Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM AGROFISHERIES

ACARA III

PEMBENIHAN CABAI

Disusun Oleh :

Aulia Rizqi Wisudani

1801070012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
ACARA III

PEMBENIHAN CABAI

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membuat benih cabe dengan benar.
2. Untuk mengetahui benih cabai yang baik.
3. Untuk mengetahui uji perkecambahan pada cabai.
B. Dasar Teori

Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang tumbuhnya tegak


dengan batang berkayu dan bercabang serta tergolong tumbuhan yang
menghasilkan biji (spermatophyta). Tanaman juga termasuk tanaman perdu
dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum
cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein,
lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C (Prajnata, 2008).

Berikut klasifikasinya :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua)

Ordo : Solanales

Familia : Solanaceae

Famili : Solanaceae (Suku terung-terungan)

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L


Berdasarkan pertumbuhan akarnya, cabai keriting mempunyai akar
tunggang yang kuat serta bercabang kesamping. Pertumbuhan batang utama cabai
keriting yaitu tegak lurus dan kokoh mencapai tinggi sekitar 30 ‐ 37,5 cm dengan
diameter batang antara 1,5 ‐ 3 cm. Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas
baru yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam, namun tunas‐tunas ini
sebaiknya dihilangkan sampai batang utama menghasilkan bunga pertama tepat
diantara cabang primer. Cabang primer ini yang terus dipelihara dan tidak
dihilangkan akan membentuk percabangan dari batang utama ke cabang primer
berbentuk huruf Y dan cabang primer akan menghasilkan cabang sekunder yang
akan menghasilkan kembali cabang primer (Rukmna, 2002).

Daun cabai keriting berwarna hijau muda sampai hijau gelap (tergantung
varietasnya) dengan panjang 4 - 10 cm dan lebar 1,5 - 4 cm . Daun ditopang oleh
tangkai daun dan tulang daun berbentuk menyirip. Posisi bunga cabai keriting
biasanya menggantung dengan warna mahkota bunga putih dan memiliki 5 – 6
kelopak bunga dengan panjang bunga 1 – 1,5 cm, lebar 0,5 cm dan panjang
tangkainya 1 - 2 cm. Tangkai putik berwarna putih, panjangnya sekitar 0,5 cm.
Panjang buah cabai keriting dari tangkai hingga ujung buah mencapai 3,7 – 5,3
cm, dan buahnya berukuran kecil (Setiadi, 2006)

Tanaman cabai membutuhkan tanah yang gembur dan banyak


mengandung unsur hara serta dapat tumbuh optimal pada tanah regosol dan
andosol dengan pH tanah antara 6 - 7. Untuk menghindari genangan air pada
lahan, Untuk penanaman cabai keriting lebih baik pada lahan yang agak miring
dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 250. Lahan yang terlalu miring dapat
menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan (Setiadi,
2006)
Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang memilki nilai ekonomi yanng tinggi. Secara khasiat cabai
mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.
Cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari
serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai
hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan
sebagai zat anti kanker (Sutiadikta, 2006).

Pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok


fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam
tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati merupakan mikrob
hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman
memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Oleh karena
itu, pupuk hayati sering juga disebut sebagai pupuk mikro (Agung dan Rahayu,
2004).

Pupuk hayati telah dilaporkan mampu meningkatkan efisiensi serapan


hara, memperbaiki pertumbuhan dan hasil, serta meningkatkan ketahanan
terhadap serangan hama dan penyakit. Salah satu faktor yang menentukan kualitas
pupuk hayati adalah kefektifan strain mikroba yang terkandung didalam pupuk
hayati tersebut (Simanungkalit 2006).

