Anda di halaman 1dari 9

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur
hubungan seorang hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut dengan muamalah
ma’allah dan mengatur pula hubungan dengan sesamanya yang biasa disebut
dengan muamalah ma’annas. Nah, hubungan dengan sesama inilah yang
melahirkan suatu cabang ilmu dalam Islam yang dikenal dengan Fiqih muamalah.
Aspek kajiannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan muamalah atau
hubungan antara umat satu dengan umat yang lainnya. Mulai dari jual beli, sewa
menyewa, hutang piutang dan lain-lain.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti
melaksanakan suatu transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Si penjual
menjual barangnya, dan si pembeli membelinya dengan menukarkan barang itu
dengan sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.Jika zaman
dahulu transaksi ini dilakukan secara langsung dengan bertemunya kedua belah
pihak, maka pada zaman sekarang jual beli sudah tidak terbatas pada satu ruang
saja.Dengan kemajuan teknologi, dan maraknya penggunaan internet, kartu kredit,
ATM, dan lain-lain sehingga kedua belah pihak dapat bertransaksi dengan lancar.
Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur,
pertalian yang satu dengan yang lainpun menjadi lebih teguh. Akan tetapi sifat
loba dan tamak tetap ada pada manusia, suka mementingkan diri sendiri supaya
hak masing-masing jangan sampai tersia-sia, dan juga menjaga kemaslahatan
umum agar pertukaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur. Oleh sebab itu
agama memberi peraturan yang sebaik-baiknya; karena dengan teraturnya
muamalat, maka penghidupan manusia jadi terjamin pula dengan sebaik-baiknya
sehingga pembantahan dan dendam-mendendam tidak akan terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muamalah?
2. Apa saja macam – macam muamalah?
3. Apa saja hukum – hokum muamalah?
4. Apa Saja Jual Beli yang Sah Hukumnya, Tetapi Dilarang Agama?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan muamalah.
2. Untuk mengetahui macam-macam muamalah
3. Untukk mengetahui hukum-hukum muamalah
4. Untuk mengetahui Apa Saja Jual Beli yang Sah Hukumnya, Tetapi
Dilarang Agama ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Muamalah
Muamalah menurut bahasa berasaldari kata ‫عامل – يعامل‬
‫ – معاملة‬secara arti kata mengandung arti "saling berbuat" atau berbuat
secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti "hubungan antar orang dan
orang".
Mu'amalah secara etimologi sama dan semakna dengan "al-mufa'alah"
‫ المفاعلة‬yaitu saling berbuat, yang berarti hubungan kepentingan antara seseorang
dengan orang lain perlakuan atau tindakan terhadap orang lain.
Menurut fiqhi, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal
muamalah adalah jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa dan kerjasama
dagang.
a. Jual Beli
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan
cara yang tertentu (akad). Firman Allah SWT:

َ‫الَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ ال ِّربَا الَ يَقُوْ ُموْ نَإِالَّ َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذلِك‬
ٌ‫وا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا َوأَ َح َّل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا فَ َمن َجا َءهُ َموْ ِعظَة‬
ْ ُ‫بِأَنَّهُ ْم قَال‬
ُ
ِ َّ‫ِّمن َّربِّ ِه فَا ْنتَهَى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى هللاِ َو َم ْن عَا َد فَأوْ لَئِكَ أَصْ َحابُ الن‬
‫ار هُ ْم‬
َ‫فِ ْيهَا خَالِ ُدوْ ن‬
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (QS Al Baqarah (2) : 275).
b. Ariyah (Pinjam meminjam)
Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain
untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya agar dapat dikembalikan
zat barang itu. Dalam hal ariyah terdapat rukun dan hukumnya yaitu sebagai
berikut:
a) Rukun Ariyah
1. Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan
sekehendaknya, manfaat barang yang dipinjam dimiliki oleh yang
meminjamkan
2. Orang yang meminjam berhak menerima kebaikan
3. Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu
diambil manfaatnya zatnya tetap atau tidak rusak.
Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang
dipinjamnya hanya sekedar menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang
dipinjam hilang, atau rusak sebab pemakaian yang diizinkan, yang meminjam
tidak menggantinya. Tetapi jikalau sebab lain, dia wajib mengganti.
b) Hukum Ariyah
Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapi kadang
hukumnya wajib dan kadang-kadang juga haram. Hukumnya wajib contohnya
yaitu meminjamkan pisau untuk menyembelih hewan yang hampir mati. Dan
hukumnya haram contohnya sesuatu yang dipinjam untuk sesuatu yang haram.
c) Sewa Menyewa
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana penyewa
harus membayarkan atau memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau
barang yang dimiliki oleh pemili barang yang di pinjamkan. Hukum dari sewa
menyewa ini mubah atau diperbolehkan.
d) Kerjasama dagang atau bisnis
Dalam istilah syariah, kerja sama bisnis sering disebut sebagai syirkah,
syirkah termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan syarat dan rukun
tertentu. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il mâdhi),
yasyraku (fi’il mudhâri‘), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar);
artinya menjadi sekutu atau serikat. Menurut arti asli bahasa Arab (makna
etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa
sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun
menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih,
yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.

