Anda di halaman 1dari 26

USULAN PENELITIAN

PROJECT TEKNIK FORMULASI DAN PRODUKSI


BIOFARMING

PENGARUH PEMBERIAN INOKULUM Rhizobacteria


RUMPUT TEKI TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN
TANAMAN PADI DI TANAH REGOSOL

Diajukan oleh Golongan B2 Rhizobacteri

Khoiriyyatul Mar’ah (20170210094)


Dedy Yahya (20170210101)
Fetty Nur Cahyati Wulandari (20170210105)
Azmi Wizdan Fauzan (20170210113)
Jefri Yudha Saputra (20170210116)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PEMBERIAN INOKULUM Rhizobacteria RUMPUT TEKI
TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN TANAMAN PADI DI TANAH
REGOSOL

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal Project TFPB Fakultas Pertanian


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul PENGARUH
PEMBERIAN INOKULUM Rhizobacteria RUMPUT TEKI TERHADAP
CEKAMAN KEKERINGAN TANAMAN PADI DI TANAH REGOSOL
yang disusun oleh:

Ketua : Jefri Yudha Saputra 20170210116


Anggota :
1. Khoiriyyatul Mar’ah 20170210094
2. Dedy Yahya 20170210101
3. Fetty Nur Cahyati Wulandari 20170210105
4. Azmi Wizdan Fauzan 20170210113

Telah disetujui dan dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2019

Yogyakarta, 20 Maret 2019

Menyetujui,
Asisten

(Irham Luthfi, S.P.)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)...................................................................3
B. Cekaman Kekeringan terhadap Tanaman Padi.............................................5
C. Rhizobacteri..................................................................................................6
D. Asosiasi Rhizobacteri pada Tanaman............................................................7
E. Hipotesis........................................................................................................8
III. TATA CARA PENELITIAN.........................................................................9
A. Waktu dan tempat penelitian.........................................................................9
B. Bahan dan Alat Penelitian.............................................................................9
C. Metode Penelitian.........................................................................................9
D. Cara Penelitian..............................................................................................9
E. Parameter Pengamatan................................................................................13
F. Analisis Data...............................................................................................15
G. Jadwal Kegiatan..........................................................................................16
IV. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
LAMPIRAN
1. Layout Penelitian....................................................................................19
2. Perhitungan Pupuk.................................................................................20
3. Perhitungan Pembuatan Media..............................................................21
4. Kebutuhan Benih Padi ...........................................................................22
5. Daftar Alat dan Bahan ...........................................................................23

iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi beras penduduk Indonesia yang mencapai 136 kg/kapita/tahun
dimana jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia 60 kg/kapita/tahun
mengharuskan Indonesia untuk dapat meningkatkan produksi pangan setiap
tahunnya. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik telah mengeluarkan data
terbaru produksi beras sepanjang tahun 2018 sebesar 32,4 juta ton. Angka ini
masih 31% dibawah target produksi Kementrian Pertanian sebesar 48 juta ton
hingga akhir tahun. Pada tahun 2000-2010, peningkatan jumah penduduk yang
mencapai 1,49% menyebabkan peningkatan kebutuhan area pemukiman (BPS,
2012). Menurut dirjen pengelolaan lahan dan air (2005) setiap tahunnya sekitar
187.720 hektar sawah beralih fungsi ke penggunaan lain terutama di Pulau Jawa.
Hal ini merupakan salah satu ancaman serius bagi kelanjutan ketahanan pangan
nasional. Disamping itu, perubahan iklim global berdampak terhadap perubahan
pola hujan dan iklim ekstrim (banjir dan kekeringan).
Meningkatkan produksi beras merupakan cara untuk menjaga ketahanan
pangan nasional dalam menghadapi peningkatan populasi penduduk dan
perubahan iklim yang tidak menentu. Perubahan iklim mempunyai pengaruh
signifikan pada budidaya tanaman padi, karena budidaya tanaman padi
mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap unsur iklim terutama curah hujan
dan temperatur. Dalam beberapa tahun terakhir ini pergeseran musim hujan
menyebabkan bergesernya musim tanam dan panen komoditi pangan termasuk
padi. Pada kondisi cuaca seperti banjir dan kekeringan dapat menyebabkan gagal
tanam dan gagal panen.
Salah satu masalah yang timbul dalam sektor pertanian adalah kekeringan
pada lahan marjinal. Kekeringan mengakibatkan unsur hara tidak dapat terserap
dengan baik oleh tanaman, sehingga tanaman mengalami stres dan lama kelamaan
akan mati. Tanaman padi sangat sensitif terhadap suhu tinggi selama tahap kritis
seperti berbunga dan perkembangan benih. Perubahan suhu dan kelembaban udara
juga mempengaruhi produksi pertanian. Para ahli iklim berpendapat bahwa variasi
iklim tidak beraturan itu sangat berkaitan dengan kejadian iklim ekstrim yakni
ENSO (El Nino Southern Oscillation).