Pada umumnya digunakan mikroba yang mampu hidup bersama


(simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak,
tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan
mikrob mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
Teknologi ini mempunyai prospek yang lebih menjanjikan di samping karena
pengaruhnya yang nyata dalam meningkatkan hasil, juga lebih ramah lingkungan
(Agung dan Rahayu, 2004).
Pupuk hayati dapat didefinisikan juga sebagai inokulan berbahan aktif
organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi
tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Suriadikarta dan Simanungkalit
2006). Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan
akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler,
pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi,
aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan
simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok
tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman. Kelompok mikroba simbiotis
meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Penyediaan hara secara
nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok
mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok
organisme perombak (Sutejo, 2002).

C. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Polybag
2. Wadah plastic
3. Kertas Koran
4. Pisau
b. Bahan :
1. Cabai yang sudah matang
2. Air hangat
3. Arang sekam
4. Media tanam (campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1)
D. Cara Kerja
a. Membuat benih:
1. Menyiapkan buah cabai yang bagus, berwarna merah dan sudah tua.
2. Memijat buah cabai tersebut agar bijinya lepas dari plasenta.
3. Membelah buah cabai dengan pisau secara hati-hati agar tidak melukai biji di
dalamnya.
4. Mengeluarkan biji-biji dari cabai yang sudah dibelah, lalu cuci menggunakan
air bersih sampai kotoran dan daging cabai terlepas dari biji;
5. Merendam biji-biji cabai di dalam air bersih. Setelah direndam selama
beberapa saat, ambil biji yang tenggelam. Sementara yang terapung sebaiknya
dibuang. Biji cabai yang terapung mempunyai persentase tumbuh yang lebih
rendah;
6. Menjemur biji-biji cabai terpilih di bawah sinar matahari. Keringkan dengan
cara diangin-anginkan. Setelah benar-benar kering, biji siap dipakai sebagai
benih.
b. Uji perkecambahan
1. Mencampur media tanam yaitu kompos : tanah dengan perbandingan 1 : 1
2. Mengambil nampan atau wadah yang lain, beri media tanam secara merata.
Semprot dengan air sehingga lembab (tidak terlalu basah dan tidak terlalu
kering
3. Mengambil bibit cabai, rendam bibit dalam air hangat selama 3 jam. Benih
yang terapung disingkirkan, sedangkan benih yang tenggelam yang akan
disemaikan.
4. Meletakkan benih yang terpilih tersebut pada permukaan media dalam
nampan/wadah persemaian yang telah disiapkan.
5. Menutupi benih dengan arang sekam kira-kira 0,5 - 1 cm saja kedalamannya.
(bila tidak ada arang sekam, tutup dengan media semai tersebut)
6. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan
hand sprayer. Penyiraman dilakukan seperlunya saja.
7. Menunggu hingga benih berkecambah.
8. Melakukan pengamatan/penghitungan jumlah benih/biji yang berkecambah.
Hitung prosentasenya dengan rumus =
jumlah biji berkecambah X 100 %
jumlah biji yang disemaikan.

E. Hasil Pengamatan

Pot ke- Jumlah biji Jumlah biji Presentase


disemaikan berkecambah perkecambah
1. 15 8 53,3 %
2. 10 6 60 %
3. 14 9 64,2 %
4. 9 5 55,5 %
5. 16 8 50 %
6. 11 7 63,6 %

Hitung prosentasenya dengan rumus =


1. Polybag I
jumlah biji berkecambah X 100 %
jumlah biji yang disemaikan
8
= x 100 %=53,3 %
15

2. Polybag II
jumlah biji berkecambah
jumlah biji yang disemaikan X 100 %
6
= x 100 %=60 %
10

3. Polybag III
jumlah biji berkecambah X 100 %
jumlah biji yang disemaikan
9
= x 100 %=64,2 %
14

4. Polybag IV
jumlah biji berkecambah
jumlah biji yang disemaikan X 100 %
5
= x 100 %=55,5 %
9

5. Polybag V
jumlah biji berkecambah
jumlah biji yang disemaikan X 100 %
8
= x 100 %=50 %
16

6. Polybag VI
jumlah biji berkecambah
jumlah biji yang disemaikan X 100 %
7
= x 100 %=63,6 %
11

F. Pembahasan

Tanaman cabe secara umum dapat ditanam di sembarangan tempat dan


waktu. Tanaman ini dapat ditanam di dataran tinggi ataupun di dataran rendah, di
persawahan ataupun di tegalan, di musim kemarau ataupun musim hujan.
Kendatipun demikian, tanaman cabe akan tumbuh dan berproduksi dengan baik
bila syarat-syarat tertentu dari tempat tumbuhnya terpenuhi (Prajnanta, 2003).

