MAKALAH
Disusun oleh
Dosen Pengampu :
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan Makalah ANALISIS MASALAH BUDIDAYA TANAMAN
PANGAN TERHADAP KOMODITAS PADI (Oryza sativa) PADA PETANI
dengan lancar guna melengkapi tugas penulis di semester ini.
Dalam pembuatan Makalah ini semoga dapat berguna baik kepada masyarakat dan juga
mahasiswa lainya, dan dibantu orang tua yang selalu mendoakan kami dimana pun kami
berada .
Akhir kata semoga Makalah ini dapat mencapai nilai yang maksimal, penulis sudah
berusaha maksimal dalam penyelesaian makalah ini,namun bila terdapat kesalahan kami
mohon maaf. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih .
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
2.3 Panen........................................................................................................3
iii
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tanaman komoditas Padi.
2. Untuk mengetahui penanganan pasca panen pada komoditas teh.
3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan para petani.
4. Untuk mengetahui penyelesaian permasalahan petani.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Padi termasuk tanaman yang berbunga, dikelompokan sebagai divisi Magnoliophyta.
Selanjutnya karena memiliki satu kotiledon atau berkeping satu dimasukan dalam kelas
Liliopsida. Padi juga termasuk tanaman herba semusim, batang beruas, daun berupih dan
bertulang daun sejajar sehingga dimasukan dalam ordo Poales serta famili Gramineae
(Poaceae).
2.3. Panen
Estimasi hasil produksi padi dapat dilakukan dengan menggunakan citra Satelit
Landsat 8, pada kondisi normal nilai NDVI berkorelasi positif terhadap hasil produksi
padi. Pendugaan hasil produksi padi dengan citra Landsat 8 dapat dilakukan pada saat
tanaman padi berumur 67 sampai 77 hari setelah tanam, atau sekitar umur 2 bulan. Model
estimasi produksi padi yang diperoleh adalah y = 2.0442e1.8787x (dimana x adalah nilai
NDVI citra Landsat 8 dan y merupakan hasil produksi padi). Rata-rata hasil produksi padi
di Kabupaten Klungkung berdasarkan analisis citra satelit Landsat 8 adalah 7.24 ton/ha.
4
2.4. Pasca Panen
Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan pascapanen padi meliputi (1)
pemanenan, (2) perontokan, (3) perawatan atau pengeringan, (4) pengangkutan, (5)
penggilingan, (6) penyimpanan, (7) standardisasi mutu, (8) pengolahan, dan (9)
penanganan limbah.
penanganan pascapanen perlu mengikuti persyaratan Good Agricultural Practices
(GAP) dan Standard Operational Procedure (SOP) (Setyono et al. 2008a). Dengan
demikian, beras yang dihasilkan memiliki mutu fisik dan mutu gizi yang baik sehingga
mempunyai daya saing yang tinggi (Setyono et al. 2006b).
5
BAB III PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, penebaran benih untuk penyemaian bibit dilakukan dengan
menggunakan alat penebar benih. Alat penebar digunakan untuk menghasilkan kerapatan
benih yang sama dengan kerapatan benih dengan menggunakan tray, yaitu kerapatan 560
– 1 390 g/m2. Bagian-bagian dari alat penebar adalah hopper, metering device, batang
pendorong, alat perata tanah, dan lintasan.
Metode tersebut dapat menghasilkan rata-rata populasi bibit padi yang sesuai
dengan kriteria penanaman dengan menggunakan rice transplanter Kubota SPW48 C
dengan 4 baris tanam tipe dorong yaitu 2-4 bibit per rumpun. Di lain sisi, alat perata tanah
yang dirancang tidak dapat digunakan untuk meratakan tanah karena tanah yang
6
digunakan sebagai media semai memiliki densitas tanah yang lebih besar dari pada
densitas tanah pada kondisi lumpur.