1
2

Salah satu cara mengurangi dampak kekeringan pada tanaman adalah


penggunaan Rhizobacteri. Hal ini dikarenakan Rhizobacteri memiliki kemampuan
dapat membantu pertumbuhan tanaman dan Rhizobacteri juga memiliki
kemampuan yang sangat penting yaitu kemampuan menghasilkan senyawa
osmoprotektan. Senyawa tersebut dapat mengontrol ketimbangan air diantara
sitoplasma dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mencegah kekurangan
air pada sel Rhizobacteri itu sendiri. Hal ini menandakan Rhizobacteri
osmotoleran mampu beradaptasi dengan kondisi kekeringan dengan cara membuat
tekanan sel tubuhnya menjadi rendah dari lingkungan sekitar. Hal tersebut akan
menyebabkan air mendekati sel tubuh Rhizobacteri osmotoleran, sehingga air
akan berada di sekitar perakaran tanaman sehingga akar tanaman akan lebih
mudah memperoleh air. Kemampuan Rhizobacteri tersebut dapat membantu
pertumbuhan tanaman dalam cekaman kekeringan.
Oleh karena itu, perlu adanya penambahan Rhizobakteri untuk membuat
padi tahan terhadap cekaman kekeringan. Rhizobakteri memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai pupuk hayati, khususnya pada tanaman padi di lahan yang
mengalami keterbatasan air.
Berbagai formulasi cair Rhizobakteri osmotoleran dan metode aplikasi
benih saling berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi dalam cekaman
kekeringan. Rhizobacteri ini tahan terhadap cekaman dan dapat bertahan hingga
penyiraman 6 hari sekali. (Astuti dkk, 2015)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian inokulum Rhizobakteri dari rumput teki agar


tanaman padi tahan terhadap cekaman kekeringan di tanah regosol?

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh pemberian inokulum Rhizobakteri dari rumput teki agar
tanaman padi tahan terhadap cekaman kekeringan di tanah regosol.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Padi (Oryza sativa)
Tanaman Padi adalah termasuk jenis tanaman rumput-rumputan. Menurut
Purwono dan Purnamawati (2007), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae Genus Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah beriklim panas yang lembab,
memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan dengan distribusi selama 4
bulan, sedangkan pertahun sekitar 1.500-2.000 mm. Suhu yang panas berpengaruh
terhadap kehampaan pada biji, dan temperature yang sesuai bagi tanaman padi
yaitu pada suhu 230 C. tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh
tanpa naungan (Bappenas.2000).
Pertumbuhan padi dibagi ke dalam tiga fase yaitu vegetatif, generatif dan
pematangan (Hanum, 2008). Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan jumlah
anakan, tinggi tanaman, berat, dan luas daun. Sistem perakaran terdiri dari akar
primer dan beberapa akar sekunder, termasuk akar lateral dan akar adventitious.
Munculnya daun yang menembus keluar melalui kleoptil terjadi pada hai ke-2 dan
ke-3 setelah benih di sebar di persemaian. Benih terus berkecambah menjadi bibit
hingga hampir keluar anakan pertama. Selama pertumbuhan tanaman muda akan
terbentuk akar seminal dan lima daun dan tunas akan terus tumbuh hingga dua
daun akan terbentuk, kemudian akan tumbuh akar sekunder membentuk perakaan
serabut permanen yang menggantikan radikula dan akar seminal sementara.
Pembentukan anakan berlangsung sejak munculnya anakan pertama hingga
pembentukan anakan maksimum pada hari ke-30 setelah tanaman dipindah dari
persemaian. Tanaman akan memanjang dan aktif membentuk anakan hingga
memasuki pemanjangan batang (Makarin dan Suhartatik, 2009).

3
4

Tahap pemeliharaan padi terdiri dari penyiangan, pengairan, pemupukan dan


pengendalian hama. Penyiangan adalah mengendalikan gulma yang tumbuh untuk
mengurangi tingkat komposisi dengan padi. Pengairan yaitu memenuhi kebutuhan
air padi, jika kekurangan dapat dilakukan irigasi, jika kelebihan dapat dilakukan
drainase, cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah
diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada
penambahan air. Pada hari ke empat lahan sawah di airi kembali dengan genangan
3 cm. cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal. Mulai fase
pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sejak
10-15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah di keringkan. Pemupukan yaitu
pemberian unsur hara baik makro maupun mikro untuk memenuhi hara tanaman
padi. Pemupukan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Berdasarkan pustaka yang didapatkan pemberian
dosis pupuk pada tanaman padi per-hektar yaitu, Urea = 250 kg/ha, SP-36 = 150
kg/ha, KCl = 150 kg/ha, dan Pupuk kandang = 25.000 kg/ha. Sedangkan
pengendalian hama dilakukan dengan cara pemberian pestisida. Beberapa hama
yang sering muncul di tanaman padi adalah sebagai berikut:
1) Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti
terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Gejala
serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan menghisap
cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning dan
mengering. Pengendalian dianjurkan menggukana insektisida sistemik Winder
100EC (0,25-0,5 ml/L), Winder 25WP (0,125-0,5 g/L), WinGran 0,5GR
ditaburkan merata.
2) Wereng hijau (Niphotettix virescens)
Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro yang
menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumnuhan padi yang rentan serangan
wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan
maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam. Gejala kerusakan yang
ditimbulkan adalah tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi
kuning sampai kuning oranye. Pencegahan dan pengendalian dianjurkan
5