1. Keadaan Iklim
Tanaman cabai merupakan tanaman tropis yang mampu hidup di daerah
yang curah hujannya tinggi atau rendah. Saat musim penghujan jarak tanam cabai
tidak boleh terlalu rapat untuk menghindari resiko tertular karena saat musim
penghujan tanaman cabai lebih rentan terhadap hama dan penyakit.

2. Keadaan Tanah

Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman cabe adalah yang subur, gembur,
kaya akan bahan organik dan tidak mudah becek (menggenang),serta bebas
cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah (Rukmana, 1996). Jika lahan yang
akan digunakan untuk penanaman cabai masih kurang subur, dapat dilakukan
upaya peningkatan kesuburan dengan pemberian pupuk dan penambahan kapur
pada lahan. Tanaman cabai dapat ditanam pada dataran rendah maupun dataran
tinggi. Hampir semua jenis tanah dapat ditanami cabe mulai dari andosol, latosol,
regosol, ultisol hingga grumusol. Namun demikian, tanah yang baik adalah tanah
yang berstruktur remah, gembur tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous serta
kaya akan bahan organik. Derajat keasaman tanah yang baik berkisar antara 5,5 –
6,8 (Harjadi dan Bintoro, 1982; Prajnanta, 2003).

3. Suhu Udara

Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di di daerah kering dan


berhawa panas suhu optimal 24 - 280 C.

4. Kelembapan Udara

Tanaman cabai tumbuh dengan optimal pada kelembaban 70% – 80%,


diatas 80% akan memacu pertumbuhan cendawan yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman. Karena alasan tersebut, tanaman cabai cocok ditanam
pada lahan yang miring atau memiliki saluran pembuangan untuk menghindari
kelebihan air.

5. Curah Hujan

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 1500 –
2500 mm/tahun (Prajnanta, 2003).

6. Cahaya

Tanaman ini menghendaki tempat terbuka sehingga sinar matahari dapat


langsung diterima. Lama penyinaran yang baik antara 10 – 12 jam per hari
(Harjadi dan Bintoro, 1982).

Pada praktikum kali ini pertama-tama kita membuat benih dengan cara
menyiapkan buah cabai yang bagus, berwarna merah dan sudah tua, lalu memijat
buah cabai tersebut agar bijinya lepas dari plasenta, kemudian membelah buah
cabai dengan pisau secara hati-hati agar tidak melukai biji di dalamnya, setelah itu
mengeluarkan biji-biji dari cabai yang sudah dibelah, lalu cuci menggunakan air
bersih sampai kotoran dan daging cabai terlepas dari biji, kemudian merendam
biji-biji cabai di dalam air bersih. Setelah direndam selama beberapa saat, ambil
biji yang tenggelam. Sementara yang terapung sebaiknya dibuang. Biji cabai yang
terapung mempunyai persentase tumbuh yang lebih rendah, lalu menjemur biji-
biji cabai terpilih di bawah sinar matahari. Keringkan dengan cara diangin-
anginkan. Setelah benar-benar kering, biji siap dipakai sebagai benih.

