“MUAMALAH”
DOSEN PENGAMPU:
ALI ASMUL,M.Pd
DISUSUN OLEH:
TH.2023/2024
A. PENGERTIAN MUAMALAH
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat
yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan
kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus
mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling melakukan
pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu
terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang
luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan
beberapa pengertian muamalah, yaitu :
Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara
yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual
beli, perdagangan, dan lain sebagainya.
Menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturan-
peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti
perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-
sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan manajeme perkantoran, baik
umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar dasarnya secara umum
atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam
bertukar manfaat di antara mereka.
Arti sempit muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang
dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.
Dalam bermuamalah, manusia dilarang merugikan pihak lain dengan cara yang
tidak wajar. Oleh karena itu, Allah SWT melarang memakan harta yang diperoleh
melalui jalan yang tidak benar kecuali dengan jalan perniagaaan yang berlaku dengan
suka sama suka antara penjual dan pembeli. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat al-Nisa’ ayat 29.
B. RUANG LINGKUP MUAMALAH
C. KEDUDUKAN MUAMALAH
Muamalat dengan pengertian pergaulan hidup tempat setiap orangmelakukan
perbuatan dalam hubungan dengan orang-orang lain yangmenimbulkan hubungan hak
wajib itu merupakan bagian terbesar dalam hidupmanusia. Oleh karenanya agama
Islam menempatkan bidangmuamalat inisedemikian penting, sampai hadis Nabi
mengajarkan bahwa agama adalah muamalat.Muamalat dengan pengertian terbatas.
D. TUJUAN MUAMALAH
2. Kehendak manusia itu sendiri ialah meletakkan manusia nilai dan taraf yang
tinggi sehingga beroleh keredhaan Allah di dunia dan di akhirat.
E. PELAKSANAAN MUAMALAH
1) Jual Beli
Jual beli dalam bahasa Arab menggunakatan kata al-bay’ yang berarti
menjual, mengganti, atau menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain). Dalam
fikih muamalah, jual beli diartikan dengan kegiatan tukar-menukar harta
dengan harta yang lain dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan
melalui cara tertentu yang bermanfaat. Ciri khas tukar-menukar harta dalam
kegiatan jual beli ini adalah bersifat perpindahan kepemilikan, tidak sekadar
sewa-menyewa. Hukum dasar jual beli adalah halal/mubah, tetapi dalam
kondisi- kondisi tertentu bisa berubah menjadi wajib, sunah, makruh, bahkan
haram.
Jual beli dianggap sah dan tidak bertentangan dengan ketentuan syar’i
jika memenuhi rukun dan syarat-syarat tertentu. Rukun jual beli, yaitu harus
ada penjual, pembeli, barang yang diperjualbelikan, alat tukar (uang), dan
akad ijab kabul atau serah terima. Berdasarkan rukun jual beli tersebut, jumhur
ulama menetapkan syarat-syarat tertentu sebagai berikut.
Ijab kabul saat ini telah mengalami perkembangan. Bahkan, kita bisa
memanfaatkan teknologi, seperti ponsel dan internet. Di antara
syaratnya, yaitu terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli dengan
lafal yang dapat dipahami. Selain itu, juga ada informasi tertentu
tentang keadaan barang dengan jelas. Jika pihak pembeli menyatakan
menerima, akad dianggap telah terjadi.
Inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima
benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan
yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Sesuai dengan ketetapan hukum
maksudnya ialah memenuhi persyaratanpersyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain
yang ada kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak
terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.
Benda dapat mencakup pengertian barang dan uang, sedangkan sifat benda
tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang berharga dan dapat dibenarkan
penggunaannya menurut syara’. Benda itu adakalanya bergerak (dipindahkan) dan
adakalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), ada yang dapat dibagi-bagi, adakalanya
tidak dapat dibagi-bagi, ada harta yang ada perumpamaannya (mistli) dan tak ada
yang menyerupainya (qimi) dan yang lainlainnya. Penggunaan harta tersebut
dibolehkan sepanjang tidak dilarang syara’. Benda-benda seperti alkohol, babi, dan
barang terlarang lainnya haramn diperjualbelikan sehingga jual beli tersebut
dipandang batal dan jika dijadikan harga penukar, maka jual beli tersebut dianggap
fasid.
Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya
bukan mas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak
ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada di hadapan si pembeli
maupun tidak, barang yang sudah diketahui terlebih dahulu.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi tiga bentuk:
Selain pembelian di atas, jual beli juga ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang
jual beli yang dilarang juaga ada yang batal ada pula yang terlarang tetapi sah. Jual
beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
1. Barang yang hukumnya najis menurut agama, seperti anjing, babi, bangkai dll
2. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan
dengan betina agar dapat memperoleh keturunan.
3. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.
4. Jual beli dengan muhaqallah. Baqalah berarti tanah, sawah, dan kebun,
maksud muhaqallah di sini ialah menjual tanam-tanaman yang masih di ladang
atau di sawah.
5. Jual beli dengan mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang belum
pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang masih hijau.
6. Jual beli dengan muammassah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh.
7. Jual beli dengan munabadzah yaitu jual beli secara lempar-melempar, seperti
seseorang berkata, “lemparkan padaku apa yang ada padamu dan sebaliknya.
8. Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan buah
yang kering, seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah.
9. Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.
10. Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jaual beli ini hampir sama dengan
jual beli menentukan dua harga, hanya saja di sini di anggap sebagai syarat,
seperti seseorang berkata, “aku jual rumahku yang butut ini dengan syarat kamu
mau menjual mobilmu padaku”.
11. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan
terjadi penipuan.
12. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual. 13. Larangan
menjual makanan hingga dua kali ditakar.
2). Pernikahan
Allah menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk berkasih sayang dan untuk
mendapatkan ketentraman antara seorang laki-laki dan wanita.
Hukum Nikah