menggunakan insektisida sistemik Winder 100EC (0,25-0,5 ml/L), Winder 25WP


(0,125-0,5 g/L), WinGran 0,5GR ditaburkan merata.
3) Walang sangit (Leptocorixa acuta)
Walang sangit merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak
susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah
warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap
cairan bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit
adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu.
Pengendalian dianjurkan dilakukan pada saat gabah masak susu pada umur 70-80
hari setelah tanam dengan disemprot insektisida Greta 500EC (1-2 ml/L).

B. Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi


Kekeringan merupakan cekaman lingkungan yang menyebabkan tanaman
kekurangan air, sehingga berakibat terganggunya proses-proses fisiologis tanaman
yang dapat ditunjukan dengan berkurangnya organ-organ tanaman dan selanjutnya
berpengaruh terhadap hasil. Tanaman mengalami cekaman kekeringan bila terjadi
kekurangan air, baik di dalam tanaman maupun di dalam tanah. Tanaman dapat
menghindari kekeringan dengan mempertahankan serapan air, mekanisme ini
ditunjang oleh sistem perakaran yang mampu menyerap air tanah lebih banyak.
Tanaman yang toleran terhadap kondisi cekaman kekeringan akan menunjukkan
respon morfologis dan fisiologis yang berbeda dibandingkan dengan tanaman
yang peka (Santos, 2009).
Padi merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap cekaman
kekeringan (Sulistyo dkk., 2012). Menurut Farooq et al (2010), mekanisme
pertahanan tanaman padi terhadap kekeringan dilakukan dengan cara menutup
stomata untuk mengurangi transpirasi. Cekaman kekeringan akan menurunkan
jumlah daun, luas daun, bobot kering tanaman, jumlah anakan, tinggi tanaman dan
transpirasi. Tanda awal dari pengaruh kekeringan ialah menggulungnya daun yang
diakibatkan oleh hilangnya turgor pada daun, kemudian terjadi penutupan stomata
dan pengurangan perkembangan sel. Dengan demkian akan mengurangi luas
permukaan daun dan laju fotosintesis tiap satuan luas daun. Tanaman padi yang
mengalami cekaman air pada fase-fase pembungaan dan pengisian biji
menyebabkan berkurangnya komponen-komponen hasil. Pengaruh cekaman air
6

pada masa pembungaan dan pengisian biji akan mempengaruhi banyak gabah
yang hampa akibat kekurangan air.

C. Rhizobacteri
Rhizobacteri Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT) atau populer disebut
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah kelompok bakteri
menguntungkan yang agresif ‘menduduki’ (mengkolonisasi) rizosfir (lapisan
tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran). Aktivitas RPTT memberi
keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya
menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur
hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai
fitohormon pemacu tumbuh. Sedangkan pengaruh tidak langsung berkaitkan
dengan kemampuan RPTT menekan aktivitas patogen dengan cara menghasilkan
berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik dan siderophore (Kloepper et
al, 1991).
Berbagai jenis bakteri telah diidentifikasi sebagai RPTT. Sebagian besar
berasal dari kelompok gram-negatif dengan jumlah strain paling banyak dari
genus Pseudomonas dan beberapa dari genus Serratia (Kloepper, 1993). Selain
kedua genus tersebut, dilaporkan antara lain dari genus Azotobacter, Azospirillum,
Acetobacter, Burkholderia dan Bacillus (Glick, 1995). Meskipun sebagian besar
Bacillus (gram-positif) tidak tergolong pengkoloni akar, beberapa strain tertentu
dari genus ini ada yang mampu melakukannya, sehingga bisa digolongkan sebagai
RPTT.
Secara umum, fungsi RPTT dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
dibagi dalam tiga kategori, yaitu: sebagai pemacu/perangsang pertumbuhan
(biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat
pengatur tumbuh (fitohormon) seperti Asam Indol Asetat (AIA), Giberellin,
Sitokinin, dan Etilen dalam lingkungan akar. Sebagai penyedia hara
(biofertilizers) dengan menambat N2 dari udara secara asimbiosis dan melarutkan
hara P yang terikat di dalam tanah. Sebagai pengendali patogen berasal dari tanah
(bioprotectants) dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti
7