Selanjutnya ada uji perkecambahan yaitu dengan mencampur media tanam


yaitu kompos : tanah dengan perbandingan 1 : 1 dan mnyemprot dengan air
sehingga lembab (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, lalu mengambil
bibit cabai, rendam bibit dalam air hangat selama 3 jam. Benih yang terapung
disingkirkan, sedangkan benih yang tenggelam yang akan disemaikan, setelah itu
meletakkan benih yang terpilih tersebut pada permukaan media dalam
nampan/wadah persemaian yang telah disiapkan dan menutupi benih dengan
arang sekam kira-kira 0,5 - 1 cm saja kedalamannya. (bila tidak ada arang sekam,
tutup dengan media semai tersebut), selama pengamatan menjaga kelembaban
tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer. Penyiraman
dilakukan seperlunya saja. Setelah benih tumbuh melakukan
pengamatan/penghitungan jumlah benih/biji yang berkecambah. Hitung
prosentasenya dengan rumus =

jumlah biji berkecambah X 100 %


jumlah biji yang disemaikan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil diantaranya :
pada pot 1 biji yang disemaikan ada 15 sedangkan jumlah bji yang berkecambah
ada 8 dan setelah dihitung dengan rumus presentase perkecambah ada 53,3%.
Pada pot 2 biji yang disemaian ada 10 sedangkan biji yang berkecambah ada 6
dan setelah dihitung dengan rumus presentase perkembahan ada 60%. Pada pot 3
biji yang disemaian ada 14 sedangkan biji yang berkecambah ada 9 dan setelah
dihitung dengan rumus presentase perkembahan ada 64,2%. Pada pot 4 biji yang
disemaian ada 9 sedangkan biji yang berkecambah ada 5 dan setelah dihitung
dengan rumus presentase perkembahan ada 55,5%. Pada pot 5 biji yang disemaian
ada 16 sedangkan biji yang berkecambah ada 8 dan setelah dihitung dengan
rumus presentase perkembahan ada 50%. Pada pot 6 biji yang disemaian ada 11
sedangkan biji yang berkecambah ada 7 dan setelah dihitung dengan rumus
presentase perkembahan ada 63,6%.

G. Kesimpulan

1. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan cabai ada 6 yaitu keadaan iklim,


keadaan tanah, suhu udara, kelembapan udara, curah hujan dan cahaya.
2. Tanaman cabe secara umum dapat ditanam di sembarangan tempat dan waktu.
Tanaman ini dapat ditanam di dataran tinggi ataupun di dataran rendah, di
persawahan ataupun di tegalan, di musim kemarau ataupun musim hujan.
3. Pada pot 1 biji yang disemaikan ada 15 sedangkan jumlah bji yang
berkecambah ada 8 dan setelah dihitung dengan rumus presentase
perkecambah ada 53,3%.
4. Pada pot 3 biji yang disemaian ada 14 sedangkan biji yang berkecambah ada 9
dan setelah dihitung dengan rumus presentase perkembahan ada 64,2%.
5. Pada pot 6 biji yang disemaian ada 11 sedangkan biji yang berkecambah ada 7
dan setelah dihitung dengan rumus presentase perkembahan ada 63,6%.

H. Daftar Pustaka

Agung, T., A. Y. Rahayu. 2004. Analisis efisiensi serapan N, pertumbuhan, dan hasil
beberapa kultivar kedelai unggul baru dengan cekaman kekeringan dan
pemberian pupuk hayati. Jurnal Agrisains 6(2): 70-74.
Prajnanta. F, 2008. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya : Jakarta.
Rasti., Sumarno.2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah. Iptek Tanaman
Pangan Vol. 3 No. 1

Rukmana, R, 2002. Usaha Tani Cabai Keriting. Kanisius : Yogyakarta

Setiadi, 2006. Jenis dan Budidaya Cabai Keriting. Penebar Swadaya : Jakarta

Suriadikarta, DA , R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pendahuluan dalam Pupuk Organik


dan Pupuk Hayati. Ed: R.D.M. Simanungkalit, D.A Suriadikarta, R Saraswati,
D. Setyorini, W. Hartatik. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta.
Simanungkalit R.D.M.. 2006. Prospek pupuk organik dan pupuk hayati di Indonesia
dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Ed: R.D.M. Simanungkalit, D.A
Suriadikarta, R Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta.
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.177 hlm..

I. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai