Anda di halaman 1dari 39

TEKNIK PELAKSANAAN KASTRASI PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)


DI PT WARISAN TELMA
KABUPATEN ASAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

ALAM BUDI KUSUMA


170310094

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Judul Prakter Kerja Lapang : Teknik Pelaksanaan Kastrasi pada Tanaman


Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) Di
PT.Warisan Telma Kabupaten Asahan
Nama Mahasiswa : Alam Budi Kusuma
NIM : 170310094
Program Studi : Agroekotekhnologi

Disetujui,

Pembimbing Penelaah

Dr.Ir.Rd. Selvy Handayani, M. Si Dr. Ismadi, M.P


NIDN : 0011096804 NIDN : 0011116609

Mengetahui,
Ketua Prodi Agroekotekhnologi

Faisal, SP.,M.Si.
NIDN: 0023076703

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat,
taufik serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya untuk penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang dan laporan ini dengan judul
“Teknik Pelaksanaan Kastrasian pada Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis
Jacq.) Di PT. Warisan Telma Kabupaten Asahan”. Kemudian shalawat dan salam
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan
ilmu pengetahuan umat dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu
pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Rd. Selvy Handayani,
M.Si. dan Bapak Dr. Ismadi, S.P., M.Si. selaku pembimbing dan penelaah yang
telah memberikan petunjuk, saran dan bimbingan dalam penyusunan laporan
praktek kerja lapang ini sehingga dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Ucapan terimakasih penulis kepada bapak Ir.H. Mahruzar, M.M selaku
Askep/manager di PT. Warisan Telma yang telah memberikan arahan dan
bimbingan demi terselesaikannya praktek kerja lapang ini, penulis juga
menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh staf karyawan yang telah
membimbing saya dilapangan selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja
Lapang.
Kemudian juga ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibunda
tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik berupa material
maupun spiritual sehingga penulis mampu mencapai tahap ini. Juga kepada
teman-teman penulis ucapkan terimakasih telah memberikan support kepada
penulis untuk membangkitkan semangat dalam penulisan laporan pratek kerja
lapang ini.

Lhokseumawe, Desember 2020

Alam Budi Kusuma

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………...……………i


KATA PENGANTAR………………………………………………...………….ii
DAFTAR ISI……………….………………………………………….…...……iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….iv
DAFTAR TABEL…………….………………………………….……………….v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………...……………..vi

1. PENDAHULUAN……………………………………………………….……..1
1.1. Latar belakang……………………………………………..….………1
1.2. Tujuan……………………………………………………….………..2
1.3. Manfaat……………………………………………………………….2

2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...……3


2.1. Botani Kelapa Sawit…………………………………………………..3
2.2. Syarat Tumbuh……………………………………………………..…7
2.3. Kastrasi…………………………………………………………….….8

3. KEADAAN UMUM DAERAH PRAKTEK KERJA LAPANG..................10


3.1. Sejarah dan Perkembangan………………………………………….10
3.2. Profil Perkebunan……………………………………………………11
3.3 Visi dan Misi Perkebunan serta Struktur Organisasi………………...13

4. METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANG…………………………..14


4.1. Waktu dan Tempat…………………………………………………..14
4.2. Metode Praktek Kerja Lapang………………………………………14
4.3. Metode Pengumpulan Data………………………………………….14

5. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………15


5.1. Persiapan Pengkastrasian……………………………………………15
5.1.1. Alat dan Bahan…………………………………………….15
5.1.2. Urutan Pekerjaan…………………………………..………16
5.2. Pelaksanaan Kastrasi…………………………………………...……18
5.2.1. Bunga Yang Dikastrasi………………………………...….19
5.2.2. Pelaksanaan……………………………………………..…19

6. PENUTUP………………………………………………………………….…21
6.1. Kesimpulan………………………………………………………….21
6.2. Saran…………………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…22

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………24

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Struktur Organisasi PT. Warisan Telma..........................................................13


2. Dodos dan Gancu.............................................................................................15
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)......................................................... 16
4. Tanaman kelapa sawit sebelum Dilakukan Kastrasi....................................... 17
5. Bunga kelapa sawit yang di Kastrasi.............................................................. 18
6. Pelaksanaan Kastrasi pada tanaman kelapa sawit........................................... 19
7. Tanaman kelapa sawit setelah Dilakukan Kastrasi......................................... 20

iv
DAFTAR TABEL

1. Tahun tanam kelapa sawit PT.Warisan Telma................................................11

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Dodos Kastrasi...................................................................................24

2.penyerahan Cindramata....................................................................................24