patogen seperti siderophore, Glukanase, Kitinase, Antibiotik, dan Sianida


(Kloepper, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Agung Astuti dkk
(2015), menggunakan berbagai formula cair inokulum Rhizobakteri yaitu: Media
Ekstrak Tanah (MET), air kelapa 50%+air rendaman kedelai 50%, limbah tahu
42%+kentang 6%+ekstrak taoge 42% dan media Luria Bertani Cair (LBC)
sebagai kontrol. Lalu diaplikasikan pada benih dan bibit padi IR64 dengan
frekuensi penyiraman 6 hari sekali untuk menguji ketahanan terhadap cekaman
kekeringan. Setelah diaplikasikan, pada minggu ke-7 terlihat bahwa terdapat
pengaruh antara macam formulasi cair dengan metode aplikasinya. Ternyata
berpengaruh pada tinggi tanaman padi dalam cekaman kekeringan, Rhizobacteri
tahan terhadap cekaman osmotik > 2,75 M NaCL, sehingga mampu bertahan
hingga penyiraman 6 hari sekali.

D. Asosiasi Rhizobacteri pada Tanaman


Rhizobacteri adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosfer) dan
berperan penting bagi pertumbuhan tanaman. Rhizobacteri dapat memacu
pertumbuhan tanaman atau PGPR (Plant Growth-Promotting Rhizobacteria)
dengan memproduksi hormon tumbuh (IAA), sehingga dapat membantu tanaman
dalam pertumbuhan dan produksinya (Sri dkk., 2015b). Rhizobacteri merupakan
asosiasi bakteri yang bisa hidup pada perakaran tanah dan menghasilkan ZPT atau
senyawa osmotoleran sehingga tahan terhadap cekaman kekeringan, Rhizobacteri
mampu mensintesis senyawa organik dalam sitoplasma sebagai osmoregulator
pada saat terjadi cekaman osmotik. Osmoprotektan berfungsi menjaga agar
potensial osmotik sel selalu lebih tinggi daripada lingkungan, akibatnya akan
terbentuk gradien konsentrasi antara sel dengan lingkungan sehingga air tetap
mengalir dari lingkungan sel. Selain itu Rhizobacteri berfungsi dalam
menghasilkan ZPT sehingga tanaman tumbuh subur, serta dapat menghasilkan
fitoaleksin sehingga tanaman tahan terhadap penyakit. Isolat Rhizobacteri
osmotoleran A1-19 mampu menghasilkan IAA sehingga secara signifikan telah
meningkatkan proliferasi akar, selain mampu mendukung pertumbuhan tanaman
pada keadaan cekaman kekeringan (Gatot, 2002). Rhizobacteri merupakan bakteri
yang hidup di rhizosfer akar dan mampu menghasilkan ZPT atau senyawa
8

osmotoleran sehingga tahan terhadap cekaman kekeringan. Tanaman Padi Merah


yang diinokulasi Rhizobacteri menunjukkan hasil yang lebih baik dari segi
pertumbuhan dan produksi daripada tanaman yang tidak diinokulasi (Sri dkk.,
2015b). Pemberian Rhizobacteri tahan cekaman kekeringan dapat memberikan
pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan pertanaman,
luas daun, bobot basah dan kering tajuk, bobot basah dan kering akar. (Samidjo
dkk, 2002).

E. Hipotesis
Diduga pemberian inokulum cair Rhizobacteri rhizosfer akar rumput teki
dengan aplikasi penyiraman 6 hari sekali memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi pada kondisi cekaman kekeringan.
9

III. TATA CARA PENELITIAN


A. Rencana Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai bulan Juni
2018. Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi dan Green
House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan penelitian yang digunakan meliputi Isolat Rhizobakteri rhizosfer
akar Rumput Teki, Pupuk Organik Cair (POC), Beef Ekstrak, Tanah Regosol,
Kompos, Bibit Padi IR64, NPK, NA, NC dan Aquadest Steril.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah : Tabung reaksi, Petridish,
Gelas Ukur, Beaker glass, Desinfektan, Erlenmeyer, Mikropipet, Timbangan
Analitik, Jarum Ose, Drigalsky, Pinset, Pipet Ukur, Stopwatch, Shaker, Autoklaf,
Mikroskop, Lampu Bunsen, pH Stik, Label, Spidol, Polybag ukuran 3 kg.

C. Metode Percobaan
Pada penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode
dengan 3 perlakuan yang diberikan, yaitu sebagai berikut :
A. Penyiraman 3 hari sekali
B. Penyiraman 6 hari sekali
C. Penyiraman 9 hari sekali

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga


diperoleh 9 unit percobaan. Setiap unit perlakuan terdapat 3 tanaman sehingga
terdapat 27 tanaman.

D. Cara Penelitian
Tahap 1: Pembuatan Inokulum Cair Rhizobacteri
1. Sterilisasi Alat
Peralatan Glassware yang akan digunakan dicuci bersih kemudian
sterilkan dengan menggunakan autoklaf 121℃ dengan tekanan 1 atm selama 30
menit.

