Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU KARYA ILMIAH

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK

Oleh :

IHWANSUBAGIA S. AHMAD, SP

PELATIHAN DASAR FUNGSIONAL PP AHLI UPT DIKLAT, DINAS


TANAMAN PANGAN DAN PERTANIAN HORTIKULTURA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Karya Ilmiah yang berjudul "Teknik Budidaya sayuran Organik"
dengan tepat waktu.

Karya Ilmiah disusun untuk memenuhi tugas Pelatihan diklat dasar Ahli Penyuluh
Pertanian. Selain itu, Karya Ilmiah ini bertujuan menambah wawasan tentang Budidaya
Sayuran organik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
 
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan peserta diklat, simon selong, sardi
matara, hafyaningsi dan Muhammad sabirin. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya Karya Ilmiah ini.

 
Penulis menyadari Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.

Sidera, ………………... 2022


 

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LARTAR BELAKANG MASALAH
B. TUJUAN
C. MANFAAT DAN KEGUNAAN

BAB II PEMBAHASAN
A. TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK
B. SYARAT BENIH YANG DIPILIH
C. TEKNIK PENANAMAN
D. PEMERIHARAAN TANAMAN
E. MANFAAT SAYUR ORGANIK

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sistem pertanian organik Sejak tahun 1990, isu pertanian organik mulai berhembus
keras di dunia. Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan
yang memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian
Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia telah
beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi organik,
teh organik dan beberapa produk lainnya. Demikian juga ada produk sayuran bebas
pestisida seperti yang diproduksi oleh Kebun Percobaan Cangar FP Unibraw Malang.
Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar Indonesia sangat terbatas
baik jumlah maupun ragamnya. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan
senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya
penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu
kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah
berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika
perlakuannya kurang tepat. Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk
anorganik (Urea, TSP, KCl dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35
tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah
merupakan hal yang sangat akrab dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk
mengendalikan serangan sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai
hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab
penyakit dari berbagai tanaman budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik
untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam
mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar. Bahkan selama enam dekade ini,
pestisida telah dianggap sebagai penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam
bidang pemuliaan tanaman. Pestisida yang beredar di pasaran Indonesia umumnya
adalah pestisida sintetik. Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistic dan
terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami
serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan
berkelanjutan (Deptan 2002). Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah
menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah
organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat sejak
dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih
mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara
waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka
panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang
akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.
Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara
seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat (Koshino, 1993).
Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan
yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah
segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system)
mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang
menggunakan pertanian anorganik (Park 1993 dalam Prihandarini, 1997). Selama ini
limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya)
tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga
terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen
ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan
pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian
berkelanjutan dapat terwujud.

B.Tujuan
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuannya adalah agar dapat:
1.Mengetahui tentang teknik budidaya organik
2. Mengetahui syarat benih yang baik untuk sayuran organik
3. Mengetahui bagaimana teknik menanam sayuran organik
4. Mengetahui cara pemeliharaan tanaman organic
5. Mengetahui manfaat mengkonsumsi sayuran organic

C. Kegunaan Manfaat dan kegunaan penyusunan karya ilmiah ini diharapkan bisa:

1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bisa memilih sayuran hidroponik


2. Memberikan motivasi untuk bisa berkreasi dan kreatif
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana menanam sayuran
hidroponk
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK

Teknik Budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis harus berorientasi


pada permintaan pasar. Paradigma agribisnis bukan Bagaimana memasarkan produk
yang dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. Terkait
dengan itu, teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.
Usaha budidaya organik tidak bisa dikelola asal - asalan, tetapi harus secara
profesional. Ini berarti pengelola usaha ini harus mengenal betul apa yang
dikerjakannya, mampu membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan kreatif. Berkaitan
dengan pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dengan
perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah dikenal pasar dapat
menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen dan bukan
sebaliknya. Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari
dan mensejahterakan petani dan konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk
dataran tinggi, yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistem pertanian organik,
diantaranya : Kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica oleraceae
var. italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.), Andewi (Chicorium
endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum L.), Wortel. (Daucus
carota). Sayuran ini, mengandung vitamin dan serat yang cukup tinggi disamping juga
mengandung antioksidan yang dipercaya dapat menghambat sel kanker. Semua jenis
tanaman ini ditanam secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa
jenis tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi
(Brassica sp) yang ditanam pada saat tertentu saja sekaligus dimanfaatkan sebagai
pupuk hijau dan pengalih hama. Ada juga tanaman lain yang ditanam untuk tanaman
reppelent (penolak) karena aromanya misalnya Adas.
B. SYARAT BENIH YANG DI PILIH
a. berasal dari induk yang sehat,
b. bebas dari hama / penyakit,
c. daya kecambah 80 prosen, dan
d. memiliki kemurnian benih yang tinggi. Disamping persyaratan seperti yang
disebutkan diatas, benih / bibit yang digunakan kalau bisa merupakan benih
unggul agar nantinya tahan terhadaphamadanpenyakit

C. TEKNIK PENANAMAN

1. Penentuan Pola Tanam Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x
50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai
dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per
hektar berkisar antara 30.000 - 60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut
adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis
tanaman dengan pola mosaic (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur
pada petak - petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain seperti kakngkung
(darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.
2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat
kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara
barisan adalah 60 - 80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40 - 50 cm.
3. Cara Penanaman Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian
atau dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji
bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan
pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur.
Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga
cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan.
Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik karena benih
diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
D. PEMELIHARAAN TANAMAN