Sistem tanam jajar legowo memiliki jumlah rumpun per satuan luas lebih banyak
dibandingkan cara tanam tegel yang setara, misalnya tanam tegel 25 cm x 25 cm memiliki
populasi 160.000 rumpun per ha, sedangkan legowo 2:1 yang setara dengan 25-50 cm x
12,5 cm memiliki populasi 213.333 rumpun. Orientasi pertanaman jajar legowo meskipun
pada populasi yang sama berpeluang menghasilkan gabah yang lebih tinggi karena lebih
banyaknya fotosintesis yang terjadi, karena lebih efektifnya pertanaman menangkap
radiasi surya dan mudahnya difusi gas CO2 untuk fotosintesis.
Lin et al. (2009), menyatakan jarak tanam yang lebar dapat memperbaiki total
penangkapan cahaya oleh tanaman dan dapat meningkatkan hasil biji. Lebih lebarnya
jarak antar barisan dapat memperbaiki total radiasi cahaya yang ditangkap oleh tanaman
dan dapat meningkatkan hasil. Oleh sebab itu, penerapan sistem tanam jajar legowo yang
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat hampir dapat dipastikan akan meningkatkan
produktivitas tanaman padi dan keuntungan bagi petani, sedangkan perluasannya secara
nasional dapat meningkatkan produksi padi.
Jarak tanam legowo 30 x 20 x10 dapat menghasilkan padi gogo sebanyak 3,29
ton/ha. Sedangkan hasil terendah diperoleh dengan menggunakan jarak tanam tegel (25 x
25cm) sebesar 2,22 ton/ha (Putra 2011). Menurut Masdar et al. (2005) penggunaan jarak
tanam 30 cm x 30 cm nyata meningkatkan hasil dan komponen hasil padi dibandingkan
jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 25 cm x 25 cm.
Cara tanam jajar legowo berpeluang menghasilkan gabah lebih tinggi dibandingkan
dengan cara tanam tegel melalui populasi yang lebih banyak, varietas yang lebih adaptif
pada kondisi pertanaman rapat, yang ditunjukkan oleh dengan rendahnya penurunan hasil
akibat ditanam rapat dibandingkan cara tanam biasa/tegel.
Populasi dan produktivitas rumpun padi dari cara tanam tegel versus jajar legowo
disajikan pada Gambar 1. Populasi untuk pertanaman tegel 25 cm x 25 cm adalah
7
160.000 rumpun/ha, sedangkan untuk jajar legowo 2:1 (25-50) cm x 12,5 cm = 4/3 x
160.000 = 213.333 rumpun, atau 1,33 kali lebih banyak dibandingkan dengan tanam tegel
25 cm x 25 cm.
3. Pemupukan
Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah milik Unit Pengelola Pengembangan
Sumber Daya Hayati Universitas Padjadjaran Jatinangor, dengan ketinggian tempat
sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Waktu pelaksanaan percobaan dilakukan pada
bulan Mei 2001 sampai bulan Agustus 2001. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan dan sembilan
buah perlakuan sehingga didapat 27 plot percobaan. Ukuran tiap plot adalah 5 x 6 m2
. Jarak antar plot dibatasi oleh galengan kecil sedangkan jarak antar blok ulangan akan
dibatasi oleh galengan besar (1 m). Saluran pemasukan air dan pengeluaran ke tiap
petakan dibuat terpisah sehingga tidak akan terjadi pencampuran. Tanaman padi ditanam
dengan jarak tanam 25 x 25 cm dan jumlah bibit 3 batang per rumpun. Sebelum bibit padi
ditanam, benih padi disemaikan dulu di bedeng persemaian selama 21 hari. Uji statistik
yang digunakan adalah uji F pada taraf 5% sedangkan untuk menguji perbedaan nilai
rata-rata digunakan uji beda nyata terkecil (Lsd).
