Anda di halaman 1dari 11

MUAMALAH

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD HABIBIE AL-FAYEED
(20210310100097)
Pengertian Muamalah
• Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial atau
hablum minanas. Dalam syariat Islam hubungan antar manusia
tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan kepada manusia mengenai
bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang penting
dan mendasar berupa larangan Allah dalam Al Quran atau larangan
Rasul-Nya yang didapatkan dalam As-Sunnah.
• Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu,
muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain,
hubungan kepentingan. Dari pengertian muamalah tersebut,
dipahami bahwa muamalah adalah segala peraturan yang
mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama
maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya,
dan antara manusia dengan alam sekitarnya
Ruang Lingkup Muamalah
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang
muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf meliputi :
• Ahkam al-ahwal al- syakhshiyyah ( Hukum Keluarga ), yaitu hukum –
hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan
anak. Ini dimaksudkan untuk memelihara dan membangun keluarga
sebagai unit terkecil.
• Al-ahkam al-maliyah ( Hukum Perdata ), yaitu hukum tentang
perbuatan usaha perorangan seperti jual beli (Al-Bai’ wal Ijarah),
pegadaian (rahn), perserikatan (syirkah), utang piutang (udayanah),
perjanjian (‘uqud). Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur orang
dalam kaitannya dengan kekayaan dan pemeliharaan hak-haknya.
• Al-ahkam al-jinaiyyah ( Hukum Pidana ), yaitu hukum yang bertalian
dengan tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk
memelihara ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya,
kehormatannnya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara
pelaku tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
• Al-hkam al-murafa’at ( Hukum Acara ), yaitu hukum yang berhubungan
dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-
yamin), hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna
merealisasikan keadilan antar manusia.
• Al-ahkam al-dusturiyyah ( Hukum Perundang-undangan ), yaitu hukum
yang berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi
hubungan hakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak
perorangandan kelompok.
• Al-ahkam al-duwaliyyah ( Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang
berkaitan dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan
antar negara. Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar
negara dalam masa damai, dan masa perang, serta membatasi hubungan
antar umat Islam dengan yang lain di dalam negara.
• Al-ahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah ( Hukum Ekonomi dan
Keuangan ), yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di
dalam harta orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan
maslah pembelanjaan negara. Dimaksudkan untuk mengatur hubungan
ekonomiantar orang kaya (agniya), dengan orang fakir miskin dan antara
hak-hak keuangan negara dengan perseorangan
• Dengan pertimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian
maju, masalah muamalah pun dapat disesuaikan sehingga mampu
mengakomodasi kemajuan tersebut. Karena sifatnya yang terbuka
tersebut, dalam bidang muamalah berlaku asas umum, yakni pada
dasarnya semua akad dan muamalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil
yang membatalkan dan melarangnya. Dari prinsip dasar ini dapat
dipahami bahwa semua perbuatan yang termasuk dalam kategori
muamalah boleh saja dilakukan selama tidak ada ketentuan
atau nash yang melarangnya. Oleh karena itu, kaidah-kaidah dalam
bidang muamalah dapat saja berubah seiring dengan perubahan zaman,
asal tidak bertentangan dengan Islam.
Kaidah Utama Muamalat Menurut DR. Yusuf Al-Qardhawi

• Hukum dasar muamalat adalah mubah (boleh) sehingga saat


meragukan sesuatu transaksi yang harus dicari adalah dasar
pelarangannya, jika tdk diharamkan maka transaksi tersebut
diperbolehkan.
• Segala sesuatu tergantung pada maksud/niat pelakunya
Misalnya ada orang yang mengatakan “mobil ini saya pinjamkan
kepadamu dengan ganti biaya operasional sebesar Rp 500.000 ke
Bandung” maka yang terjadi adalah transaksi sewa menyewa bukan
pinjam meminjam.
• Diharamkan memakan harta orang lain secara tidak benar contohnya,
diharamkan menerima zakat atau sedekah bagi orang yang
sesungguhnya mampu bekerja, meskipun ia sengaja berhenti bekerja
hingga jatuh miskin demi mengandalkan meminta-minta. Secara luas hal
ini diartikan menguasai harta org lain tanpa suatu kompensasi berupa
kerja, derma, atau waris melainkan dengan cara zhalim seperti pencurian,
kecurangan, riba, suap, penimbunan, jual beli sesuatu yang tidak boleh
diperjualbelikan, menyewakan barang yang tidak boleh disewakan.
Sehingga, jual beli barang yang sdh kadaluarsa, makanan yang tercemar
atau berbahaya bagi kesehatan juga termasuk dilarang.
• Tidak boleh merugikan diri sendiri maupun orang lain perbuatan
merugikan yang diharamkan tidak hanya yang dilakukan terhdap sesam
muslim saja namun juga tdk boleh dilakukan kepada non muslim (selama
nonmuslim tersebut hidup damai, tidak memerangi, tidak mengusir, tidak
membantu musuh).
• Memperingan dan Mempermudah bukan Memperberat dan
Mempersulit hal ini dilakukan dengan cara menerima rukhshah
(keringanan yang diperbolehkan), Memperhatikan hukum darurat, tidak
mudah mewajibkan ataupun mengharamkan, adanya ruang yang luas
untuk berbeda pendapat dan banyaknya sudut pandang mengenai
persoalan yang diperselisihkan (tetap harus mengandalkan dasar hukum
yang shahih).
• Memperhatikan Keterpaksaan dan Kebutuhan kondisi terpaksa
(darurat) untuk memperbolehkan hal yang diharamkan, sementara
kebutuhan yang berdasarkan pada masing-masing individu tidak bisa
menhalalkan yang haram. Hukum pengecualian yang berlandaskan
kedaruratan pun sifatnya hanya sementara, setelah lenyap kedaruratan
tersebut maka kebolehan itupun berakhir.
• Memperhatikan Tradisi dan Kebiasaan Masyarakat yang Tidak
Menyalahi Syariat contohnya adalah kebiasaan tertentu yang bersifat
umum dan berlaku secara luas di seluruh masyarakat dan diseluruh
daerah yang berlaku seperti, pembeli cukup membayarkan harga yang
tertulis di cap harga sebuah barang tanpa ijab kabul karena ini bisa
digolongkan sebagai al-mu’athat (serah terima tanpa ucapan apapun).

Anda mungkin juga menyukai