1. Penjarangan dan Penyulaman Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung


di lapangan tidak merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok
(rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama
lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen
pertama. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka
setelah penanaman di lapangan ada yang mati / terserang penyakit, maka perlu
dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya
dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar tidak
menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah
tanam.
2. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang
(Portulaca oleracea) dan rumput liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat
menurunkan produksi bayam antara 30 - 65%. Penyiangan dilakukan bersamaan
dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam penyiangan dapat
berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya dengan dicangkul untuk mencabut
gulma atau langsung dicabut dengan tangan. Disamping itu pencangkulan
dilakukan untuk menggemburkan tanah.
3. Pembubunan Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
4. Perempalan Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan
perempalan tunas - tunas liar dan pemasangan ajir / turus untuk memperkuat
tegaknya tanaman agar tidak rebah.
5. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk
tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk
organik akan berkisar 15-30 ton
(http://Cerianetagricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
Karena bercocok tanam secara organik tidak menggunakan pupuk sintetis,
sebagai gantinya mereka mengandalkan metode alami, seperti kompos dan
mengganti tanaman jenis panen, seperti tanaman polong. Sayangnya, kompos
tidak dapat mencukupi pengembalian nitrogen ke dalam tanah guna
menumbuhkan sejumlah besar tanaman yang diperlukan untuk memberi makan
pada ternak dunia. Mengganti tanaman dengan jenis panen sebetulnya adalah
sangat menjanjikan, namun banyak petani tidak mampu menanam tanaman yang
mereka sendiri tidak mampu menjualnya. Meskipun beberapa jenis tanaman
polong dapat dikonsumsi, namun jenis paling baik dalam memproduksi nitrogen
justru dari jenis yang tidak bisa dimakan (http://erabaru.net/kesehatan/34-
kesehatan/1913-beralih-ke-organik-sebanding-harganya)
6. Pengairan dan Penyiraman Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman
dilakukan rutin dan intensif 1 - 2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu
yang paling baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari,
dengan menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html).
7. Waktu Penyemprotan Pestisida Jenis pestisida yang digunakan pada budidaya
tanaman bayam secara organik adalah daun Mindi yang mengandung margosin,
glikosdida flafonoid untuk mengendalikan ulat grayak dan kutu daun, Surian yang
daun dan kulit batangnya berfungsi untuk mengendalikan hama ulat, tungau dan
lain-lain. Sedangkan untuk mengendalikan penyakit bisa digunkan bunga Camomil
(Chamaemelum spp). Pengaplikasian dengan menggunakan 60 cc untuk 1 lt air,
disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya 1 minggu
1 kali (google search: pembuatan pestisida alami, Blog Lesman).
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki
sprayer. Cara penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang
dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan
pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu
penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih
tenang. Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang
menguntungkan.

F. MANFAAT SAYURAN ORGANIK


1. Sayuran organik mengandung zat antioksidan 10–50 persen di atas sayuran non
organik. Zat antioksidan dikenal sebagai tentara penggempur radikal bebas yang
mencetuskan beragam gangguan kesehatan termasuk kanker.
2. Dalam kesimpulan survey terhadap sup sayuran, disebutkan sup sayuran non
organik mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat sup sayuran organik.
Secara alami, kandungan asam salisilat dalam tanaman berguna untuk bertahan
dari serangan penyakit. Asupan asam salisilat berlebihan ke dalam tubuh kita
meransang pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran
pencernaan.
3. Sayuran dan buah organik mengandung vitamin C dan mineral esensial, seperti
kalsium, fosfor, magnesium, zat besi dan krom lebih tinggi dibanding dengan
yang non organik.
4. Kandungan nitrat dalam sayuran dan buah organik 25 persen lebih rendah
daripada yang non organik. Peneliti dari Glasgow University, Inggris,
menemukan hubungan antara kandungan nitrat dalam sayuran dengan kanker
kerongkongan yang marak 20 tahun terakhir dan diperkirakan menimbulkan lebih
dari 3.000 pengidap per tahun di dunia. Peningkatan kandungan nitrat dalam
sayuran non organik serta melonjaknya pengidap kanker diduga akibat terlalu
bersemangatnya penggunaan pupuk nitrat dalam program intensifikasi pertanian
sejak perang Dunia II.
5. Dalam publikasi Coronary and Diabetic Care in the UK 2004, dari Association of
Primary Care Groups and Trusts, disebutkan membiasakan diri mengkonsumsi
makanan organik bermanfaat. Mengurangi asupan bahan kimia beracun ke
dalam tubuh. Menyetop kemungkinan masuknya sel-sel produk pertanian hasil
rekayasa genetika yang sampai kini belum diketahui bahaya dan akibatnya
terhadap kesehatan. Meningkatkan asupan nutrisi bermanfaat, di antaranya
vitamin, mineral, asam lemak esensial, dan antioksidan. Menurunkan resiko
kanker, penyakit jantung koroner, alergi, dan hiperaktivitas pada anak-anak.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sayuran organik adalah sayuran yang tidak menggunakan pupuk organic


2. Sayuran organik mempunyai vitamin yang lebih banyak
3. Penanaman sayuran organik mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas
4. Selain lebih menyehatkan sayuran organik juga lebih mahal dari sayuran non
organik sehingga bagus untuk peluang bisnis.

B. SARAN

Bagi yang belum mengkonsumsi sayuran organik lebih baik beralih


mengkonsumsi sayuran organik karena selain menyehatkan sayuran organik juga bisa
mengurangi asupan bahan kimia di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI www.google.com
(http://Cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)

(google search: pembuatan pestisida alami, Blog Lesman).

Coronary and Diabetic Care in the UK 2004, dari Association of Primary Care Groups
and Trusts

Anda mungkin juga menyukai