2. Pembuatan Media NC dan NA Agar


10

Pembuatan media NC dan NA Agar menggunakan bahan Pepton, Beef


Ekstrak, Trypton, NaCl dan Agar yang sebelumnya sudah ditimbang. Setelah
bahan ditimbang, bahan dilarutkan dengan aquadest masing-masing 30 ml media
NC, 60 ml media NA, 20 ml media Agar, dan dipanaskan dalan penangas air
untuk mempercepat kelarutan dilakukan dengan larutan diaduk sampai homogen.
Setelah larutan homogen, larutan tersebut diukur pH nya dengan pH stik dengan
pH mencapai 7,2 untuk media NA, NC dan Agar. Masukkan larutan tersebut pada
media pada wadah erlenmeyer dan tabung reaksi. Setelah itu, sterilkan media
dengan autoklaf pada temperatur 121℃ dengan tekanan 1 atm selama 15 menit.
3. Peremajaan Rhizobacteri
Peremajaan bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang aktif agar bakteri
yang akan digunakan ini optimal dalam berproduksi. Peremajaan ini
menggunakan media yang sama yakni, NA. Peremajaan dilakukan dengan cara
menginokulasi isolat stok NA miring Rhizobacteri pada media LB miring yang
baru selama 48 jam dengan 2 kali ulangan.
4. Perbanyakan Rhizobacteri
Perbanyakan inokulum Rhizobacteri dilakukan dengan cara mengambil
satu ose isolat hasil identifikasi. Isolat diinokulasikan pada media Nutrient Cair
(NC) 30 ml kemudian diinkubasi selama 48 jam.
5. Pembuatan Starter Cair
Pembuatan starter cair Rhizobacteri dilakukan dengan cara mengambil
10% dari hasil perbanyakan (tabung reaksi) yaitu 3 ml dan dimasukkan ke dalam
30 ml NC di erlenmayer kemudian dishaker selama 48 jam.
6. Formulasi Inokulum Cair
Pembuatan formulasi inokulum cair Rhizobacteri menggunakan carrier
yaitu POC, hasil shaker dari starter cair diambil 10% dari media erlenmeyer 30 ml
dipindahkan ke media POC 250 ml. Setelah itu media alternatif POC diinkubasi
selama 48 jam.
7. Perhitungan Jumlah Bakteri Rhizobacteri
Perhitungan Jumlah Bakteri Rhizobacteri dilakukan dengan metode Total
Plate Count (TPC). TPC dilakukan dengan mengambil 1 ml sampel carrier
diencerkan pada masing-masing 3 botol air aquadest steril 99 ml (10-2, 10-4, 10-6)
11

dan 2 tabung reaksi (10-7;10-8), sehingga didapat seri pengenceran hingga 10-8.
Setiap 0,1 ml pada seri 10-6, 10-7, 10-8 diinokulasikan dengan metode permukaan
atau surface platting method menggunakan alat driglasky, ke 6 buah media
petridish yang masing-masing berisi 10 ml Nutrient Agar (NA). Jumlah bakteri
per ml dapat ditentukan dengan menghitung koloni yang tumbuh dari masing-
masing pengenceran. Penentuan jumlah bakteri per ml (CFU/ml) dengan
menggunakan rumus :

Dengan memenuhi syarat sebagai berikut :


1) Jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni (CFU/ml)
2) Tidak ada koloni yang menutupi lebih dari setengah luas cawan
(spreader) perbandingan jumlah koloni dari pengenceran berturut –
turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran
sebelumnya. Jika sama atau lebih kecil dari 2 maka hasilnya dirata –
rata, dan jika lebih besar dari 2 maka yang dipakai adalah jumlah dari
hasil pengenceran sebelumnya.
3) Jika ulangan telah memenuhi syarat maka hasilnya dirata – rata.

Tahap II : Uji Perkecambahan


Uji perkecambahan dimaksudkan untuk memperoleh daya kecambah benih
padi IR64 hasil dari seleksi benih. Benih yang akan digunakan memiliki daya
kecambah >80%. Pengujian daya kecambah ini akan dilaksanakan dengan
menggunakan petridish dari media kertas saring kemudia benih dikecambahkan
pada 2 petridish diisi 36 butir benih padi merah dan diamati perkecambahannya
setiap hari selama 5 hari kemudian dihitung daya kecambahnya dengan
menggunakan rumus :

DB (%) =

Keterangan :
DB = Daya Berkecambah
∑ KN 1 = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari pertama
∑ KN 2 = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari ke dua
12