3. Gambar Tanaman Belum Dikastrasi................................................................25

4. Gambar Tanaman Belum Dikastrasi................................................................25

5. Gambar Pembuangan Bunga Dompet Menggunakan Capit Udang................26

6. Pembuangan Bunga Jantan Menggunakan Dodos...........................................26

7. Pembuangan Bunga Betina Menggunakan Dodos...........................................27

8. Gambar Tanaman Setelah Dikastrasi...............................................................27

9. Gambar Tanaman Setelah dikastrasi................................................................28

10. Gambar Bunga Jantan....................................................................................28

11. Gambar Bunga Dompet.................................................................................29

12. Gambar Bunga Hasil Kastrasi........................................................................29

vi
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman
perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Kelapa sawit mempunyai prospek yang cerah, baik sebagai sumber devisa
maupun sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Kelapa sawit merupakan tanaman
penghasil crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku utama minyak goreng dan
bahan baku industri lainya yang banyak digunakan diseluruh dunia (Nugroho,
2017).
Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di
dunia. Pada tahun 2018 luas lahan perkebunan diperkirakan sebesar 14,5 juta
hektar, dengan produksi CPO 43 juta ton per-tahun, dengan komposisi 5 juta ton
dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya diekspor. Industri kelapa
sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan sekitar 4 juta kesempatan
kerja (pro job), mendukung pembangunan daerah, dan pengentasan kemiskinan,
terutama di daerah pedesaan luar Jawa (pro poor). Nilai ekspor CPO dan produk
CPO berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan ekspor, yaitu sekitar
USD 20 miliar (sekitar 10% dari pendapatan ekspor total), terbesar kedua setelah
minyak dan gas (pro growth). CPO digunakan untuk bahan baku industri pangan
sebesar 80-85% dan industri non pangan sebesar 15-20%. Pertumbuhan konsumsi
minyak sawit dalam negeri adalah sekitar 5,5% per-tahun (Direktorat Jendral
Perkebunan, 2019).
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit, perlu memperhatikan pertumbuhan
vegetatif (akar,batang dan daun) dan pertumbuhan bunga dan buah. Pada masa
pertumbuhan vegetatif, munculnya bunga, baik jantan maupun betina dapat
mengganggu perkebangan pertumbuhan vegetatif. Oleh karena itu pada masa
vegetatif munculnya bunga jantan maupun betina sebelum waktunya harus
dibuang (Ma’ruf, 2018)
Produksi tanaman kelapa sawit memerlukan pemeliharaan tanaman yang
baik sejak dari fase tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai pada fase

1
2

tanaman menghasilkan (TM). Upaya pemeliharan kelapa sawit dapat dilakukan


salah satunya yaitu dengan melakukan kastrasi.
Kastrasi artinya membuang semua bunga yang ada pada tanaman muda atau
tanaman belum menghasilkan (TBM). Menurut Hartono et al. (2013), secara
fisiologis kastrasi menguntungkan karena semua hasil fotosintesis akan
tersalurkan untuk pertumbuhan batang sehingga batang pohon kelapa sawit lebih
tegap dan sehat. Yuri (2014) menambahkan bahwa kastrasi merupakan kegiatan
yang sederhana namun sangat penting, karena bertujuan untuk menekan
pertumbuhan generatif dan merangsang pertumbuhan vegetatif.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang


Tujuan dari praktek kerja lapang adalah:
1. Untuk mengetahui teknik mengkastrasi tanaman kelapa sawit di PT.
Warisan Telma
2. Dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di perkuliahan dan
praktek langsung di lapangan.
3. Dapat memahami cara kerja di lapangan dengan melibatkan diri dalam
proses budidaya kelapa sawit.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapang


Manfaat dari praktek kerja lapang adalah menambah wawasan sehingga
dapat memahami mekanisme dan manajemen kerja di perkebunan. Selain itu
mendapat pengalaman dan ilmu, membuka relasi, serta dapat melihat
perbandingan antara teori dengan keadaan yang ditemukan di lapangan.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit


Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang
lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak
sayur yang berasal dari Amerika. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledoneae
Keluarga : Arecaceae
Sub keluarga : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq. (Rosa, 2012).

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak


bercabang dan tidak mempunyai cambium, tingginya dapat mencapai 15 - 20 m.
Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monocious, bunga jantan dan bunga
betina berada pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan
daun, sedangkan bagian generatifnya yakni bunga dan buah (Mangoensoekarjo &
Semangun, 2008).
Bunga jantan dan betina terdapat masing-masing pada tandan bunganya dan
terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman kelapa sawit
dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang (Saputra, 2013).
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi
akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut
memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian
akar serabut tumbuh lurus kebawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar
kesamping (horisontal) (Sinaga, 2012).
Calon akar muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut
radikula, panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan.
Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan

3
4

jumlahnya,diamternya berkisar antara 8 dan 10 mm. Panjangnya dapat mencapai


18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar
sekunder tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat
mencapai 15cm (Pahan, 2010).
Kelapa Sawit termasuk sebagai tumbuhan monokotil, mempunyai akar
serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula
(bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan
kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal
batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia (Wahyuni, 2010).
Batang kelapa sawit membengkak pada pangkal (bongkol), bongkol ini
dapat memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu
sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping,
diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan ke atas dapat
mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm. Pertumbuhan meninggi ini berbeda
beda untuk setiap varietas (Sastrosayono, 2008).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh
pelepah daun (frond base). Karena sebab tertentu dapat juga timbul percabangan
meskipun sangat jarang sekali. Batang ini berbentuk silindris berdiameter 0,5 m
pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol
batang atau bowl. Sampai umur 3 tahun batang terlihat karena masih terbungkus
pelepah daun yang belum ditunas (Lubis, 2008).
Daun (Folium) pertama kelapa sawit yang keluar pada stadia bibit adalah
berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate.
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang
berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan. Pengenalan ini penting
diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain lain. Anak
daun yang ditengah dapat mencapai panjang 1,2 m. Berat satu pelepah dapat
mencapai 4,5 kg berat kering. Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan
pengamatan pertumbuhan. Produksi pelepah daun tergantung pada umur tanaman.
Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencpai 20-30
kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi 18-25 atau kurang (Vademicum
PTPN III, 2003)
5

Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang ada kedua tepinya terdapat dua
baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis),
yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya terdapat anak-anak
daun (pinna pinnata). Tiap anak dau terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai
daun (lamina) (Mangoensoekarjo & Soemangun, 2008).
Panjang cabang diukur dari pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman
dewasa sedang pada tanaman muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah
yang didapat bervariasi tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan
tanah. Jumlah anak daun tiap isi dapat mencapai panjang 1,2 m. Berat satu
pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40-50
pelepah (Lubis, 2008).
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru
ekonomis untuk di panen pada umur 2.5 tahun. Bunga kelapa sawit merupakan
monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu inflor
dibentuk dari setiap ketiak daun setelah diferensisasi dari pucuk batang. Jenis
kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24 bulan
baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu inflor
membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3-4 hari, sedangkan bunga-
bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari.
Penyerbukan yang umum terjadi biasanya penyerbukan silang namun kadang juga
sendiri (Mangoensoekarjo & Semangun, 2008).
Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau
betina. Sebagian dari tandan bunga ini akan gugur (aborsi) sebelum anthesis atau
sesudah anthesis. Pada tanaman muda sering juga dijumpai bunga abnormal
seperti bunga banci (hermaprodit) yaitu tandan bunga memiliki 2 jenis kelamin,
bunga andromorphic (androgynous) yaitu secara morfologi adalah bunga jantan
tetapi pada sebagian spikeletnya dijumpai pula bunga betina yang dapat
membentuk buah sawit kecil (Lubis, 2008).
Buah kelapa sawit akan matang 5-6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Buah
tersusun pada spikelet dan arena kondisi yang terjepit maka buah yang terletak
dibagian dalam akan lebih kecil dan kurang sempurna bentuknya dibandingkan
buah yang terletak dibagian luar. Kematangan buah khususnya digunakan sebagai
6

kriteria matang panen diperkebunan adalah lepasnya buah secara alami atau biasa
disebut telah “membrondol”. Jumlah buah dalah satu tandan bervariasi tergantung
umur dan pada tanaman dewasa satu tanda berisi lebih kurang 600- 2000
brondolan. Ukuran buah dan berat buah juga bervariasi, tergantung letaknya
dalam tandan. Panjang buah dapat mencapai 5 cm dan beratnya 30 gram
(Vademicum PTPN IV, 2006).
Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah) dan mesokarp (sabut
dan biji). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endocarp
(cangkang) dan inti (kernel), sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan
embrio (Mangoensoekarjo & Semangun, 2008).
Daging buah terdiri atas minyak air dan serat. Buah terutama tediri atas
celullosa dan lignin. Kadar air dan minyak berubah menurut kematangan buah
sedang kadar serat pada daging buah hampir tetap 13% terhadap berat buah sejak
3 bulan sesudah anthesis sampai buah matang. Penelitian di Afrika kadar serat ini
16% kadar bervariasi 11-21% (Lubis, 2008).
Fraksi tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi tentu tidak akan diperoleh
100%. Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan 3 sebanyak
65%, fraksi 1 maksimum 20% dan fraksi 4 maksimum 15% (Saputra, 2013).
f. Biji
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering
disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman.
Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan inti atau endosperm. Sebulan
sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski masih sangat tipis dan
lembut. Inti (endocarpium atau nunleos seminis) pada umur 2 bulan terjadi
perubahan dari bentuk cair menjadi agar–agar dan pada umur 3 bulan inti sudah
berbentuk padatan yang agak keras. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1.2
mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki dua bagian utama. Bagian
yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak berwarna
kuning. Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio.
Pada perkecambahan embrio berkembang dan akan keluar melalui lubang
cangkang. Bagian pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul
plumula (batang) (Sastrosayono, 2008).
7

