Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

HORTIKULTURA II
BUDIDAYA NANAS (Ananas comosus L.) DI RIMBO PANJANG
Dosen Pengampu : Raisa Baharuddin, SP., M.Si

Oleh:
Kelompok 4 :
Aldino 214110314
Alvian Fajar Kurnia 214110189
Kurnia Tri Sulvi 214110206
Viktor Hamonangan. M 214110254
Wahyu Ramadhani 204110129
Yudha Ramadani. A 214110047

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM
RIAU

2023
i

KATA PENGANTAR

Puji, syukur, dan ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura
II.

Kami menyadari penulisan paper ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada koreksi-koreksi dan
krtikan-kritikan konstruktif dari pembaca makalah ini.

Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah ini. Terutama kepada Ibu Raisa Baharuddin, SP., M.Si sebagai
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura II.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan setiap orang yang


membacanya. Kami meminta maaf atas segala kekurangan dalam penulisan.

Pekanbaru, September 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Tujuan................................................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................11
A. Keadaan Umum Lahan....................................................................................11
B. Aspek Budidaya...............................................................................................13
C. Aspek Agribisnis..............................................................................................18
IV. PENUTUP.......................................................................................................20
A. Kesimpulan......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di

daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura

berupa nanas olahan yaitu 49,32% dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun

2004. Penelitian yang telah dilakukan oleh Lembaga Penelitian Tanaman Industri

(LPTI) - Bogor, hasil rata-rata satu hektar adalah sekitar 36 ton batang basah dengan

rendemen antara 3,5% - 4,0% sehingga hasil akhimya diperkirakan sekitar 1,3 ton/Ha

serat kering. Tanaman nanas per hektar per tahun sebesar 125 ton terdiri dari daun

hijau 40% (50 ton) dan batang basah 60% (75 ton). Dari batang basah akan

dihasilkan serat kering 3,5% (2,625 ton) dan limbahnya 16% (12 ton) (Attayaya,

2008).

Bagi masyarakat Indonesia, nanas merupakan bagian dari kehidupannya,

karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi. Disamping itu, arti penting bagi masyarakat juga tercermin dari luasnya

areal perkebunan rakyat yang mencapai 47% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih

dari tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan nanas juga membuka tambahan

kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil samping yang

sangat beragam. (Tarmansyah, 2007).

Pohon nanas di Indonesia merupakan yang terluas keempat di dunia dengan

pangsa 3,2% dari total luas areal nanas dunia. Peringkat pertama dunia diduduki

Brazil (pangsa 25,8%), disusul Bolivia (pangsa 16,0%), Paraguay (pangsa 10,7%).
4

Ragam produk dan devisa yang dihasilkan Indonesia juga dibawah Bolivia dan

Paraguay. Perolehan devisa dari produk nanas mencapai 93 juta US$ atau 7% dari

ekspor produk nanas dunia pada tahun 2004 (Attayaya, 2008)

Produktivitas tanaman nanas baru mencapai 2700-4500 butir nanas.

Produktivitas ini masih bisa ditingkatkan menjadi 6750 butir. Nanas yang kerap

dikonsumsi sebagai buah segar dapat tumbuh dan berbuah di dataran tinggi hingga

1.000 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan potensi tersebut maka

pengembangan agribisnis nanas, khususnya industri pengolahan buah nanas

diarahkan ke Propinsi Riau, Jambi dan Lampung di wilayah Sumatera, Jawa Barat,

Jawa Tengah dan Jawa Timur di wilayah Jawa, Propinsi Kalimantan Barat di

wilayah Kalimantan, dan Propinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah di wilayah

Sulawesi. (Ariawan,D., 2008).

Dari buah nanas dapat dikembangkan berbagai industri yang menghasilkan

produk pangan dan nonpangan, mulai dari produk primer yang masih menampakkan

ciri-ciri nanas. Buah nanas yang dulu hanya digunakan sebagai bahan makanan atau

selai, sekarang sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Oleh karenanya

dewasa ini pengembangan teknologi komposit mengarah ke komposit serat alam

(organik) dikarenakan sifatnya yang renewable (terbarukan) sehingga mengurangi

gangguan lingkungan hidup juga harganya yang relatif murah, dan memiliki

kemampuan mekanik tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan industri.


5

B. Tujuan

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui tentang budidaya tanaman nanas

di daerah sekitaran kita untuk mengatahui teknik-teknik yang di gunakan petani

dalam budidaya serta apa saja hambatan / masalah yang di jumpai petani selama

membudidayakan tananaman nanas .