8
Berdasarkan hasil analisis kimia tanah kadar P tanah sawah di Kecamatan
Manggis Kabupaten Karangasem berkisar antara 29,51 – 44,57 (mg/100 g) tergolong
sedang sampai tinggi. Anjuran pemupukan P pada tanah sawah berstatus P sedang
sebanyak 75 kg SP-36 ha-1 , dan pada lahan sawah berstatus P tinggi sebanyak 50 kg SP-
36 ha-1 (Permentan No 40. 2007).
4. Pengairan
Potensi pengurangan penggunaan air untuk pengeluaran padi aerob adalah besar
apabila Padi boleh ditanam sebagai tanaman tanah darat seperti jagung dan gandum.
Sistem pengeluaran aerob mengelakkan kehilangan melalui resapan dan serapan yang
berterusan serta mengurangkan penyejatan kerana tidak ada air bertakung sepanjang
pertumbuhan pokok padi. Selain itu padi aerob juga menggunakan air hujan dengan
berkesan dan seterusnya membantu meningkatkan produktivitiair dan
mengurangkan kehilangan mendapantanah dan kelodak terutama nyadi mana
tanah mempunyai kadar resa pandan serapan yang tinggi Selain itu air untuk
9
penyediaan tanah sebagaimana yang digunakan untuk padi sawah juga tidak
diperlukan kerana penyediaan tanah tanaman padi aerob dibuat dalam keadaan tanah
kering.
Sistem pengeluaran padi aerob merupakan pilihan yang sesuai untuk
persekitaran yang mempunyai sumber air yang terhad. Walaubagaimanapun varieti
padi khusus yang tahan keadaan kurang air, memberi gerakbalas kepada pengairan
dan pembajaan, berdaya saing terhadap rumpai dan berhasil tinggi
10
3.2 Peningkatan produksi padi
Peningkatan produksi padi melalui introduksi varietas unggul berdaya hasil tinggi
menimbulkan masalah baru dalam pascapanen, yaitu kehilangan hasil tinggi dan beras
yang dihasilkan bermutu rendah karena tingginya persentase butir hijau dan butir
mengapur lebih dari 10%, dan butir beras pecah lebih dari 20% (Araullo et al. 1976;
Ditjentan 1982; Setjanata et al. 1982; Setyono 1990; Setyono et al. 1990b; Baharsyah
1992; Hosokawa 1995; Setyono et al. 2008a)
11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang kami buat bahwasanya dalam budidaya tanaman
pangan tidak lepas dari permasalahan para petani, terutama yang dihadapi
merupakan komoditas tanaman pokok yaitu padi.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani pada komoditas padi yaitu :
1. Pembibitan
2. Jarak tanam
3. Pemupukan
4. Pegairan
5. Pengendalian hama/ OPT
Namun semua itu dapat dilalui petani dengan pengalaman serta pembelajaran,
Agar hasilnya dapat memuaskan.
4.2 Saran
Dalam melakukan pengendalian masalah terhadap turun lapang harus atau terjun
langsung ke lahan harus selalu mengutamkan keselamatan dan selalu
memperhatikan protokol kesehatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. M. dan S. S. Salman. 2015. Estimating the Yield of Rice Farms in Southern Iraq
using Landsat Image. International Journal of Scientific & Engineering Research.
8(6):1607--- 1614.
Genc, L., M. Inalpulat, U. Kizil, dan S. Aksu. 2014. Determination of Paddy Rice Field
Using Landsat 8 Image. International Conference on Biological, Civil and
Enviromental Engineering (BCEE). Dubai March: 17-18.
Kania, D. S., I. H. Ismullah, W. N. Sulasdi, dan A. B. Harto. 2010. Estimasi Produktivitas
Padi Sawah Berbasis Kalender Tanam Heterogen Menggunakan Teknologi
Penginderaan Jauh. J.Rekayasa. XIV(3):110-124.
Arifin, M, Penggunaan Virus (NPV) dalam penanganan OPT dan Implementasinya di
Lapangan. Makalah Balitbio, Pertemuan Koordinasi Penanganan OPT dan
Perumusan Komponen PHT Spesifik Lokasi tanggal. 3 - 5 Agustus 1997.
