Oleh :
1. Yohanetta Ananda O (14826)
2. Alka Arisma (14828)
3. Fera Ramadianti (14289)
4. Nur Hidayati Rohmah (14833)
5. Rizal Musthofa (14834)
6. Royyan Abbid (14835)
7. Siti Fatonah (14836)
8. Tsaniya Yuris Aulia (14837)
9. Maria Hera Gratias (14981)
10. Adi Try Laksono (15135)
Gol/Kel : C5/5
Asisten : Dewi Sartika
PROPOSAL PERCOBAAN
BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
(Dewi Sartika)
i
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ......................................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
I. Pendahuluan ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 1
II. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 2
III. Bahan dan Metode .......................................................................................... 6
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 6
b. Bahan dan Alat .......................................................................................... 6
c. Rancangan Perlakuan ................................................................................ 6
d. Tata Laksana ............................................................................................. 6
e. Pengumpulan Data .................................................................................... 7
f. Analisis Data ............................................................................................. 7
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 8
Lampiran ............................................................................................................................ 10
ii
Pengaruh Sistem Tanam Kovensional dan SRI terhadap
BudidayaTanaman Padi (Oryza sativa)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman padi (Oryza sativa) adalah tanaman pangan yang merupakan makanan
pokok mayoritas masyarakat Indonesia.Padi merupakan tanaman semusim (perenial) yang
termasuk ke dalam familia Gramineae. Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut
(Kirchhofet al., 2000) :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Monokotil (Monocotyledoneae)
Ordo : Glumiflorae (Poales)
Familia : Gramineae (Poaceae)
Sub-familia : Oryzoideae
Genus : Oryza
Species :Oryza sativa L.
Tanaman padi dapat tumbuh baik pada lingkungan yang memiliki rata-rata curah
hujan lebih dari 200 mm per bulan.Suhu yang dikehendaki oleh tanaman padi adalah 22-
270C.Derajat keasaman (pH) tanah yang dibutuhkan tanaman padi adalah berkisar antara 4 –
7.Pengembangbiakan tanaman padi dapat dilakukan secara langsung, baik dengan benih
maupun benih yang disemai menjadi bibit (Makarim& Ikhwani, 2013).Dalam 100 benih padi,
dapat mencapai bobot hingga 1,854 gram dengan jarak tanam 20x20 cm dengan Gaya
Berkecambahnya (GB) 80% (Pinem et al., 2013). Batang padi berbuku dan berongga, dari
buku batang akan tumbuh anakan atau daun. Bunga atau malai muncul dari buku terakhir
pada tiap anakan.Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara,
tetapi peka terhadap kekeringan.Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10 − 20 cm.
Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenag (anaerob) karena pada akarnya terdapat
saluran aerenchyma yang berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran.Biji padi
mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm. Perbandingan
kandungan amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa nasi (pulen, pera,
atau ketan).
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air dengan curah hujan yang baik rata-rata 200 mm bulan-1 atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun-1 sekitar 1500 - 2000
mm, suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 230C, dengan tinggi tempat berkisar
2
antara 0 - 1500 m dpl dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah
sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 - 22 cm
dengan pH antara 4 - 7 (Anggrainiet al., 2012)
Proses budidaya padi secara garis besar terdiri dari persiapan lahan, persiapan benih
atau persemaian, penanaman dan pemeliharaan. Umur tanaman padi umumnya berkisar
antara 97 – 125 hari per musim tanam. Padi dapat ditanam sepanjang tahun, namun pada
dasarnya petani menanam padi berdasarkan ketersediaan air, yang dapat dikelompokkan
menjadi tiga periode tanam yaitu : 1. Musim tanam utama, pada bulan November, Desember,
Januari, Februari dan Maret; 2. Musim tanam gadu, pada bulan April, Mei, Juni, Juli; 3.
Musim tanam kemarau, pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Terdapat beberapa
sistem tanam, antara lain adalah sistem tanam tegel (tradisional) dan sistem tanam jajar
legowo. Sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang berselang seling antara dua
atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong.