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

Nanas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama

latin Ananas commosus. Nanas mempunyai beberapa nama daerah antara lain danas

(sunda), naneh (Sumatra) dan nanas (jawa), (Veirheij dan Corone, 1997). Tanaman

nanas pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-15, dibawa oleh pedagang

Spanyol. Awalnya tanaman nanas merupakan tanaman yang dibudidayakan

dipekarangan rumah, namun kemudian tanaman ini meluas menjadi tanaman

perkebunan (BAPPENAS, 2000).

Menurut Soedarya (2009) tanaman nanas diklasifikasikan sebagai berikut:

kingdom Plantae, division magnoliophyta (berbunga), kelas Liliopsida (monokotil),

ordo Farinosae, famili Bromeliaceae, genus Ananas dan spesies Ananas comosus (L.)

Merr.

Nanas adalah tanaman xerofit dan mempunyai jalur fotosintesis dengan tipe

CAM (Crassulacean Acid Metabolism = Metabolisme Asam Crassulaceae).

Karbondioksida diserap pada malam hari dan diubah menjadi asam yang digunakan

dalam sintesis karbohidrat pada siang hari, sehingga pada jalur ini memungkinkan

stomata tertutup sepanjang hari untuk menghemat penggunaan air (Veirheij dan

Coronel, 1997). Bagian utama nanas terdiri dari daun, batang, bunga, buah dan akar.

Daun tanaman nanas berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap

kearah ujung daun. Beberapa kultivar nanas durinya mulai lenyap tetapi duri pada

ujung daun masih terlihat (Sunarjono, 2005). Batang tanaman nanas berukuran 20-25

cm atau lebih, berdiameter 2,0-3,5 cm, beruas pendek, secara visual batang tanaman

nanas tidak terlihat karna tertutup oleh daun (Rukmana, 2007).


7

Buah tanaman nanas berbentuk bulat panjang, warna daging nanas muda

berwarna putih kehijauan dan berwarna kuning apabila sudah tua. Buah nanas muda

mempunyai mata berwarna kelabu atau hijau muda, apabila buah sudah tumbuh

maksimal dan sejalan dengan proses pematangan maka warnanya akan berubah,

kelopak kecil-kecil yang menutupi separuh dari mata dan berwarna kelabu keputih-

putihan sehingga buah tampak sedikit kelabu (Tim Karya Tani, 2010).

Tanaman nanas memiliki akar serabut dengan sebaran kearah vertical dan

horizontal. Perakaran dangkal dan terbatas walaupun ditanam pada media yang

paling baik. Kedalaman akar nanas tidak akan lebih dari 50 cm. Berdasarkan

pertumbuhannya, akar nanas dibedakan menjadi akar primer dan sekunder. Akar

primer hanya dapat ditemukan pada kecambah biji, dan setelah itu digantikan oleh

akar adventif yang muncul dari pangkal batang dan berjumlah banyak. Pada

pertumbuhan selanjutnya, akar-akar tersebut akan bercabang membentuk akar

sekunder untuk memperluas bidang penyerapan dan membentuk sistem perakaran

yng mantap (Samson, 1980 cit. Irfandi, 2005).

Tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

dari 200-800 mdpl. Jenis tanah yang paling ideal adalah tanah yang mengandung

pasir, subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik (Ashari, 1995). Derajat

keasaman tanah yang cocok adalah 4,5-6,5. Nanas tumbuh dan berproduksi pada

kisaran curah hujan yang cukup luas, yaitu dari 600 sampai diatas 3.500 mm/tahun

dengan curah hujan optimum untuk pertumbuhan yaitu 1.000-1.500 mm/tahun.

Tanaman nanas beradaptasi baik di daerah tropis yang terletak antara 250 Lintang

Utara sampai 250 Lintang Selatan dengan tempertatur antara 210C- 270C. tanaman
8

akan berhenti tumbuh bila temperatur terletak antara 100C-160C (Hardiati dan

indriyani, 2008).

Hardiati dan Indriyani (2008) mengatakan, sinar matahari merupakan faktor

iklim yang menentukan pertumbuhan dan kualitas buah nanas. Apabila persentase

sinar matahari sangat rendah, maka pertumbuhan akan terhambat, buah kecil, kadar

asam tinggi dan kadar gula rendah. Tanaman nanas dapat tumbuh pada berbagai jenis

tanah, terutama ditanah latosol coklat kemerahan atau merah. Nanas memerlukan

tanah berpasir yang banyak mengandung bahan organik dimana drainase dan aerasi

nya baik.