∑ KN 5 = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari ke lima


∑ BT = Jumlah benih yang disemai

Tahap III : Persiapan Media Tanam


1. Penyiapan Media Tanam
Persiapan media dilakukan dengan cara mengisi tiap polybag dengan tanah
regosol sebanyak 3 kg/polybag yang sudah diayak, kemudian diberi pupuk
kandang sebesar 28,846 gram/polybag, urea sebesar 0,2884 gram/polybag, KCl
sebesar 0,173 gram/polybag, dan SP-36 sebesar 0,173 gram/polybag.
2. Pembibitan
Cara memilih benih yang bagus secara praktis yaitu dengan memasukan
benih kedalam gelas berisi air garam (garamnya secukupnya saja). Benih yang
mengapung adalah benih yang kurang baik, sedangkan benih yang tenggelam
adalah benih yang baik. Lalu tunggu dalam air tawar selama 1 hari, untuk
melunakkan kulit biji benih. Lalu melakukan penyemaian di tempat persemaian
atau dapat membuat persemaian dengan menggunakan besek bambu dengan isi
campuran media 50% kompos dan 50% tanah dengan perbandingan 1:1. Tanam
benih-benih yang telah direndam tersebut ke permukaan tanah kompos dalam
besek. Tunggu benih-benih ini tumbuh. Hari kedua dan ketiga nampak akar
kecambah mulai muncul, warnanya putih. Hari keenam dan ketujuh mulai tumbuh
menjadi bibit padi dengan daun 2 lembar kecil-kecil.
3. Penanaman dan Aplikasi Rhizobacteri
Bibit yang sudah disemai pada umur 14 hari, ditanam ke polybag ukuran
30x30 cm dengan setiap polybag ditanam 3 bibit. Sebelum dilakukan penanaman
bibit, bibit tersebut direndam ke dalam media POC yang sudah diperbanyak
dengan Rhizobacteri sesuai dengan perlakuan konsentrasi pemberian inokulum
cair masing-masing. Perendaman bibit padi ke media POC hanya pada bagian
akarnya saja dengan lama perendaman selama 1 jam. Setelah direndam, bibit padi
tersebut ditanam ke dalam polybag yang dilakukan secara geser dengan
memasukkan bibit disamping lubang tanam kemudian menggeret bibit sesuai
lubang tanam. Cara geser ini bertujuan untuk mengurangi stress bibit dan
rusaknya perakaran bibit.
13

Pemberian/aplikasi Rhizobacteri yang kedua dilakukan pada waktu 3 hari


setelah tanam yang bertujuan agar akar bibit dapat beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya. Pemberian Rhizobacteri dilakukan dengan menggunakan 1
perlakuan yaitu menggunakan perlakuan pemberian dosis inokulum cair 2 ml
dengan 3 ulangan. Jadi pemberian/aplikasi Rhizobacteri sebanyak 1 kali.
4. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan 3 macam perlakuan, yaitu:
1. Penyiraman 3 hari sekali
2. Penyiraman 6 hari sekali
3. Penyiraman 9 hari sekali
Penyiraman dilakukan menggunakan gembor, hal ini bertujuan untuk
menjaga kondisi tanah agar tidak terlalu basah sehingga pengaruh Rhizobacteri
terhadap cekaman kekeringan dapat terlihat secara nyata.
b. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan setiap saat ada tanaman lain (gulma) yang
tumbuh di polybag dengan cara pencabutan.
c. Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit dengan cara mengambil hama yang ada
pada tanaman padi dan pengendalian dengan menghilangkan bagian tanaman yang
terserang penyakit. Namum, apabila serangan hama melewati ambang batas akan
dilakukan pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida.

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)


Tinggi tanaman diukur dari bagian pangkal batang sampai ujung daun
yang tertinggi dengan cara daun tanaman di tungkupkan setiap 3 hari sekali. Dari
pengukuran tinggi tanaman ini menggunakan alat penggaris dengan satuan cm dan
alat tulis, pengamatannya dilakukan mulai dari penanaman sampai tanaman umur
satu bulan setelah tanam.
14

2. Jumlah Daun (helai)


Jumlah daun tanaman dihitung per helainya yang dilakukan pengamatan
setiap 3 hari sekali mulai dari penanaman sampai dengan umur tanaman satu
bulan (fase vegetatif).

3. Jumlah Anakan Pertanaman


Jumlah anakan dilakukan pengamatan setiap 3 hari sekali dengan melihat
jumlah anakan yang tumbuh pada tanaman tersebut, pengamatannya ini dilakukan
dengan cara penghitungan jumlah anakan secara manual.

4. Luas Daun (cm2)


Luas daun dihitung setelah tanaman dicabut pada umur satu bulan dengan
cara membuat pola daun di atas kertas koran dan digunting pola tersebut
kemudian ditimbang. Hasil timbangan pola daun kemudian dihitung dengan
rumus:

5. Bobot Basah Tajuk (gram)


Pengamatan bobot basah tajuk ini dilakukan dengan cara menimbang
tanaman yang masih basah atau segar baru dicabut serta sudah dibersihkan dari
sisa tanah yang masih menempel di akar maupun tanamannya. Alat yang
digunakan saat pengamatannya yaitu menggunakan timbangan analitik dengan
satuan gram. Pengamatan ini dilakukan pada saat setelah selesai panen.