System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu
meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di
beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin, 2012). Melalui metode ini kesuburan
tanah dikembalikan sehingga daur-daur ekologis dapat kembali berlangsung dengan baik
dengan memanfaatkan mikroorganisme tanah sebagai penyedia produk metabolit untuk
nutrisi tanaman.Melalui metode SRI ini diharapkan kelestarian lingkungan dapat tetap terjaga
dengan baik, demikian juga dengan produk akhir yang dihasilkan, yang notabene lebih sehat
bagi konsumen karena terbebas dari paparan zat kimia berbahaya.Bertanam padi metode SRI
cukup bagus dilaksanakan demi keseimbangan ekologi dan menjaga stabilitas
lingkungan.Pengembangan sistem tanam metode SRI pada prinsipnya tidaklah mudah hal ini
perlu diterapkan dan disosialisasikan pada tingkat petani. Sistem tanam padi metode SRI
adalah cara bertanam padi kembali ke alam.
Pada sistem tanaman SRI digunakan jarak tanam yang lebar, yaitu 25 x 25 cm atau 30
x 30 cm bahkan 40 x 40 cm dengan bibit berumur muda, yaitu 7 hari dan jumlah bibit 1
tanam per lubang tanam. Penggunaan jarak tanam lebar bertujuan untuk meningkatkan
jumlah anakan produktif sedangkan penggunaan bibit muda untuk mengurangi stress tanaman
waktu dipindahtanam. Dengan penerapan teknik SRI ini, umumnya diperoleh hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan konvensional. Bahkan, pada lahan yang dilakukan teknik SRI
secara kontinyu selama 8 tahun di Madagaskar, dilaporkan seorang petani memperoleh hasil
3
gabah 2,74 ton pada sawah 13 area, yang berarti 21 t/ha ; sementara dengan konvensional
rata-rata hanya 2,6 t/ha (Bouman, 2009). Ada lokasi yang hasil padinya lebih renda dengan
teknik SRI daripada teknik konvensional, tetapi pindah tanam bibit muda (17 hari)
memberika hasil lebih tinggi dibandingkan dengan bibit tua (34 hari).
Tanaman padi memerlukan air irigasi pada fase tertentu. Untuk mengatasi kelangkaan
air pada fase tertentu, dikembangkan beberapa teknik pengelolaan lahan yang efisien dalam
penggunaan air.Pengairan berselang dapat menghemat air 15 – 30% tanpa menurunkan hasil
panen.Dengan irigasi berselang hasil padi meningkat sekitar 7% dibandingkan dengan lahan
yang terus menerus digenangi.Kebiasaan petani menggenangi sawah terus menerus dari sejak
bibit padi ditanam sampai tanaman mendekati waktu panen, baik pada pertanaman musim
hujan maupun musim kemarau. Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu adanya
perbaikan teknologi dalam budidaya padi sawah di tingkat petani untuk meningkatkan
produktivitas padi yang efisien dalam penggunaan air antara lain dengan sistem pengelolaan
air dan waktu penggenangan yang tepat. Secara umum antara pengaturan jarak tanam dan
waktu penggenangan pada padi SRI diketahui berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil
padi.Walaupun demikian, pengaturan jarak tanam dan waktu penggenangan yang optimum
belum diketahui dengan tepat (Sauki et al., 2014).
Serapan dan efsiensi serapan N, P, dan K tanaman pada budidaya SRI lebih tinggi
dibandingkan dengan budidaya konvensional. Seperti halnya kandungan hara tanah dan
jaringan tanaman, serapan dan efsiensi serapan hara N, P, dan K tanaman pada budidaya SRI
lebih tinggi dibandingkan budidaya konvensional. Barison dan Uphoff (2011) menjelaskan
bahwa sistem perakaran yang dalam dan banyak dari budidaya SRI berkontribusi dalam
peningkatan serapan hara N, P, dan K sehingga efsiensi serapan hara tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan budidaya konvensional. Cara bertanam padi organik metode SRI pada
dasarnya tidak berbeda dengan padi konvensional. Usaha tani padi organik metode SRI
diberikan masukan bahan organik baik pupuk dan pestisidanya, sedangkan usaha tani padi
konvensional masukannya berupa bahan kimia sintetik.