Tanaman nanas termasuk tanaman yang tahan kekeringan, karena memiliki

sel-sel yang mampu menyimpan air. Tanaman nanas memerlukan sinar matahari

yang cukup untuk pertumbuhan. Kondisi berawan pada musim hujan menyebabkan

pertumbuhan terhambat, bila sinar matahari terlalu banyak menyebabkan tanaman

terbakar dan buah cepat masak. Intensitas matahari ratarata pertahun yang baik untuk

tanaman nanas bervariasi antara 33%-71% (Verheij dan Coronel, 1997).

Nanas dapat diperbanyak secara konvensional maupun secara in-vitro.

Perbanyakan konvensional dilakukan dengan cara generative maupun vegetative.

Perbanyakan generatif biasanya dilakukan untuk tujuan pemuliaan. Polen nanas tidak

dapat berfungsi jika terjadi penyerbukan sendiri sehingga tida terbentuk biji. Biji

hanya dapat terbentuk apabila terjadi penyerbukan diantara varietas yang berbeda.

Perbanyakan tanaman nanas secara vegetatif dapat dilakukan melalui tunas anakan,

tunas batang, tunas dasar buah, tunas mahkota, mahkota serta stek batang. Masing-

masing jenis tunas tersebut memiliki karakteristik tersendiri, perbanyakan dengan


9

menggunakan tunas ditujukan untuk varietas yang memiliki jumlah anakan dan slip

yang banyak, seperti Queen (Hardiati dan Indriyani, 2008).

Bibit nanas memerlukan perawatan khusus. Persiapkan media sema di bak

pembibitan persemaian berupa tepung (misalnya rootone) pada permukaan bagian

batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Kondisi media persemaian dijaga agar

tetap lembab dan sirkulasi udara baik dengan cara menutup bak pembibitan dengan

plastik transparan. Setelah berakar pindahkan ke media pembibitan baru dengan

komposisi tanah halus, pasir dan pupuk kandang (1:1:1), (Mosamandiri, 2017.

Secara umum, produksi nanas berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada

tren produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Rata-rata produksi nanas yang

mencapai 1,5 juta ton per tahun tersebut menjadikan nanas sebagai salah satu buah

yang melimpah jumlahnya di Indonesia. Namun tren tersebut tidak serta merta

menunjukkan tidak adanya hambatan atau kendala dalam produksi nanas. Terdapat

beberapa hambatan atau kendala yang sering melanda produksi nanas di Indonesia.

Kendala tersebut antara lain adalah kurangnya ketersediaan bibit yang berkualitas;

terbatasnya varietas yang sesuai degan permintaan industri pengolahan, eksportir,

dan keinginan konsumen; serta serangan hama, penyakit dan gulma. Kendala

berikutnya adalah terbatasnya varietas yang sesuai dengan dengan permintaan

industri pengolahan, eksportir, dan keinginan konsumen (Pusat Kajian Buah Tropika,

2005). Untuk meningkatkan produksi, selain penggunaan varietas unggul berdaya

hasil tinggi, juga diperlukan varietas yang mempunyai kualitas buah lebih baik

dibandingkan dengan varietas yang ada, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah.

Penurunan produksi nanas dapat disebabkan jugaoleh banyak dan dominannya gulma
10

karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput-rumputan

bergitu subur.

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik

dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut ini

terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun

belum, karena kondisi lingkungannya yang jenuh air. Berkaitan dengan hal tersebut

maka lahan gambut banyak dijumpai di daerah dataran banjir, rawa belakang (back

swamp), danau dangkal atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Kementrian

Negara Lingkungan Hidup, 2010).

Lahan gambut memiliki karakteristik sifat kimia yang bervariasi tergantung

pada tingkat kesuburan, kematangan, kedalaman lapisan, jenis bahan organik

pembentuknya dan jenis lapisan dibawahnya. Karakteristik ini yang membedakannya

dengan tanah mineral, sehingga membutuhkan penanganan khusus dalam

pengelolaannya (Safrizal, 2016).

Berdasarkan sifat kimia, gambut dikaitkan dengan karakteristik kimia

lingkungannya terutama tingkat kesuburan gambut sehingga dikenal gambut subur

(eutrophic), kesuburan sedang (mesotrophic) dan gambut kurang subur

(oligotrophic). Berdasarkan sifat fisiknya, gambut dihubungkan dengan tingkat

dekomposisi bahan penyusunnya, sehingga dikenal adanya gambut fibrik, hemik dan

saprik. (Andriesse, 1988).