2.2. Syarat Tumbuh


Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik
Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara
sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa
sawit akan baik pertumbuhannya tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan
padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15º
(BPPP, 2008).
Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berbuah pada ketinggian
hingga 1.000 meter dpl. Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas kelapa
sawit akan lebih optimal apabila tanaman ditanam pada ketinggian maksimum
400 meter dpl. Selain syarat ketinggian tempat maksimum 400 meter dpl. Kelapa
sawit sebaiknya ditanam pada kemiringan 0-12o, sementara itu untuk lahan yang
memiliki kemiringan 13-25o bisa ditanami kelapa sawit, namun pertumbuhannya
kurang baik (Sunarko, 2014)
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7
jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm,
temperatur optimal 24-28˚C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-
500 m dpl (diatas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk
tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu
proses penyerbukan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP,
2008).
Curah hujan optimum rata-rata yang diperlukan tanaman kelapa sawit
adalah 2000–2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa
bulan kering (defisit air) yang berkepanjangan. Namun, yang terpenting adalah
tidak terjadi defisit air di atas 250 mm. Tanaman kelapa sawit memerlukan
intensistas cahaya yang tinggi untuk berfotosintesis, kecuali saat kondisi tanaman
masih muda di pre-nursery. Lama penyinaran yang optimum yang diperlukan
tanaman kelapa sawit antara 5-12 jam. Suhu optimum yang dibutuhkan agar
tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik adalah 24-28˚C. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian
tempat (Fauzi et al., 2012).
8

Kelembaban udara dan angin adalah faktor penting yang menunjang


pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
adalah 80%. Sedangkan angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar,
mengurangi kelembaban, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu
(Fauzi et al., 2012).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh secara baik pada berbagai jenis tanah,
seperti Podsolik (Ultisol), Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, dan
tanah Alluvial. Beberapa hal yang menentukan sifat tanah adalah tekstur, struktur,
konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan
kedalaman permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah
gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, mempunyai solum yang
tebal sekitar 80 cm, tanpa lapisan tanah yang keras (padas). Tekstur tanah ringan
dengan kandungan pasir 20-60%, debu 100-40%, dan liat 20-50% (Fauzi et al.,
2012).
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari keasaman dan komposisi kandungan
hara mineralnya. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah 4,0 - 6,5; sedangkan
pH optimumnya adalah 5-5,5. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah
yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10
(Fauzi et al., 2012).

2.3. Kastrasi
Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal tentunya tidak terlepas dari
adanya pemeliharaan tanaman yang baik sejak dari fase tanaman belum
menghasilkan (TBM) sampai pada fase tanaman mengahasilkan (TM). Tanaman
belum menghasilkan adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan pertama
penanaman sampai dipanen pada umur 30 – 36 bulan. Pemeliharaan masa
tanaman belum menghasilkan merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari
pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang
berkualitas prima. Selama masa tanaman belum menghasilkan diperlukan
beberapa jenis pekerjaan pemeliharaan yang secara teratur harus dilaksanakan,
diantaranya adalah "Penunasan dan Kastrasi" (Sinaga, 2013).
Kastrasi atau ablasi pada tanaman kelapa sawit adalah pembuangan bunga
jantan dan betina pada TBM yang dilakukan sebulan sekali, dimulai saat tanaman
9

berumur 14 bulan sampai 26 bulan atau 6 bulan sebelum panen perdana dimulai.
Tanaman yang baik pertumbuhannya akan mulai berbunga pada umur 8-14 bulan.
Bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna, sering aborsi dan tidak
efisien dipertahankan untuk menghasilkan tandan (Mangoensokarjo dan
Soemangun, 2008).
Kastrasi dilakukan pada tanaman yang sudah mengeluarkan bunga yang
buahnya belum memenuhi syarat untuk dipanen. Tujuannya adalah untuk
merangsang pertumbuhan vegetatif sehingga mendapatkan buah dengan berat
tandan yang relatif seragam, memperoleh kondisi tanaman yang bersih yang akan
mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. Ma’ruf (2018)
menambahkan, bahwa membuang buah, bunga jantan dan bunga betina dilakukan
untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif serta mengurangi resiko serangan
jamur Marasmius Sp. Kastrasi merupakan pekerjaan penting sebelum tanaman
beralih dari TBM ke TM.
Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14
bulan, tergantung pada pemeliharaan dan kondisi lingkungan. Bunga-bunga ini
masih belum sempurna membentuk buah sehingga tidak ekonomis untuk diolah.
Keadaan demikian berlangsung sampai tanaman berumur sekitar 26 bulan. Semua
bunga maupun buah yang keluar dalam umur 14-26 bulan ini tidak bermanfaat
dan perlu dibuang atau dikastrasi, untuk mendukung pertumbuhan vegetatif
tanaman kelapa sawit. Tindakan ini dimaksudkan untuk penyerapan zat-zat hara
bagi pertumbuhan vegetatif, tanaman akan menjadi lebih bersih dan mengurangi
adanya serangan hama/penyakit. Kondisi tanaman yang bersih, dapat mengurangi
kemungkinan serangan hama dan penyakit antara lain ulat Tirathaba, tikus, tupai
dan jamur Marasmius.
10
3. KEADAAN UMUM DAERAH PRAKTEK KERJA
LAPANG