6. Bobot Kering Tajuk (gram)


Pengamatan bobot kering tajuk ini dilakukan dengan cara menimbang
bobot kering tanaman yang sudah selesai dioven dan kemudian ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik, hingga konstan menggunakan satuan gram.
Pengamatan berat kering tajuk ini juga dilakukan setelah selesai panen.

7. Bobot Segar Akar (gram)


Pengamatan bobot segar akar dilakukan dengan cara menimbang berat
akar basa atau akar segar tanaman yang baru dicabut dan sudah dibersihkan dari
sisa tanah yang melekat, ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan
satuan gram. Pengamatan berat segar akar dilakukan pada waktu selesai panen.
15

8. Bobot Kering Akar (gram)


Pengamatan bobot kering akar dilakukan dengan cara menimbang akar
yang telah dioven sebelumnya, kemudian setelah kering akar ditimbang
menggunakan timbangan analitik hingga konstan dengan satuan gram.
Pengamatan berat akar juga dilakukan pada saat setelah selesai panen.

F. Analisis Data
Hasil penelitian dari berbagai perlakuan disajikan dalam bentuk berupa
grafik dan histogram. Hasil dari pengamatan kuantitatif di analisis dengan
menggunakan sidik ragam atau Analysisi Of Varience (ANOVA) pada taraf α 5%.
Apabila antar perlakuan yang diujikan terdapat perbedaan nyata maka akan
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Range Test (DMRT).
16

G. Jadwal Kegiatan

Minggu ke-
NO Uraian Kegiatan

1 2 3 4 5 6 PJ
Persiapan Alat dan Fetty dan
1
Bahan Khoir
Fetty dan
2 Pembuatan Media
Khoir
3 Perbanyakan Inokulum Jefri dan Azmi
4 Pembuatan Starter Dedy dan Jefri
5 Formulasi Cair Dedy dan Jefri
Fetty dan
6 Uji Perkecambahan
Khoir
Azmi dan
7
Penyiapan Media Tanam Dedy
8 Aplikasi Inokulum Azmi dan Jefri
9 Penanaman Semua
Pemeliharaan dan Semua
10
Pengamatan
11 Panen Semua
Analisis dan Semua
12 Penyusunan Laporan
Projek
17

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, dkk. 2015. Kajian Metode Aplikasi Berbagai Formula Cair Inokulum
Rhizobacteri Osmotoleran Merapi Pada Padi Dalam Cekaman Kekeringan.
Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Hal 1-6.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2000. Sistem informasi
manajemen pembangunan di perdesaan. http://www.ristek.go.id. Diakses
pada tanggal 11 Maret 2019.
BPS. 2012. Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi.
http://www.bps.go.id./tab_sub/view.php?
kat=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=2. Diakses pada tanggal 11 Maret
2019.
Dirjen PLA. 2005. Strategi dan Kebijakan Pengelolaan Lahan.
http://www.pertanian.go.id.Dalam Iqbal, M dan Sumaryanto.2007. Strategi
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat.
Analisis kebijakan Pertanian.5 (2): 167-182. Diakses pada tanggal 11
Maret 2019.
Farooq, M. Kobayashi, N. Ito, O, Wahid, A and Serraj, R. 2010. Broader leaves
result in better performance of indica rice under drought stress.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20392520. Diaskses pada tanggal 11
Maret 2019.
Gatot S. 2002. Kajian Peranan Inokulasi Rhizobacteri Osmotoleran pada Tanaman
Padi di Tanah Pasir Pantai. Tesis UGM. Yogyakarta.
Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth by free-living bacteria. Can.
J. Microbiol. 4: 109-117.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman jilid 2 untuk SMK. Direktorat
Jenderal Manajemen Dasar dan Menengah. Jakarta. 280 hal.
Kloepper, J.W., W. Mahaffee, J.A. Mcinroy, and P.A. Backman. 1991.
Comparative analysis of isolation methods for recovering root- colonizing
bacteria from roots. p. 252-255. In C. Keel, B. Koller, and G. Defago
(Eds.). Plant Growth-Promoting Rhizobacteria – Progress and Prospects.
The Second International Workshop on PGPR. Interlaken, Switzerland,
October 14-19, 1990.
Kloepper, J.W. 1993. Plant growth promoting rhizobacteria as biological control
agents. p. 255-274. In F.B. Meeting, Jr. ( Ed.). Soil Microbial Ecology,
Applications in Agricultural and Environmental Management. Marcel
Dekker, Inc. New York.
Lifshitz, R., J.W. Kloepper, M. Kozlowski, C. Simonson, J. Carlson, E.M.Tipping,
and I. Zaleska. 1987. Growth promotion of canola (rapeseed) seedlings by
a strain of Pseudomonas putida under gnotobiotic conditions. Can. J.
Microbiol. 33: 390-395.
Makarin, A. K dan Suhartatik, E. Morfologi dan Fisiologi Taaman Padi.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itkp_11.
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.
Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul.Penebar
Swadaya. Depok.
18

