Anda di halaman 1dari 2

Ruang lingkup muamalah

Ruang lingkup fiqih muamalah mencangkup segala aspek kehidupan manusia, seperti
sosial, ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih sering
disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu cara bagaimana
manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai
pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Dalam kajian fiqih ruang lingkup muamalah yakni: harta, Hak Milik, Fungsi Uang, Buyu’
(tentang jual beli), Ar-Rhn (tentang pegadaian), Hiwalah (pengalihan utang), Ash-Shulhu
(perdamaian bisnis), Adh-Dhaman (jaminan asuransi), Syirkah (tentang perkongsian),
Wakalah (tentang per-wakilan), Wadi’ah (tentang penitipan), ‘Ariyah (tentang peminjaman),
Mudharabah (syirkah modal dan tenaga), Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun),
Muara’ah (kerjasama pertnian), Kafalah (penjaminan), Taflis (jatuh bangkrut), Al-Hajru
(batasan bertindak), Ji’alah (sayembara pemberian fee), Qaradh (pejaman, transaksi valas),
‘Urbun (pajar/DP), Ijarah (sewa menyewa), Riba (konsep uang dan kebijakan moneter),
Shukuk (surat utang atau obligasi), Faraidh (warisan), Luqthah (barang tercecer), Waqaf,
Hibah, Washiat, Iqrar, Qismul, fa’i wal ghanimah (pembagian fa’i dan ghanimah), Qism ash-
Shadaqat (tentang pembagian zakat), Ibrak (pembebasan utang), Muqasah (Discount),
Kharaj, Jizyah, Dharibah, Ushur, Baitul Mal dan Jihbiz, Kebijakan fisikal islam, Keadilan,
Distribusi, Perburuan (hubungan bunuh dan majikan, upah buruh), monopoli, pasar modal,
Islami dan Reksadana, Asuransi Islam, Bank islam, Pegadaian, MLM, dll.

Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang muamalah,
menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978 : 32-33), meliputi :

a. Ahkam al-ahwal al-syakhshiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum-hukum yang


mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini dimaksudkn untuk
memelihara dan membangun keluarga sebagai unit terkecil.
b. Al-ahkam al-maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan usaha
perorangan seperti jual beli (Al-Bai’ wal Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan
(syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud). Hukum ini dimaksudkan
untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaan dan pemeliharaan hak-
haknya.
c. Al-ahkam al-jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian dengan tindak
kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara ketenteraman
hidup manusia dan harta kekayaannya, kehormatannya dan hak-haknya, serta
membatasi hubungan antara pelaku tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
d. Al-ahkam al-murafa’at (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan dengan
peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-yamin), hukum ini
dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna meralisasikan keadiln antar
manusia.
e. Al-ahkam al-dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu hukum yang
berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan hakim dengan
terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.
f. Al-ahkam al-duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang berkaitan dengan
hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara. Maksud hukum ini
adalah membatasi hubungan antar negara dalam masa damai, dan masa perang, serta
membatasi hubungan antar umat islam dengan yang lain di dalam negara.
g. Al-ahkam al-iqtishadiyyh wa al-maliyyah (Hukum Ekonomi dn Keuangan), yaitu
hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta orang kaya,
mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah pembelanjaan negara.
Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi antar orang kaya (agniya), dengan
orang fakir miskin antara hak-hak keungan negara dengan perseorangan.

Anda mungkin juga menyukai