit.

Karena dari waktu ke waktu kadar zat yang bersifat volatile tersebut semakin

berkurang sehingga membuat lalat buah tidak tertarik lagi untuk mendekati

perangkap yang telah dipasang tersebut.

9
Indera penciuman serangga terdapat pada antena dan palpus serta dapat

mencium bau yang lemah. Zat yang mudah menguap pada suhu kamar mudah

dikenali oleh serangga tersebut ( Sayono, et al. 2012).

Jenis lalat buah yang terperangkap pada botol yaitu Bactrocera papayae,

karena tanaman mangga merupakan salah satu tanaman inang dari jenis tersebut.

Jenis lalat buah tersebut memiliki ciri-ciri yaitu pada scutum terdapat dua buah

lateral postural vitae yang paralel (letaknya ada pada punggung lalat buah)

(Ditlinhorti, 2013). Yang terlihat perbedaannya antara jenis lalat buah yang satu

dengan yang lainnya yaitu pada sayapnya. Pada Bactrocera papayae sayapnya

tidak memiliki corak.

Tabel 2. Jumlah Lalat Buah Pada Setiap Pengamatan

No Tanggal Pengamatan Jumlah Lalat Buah


Pengamatan ke- yang terperangkap
(ekor)
PEMASANGAN I
1 06 Desember 2014 1 108

2 08 Desember 2014 2 103

3 11 Desember 2014 3 96

PEMASANGAN II
4 12 Desember 2014 4 103

5 14 Desember 2014 5 94

6 17 Desember 2014 6 87

PEMASANGAN III
7 18 Desember 2014 7 105

8 20 Desember 2014 8 102

9 23 Desember 2014 9 95

10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

 Perangkap lalat buah ini dapat digunakan sebagai cara pengendalian lalat

buah yang cukup bagus. Karena dengan menggunakan perangkap ini tidak

menimbulkan residu atau pencemaran lingkungan.

 Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi hanya ketika

serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan itu pun

pada saat tertentu saja. Methyl eugenol merupakan senyawa atraktan yang

komposisinya mirip dengan feromon seks lalat buah betina, sehingga dapat

menarik lalat buah jantan untuk mendekat.

5.2 Saran

 Dalam pemasangan perangkap diusahakan terhindar dari hujan agar

perangkap tersebut tidak cepat rusak.

 Gunakan tali yang lebih kuat agar pada saat pemasangan perangkap tidak

mudah putus talinya.

 Pengendalian lalat buah pada pertanaman mangga perlu didukungdengan

upaya sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber infestasi lalat buah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Destina, Y. 2013. Metil Eugenol Sebagai Perangkap Lalat Buah. Dipetik Januari
10, 2015.dari
http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=ar ticle&id=1197&Itemid=10

Fitrianti, A. d. 2005. SURVEILANS DISTRIBUSI SPESIES LALAT BUAH DI


KABUPATEN BELITUNG DAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR.
Dipetik Januari 10, 2015, dari
http://www.faperta.ugm.ac.id/perlintan2005/brt0005.htm

Kurnianti, N. 2013. LALAT BUAH. Dipetik Januari 10, 2015, dari


http://www.tanijogonegoro.com/2013/05/lalat-buah.html

Sayono, S. M. 2012. Pengaruh Aroma Umpan dan Warna Kertas Perangkap


Terhadap Jumlah Lalat yang Terperangkap. Hal 40.

Habibi. 2012. Perangkap Lalat Buah.


http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com.Diakses tanggal 10
Januari 2015.

Murdita, Wayan, dkk. 2013. Pengenalan Beberapa Spesies Lalat Buah. Karawang:
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan.
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pengamatan ke-1
Pengamatan ke-2

Pengamatan ke-7

Anda mungkin juga menyukai