Samidjo, G.S., T. Yuwono dan J. Soedarsono. 2002. Kajian Peranan Inokulasi


Rhizobakteri Osmotoleran Pada Tanaman Padi di Tanah Pasir Pantai. Tesis
Program Studi Agronomi. UGM.
Sri W., Suliasih dan Saefudin. 2015b. Isolasi dan Uji Efektivitas Plant Growth
Promoting Rhizobacteria di Lahan Marginal pada Pertumbuhan Tanaman
Kedelai Varietas Wilis. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. I (1): 59-65
Sulistyo, E, Suwarno. Lubis, I dan Suhendar, D. 2012. Pengaruh Frekuensi Irigasi
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Lima Galur Padi Sawah.AgroVigor.
5 (1) : 2
19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lay Out Penelitian

A1 A2 A3

B1 B2 B3

C1 C2 C3

Keterangan :
A1, A2, A3 = penyiraman 3 hari sekali
B1, B2, B3 = penyiraman 6 hari sekali
C1, C2, C3 = penyiraman 9 hari sekali
20

Lampiran 2. Perhitungan Pupuk


1 Ha = 100.000.000 cm2
 Urea = 250 kg/ha
 SP-36 = 150 kg/ha
 KCl = 150 kg/ha
 Pupuk kandang = 25.000 kg/ha

Berat tanah 1 ha = Luas lahan x Kedalaman Olah Tanah x BV


= 100.000.000 cm2 x 20 cm x 1,3 g/cm3
= 2.600.000.000 cm3
= 2.600.000 kg

 Kebutuhan Urea 250 kg

Kebutuhan total Urea = 0,2884 gr/polybag x 9 polybag = 2,5956 gr

 Kebutuhan SP-36 150 kg

Kebutuhan total SP-36 = 0,173 gr/polybag x 9 polybag = 1,557 gr

 Kebutuhan KCl 150 kg

Kebutuhan total KCL = 0,173 gr/polybag x 12 polybag = 1,557 gr

 Kebutuhan Pupuk kandang

=
21

Kebutuhan total Pupuk kandang = x 9 polybag =

259,614 gr

Lampiran 3. Perhitungan Pembuatan Media


A. Perhitungan Bahan Pembuatan media NA (Uji Viabilitas)

o Pepton =

o Beef Ekstrak =

o Aquadest = 60 ml

o Agar =

o pH = 7,2
o Kebutuhan total NA = 60 ml

B. Perhitungan Bahan Pembuatan media NC


o Pepton =

o Beef Ekstrak =

o Aquadest = 16 ml
o pH = 7,2
o Kebutuhan total NC = 16 ml

C. Perhitungan Bahan Pembuatan media POC (Media Inokulum Cair)


o Air Leri = 80 ml (50%)
o Air Kelapa = 80 ml (50%)
o Gula Merah = 16 gram (10%)
o Urea = 1,6 gram (1%)
o Kebutuhan total POC = 60 ml + Produk 100 ml = 160 ml
22

Lampiran 4. Kebutuhan Benih Tanaman Padi

 Jumlah penanaman 9 polybag dikalikan 3 tanaman per lubang tanam.


 Kebutuhan total tanaman 27 benih.
23

Lampiran 5. Daftar Alat dan Bahan


A. Laboratorium
1. Isolat Rhizosfer Akar Padi
2. NA 60 ml
3. NC 16 ml
4. Pupuk Organik Cair (POC) 135 ml + produk 100 ml = 250 ml
a. Air Leri 80 ml (50%)
b. Air Kelapa 80 ml (50%)
c. Gula Merah 16 gram (10%)
d. Urea 1,6 gram (1%)
2. Pepton NA

3. Pepton NC
4. Beef Ekstrak NA 0,018 gram
5. Beef Ekstrak NC 0,0048 gram
6. Aquadest untuk semua media 600 ml
7. 1 ml sampel carrier untuk TPC
8. Tabung reaksi 3 buah
9. Botol Selai 250 ml 1 buah
10. Petridish 6 buah TPC+Uji Perkecambahan
11. Erlenmeyer 1 buah
12. Gelas Ukur 1 buah
13. Desinfektan 1 buah
14. Mikropipet 1 buah
15. Timbangan Analitik 1 buah
16. Jarum Ose 1 buah
17. Drigalsky 1 buah
18. Pinset 1 buah
19. Pipet Ukur 1 buah
20. Autoklaf 1 buah
21. Mikroskop 1 buah
22. Lampu Bunsen 1 buah
23. Ph Stik 1 buah
24. Label 1 lembar
25. Spidol 1 buah
26. Stopwatch 1 buah
B. Green House
1. Tanah Regosol 3kg/polybag
2. Bibit Padi 27 bibit
3. Urea 0,2884 gr/polybag
4. SP36 0,173 gr/polybag
5. KCL 0,173 gr/polybag
6. Pupuk Kandang 28,846 gr/polybag
7. Polybag 3kg 9 buah
8. Kompos 1,5 gram
9. Besek 1 buah

Anda mungkin juga menyukai