Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, OBJEK KAJIAN, KEGUNAAN DAN

KEDUDUKAN AKAD MUAMALAH KLASIK

MAKALAH
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Akad Muamalah Klasik
Dosen Pengampu : Shofiyulloh, M.H.I

Disusun Oleh :
1. ARI YUSRI RIZALDI (1917201085)
2. FIRA NISA KHUMAIRO (1917201137)
3. INTANIA DEA RAMADHANI (1917201112)
4. LUTFIAH FATMAWATI (1917201133)
5. MELINDA TIARA AZHARI (1917201135)
6. YULI HANA PUJI U. (1917201141)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN 2020

0
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam kehidupan
manusia, seperti halnya dalam dunia ekonomi. Dalam ekonomi berusaha
mengusung nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah dan syariah di dalamnya.
Islam selalu merespon dengan baik semua kemaslahatan masyarakat dengan
membolehkan semua kegiatan ekonomi yang dianggap dapat merelisasikan
kebutuhan mereka yang diakui oleh syari’at serta berdiri di atas konsep
kebenaran, keadilan, dan keseimbangan dalam hubungan pertukangan secara
timbal balik. Respon ini dapat dilihat secara jelas dalam dasar-dasar
pengambilan hukum (istimbat), sumber-sumber ijtihad dan dalam proses
ijtihad itu sendiri yang dilakukan oleh para mujtahid dalam sebuah koridor
yang disebut fiqih, yaitu proses penyimpulan hukum peristiwa dan masalah
amaliah dari dalil-dalil yang rinci.
Muamalah sendiri sering diartikan sebagai suatu aturan atau hukum
Allah untuk mengatur manusia yang berkaitan dengan urusan duniawi dalam
pergaulan sosial, sehingga setiap orang tidak dapat lepas dari orang lain untuk
mencukupi kebutuhannya.Sehingga salah satu cara untuk meningkatkan taraf
hidup manusia adalah dengan cara transaksi jual beli. Sejak dahulu, transaksi
jual beli sudah dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhan
hidupnya.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan Akad Muamalah Klasik?
b. Apa ruang lingkup dari Akad Muamalah Klasik?
c. Apa objek kajian dari Akad Muamalah Klasik?
d. Bagaimana kegunaan dan kedudukan Akad Muamalah Klasik?

1
3. TUJUAN
a. Mengetahui yang dimaksud pengertian Akad Muamalah Klasik
b. Mengetahui ruang lingkup dari Akad Muamalah Klasik
c. Mengetahui objek kajian dari Akad Muamalah Klasik
d. Mengetahui kegunaan dan kedudukan Akad Muamalah Klasik

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Akad
Pengertian akad berasal dari bahasa Arab, al-aqd yang berarti perikatan,
perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Kata ini juga bisa di artikan tali
yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad.
Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad di artikan dengan hubungan (ُ‫)الربْط‬
ّ dan
(‫)االتفق‬.
Kesepakatan Secara istilah fiqih, akad di definisikan dengan “pertalian
ijab (pernyataan penerimaan ikatan) daa kabul (pernyataan penerimaan
ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek
perikatan.

Hasbi Ash-Shiddieqy mengutip definisi yang di kemukakan oleh Al-


Sanhury, akad ialah “perikatan ijab qabul yang di benarkan syara ‟yang
menetapkan kerelaan kedua belah pihak”. Adapula yang mendefinisikan ,
akad ialah “ikatan, pengokohan dan penegasan dari satu pihak atau kedua
belah pihak”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa akad adalah


“pertalian ijab (ungkapan tawaran di satu pihak yang mengadakan kontrak)
dengan qabul (ungkapan penerimaan oleh pihak pihak lain) yang
memberikan pengaruh pada suatu kontrak.

Dasar hukum di lakukannya akad dalam Al-Qur‟an adalah surah Al-


Maidah ayat 1 yang artinya sebagai berikut :

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan


bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

3
mengerjakan haji.Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya”. (Q.S Al-Maidah : 1)

Berdasarkan ayat tersebut dapat di pahami bahwa melakukan isi


perjanjian atau akad itu hukumnya wajib.1
b. Muamalah
Kata muamalat berasal dari kata “ngaamala” yang berarti hubungan
antara orang dan orang.
Muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum) Allah
untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam
pergaulan sosial.
c. Fikih Muamalah
Fikih muamalah sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah al-Sattar
Fathullah Sa’id yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu “hukum-hukum
yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan-persoalan
keduniaan, misalnya dalam persoalan jual-beli, utang-piutang, kerja sama
dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan tanah, dan sewa-
menyewa”.2

2. Ruang Lingkup Akad Muamalah Klasik


Sesuai dengan pembagian muamalah, maka ruang lingup fikih
muamalah juga dibagi menjadi dua:
a. Ruang Lingkup Mu’amalah Adabiyah
Ruang lingkup mu’amalah yang bersifat adabiyah adalah ijab dan qabul,
saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan
kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan

1
https://Raden.intan.repository.ac.idBABII landasan teori akad dalam hukum islam 1. (diakses pada 2
februari 2020 pukul 05.30)
2
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat, (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2012), hlm.3 & 4