11

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan survey kebun nenas ini dilaksanakan Rabu, 18 Oktober 2023 di Jl.

Swadaya, Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. Kebun

nenas tersebut merupakan kebun yang dikelola oleh Bapak Awaludin yang juga

tinggal di depan kebun nenas tersebut. Luar lahan budidaya nanas ini ± 20 ha.

A. Keadaan Umum Lahan

1. Jenis Lahan

Tanaman nenas termasuk salah satu jenis tanaman yang sangat toleran

terhadap tingkat keasaman yang tinggi yaitu pH antara 3 – 4. Gambut merupakan

tanah yang terbentuk dari bahan organic pada fisiografi cekungan atau rawa,

akumulasi bahan organic pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses

perombakan bahan organic berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi

bahan organic yang membentuk tanah gambut (Tim Fakultas Pertanian IPB,

1986; Harjowigeno,1996; danNoor, 2001).

Pemanfaatan tanah gambut untuk budidaya pertanian memiliki banyak

kendala antara lain ketebalan dan laju dekomposisi yang lambat, status hara

makro dan mikro yang rendah, kemasaman tanah dan kandungan asam-asam

organik yang tinggi, serta pengaturan tata air.

Untuk meningkatkan hasil tanaman nenas pada tanah gambut perlu

dilakukan usaha agronomis antara lain dengan melakukan pengaturan jarak

tanam dan pemupukan yang berimbang. Berdasarkan pemikiran tersebut maka


12

perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi sejauh manahubungan antara

jarak tanam dan penambahan pupuk N, P dan K dalam menghasilkan buah nenas

yang berkualitas tinggi.

2. Topografi Lahan

Pada tempat yang telah disurvey, lahan nenas termasuk topografi datar.

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di

dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng,

dan posisi lereng. Topografi merupakan salah satu faktor pembentuk tanah.

Topografi dalam proses pembentukan tanah mempengaruhi: (1) jumlah air hujan

yang meresap atau ditahan oleh massa tanah; (2) dalamnya air tanah; (3)

besarnya erosi; (4) arah gerakan air berikut bahan terlarut di dalamnya dari satu

tempat ke tempat lain (Hardjowigeno, 1993).

3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

Menurut (BPS Kabupaten Kampar, 2015) hampir keseluruhannya terdiri

dari dataran dengan ketinggian tempat ± 40 mdpl, dengan curah hujan 1200

mm/tahun dan pada suhu udara 26°C-33°C. Jenis tanah 75% tanah gambut

dengan pH 4,5–5,6 setiap tahun. (Monografi Desa Kualu Nenas, 2012).

4. Usaha Konservasi Lahan

Usaha konservasi pada lahan nanas ini menggunakan drainase. Drainase

berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan

agar tidak tergenang. Jika tanaman nanas terendam akan sangat rentan terkena

busuk pada bagian akar. Untuk ukuran drainase sendiri 100 m x 200 m dengan

kedalaman 1,5 m.
13

5. Sumber Air

Sekalipun nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan

tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Penyiraman/pengairan

dilakukan 1-2 kali seminggu atau jika curah hujan dirasa tidak lagi mencukupui

kebutuhan tanaman nanas (Mosamandiri, 2017).

Sumber air yang digunakan oleh petani nanas ini hanya mengandalkan air

hujan saja dikarenakan kondisi tanah gambut yang sudah cukup lembab. Ketika

curah hujan sedang tinggi makan lahan akan sedikit tergenangi air, namun hal itu

tidak menjadi suatu masalah yang besar karena pada sekitar lahan terdapat parit

kecil yang dapat mengaliri air, air pun cepat surut.

B. Aspek Budidaya

1. Pola Tanam

Pola tanam yang digunakan oleh petani nanas ini adalah pola tanam

monokultur. Penerapan sistem monokultur terbukti dapat meningkatkan

produksi, sehingga keuntungan bertambah disebabkan pada lahan tersebut tidak

terjadi persaingan dengan komoditas tanaman lainnya. Pada sistem monokultur

pertumbuhan satu jenis tanaman utama dapat mencapai maksimal, namun sistem

ini memiliki risiko gagal panen lebih tinggi, akibatnya petani tidak mendapatkan

hasil dari usaha taninya dan berdampak terhadap pendapatan petani. Pertanian

monokultur dapat menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian dan sistem

pertanian yang tidak mantap (Agoestina, 2020).