Dalam menganalisis pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap produksi usaha
tani padi sawah digunakan fungsi produksi Cobb Douglas, secara matematika dapat
diformulasikan sebagai berikut: Y = a X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5. Agar fungsi produksi Cobb
Douglas dapat diestimasi, maka digunakan metode kuadratter kecil dengan mengubah fungsi
tersebut menjadi bentuk logaritmatik sebagai berikut: Ln Y = Ln a + b1Ln X1 + b2Ln X2 +
b3Ln X3 + b4Ln X4 + b5In X5 + U, dimana Y adalah Hasil produksi, X1 adalah Luas Lahan
(Ha), X2 adalah Benih (Kg), X3 adalah Pupuk Organik/kimia (Kg), X4 adalah Pestisida
4
Organik/kimia (liter), X5 adalah Jumlah Tenaga Kerja (HOK), a adalah intercept, b1, b2,…
adalah Nilai dugaan besaran parameter (koefisien regresi), dan U adalah error (kesalahan
pengganggu).
Dalam menganalisa biaya, penerimaan, dan pendapatan petani digunakan persamaan
sebagai berikut: Pd = TR – TC TC = FC + VC TR = Y . PY VC = X . PX dimana Pd adalah
Pendapatan (Rp), TR adalah Total penerimaan (Rp), TC adalah Total biaya (Rp), VC adalah
Biaya variable (Rp), FC adalah Biaya tetap (Rp), Y adalah Produksi (Kg) PY adalah Harga
produksi (Rp), PX adalah harga input (Rp), dan X adalah Jumlah input (Kg).
Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif, dimana analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis pendapatan dan pengeluaran (biaya produksi) usaha tani padi
sehingga dapat dihitung ratio penerimaan dan pendapatan (R/G) untuk menentukan kelayakan
usaha tani padi yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Rachmiyati, 2009) :
a. BEP Volume Produksi
𝐵𝐸𝑃𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑃𝑟𝑜𝑑 =
b. BEP HargaProduksi
𝐵𝐸𝑃𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑃𝑟𝑜𝑑 =
𝐵/𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
d. ROI
ROI =
5
III. BAHAN DAN METODE
1. Pengolahan lahan
2. Pengaturan &
penanaman
3. Pemeliharaan tanaman
4. Penentuan tan. Sampel
5. Pengamatan tan. sampel
6. Pengambilan tanaman
korban 1
7. Pengambilan tanaman
6
korban 2
8. Pengambilan tanaman
korban 3
9. Panen
E. Pengumpulan Data
Pengamatan yang dilakukan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan yang
terbentuk. Pada saat pengamatan akan dilakukan pengambilan tanaman korban, tanaman
korban tersebut akan diambil dan dilakukan pengamatan dan pengambilan data yaitu luas
daun tanaman, bobot segar dan kering tajuk, bobot segar dan kering akar, bobot kering daun
dan ketebalan daun. . Pengukuran luas daun tanaman dilakukan dengan metode gravimetri.
Metode gravimetri merupakan pengukuran luas daun dengan perbandingan dapat dilakukan
dengan menggunakan kertas yang seragam. Daun yang akan diukur luasnya digambar pada
kertas, digunting kemudian ditimbang. Luas daun dapat ditentukan dengan membandingkan
berat potongan ketras dengan berat kertas yang sudah diketahui luasnya. Pengukuran bobot
segar tajuk dilakukan dengan menimbang bagian tajuk yang masih segar dengan satuan gram.
Sedangkan bobot kering tajuk diukur dengan menimbang batang dan daun tanaman setelah
dikeringkan dalam oven hingga bobotnya konstan dengan satuan gram. Sama halnya dengan
pengukuran bobot segar tajuk, pengukuran bobot segar akar dilakukan dengan menimbang
bagian akar yang masih segar dan sudah dibersihkan dari sisa tanah yang menempel.
Sedangkan bobot kering akar diukur dengan menimbang akar setelah dikeringkan dalam oven
hingga bobotnya konstan dengan satuan gram. Pengukuran bobot kering daun dilakukan
dengan cara yang sama pada pengukuran bobot kering tajuk maupun akar. Sedangkan untuk
pengukuran ketebalan daun dapat menggunakan micrometer dengan koreksi 1 mm.
