Anda di halaman 1dari 4

Nama : Krisnawati

Nim : A.2110797
Fakultas /Prodi : Pertanian/ Agroteknologi
Dosen pengampu : Rendi Ramdhani, M.Pd
Jawaban matakuliah Syariah islamiah
1. Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial atau hablum
minanas. Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya,
tetapi diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi
bagian-bagian yang penting dan mendasar berupa larangan Allah dalam Al
Quran atau larangan Rasul-Nya yang didapatkan dalam As-Sunnah. Muamalah
merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Islam
memberikan aturan-aturan yang global untuk memberikan kesempatan bagi
perkembangan hidup manusia yang seiring dengan berkembangnya zaman,
berbedanya tempat serta situasi. Persoalan muamalah merupakan persoalan yang
senantiasa aktual di tengah-tengah masyarakat. Karena ia berkembang sesuai
dengan perkembangan dan peradaban pengetahuan dan kebutuhan manusia itu
sendiri.
2. Ruang Lingkup Muamalah Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup
syariah dalam bidang muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33),
meliputi :
 Ahkam al-ahwal al- syakhshiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum –
hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak.
Ini dimaksudkan untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai
unit terkecil.
 Al-ahkam al-maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan
usaha perorangan seperti jual beli (Al-Bai’ wal Ijarah), pegadaian (rahn),
perserikatan (syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud).
Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan
kekayaan dan pemeliharaan hak-haknya.
 Al-ahkam al-jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian
dengan tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk
memelihara ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya,
kehormatannnya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara
pelaku tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
 Al-hkam al-murafa’at (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan
dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-
yamin), hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna
meralisasikan keadilan antar manusia.
 Al-ahkam al-dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu hukum
yang berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi
hubungan hakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak
perorangandan kelompok.
 Al-ahkam al-duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang
berkaitan dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan
antar negara. Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar
negara dalam masa damai, dan masa perang, serta membatasi hubungan
antar umat Islam dengan yang lain di dalam negara.
 Al-ahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah (Hukum Ekonomi dan
Keuangan), yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di
dalam harta orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan
maslah pembelanjaan negara. Dimaksudkan untuk mengatur hubungan
ekonomiantar orang kaya (agniya), dengan orang fakir miskin dan antara
hak-hak keuangan negara dengan perseorangan.
3. Jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela di antara pihak yang menerima benda-benda
dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan Syara’ dan disepakati.
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa al- Bai’, al- Tijarah dan al-
Mubadalah, sebagaimana Allah. SWT. Berfirman :
٩٢: ‫ير جو ن تجا ر ة له تبو ر )فا طر‬.)
Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan ) yang tidak akan rugi (Fatir : 29)
Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah Menukar
barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jualan melepaskan hak
milik dari satu yang lain atas dasar saling merelakan. hukum jual beli dalam
islam adalah sebagai berikut:
 Mubah ini adalah hukum asal
 Wajib, seperti wali menjual harta anak yatim karena terpaksa, atau qodi
menjual harta muflis (orang yang banyak utang dari pada hartanya.
 Haram, yaitu jual beli barang yang terlarang seperti tersebut diatas.
 Sunat, misalnya jual beli kepada sahabat atau famili yang dikasihi dan pada
orang yang sangat membutuhkan.
4. Jenis Jual Beli Dalam Islam
Jual beli dapat ditinju dalam beberapa segi. Ditinju dari segi hukumnya, jual beli
ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum,
dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli. Ditinjau dari segi benda yang
dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa
jual beli dibagi menjadi tiga bentuk, diantaranya