3.1. Sejarah dan Perkembangan


Awal berdirinya perusahaan ini pada tahun 1947 dengan nama SOCFIN
(Societe Financiere des Caoutchouis) yaitu salah satu perusahaan Belgia yang
bergerak dibidang tanaman karet yang dipimpin oleh Tuan Angelkam sampai
pada tahun 1950 perusahaan ini berganti pimpinan yaitu Tuan Kresdeck sampai
pada tahun 1952 diganti oleh Tuan Y Deyounge hingga pada tahun 1954
dilanjutkan oleh Tuan Renese, Perusahaan ini juga salah satu cabang atau bagian
AFD dari Piasa Ulu yang dikelilingi dan berbatasan dengan perusahaan Ci Pef
yang pernah juga menjadi PTPN, dan saat ini menjadi PT.Padasa Enam Utama.
Pada tahun 1958 perusahaan ini dipimpin oleh bapak Rustam sebagai ADM
hingga pada tahun 1960 perusahaan ini dipisah dari Piasa Ulu dan berganti nama
menjadi CV.Warisan.Perusahaan ini berberpindah tangan dan dimiliki oleh bapak
Burhannudin yang dipimpin oleh bapak M.Nur, hingga pada tahun 1970
perusahaan ini dipimpin oleh bapak M.Sarif, sampai pada tahun 1973 dipimpin
oleh M.Amirruddin, sampai pada tahun 1976 dipimpin oleh bapak Syahril, hingga
CV.Warisan berganti nama menjadi PT.Warisan Telma pada tahun 1980 dan
dipimpin oleh bapak Surahma, hingga pada tahun 1982 dipimpin oleh bapak
Syaripali berlanjut pada tahun 1987 dipimpin oleh bapak Rusdi, Pada tahun 1990
dipimpin oleh bapak Sudarmaji, hingga pada tahun 1991 dipimpin oleh bapak
Tedy.S, Pada tahun 1993 dilakukan konservasi tanaman karet menjadi tanaman
sawit,pada tahun 1999 PT.Warisan Telma dimiliki oleh Divinia Lily. Hingga pada
tahun 2004 dipimpin oleh bapak Ir.Mahruzar, sampai sekarang.
Awal penanaman kelapa sawit ditanam pada tahun 1995, dengan izin
konversi No:593.41/697/f, dengan surat izin guna usaha No:21/HGU/2001. Yang
berada di desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat.
PT.Warisan Telma adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
perkebunan yang mempunyai aspek sosial terhadap karyawan dan masyarakat
sekitar, sehingga terciptanya kegiatan ekonomi.Warisan Telma berdiri didesa
Silom-lom Kec Simpang Empat tepatnya Kab Asahan. Dengan titik kordinat

10
11

kantor N :02o52’45,5” dan E:099o42’00,7’’ dengan luas HGU :487, 80HA. Usaha
perkebunan warisan telma berbatasan dengan masyarakat dan usaha perkebunan
lain: - Sebelah Utara berbatasan dengan lahan PT.Padasa Enam Utama. - Sebelah
Selatan berbatasan dengan lahan PT.Padasa Utama. – Sebelah timur berbatasan
dengan desa Silom-lom. - Sebelah barat berbatasan dengan lahan PT.Padasa Enam
Utama.

3.2. Profil Perkebunan


Kebun Teluk Manis PT.Warisan Telma terletak di Desa Silom-lom,
Kecamatan Simpang 4, Kab Asahan kira kira 20 km dari kota kisaran ± 20-25 dari
jarak terdekat pantai. Pada titik koordinat Lintang Utara (LU) N 02 o52’45’5” dan
Bujur Timur (BT) E:009o42’007” Dengan Elevasi:34 meter diatas permukaan laut
(DPL). Luas areal Kebun Teluk Manis (TBM dan TM) 476,96 Ha.
PT. Warisan Telma memiliki luas Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 487,80
ha, dengan komoditi tanaman Kelapa Sawit seluas 487,80 ha. Bahan tanaman
kelapa sawit yang di budidayakan PT. Warisan Telma merupakan bahan tanaman
unggul yang berasal dari persilangan dura x pesifera dari Balihas.
Pada Kebun Teluk Manis lahan yang di tanami terdiri dari 22 blog dengan
luas lahan keseluruhan 487,80 ha. Pada perkebunan ini tahun tanam terdiri atas
beberapa kelompok yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Tahun tanam kelapa sawit PT. Warisan Telma


Nomor Tahun Penanaman Blog

1 Tahun Tanam 1995 3 – 9 – 10 – 12

1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 9 – 15 – 16 – 17 – 18
2 Tahun Tanam 2000
– 19 – 20 – 21 – 22
3 Tahun Tanam 2001 7 – 8 – 12 – 13 – 14

4 Tahun Tanam 2005 12 – 13  - 14 – 15

5 Tahun Tanam 2010 9 – 10 – 11 – 12

6 Tahun Tanam 2014 10 – 11

7 Tahun Tanam 2015 8 – 20 – 19


Sumber : Kantor Kebun Teluk Manis
12

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada Kebun Teluk Manis tanaman kelapa