F. Analisis Data
Pada perlakuan perbedaan sistem tanam padi secara konvensional dan dengan metode
SRI, memiliki tujuan untuk melihat bagaimana pertumbuhan dan hasil yang didapatkan dari
kedua jenis system tanam tersebut dan berapa jumlahan yang akan terbentuk dari tanaman
padi yang ditanam pada sistem tanam yang berbeda tersebut. Rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah RCBD dengan analisis data anova, untuk melihat perbedaan data-
data tersebut antara padi yang ditanam secara konvensional dan dengan metode SRI. Apabila
data dari kedua perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan maka akan dilanjutkan dengan
Uji Lanjut HSD Tukey 5%.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2012. Sistem tanam dan umur bibit pada tanaman
padi sawah (Oryza Sativa L.) varietas inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman 1(2) :52.
Barison, J. and N. Uphoff. 2011. Rice yields and its relation to root growth and nutrient-use
eficiency under SRI and conventional : an Evaluation in Madagascar. Paddy Water
Environ 9 : 65-78.
Bouman,B. 2009. How much Water Does Rice Use? Rice Today 8:1. International Rice
Research Institute. Los Bangos, Philipines.
Listanto, E. dan E. I. Riyanti. 2016. Pertumbuhan padi varietas Ciherang setelah diinokulasi
dengan Azospirillum mutan multifungsi. Planta Tropika Journal of Agro Science 4 (2)
: 58-64.
Makarim A. K dan Ikhwani. 2013. System of Rice Intensification (SRI) dan Peluang
Peningkatan Produksi Padi Nasional. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Mutakin, J. 2012. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice
Intensification).http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/html. Diakses pada 22
Agustus 2018.
Pinem, A. H., A. Barus dan C. Hanum. 2013. Efektifitas jarak tanam benih per lubang tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Jurnal Online Agroekoteknologi 1 :
921-929.
Prabhandaru, I. dan T. B. Saputro. 2017. Respon perkecambahan benih padi (Oryza sativa L.)
varietas lokal si gadis hasil iradiasi sinar gamma. Jurnal Sains dan Seni ITS 6 (2) : 48-
58.
Rachmiyanti, I. 2009. Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Metode System of Rice
Intensification (SRI) dengan Padi Konvensional (Kasus : Desa Bobojong, Kecamatan
Mande, KabupatenCianjur, Jawa Barat)”. Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sauki, A., A. Nugrohodan R. Soelistyono. 2014. Pengaruh jarak tanam dan waktu
penggenangan pada metode SRI (System of Rice Intensification) terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman 2:
121-127.
Suprihatno, B., A.A. Darajat., Satoto., I.N. Widiarto., A.Setyono., S.D. Indrasar., O. S.
Lesmana. dan H.Serimbing. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Sukamandi.
8
Tufaila, M. dan S. Alam. 2014. Karakteristik tanah dan evaluasi lahan untuk pengembangan
tanaman padi sawah di Kecamatan Oheo KabupatenKonawe Utara. Agriplus 24(2) :
184-194.
9
Lampiran
Deskripsi Varietas Padi IR-64
Padi IR 64 merupakan padi golongan cere yang mempunyai umur tanaman 110-120
hari. Anakan dari padi jenis ini dapat mencapai 20-35 batang dengan warna gabah kuning
bersih. Padi IR 64 mempunyai tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 23% dan bobot 1000
butir sebesar 24,1 gram. Jenis padi ini dapat menghasilkan rata-rata hasil sebanyak 5,0 ton/ha.
Padi IR 64 merupakan tanaman yang tahan wereng coklat biotipe 1,2 dan agak tahan wereng
coklat biotipe 3. Padi IR 64 juga agak tahan hawar daun bakteri strain IV dan tahan virus
kerdil rumput. Tanaman padi IR 64 baik ditanam di lahan sawah irigassi dataran rendah
sampai sedang(Suprihatno et al., 2009).
Curah hujan dan temperatur akan menentukan reaksi kimia yang terjadi dan sifat fisik
tanah yang terbentuk. Jenis tanah di daerah Banguntapan adalah jenis tanah kambisol. Tanah
kambisol termasuk ke dalam ordo inceptisol dengan sifat umum tanah dengan horizon bawah
seperti kambik, telah terdapat proses pembentukan tanah alterasi seperti terbentuknya
struktur, kenaikan liat pada horison B, perubahan warna pada horison B, terbentuknya
epipedon molik, umbrik, histik, juga padas. Kesuburan alaminya dari rendah sampai tinggi.