a) Jual beli yang kelihatan
Jual beli yang keliatan ialah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau
barang yang diperjual belikan ada di depan penjual dan pembeli. Seperti
membeli beras di pasar.
b) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji
Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam
(pesanan).
Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah jual beli yang tidak tunai
(kontan), salam pada awalnya meminjam barang atau sesuatu yang seimbang
dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-
barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah
ditetapkan ketika kad.
c) Jual beli yang tidak ada
Jual beli yang tida ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh
agama islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga
dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang
akibanya dabat menimbulkan kerugian salah satu pihak. Sementara itu,
merugikan dan menghancurkan harta benda seseorang tidak diperbolehkan,
seperti yang dijelaskan oleh Muhamad Syarbini Khatib bahwa penjualan bawang
merah dan wortel serta yang lainnya yang berada di dalam tanah adalah batal
sebab hal tersebut merupakan perbuatan ghoror.
Adapun pada pelaksanaannya jenis jual beli ada 2 yaitu jual beli tidak sah dan
jual beli sah tapi terlarang.
 Jual Beli Tidak Sah
a. Menjual belikan seperma jantan, tidak sah karena Rasulullah Saw yang
artinya “Dari jabir sesungguhnya Nabi Saw telah melarang menjual belikan
pejantan.” (HR. Muslim dan Nasa’i).
b. Menjual suatu barang yang baru dibeli sebelum diterimanya, karena dianggap
miliknya belum sempurna sebab barang itu masih dalam tanggungan sipenjual.
Rasulullah bersabda: “Tidak boleh menjual atau membeli sesuatu sehingga telah
diserah terimakan terlebih dahulu.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).
c. Menjual buah-buahan sebelum nyata pantas untuk dimakan dipetik atau
dengan kata lain jual beli dengan cara ijon hal ini didasarka kepada hadits
Rasulullah Saw yang artinya. “Dari IbnuUmar” Nabi Saw telah melarang
menjual buah-buahan sebelum buahnya tampak masak (pantas diambil).” (HR.
Bukhari Muslim).
 Jual Beli Sah Tapi Terlarang
a. Membeli barang dengan harga yang terlalu mahal dari pada harga pasar
b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiyar,
hal ini didasarkan kepada hadits Rasulullah Saw yang artinya. “Dari Abu
Hurairah Rasulullah Saw telah bersabda, janganlah diantara kamu menjual
sesuatu yang telah dibeli oleh orang lain.” (HR. Bukhari Muslim).
c. Mencegat barang sebelum sampai kepasar dan sebelum mereka tahu harga
pasar, hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah Dari Ibnu Abas, Rasulullah Saw
tlh bersabda “jangan kamu mencegat orang yang akan pergi kepasar dijalan
sblum
mereka samp dipasar.” (HR.Syaekhana)
d. Menyetok barang untuk ditahan dan dijual dengan harga mahal), sedangkan
masyarakat umum membutuhkan barang itu, hal ini didasarkan kepada hadits
Rasulullah Saw yang artinya “Tidak ada orang yang menahan barang kecuali
orang yang durhaka (salah).” (HR. Muslim)
e. Menjual barang yang berguna dan tahu barang itu dijadikan maksiat oleh
orang yang membelinya, ini didasarkan kepada (QS: 5:2)
f. Jual beli yang disertai tipuan (gharar), dan Rasulullah Saw menambahkan jika
ada orang yang melakukan jual beli dengan disertai penipuan maka itu bukan
umatku.
5. Khiyar Dalam Jual Beli
Khiyar artinya boleh memilih untuk melanjutkan atau mengurungkan jual beli,
dan dilihat dari macamnya khiyar ada tiga kata gori yaitu :
 Khiyar majelis, artinya sipembeli dan sipenjual , boleh memilih
melanjutkan atau mengurungkan jual beli selama dia ada ditempat jual
beli, hal ini didasarkan kepada hadits Rasulullah Saw yang artinya, ” Dua
orang yang berjual beli boleh memilih (akan meneruskan jual beli
mereka atau tidak) selama keduanya belum berpisah dari tempat akad.
(HR. Bukhari Muslim)
 Khiyar syarat artinya khiyar dijadikan syarat ketika akad oleh keduanya
atau oleh salah seorang misalnya: Ini barang saya dijual sekian dengan
syarat tiga hari lagi, atau satu minggu, atau satu bulan lagi dan
sebagainya.
 Khiyar aibi (cacat) artinya sipembeli boleh Mengembalikan barang yang
dibelinya jika cacat alasannya pernah Rasul menyuruh mengembalikan
budak kepada penjual, itu pengaduan Aisyah karena cacat (HR. Ahmad
Abu Daud dan Tirmizi).
Contoh khiyar ialah sebagai berikut :
a. Khiyar Syarat contohnya praktek jual beli salam dan istishna.
b. Khiyar Majlis contohnya barang yang sudah dibeli, tidak dapat
dikembalikan.
c. Khiyar 'Aibi contohnya pembeli berhak memutuskan untuk
mengembalikan barang yang telah dibelinya.

Anda mungkin juga menyukai