4
segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang terkait dengan
pendistribusian harta dalam hidup bermasyarakat.
b. Ruang Lingkup Muamalah Madiah
Adapun yang termasuk ruang lingkup pembahasan madiah ialah masalah
jual beli (al-bai`wa al-tijarah), gadai(al-rahn), jaminan dan tanggungan
(kafalah dhaman), perseroan atau perkongsian (al-syirkah), perseroan
harta dan tenaga (al-mudharabah), sewa menyewa (al-ijarah), pemberian
hak guna pakai (al-a’alariah), barang titipan (al-wadhi’al wadhiah), barang
temuan (al-luqhatah),garapan tanah (muzara’ah), sewa menyewa tanah (
al-mukhabarah), upah (ujrah al amal),gugatan (syuf,ah) sayembara ( al-
ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah),pwmbwrian ( al-
hibbah),pembebasan (al-ibro), damai (as-shulqu, dan ditambah dengan
permasalaah kontemproper(al-mu’ashirah) seperti maslaah bung bank
asuransi, kredit,dan lain lain.
Namun ada juga yang membagi ruang lingkup muamalah dalam tiga
bagian yang meliputi pembahasan tentang al-mal ( harta), Al-huquq (hak-
hak kebendaan) dan al-‘aqad (hukum perikatan). 3

3. Objek Kajian Akad Muamalah Klasik


Objek kajian muamalah klasik hanya terbatas pada urusan-urusan yang
menyangkut hubungan perdata kebendaan, yaitu:
a. Hak dan pendukungnya
b. Benda dan milik atas benda
c. Perikatan hukumnya (akad)4

3
Qomarul Huda,Fiqih muamalah (Yogyakarta: teras, 2011), hlm. 7.
4
https://diajarekonomisyariah.blogspot.com/2017/02/peran-fiqh-muamalah-klasik-dalam-
bisnis.html?m=1

5
Dalam hal ini, objek kajian atau ruang lingkup fikih muamalah secara garis
besar meliputi pembahasan tentang harta (al-mal), hak-hak kebendaan (al-
huquq), dan hukum perikatan (al-‘aqd).

1. Hukum harta terdiri dari; Pertama, konsep harta (al-mal) yang meliputi
pembahasan tentang pengertian harta, unsur-unsur dan pembagian jenis-
jenis harta. Kedua, konsep hak (al-huquq), meliputi pembahasan tentang
pengertian hak, sumber hak, perlindungan dan pembatasan hak, dan
pembagian jenis-jenis hak. Ketiga, konsep tentang hak milik (al-
milkiyah), meliputi pembahasan tentang pengertian hak milik, sumber-
sumber pemilikan, dan pembagian macam-macam hak milik.
2. Konsep Umum Akad, mambahas tentang pengertian akad dan tasharruf
(transaksi), unsur-unsur akad dan syariat masing-masing unsur, dan
macam-macam akad.
3. Aneka Macam Akad Khusus membahas tentang berbagai macam
transaksi muamalah seperti berikut: jual beli (al-bai’ at tijarah), gadai
(rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman), pemindahan
hutang (hiwalah), perkongsian(asy-syirkah) dan lain sebagainya

Hak dan kewajiban dua orang yang melakukan transaksi diatur sedemikian
rupa dalam fikih mumalat, agar setiap hak sampai kepada pemiliknya dan
tidak ada orang yang mengambil sesuatu yang bukan haknya. Dengan
demikian, hubungan antara manusia dengan yang satu dengan yang lainnya
terjalin dengan baik dan harmonis, karena tidak ada pihak-pihak yang
mrugikan dan dirugikan.5

5
https://maharah.or.id/objek-kajian-fikih-muamalah/

6
4. Kegunaan dan Kedudukan Akad Muamalah Klasik
a. Kedudukan dan fungsi akad adalah sebagai alat yang paling utama
dalam sah atau tidaknya muamalah dan menjadi tujuan akhir dari
muamalah.
b. Tidak sah akad yang disertai dengan syarat.
c. Akad yang dapat dipengaruhi harga adalah akad-akad yang
mengandung unsur pertukaran seperti jual beli atau sewa.
d. Cacat yang karenanya barang dagang bisa dikembalikan adalah cacat
yang bisa mengurangi harga/nilai barang dagangan, dan turunnya harga
karena perbedaan harga bukanlah termasuk cacat dalam jual beli.
e. Akad yang tidak dimaksudkan untuk pertukaran seperti hibah tanpa
imbalan dan sedekah tak ada sedikitpun pengaruh harga didalamnya.
f. Akad akan rusak/batal sebab mati atau gilanya aqid kecuali dalam aqad
pernikahan.
g. Dalam hal pernikahan jika ada cacat dalam mahar maka boleh
dikembalikan dan akadnya tetap sah dengan konsekuensi harus diganti.6
h. Islam memberikan aturan-aturan yang longgar dalam bidang muamalah,
karena bidang tersebut amat dinamis, mengalami perkembangan.
i. Meskipun demikian, islam memberikan ketentuan agar perkembangan
di bidang muamalah tersebut tidak menimbulkan kemadaran atau
kerugian salah satu pihak.
j. Meskipun di bidang muamalah berkaitan dengan kehidupan duniawi,
namun dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dengan ukhrawi,
sehingga dalam ketentuanya mengandung aspek halal, haram,sah, rusak
dan batal.7

6
https://rangkumaninfoumum.blogspot.com/2017/06/resume-fiqh-muamalah-akad.html?m=1. Akad
muamalah
(Diakses pada, 5 februari 2020 pukul 14.57)
7
http://madrifa-jogja.blogspot.com/2010/03/fiqh-muamalah.html?m=1

7
KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memerlukan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan, mengembangkan dan mengoptimalkan potensi
dirinya, sehingga berhubungan dan bekerjasama dengan manusia lain
merupakan fitrah, kecenderungan yang ada dalam diri manusia.
Contohnya dalam suatu perikatan atau perjanjian berkaitan dengan
tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan, misalnya dalam
persoalan jual-beli, utang-piutang, kerja sama dagang, perserikatan, kerja
sama dalam penggarapan tanah, sewa-menyewa atau yang lainnya yang
benar sesuai tuntunan agama.

Anda mungkin juga menyukai