Kelebihan sistem pertanian monokultur adalah teknis budi dayanya

relatif mudah dan simpel (lebih sederhana) karena komoditas tanaman yang
14

ditanam dan dipelihara hanya satu jenis tanaman saja. Namun demikian, sistem

pertanian monokultur memiliki kelemahan yakni tanaman relatif mudah

terserang hama dan penyakit disebabkan sistem tanam dan keseragaman

tanaman terus-menerus sepanjang musim tanam sehingga mempercepat

berkembangnya organisme pengganggu tanaman (Pradana, 2017; Agoestina,

2020).

2. Umur Tanaman

Menurut penjelasan petani, petani mulai menanam nanas ini pada pada

tahun 2017 dari bibit yang dibeli. Ketika nanas sudah dipanen maka akan

tumbuh tunas baru dan ditanam ulang. Jadi umur tanaman pada lahan nanas ini

berbeda- beda.

3. Umur Panen

Tanaman nanas dapat dipanen setelah berumur 11 bulan. Berdasarkan

keterangan petani, nanas yang pertama ditanam dari awal pembukaan lahan

dapat dipanen umur 11 bulan dan pada tahun kedua, nanas dapat dipanen pada

umur 10-12 bulan apabila kebun rajin dibersihkan, dipupuk sesuai anjuran.

Periode panen dilakukan secara bertahap, rata-rata petani melakukan

pemanenan empat kali dalam satu bulan/Ha. Pemanenan dapat dilakukan ±4

bulan sekali jika tanaman nanas sudah beberapa kali panen, adapun rata-rata

hasil produksi nenas yang dapat dipanen oleh petani selama satu tahun sebanyak

20.000 buah/Ha.
15

4. Cara Penanaman

Tanaman nanas ini awalnya menggunakan bibit yang dibeli oleh petani

di daerahnya. Petani umumnya memperbanyak dengan menggunakan bibit

anakan atau tunas. Ketika ada buah nanas yang sudah selesai panen maka akan

muncul tunas baru yang akan diambil lalu ditanam ulang, karena ketika tunas

dibiarkan saja makan hasil buah yang selanjutnya kurang baik. Sebelum ditanam

bibit anakan dicabut terlebih dahulu dan dipilih atau diseleksi secara manual

oleh petani untuk mengetahui bibit anakan yang baik dan layak untuk ditanam.

Bibit yang baik mempunyai daun-daun yang tampak tebal penuh berisi, bebas

hama dan penyakit serta pertumbuhannya relatif seragam.

Ada beberapa jenis bibit anakan yang digunakan oleh petani yaitu anakan

buah, anakan tangkai dan anakan batang bahkan ada juga yang menggunakan

mahkota buah nenas. Anakan yang paling dominan digunakan oleh petani adalah

anakan batang, karena berdasarkan keterangan dari petani anakan batang

merupakan anakan yang lebih cepat mengeluarkan putik dan cepat berproduksi

dibandingkan dengan anakan lainnya. Penanaman dapat dilakukan setelah lahan

dibersihkan dari semak belukar. Bibit ditancamkan atau ditanam didekat bibit

induk. Jarak tanam yang digunakan oleh petani nenas didaerah penelitian

umumnya berjarak 80 cm x 80 cm.

5. Varietas yang digunakan

Varietas yang digunakan oleh petani ini yaitu jenis nanas madu. Nanas

madu tanpa duri (Ananas comosus L) adalah tanaman buah berbentuk semak dan

hidupnya bersifat tahunan (perennial). Buah nanas madu memiliki kadar air yang
16

tidak terlalu banyak dengan tingkat kemanisan yang jauh lebih tinggi jika

dibandingkan dengan nanas lainnya, akan tetapi kondisi tersebut mempengaruhi

ukuran nanas ini. Jika dibandingkan dengan nanas lain, nanas madu ini jauh

lebih kecil (Triyanto, 2015).

6. Kegiatan Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan Waktu Frekuensi/ Dosis

Pemeliharaan pelaksanaan Aplikasi

(umur tanaman)

 Penyiangan Setiap minggu, sebulan setelah

tanam menggunakan sabit

 Pengairan Membuat drainase sebelum

masa tanam menggunakan alat

berat

Penyiraman Mengandalkan hujan setelah

masa tanam

 Pemupukan -Pemupukan N,P,k dan Urea -Untuk pemupukan N,P,K

- N,P,K dilakukan pada tanaman dan Urea dilakukan

berumur 2 bulan setelah dengan dosis N,P,K 5 kg

- Urea penanaman dengan cara dan Urea 3 kg dengan 200

dicampur lalu liter air untuk 1 ha lahan

-ethrel nanas dikocor/dicairkan. naas madu.