Daerah Banguntapan mempunyai tingkat kemiringan 2% dengan kondisi topografi yang
relatif datar. Ditinjau dari ketinggian lahan, daerah Banguntapan memiliki ketinggian 110
mdpl.Kambisol memiliki solum tanah dalam sampe sangat dalam, pori mikro banyak, tekstur
lempung liat berdebu, struktur remah dan konsistensi lekat. Kesuburan tanahnya tinggi,
kedalaman efektifnya beragam dari dangkal hingga tebal, sedangkan pada daerah lereng
curam solumnya tipis. Daerah Banguntapan merupakan daerah yang tidak berlereng curam.
Oleh karena itu, dengan adanya tanah kambisol di daerah Banguntapan mendukung
pertumbuhan tanaman padi IR 64 yang cepat (Tufaila dan Alam, 2014).
10
Perhitungan kebutuhan benih padi dengan bobot 100 butir
Tanaman padi mempunyai bobot 100 benih padi sebesar 2,8 gram (Suprihatno et al.,
2009). Selain itu rata-rata tanaman padi mempunyai gaya berkecambah sebesar 80%
(Prabhandaru dan Saputro, 2017).
B=
21 gram
Luas lahan untuk tanaman padi dengan ukuran 4 m x 2 m = 8 m2 dan dengan jarak
tanam 20 cm x 20 cm, maka petak ubinan terdiri atas 20 x 10 rumpun tanaman. Dengan kata
lain, berdasarkan ukuran luasan lahan tersebut terdapat 200 rumpun tanaman padi dianggap
memempati lahan seluas 8 m2.
11
Penentuan Kebutuhan Pupuk
Penggunaan dosis dan jenis pupuk anjuran untuk padi ciherang dapat dilakukan dengan
memberikan pupuk organik kandang sebanyak 2 ton per hektar dan penambahan pupuk
anorganik jenis urea sebanyak 300 kg/ha, SP-36 sebanyak 200 kg/ha, KCl sebanyak 100
kg/ha (Listanto dan Riyanti., 2016). Maka untuk lahan jagung hibrida seluas 8 m2 yang
diperlukan, sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
12
Pemecahan Blok dan Pemilahan Tanaman dalam Unit Percobaan
A B 2 meter
2 meter
4 meter 4 meter
Keterangan :
A = Sistem tanam SRI
B = Sistem tanam konvensional
Model ini diharapkan bahwa saruran air mengalir dari blok sistem tanam SRI menuju
ke sistem tanam konvensional. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari genangan air di blok
sistem tanam SRI karena sostem tanam SRI hanya memerlukan pengairan dalam keadaan
lembab saja (tidak menggenang) berbeda dengan sistem tanam konvensional yang
menghendaki pengairan yang tergenang.
Tanaman pada tiap unit percobaan dibagi menjadi tanaman tepi, areal contoh dan
petak ubinan seperti pada gambar berikut:
…. m
Tanaman tepi merupakan tanaman yang berada 1 atau 2 baris yang berada terluar, dan
tidak boleh digunakan sebagai contoh. Pada areal contoh, dipilih tanaman sampel untuk
pengukuran tinggi tanaman dan jumlah anakan (secara acak), juga tanaman korban I, II, III.
Prinsip pemilihan tanaman korban adalah tanaman yang masih dikelilingi 8 tanaman yang
masih hidup. Tanaman pada petak ubinan digunakan untuk menentukan produktivitas
tanaman dalam satuan bobot ekonomi tanaman per satuan luas lahan.
13
Contoh Perhitungan Jumlah Pupuk dan Benih yang dibutuhkan
: 1 Ha = 10.000 m2
: 8 m2 = 0.0008 Ha
: 0,015904 Kg
: 15,904 g
: 0,024 Kg
: 24 g
pupuk kandang yang diperlukan dalam lahan seluas 8 m2: 2.303,03 Kg/Ha x 0,0008 Ha
: 1,842 Kg
: 1842 g
pupuk kandang yang diperlukan dalam lahan seluas 8 m2 : 428,95 Kg/Ha x 0,0008 Ha
: 0,34316 Kg
: 343,16 g
14