Oleh :
IHWANSUBAGIA S. AHMAD, SP
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Karya Ilmiah yang berjudul "Teknik Budidaya sayuran Organik"
dengan tepat waktu.
Karya Ilmiah disusun untuk memenuhi tugas Pelatihan diklat dasar Ahli Penyuluh
Pertanian. Selain itu, Karya Ilmiah ini bertujuan menambah wawasan tentang Budidaya
Sayuran organik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan peserta diklat, simon selong, sardi
matara, hafyaningsi dan Muhammad sabirin. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LARTAR BELAKANG MASALAH
B. TUJUAN
C. MANFAAT DAN KEGUNAAN
BAB II PEMBAHASAN
A. TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK
B. SYARAT BENIH YANG DIPILIH
C. TEKNIK PENANAMAN
D. PEMERIHARAAN TANAMAN
E. MANFAAT SAYUR ORGANIK
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sistem pertanian organik Sejak tahun 1990, isu pertanian organik mulai berhembus
keras di dunia. Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan
yang memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian
Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia telah
beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi organik,
teh organik dan beberapa produk lainnya. Demikian juga ada produk sayuran bebas
pestisida seperti yang diproduksi oleh Kebun Percobaan Cangar FP Unibraw Malang.
Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar Indonesia sangat terbatas
baik jumlah maupun ragamnya. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan
senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya
penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu
kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah
berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika
perlakuannya kurang tepat. Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk
anorganik (Urea, TSP, KCl dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35
tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah
merupakan hal yang sangat akrab dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk
mengendalikan serangan sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai
hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab
penyakit dari berbagai tanaman budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik
untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam
mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar. Bahkan selama enam dekade ini,
pestisida telah dianggap sebagai penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam
bidang pemuliaan tanaman. Pestisida yang beredar di pasaran Indonesia umumnya
adalah pestisida sintetik. Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistic dan
terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami
serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan
berkelanjutan (Deptan 2002). Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah
menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah
organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat sejak
dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih
mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara
waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka
panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang
akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.
Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara
seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat (Koshino, 1993).
Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan
yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah
segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system)
mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang
menggunakan pertanian anorganik (Park 1993 dalam Prihandarini, 1997). Selama ini
limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya)
tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga
terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen
ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan
pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian
berkelanjutan dapat terwujud.
B.Tujuan
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuannya adalah agar dapat:
1.Mengetahui tentang teknik budidaya organik
2. Mengetahui syarat benih yang baik untuk sayuran organik
3. Mengetahui bagaimana teknik menanam sayuran organik
4. Mengetahui cara pemeliharaan tanaman organic
5. Mengetahui manfaat mengkonsumsi sayuran organic
C. Kegunaan Manfaat dan kegunaan penyusunan karya ilmiah ini diharapkan bisa:
C. TEKNIK PENANAMAN
1. Penentuan Pola Tanam Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x
50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai
dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per
hektar berkisar antara 30.000 - 60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut
adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis
tanaman dengan pola mosaic (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur
pada petak - petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain seperti kakngkung
(darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.
2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat
kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara
barisan adalah 60 - 80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40 - 50 cm.
3. Cara Penanaman Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian
atau dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji
bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan
pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur.
Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga
cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan.
Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik karena benih
diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
D. PEMELIHARAAN TANAMAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
REFERENSI www.google.com
(http://Cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
Coronary and Diabetic Care in the UK 2004, dari Association of Primary Care Groups
and Trusts