sawit  sudah menjadi tanaman menghasilkan (TM). Setiap unit pada kebun Teluk
Manis memiliki luas lahan yang berbeda-beda dan pada setiap unit memiliki tahun
tanam  yang berbeda-beda pula.
Menurut sistem “Soil Taxonomy” (Soil Survey Staff, 1987) Pada tingkat
ordo tanah di daerah ini diklasifikasikan sebagai Ultisol berasal dari kata Ultimus
artinya tanah terakhir. Umumnya tanah ini berkembang dari bahan induk tua
dengan ciri-ciri pelapukan lanjut akibat pencucian yang intensif terhadap basah-
basah sehingga tanah berpotensi menjadi asam, kejenuhan bisa rendah sampai
lapisan horizon B bawah tanah. Akumulasi liat di horizon B besar pada sistem
klasifikasi lama tanah ini jenis podsolik merah–kuning, hal ini dicirikan dengan
variasi warna merah-ungu, orange kemerahan atau orange pucat, kekuningan dan
kekuningan coklat. Hasil warna ini diakibatkan dari akumulasi oksidasi besi
(karat) yang sangat tidak larut dalam air.
Disebagian tempat juga ditemukan tanah dalam tingkat ordo tanah
Inceptisol artinya permulaan (dalam klasifikasi lama disebut tanah Aluvial).
Tanah ini belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah dan masih
banyak menyerupai bahan induknya dan ciri lainnya bertekstur pasir halus dan
sangat halus. Dengan kondisi iklim lembab terbentuk dengan topografi dilembah-
lembah atau jalur aliran sungai atau dekat pantai. Tanah ini usianya muda dan
termasuk tanah mineral dengan tingkat pelapukan dan perkembangan sedang.
Umumnya tanah ini berkembang dari Formasi Giologi Tuff Volkan.
Kebun Teluk Manis terletak samping desa Silom-lom, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Perkebunan ini berjarak
sekitar 25 Km dari Kota Kisaran. Kebun Teluk Manis memiliki kondisi
lingkungan sebagai berikut :

a. Topografi
Areal kebun Teluk Manis terletak pada titik koordinat N : 82 0 52’ 46’’ dan E
: 0990 42’ 01’. Dalam garis besarnya topografi pada areal perkebunan ini adalah
bergelombang dengan kemiringan 8% yang berada pada ketinggian 30 m dpl,
yang berjarak sekitar 15 km dari pinggir pantai. 
13

b. Temperatur udara
Suhu pada areal kebun Teluk Manis berkisar antara 28° - 30°c. Dengan
curah hujan rata –rata setahun 2600 mm dari 153 hari hujan . Bulan kering (<150
mm/ bulan ) pada bulan April sampai dengan Juni.

3.3. Visi dan Misi Perkebunan serta Struktur Organisasi


Kebun PT.Warisan Telma memiliki visi yaitu Menjadi perusahaan kelapa
sawit yang lestari berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan. Kebun PT.Warisan
Telma memiliki 3 misi yaitu sebagai berikut :
1. Melaksanakan manajemen bisnis perusahaan secara profesional sesuai dengan
tata kelola perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan (Sustainable Plam Oil)
2. Menjamin keberlangsungan perusahaan melalui peningkatan produktifitas,
efisiensi proses produksi dan inovasi.
3. Meningkatkan keuntungan untuk mencapai kemajuan perusahaan yang
berkelanjutan dan kesejahteraan karyawan.
Kebun PT.Warisan Telma memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
Manager
Ir. H. Mahruzar, M.M

Asisten Afdeling Asisten Tata Usaha


Widi Handoko S.P Eko Nasution

Ka. Security : Sugito kesehatan : Sulastri

Krani Panen : Iskandar Adm : Siti maulidani

Krani Gudang :
Mandor Panen : Andika Utama
Heru Julianto
Dalimunte dan Aminuddin

Mandor Transport :
Mandor Harian : Alamsyah Putra, S.E Iskandar

Karyawan : 72 orang

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Warisan Telma


4. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG

4.1. Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan selama satu bulan, terhitung mulai
tanggal 31 Juli 2020 – 31 Agustus 2020. Praktek kerja lapang dilakukan di PT.
WARISAN TELMA, Desa Silom-lom, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten
Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

4.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengkastrasian adalah dodos kecil dengan


ketentuan lebar maksimal 8 cm, gancu, dan capit udang. Alat Pelindung Diri
(APD) yang di perlukan dalam melaksanakan kegiatan pengkastrasian adalah
helm kerja, sarung tangan, dan sepatu kerja.

4.3. Metode Praktek Kerja Lapang


Praktek kerja lapang meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah :
1. Kegiatan teknis di lapang yang berupa pengamatan dan turut serta secara
langsung di lapang untuk mengetahui teknik pengkastrasian di PT.
Warisan Telma, Kabupaten Asahan.
2. Pengambilan data sekunder di Kantor Divisi PT. Warisan Telma,
Kabupaten Asahan.

4.4. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan langsung dan
praktek langsung di lapangan serta wawancara dengan Manager, Asisten Divisi,
Mandor, dan Krani untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pengamatan
langsung di lapang merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
turun langsung ke lapang untuk mengamati dan turut serta melakukan setiap item
pekerjaan yang ada di lapang. Sedangkan wawancara merupakan kegiatan tanya-
jawab dalam percakapan yang diajukan kepada orang-orang yang sesuai dengan
quisoner yang telah disiapkan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
dalam penyusunan laporan.