2. Macam-macam Jual Beli


Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sah dan tidak
terlarang, jual beli yang terlarang dan tidak sah, jual beli yang sah tetapi terlarang:
a. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang diizinkan oleh
agama artinya, jual beli yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
b. Jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitu jual beli yang tidak diizinkan oleh
agama, artinya jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya jual beli,
contohnya jual beli barang najis, Jual beli anak hewan yang masih berada
dalam perut induknya, jual beli yang ada unsur kecurangan dan jual beli
sperma hewan.
c. Jual beli yang sah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak membatalkan
akad dalam jual beli tapi dilarang dalam agama Islam karena menyakiti si
penjual, si pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakan pasaran dan
merusak ketentraman umum, contohnya membeli barang dengan harga mahal
yang tujuannya supaya orang lain tidak dapat membeli barang tersebut.
3. Hukum – Hukum Muamalah
Hukum asal dalam muamalah adalah mubah(diperbolehkan)Ulama
fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah adalah
diperbolehkan (mubah) kecuali terdapat nash yang melarangnya.‫االصل في المعا‬
‫تحريمها‬ ‫“ملةاالباحةاالانيدل•••دليلعلي‬hukum asal semua
bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada hal yang
mengharamkannya”

4. Apa Saja Jual Beli yang Sah Hukumnya, Tetapi Dilarang Agama
Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya
suatu sebab atau akibat dari perbuatan tersebut, yaitu :
a. Jual beli pada saat Khutbah dan shalat jum’at
Larangan melakukan kegiatan jual beli pada saat khutbah dan shalat
jum’at ini tentu bagi laki-laki muslim, karena pada waktu itu setiap muslim laki-
laki wajib melaksanakan shalat jum’at, Jual beli dengan cara menghadang di jalan
sebelum sampai ke pasar
Jual beli seperti ini, penjual tidak mengetahui harga pasar yang
sebenarnya, dengan tujuan barang akan dibeli dengan harga yang serendah-
rendahnya, selanjutnya akan dijual di pasar dengan harga setinggi-tingginya.
Rasulullah saw, bersabda : “janganlah kamu menghambat orang-orang yang akan
pasar” (H.R Bukhori dan Muslim).
b. Jual beli dengan niat menimbun barang
Jual beli ini tidak terpuji, oleh karena itu dilarang, karena pada saat orang
banyak membutuhkan justru ia menimbun dan akan dijual dengan harga setinggi-
tingginya pada saat barang-barang yang ia timbun langka.
c. Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan
Contoh jual beli mengurangi ukuran dan timbangan adalah apabila ia
bermaksud menipu, ia menjual minyak tanah dengan mengatakan satu liter
ternyata tidak ada satu liter, menjual beras 1 kg, ternyata setelah ditimbang hanya
8 ons dan sebagainya.
d. Jual beli dengan cara mengecoh
Jual beli ini termasuk menipu sehingga dilarang, misalnya penjual mangga
meletakkan mangga yang bagus-bagus diatas onggokan, sedangkan yang jelek-
jelek ditempatkan dibawah onggokan.
e. Jual beli barang yang masih di tawar orang lain
Apabila masih terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli
hendaknya penjual tidak menjual tidak menjual barang tersebut kepada orang lain
sebaliknya apabila seseorang akan membeli suatu barang maka hendaknya tidak
ikut membeli suatu barang yang sedang ditawar oleh orang lain, kecuali sudah
tidak ada kepastian dari orang tersebut atau sudah membatalkan jual belinya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu
diperbolehkan dalam Islam.Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia
dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara
mereka.Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan.Ada juga jual beli
yang dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah
disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan
itu semua telah dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari
kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya
terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi inti dari
rukun dan syaratnya hampir sama.

B. Saran
Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia,
namun pada zaman sekarang manusia tidak menghiraukan hukum islam. Oleh
karena itu, sering terjadi penipuan dimana-mana. Untuk menjaga perdamaian dan
ketertiban sebaiknya kita berhati-hati dalam bertransaksi dan alangkah baiknya
menerapkan hukum islam dalam interaksinya.
Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan jual beli
dan mengharamkan riba. Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan sampai kita
melakukun riba. Karena sesungguhnya riba dapat merugikan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Syafe'i, Rachmat. 2006. Fiqih Muamalah. Bandung : Cv. Pustaka setia.

Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqh Islam, Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.

Syafe’i, Nurdin. 2016. Buku Siswa Fiqih Madrasah Tsanawiyah Kelas IX.

Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia.

Zuhdi, Masjfuk. 1997. Masail Fiqhiyah, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

S Shobirin. (2016). “Jual Beli dalam Pandangan Islam”. [online]. Tersedia :

journal.stainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/download/1494/1372.

Anda mungkin juga menyukai