AAK, Budidaya Tanaman Padi, Aksi Agraris Kanisius, Yayasan Kanisius Yogyakarta,
1973.
Almera. 1997. Grain losses at different harvesting times based on crop maturity. In L.
Lantin. Rice Postharvest Operation. www.org/inpho/index.htm.
Ananto, E.E., Handaka, dan A. Setyono, 2004. Mekanisasi dalam perspektif modernisasi
pertanian. hlm. 443-466. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan M. Fagi (Ed.).
Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Araullo, E.V., B.D. de Padua, and Graham. 1976. Rice Postharvest Technology. IDRC-
053e. International Development Research Centre, Singapore. 394 pp. Baharsyah,
S. 1992.
Pidato Pengarahan Menteri Pertanian pada Pembukaan Simposium Penelitian Tanaman
Pangan III. Dalam M. Syam, Hermanto, M. Karim, dan Sunihardi (Ed.). Kinerja
Penelitian Tanaman Pangan, Buku 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor
Faruk, M. O., M. A. Rahman, and M. A. Hasan. 2008. Effect of seedling age and number
of seedling per hill on the yield and yield contributing characters of BRRI dhan
33. Int. J. Sustain. Crop Prod. 4(1): 58-61.
Hatta, M. 2012. Jarak tanam sistem legowo terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas padi pada metode SRI. Jurnal Agrista 16:87-93.
13
Ikhwani dan A.K. Makarim. 2012. Respons varietas padi terhadap perendaman,
pemupukan dan jarak tanam. J. Pen. Pert. Tan. Pangan 31(2):93-99.
Kim, S. S., B. K. Kim, M. G. Choi, M. H. Back, W. Y. Choi, and S. Y. Lee. 1999. Effect
of seedling age on gowth and yield of machine transplanted rice in southrern
plain region. Korean J. of Sci. 44(2):122- 128.
Putra, S. 2011. Pengaruh jarak tanam terhadap peningkatan hasil padi gogo varietas
Situpatenggang. J. Agrin. 15(1):54-63.
Jatiyanto, Hadiono dan Kasmo. 1976. Pengaruh pemberian pupuk K terhadap
kenaikan produksi padi dan palawija, LP3 Bogor.
Rauf Purnama. 2000. Terobosan penggunaan pupuk majemuk untuk menunjang
ketahanan pangan dan peningkatan ekspor komoditas agro industri. Studium
Generalle, Universitas Padjadjaran Bandung. PT Petrokimia Gresik.
Penggunaan pupuk phonska pada tanaman padi.
Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. 2000. Uji Laboratorium pengaruh
penggunaan pupuk phonska terhadap kualitas gabah dan beras. Laporan
hasil penelitian (tiodak dipublikasi)
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta. Permentan. 2007 .
Acuan Penetapan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Pada Padi Sawah
Spesifik Lokasi. OT.140/04.
PPT. 1995. Kombinasi Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburannya. Bogor.
Bouman, B.A.M. and Tuong, T.P. 2001. Field Water Management to Save Water a
nd Increase Its Productivity in Irrigated Rice. Agric. Water Management.
49(1): 11–30[3].
McCauley, G.N. 1990. Sprinkler vs. Flood Irrigation in Traditional Rice Production
Regions of South-East Texas. Agron. J.82:677–683.
Baehaki S.E. 1986. Dinamika populasi wereng coklat Nilaparvata lugens Stal. Edisi
Khusus No1. Wereng Coklat.
Baehaki S.E dan Baskoro. 2000. Penetapan ambang ekonomi ganda hama dan penyakit
pada varietas padi berbeda umur masak di pertanaman. Seminar Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Bae, S.H and M.D. Pathak. 1970. Life history of Nilaparvata lugens (Homoptera:
Delphacidae) and susceptibility of rice varieties to its attacks. Ann. Entomol. Soc.
Am. 63: 149-155.
LAMPIRAN
14
15