14
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Persiapan Pengkastrasian


5.1.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengkastrasian adalah dodos kecil dengan
ketentuan lebar maksimal 8 cm dan gancu. Kegiatan kastrasi umumnya dilakukan
dengan dodos panen standar, dengan ketentuan lebar dodos 8 cm agar mengurangi
resiko kerusakan pelepah saat kastrasi dilakukan (Nabu et al., 2017). Berikut
adalah gambar alat dodos dan gancu yang digunakan untuk pengkastrasian, dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Dodos dan gancu

Alat Pelindung Diri (APD) pada dasarnya selalu diperlukan saat kita
melakukan pekerjaan di lapangan guna untuk mengurangi resiko kecelakaan
dalam berkerja. Berikut adalah alat pelindung diri (APD) yang di perlukan dalam
melaksanakan kegiatan pengkastrasian adalah helm kerja, sarung tangan, dan
sepatu kerja. Gambar 3.

15
16

Gambar 3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

5.1.2 Urutan Pekerjaan


Dalam melaksanakan pengkastrasian ini perlu memperhatian Standar
Operasional Pekerjaan (SOP) agar terlaksananya pekerjaan yang sesuai dan tepat
sasaran juga untuk mengurangi terjadinya kecelakaan dalam berkerja. Adapun
urutan perkerjaan yang perlu di perhatikan dan di laksanakan adalah sebagai
berikut:
1. memakai APD saat bekerja
2. melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
3. menggunakan alat dodos kecil untuk membuang buah dan alat songket
untuk membuang bunga dompet sesuai peruntukannya.
4. mengatur posisi berdiri yang aman saat melaksanakan perkerjaan.
5. membuang seluruh bunga dompet agar pertumbuhan vegetatif tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan lebih baik.
6. memotong seluruh tandan buah yang belum memenuhi kriteria panen.
7. Tidak dibenarkan memotong pelepah songgo buah.
17

8. membuang potongan bunga dompe dan tandan buah ke rumpukan.


9. meletakkan alat pada posisi aman sewaktu istirahat.
10. membungkus alat dengan sarungnya pada saat berkendara menuju dan
pulang berkerja (IK. PT. WARISAN TELMA).

Untuk penentuan lokasi pengkastrasian ini sudah di arahkan dari mandor


langan pada saat apel pagi dilaksanakan yaitu bertepatan pada blok 16 PT.
WARISAN TELMA dengan umur tanaman 18 bulan setelah tanam.

Gambar 4. Tanaman kelapa sawit sebelum dilakukan kastrasi.

5.2. Pelaksanaan Kastrasi


5.2.1 Bunga Yang Dikastrasi
Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 12
bulan, tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga jantan dan betina
masih belum sempurna membentuk buah sampai tanaman berumur 26 bulan,
sehingga tidak ekonomis untuk diolah. Oleh karena itu, semua bunga maupun
buah yang keluar sampai dengan umur 26 bulan ini perlu dibuang atau di kastrasi.
18

Kastrasi kelapa sawit merupakan istilah di perkebunan kelapa sawit yang


artinya membuang semua bunga yang ada pada tanaman kelapa sawit muda atau
TBM. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga pertama, umur 12
sampai 26 bulan (Suwarto & Octavianty, 2010).
Bunga yang dikastrasi adalah bunga yang benar-benar sudah keluar tetapi
belum pecah dan bunga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Secara fisiologis kastrasi menguntungkan karena
semua hasil fotosintesis akan tersalurkan untuk pertumbuhan batang sehingga
batang pohon kelapa sawit lebih tegap dan sehat.

Gambar 5. Bunga kelapa sawit yang di kastrasi.

5.2.2. Pelaksanaan Kastrasi


Pelaksaan kastrasi ini dilaksanakan pada blok 16 di PT. Warisan Telma,
Kabupaten Asahan. Kastrasi dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga, biasanya
pada umur 14 BST – 18 BST sampai 26 BST – 30 BST atau bila jumlah bunga
hasil monitoring pada suatu blok sudah mencapai 50%. Kastrasi dilakukan dengan
rotasi 1 bulan sekali, karena dalam jangka waktu itu tandan bunga masih muda
19

dan mudah dipatahkan, selain itu bunga yang keluar belum banyak menyerap
unsur hara dari tanaman tersebut (Lubis, 2008).
Ketika bunga dari tanaman tersebut sudah berkembang ataupun sudah
menjadi buah maka buah tersebut akan banyak menyerap unsur hara tanaman
yang dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan
dilakukannya pengkastrasian ini maka unsur hara makanan akan lebih optimal di
konsumsi tanaman guna mempercepat laju pertumbuhan vegetatif kelapa sawit
menjadi lebih maksimal maksimal.
Sistem pengerjaan pengkastrasian ini dilakukan dengan mematahkan
bunga yang masih muda degan pengait, sementara yang sudah tua dan membuka
dipotong dengan mata dodos. Setelah itu bunga dikumpulkan digawangan lalu
dibakar (Vademicum Socfindo, 2000).

Gambar 6. Pelaksanaan kastrasi pada tanaman kelapa sawit

Apabila pengkastrasian tidak dilakukan pada tanaman kelapa sawit maka


dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman tersebut, yang tadinya
tanaman kelapa sawit umumnya pada umur 30–35 bulan setelah tanam dengan
perawatan yang optimal sudah dapat menghasilkan, namun pada taman kelapa
sawit yang tidak adanya dilakukan pengkastrasian ini maka produksinya akan
menjadi sedikit terhambat, dikarenakan unsur hara makanan tanaman kelapa sawit
20

menjadi terbagi dengan bunga dan pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit
tersebut.
Kastrasi yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit menyebabkan
tanaman dapat tumbuh dengan maksimal dan menjadikan pertumbuhan
vegetatifnya menjadi lebih baik, hal ini terjadi karena pokok kelapa sawit yang
telah dikastrasi cenderung akan mengalihkan nutrisi yang tadinya akan diserap
oleh bunga akan menjadi nutrisi untuk pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa
sawit sehingga pertumbuhan tanaman kelapa sawit akan menjadi lebih baik dan
dapat memperkokoh serta memperkuat batang tananan kelapa sawit. Tanaman
kelapa sawit yang telah dikastrasi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Tanaman kelapa sawit setelah dilakukan kastrasi


6. PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Pelaksanaan kastrasi penting dilakukan karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kastrasi bunga jantan maupun bunga
betina dan bakal buah yang belum mencapai kriteria panen, menyebabkan
penyerapan unsur hara manjadi lebih baik sehingga meningkatkan pertimbuhan
dan perkembangan tanaman kelapa sawit.

6.2. Saran
Proses pelaksanaan kastrasi perlu memperhatikan keamanan dan
keselamatan dalam berkerja, agar terhindar dari terjadinya kecelakaan. Pada saat
kastrasi dilakukan, untuk selalu berhati hati dalam malaksanakannya, jangan
sampai pelepah songgo bunga kelapa sawit juga terpotong.
Pengawasan terhadap karyawan perlu lebih intensif dilakukan agar karyawan
melakukan kegiatan pekerjaan sesuai dengan standar operasional perkerjaan
(SOP). Kelengkapan alat pelindung diri (APD) setiap kariawan harus dilengkapi
dan diperhatikan agar sesuai dengan prosedur K3 (Keamanan, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja) dan terhindar dari kecelakaan dalam bekerja

21
DAFTAR PUSTAKA

Ma’ruf, A. 2018. Materi Kuliah Pengelolaan Kelapa Sawit 3 Pemeliharaan


Tanaman. Asahan: Universitas Asahan

Badan Pengembangan dan Penelitian Pertanian (BPPP). 2008. Teknologi


Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia Tree Crop


Estate Statistics Of Indonesia 2018-2020 Kelapa Sawit Palm Oil. Jakarta:
Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y. E., Wibawa, I. S., & Paeru, R. H. 2012. Kelapa Sawit.
Jakarta : Penebar Swadaya. 236 Hal.

Harahap, N.P. 2017. Uji Penggunaan alat Modifikasi Dodos Standar Untuk
Kegiatan Kastrasi dan Sanitasi. Jurnal gromast. 2(2), 1-17.

Hartono, B., Adiwirman., & Manurung, G. 2013. Teknik Budidaya Tanaman


Kelapa Sawit (Elaeis guenensis Jacq) Belum Menghasilkan di Lahan
Pasang Surut Yang Dilakukan Petani di Kecamatan Bangko Pusako
Kabupaten Rokan Hilir. Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian.
Universitas Riau.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Mangoensoekarjo, & Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Yogyakarta (ID) : UGM Press. 605 hal.

Nabu, P.H.C., Priambada., & Kristalisasi, N. 2017. Uji Penggunaan Alat


Modifikasi Dodos Standar Untuk Kegiatan Kastrasi dan Sanitasi. Jurnal
agromast. 2(2), 1-17.

Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
ke Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pusat Penelitiam Kelapa Sawit (PPKS). 2006. Potensi dan Peluang Investasi
Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

PTPN III. 2003. Vademicum Budidaya Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara
III. Medan. 230 hal.

Rosa, R.N. 2012. Pengelolaan Pembibitan Ttanaman Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo Medan,

22
23

Sumatera Utara. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut


Pertanian Bogor.

Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sunarko. 2014. Budi Daya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.

Suwarto, & Octavianty. Y. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuri, D. 2014. Analisis Mutu Capit Udang (Alat Kastrasi) Modifikasi PT. Cakra
Multi Sawit Mandiri. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
24
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Gambar dodos kastrasi

Gambar 2. Penyerahan Cindramata

24
25

Gambar 3. Tanaman belum dikastrasi

Gambar 4. Tanaman belum dikastrasi


26

Gambar 5. Pembuangan bunga dompet menggunakan capit udang

Gambar 6. Pembuangan bunga jantan menggunakan dodos


27

Gambar 7. Pembuangan bunga betina menggunakan dodos

Gambar 8. Tanaman setelah dikastrasi


28

Gambar 9. Tamanan setelah dikastrasi

Gambar 10. Bunga jantan


29

Gambar 11. Bunga dompet

Gambar 12. Bunga hasil kastrasi

Anda mungkin juga menyukai