-Pemupukan ethrel nanas -Untuk Pemupukan ethrel

dilakukan 6 bulan setelah nanas dilakukan dengan

tanam untuk merangsang dosis 100 cc untuk 20

pertumbuhan buah. hektar lahan nanas madu.

 Pengendalian HPT Pengendalian secara preventif


17
dengan melakukan penyiangan

secara rutin.

 Penyakit -penyakit yang menyerang

tanaman nanas madu adalah

penyakit bintik buah.

C. Aspek Agribisnis

1. Kondisi Pertanaman

Kondisi pertanaman nanas yang dikelola oleh Bapak Awaludin sangat

baik karena perawatan yang dilakukan dengan intensif dan juga jarak tanamnya

tidak terlalu dekat sehingga bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman nanas

tersebut.

2. Motivasi Petani

Motivasi petani menanam nanas ini karena untuk membuka lapangan kerja bagi

masyarakat setempat untuk mendapatkan pendapatan sebagai investasi masa depan

petani nanas.

Petani menanam nanas pada saat ini karena nanas merupakan komoditas

unggulan di Riau dan salah satu alternatif untuk pemanfaatan lahan yang lebih

efektif dan secara ekonomi menguntungkan.

3. Hama Penyakit dan Pengendaliannya

Hama yang menyerang kebun nanas adalah babi hutan. Pengendaliannya

dengan cara preventif dengan mencegah yaitu membersihkan lahan secara rutin.

Penyakit yang ada yaitu bintik buah.


18

4. Harga Jual Buah Nanas

Harga buah nanas yang dijual kepada pedagang besar atau pengepul

dipatok dari harga 15.000 sampai 25.000 sesuai ukuran buahnya per ikat.

5. Usahatani Nanas

Usahatani nanas ini menguntungkan karena menghasilkan buah yang

banyak dalam sekali panen serta peminatnya cukup tinggi dan nanas ini termasuk

komoditan unggulan. Lahan yang digunakan strategis untuk ditanami nanas dan

tempat penjualan nanasnya juga terdapat dipinggir jalan raya sehingga mudah

memperoleh pembeli.
19

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Varietas yang digunakan oleh petani ini yaitu jenis nanas madu. Buah nanas

madu memiliki kadar air yang tidak terlalu banyak dengan tingkat kemanisan yang

jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan nanas lainnya, akan tetapi kondisi

tersebut mempengaruhi ukuran nanas ini. Jika dibandingkan dengan nanas lain,

nanas madu ini jauh lebih kecil

Petani menanam nanas ini karena memanfaatkan lahan yang ada untuk

dikelola dan nanas memiliki nilai jual yang tinggi karena peminatnya cukup banyak.

Petani ini selain menjual buah, beliau juga menjual bibit nanasnya. Petani menanam

nanas pada saat ini karena nanas merupakan komoditas unggulan di Riau dan salah

satu alternatif untuk pemanfaatan lahan yang lebih efektif dan secara ekonomi

menguntungkan.
20

DAFTAR PUSTAKA

Astoko, E. (2019). Konsep Pengembangan Agribisnis Nanas (Ananas Comosus L.


Merr.) Di Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Habitat, 30(3), 111–122.
https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2019.030.3.14

Melia Akrinisa, SP .MP,. Muhammad Arpah. M.Si, J. A. (1970). Keragaman


Morfologi Tanaman Nanas( Ananas Comosus (L) Merr) Di Kabupaten
Indragiri Hilir. Jurnal Agro Indragiri, 4(1), 34–38.
https://doi.org/10.32520/jai.v4i1.1052

Mustamir, E. (2012). Maulidi dan Elly Mustamir J. Perkebunan & Lahan Tropika,
Vol. 2, No. 2 Desember 2012. Jurnal Perkebunan Dan Lahan Tropika, 2(2).

Pertumbuhan, P., Ananas, N., Merr, L., Tumpangsari, P., & Monokultur, D. A. N.
(2017). DAN PERTUMBUHAN KEDELAI ( Glycine max L . Merril ) DENGAN
SISTEM. L, 109–116.

Roza, K., Yulida, & Yusri, J. (2015). Analisis Usahatani Nenas di Desa Kualu Nenas
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(2), 9–
18.

Saribun, D. S. (2007). Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kelas Kemiringan


Lereng Terhadap Bobot Isi, Pororsitas Total, dan Kadar Air Tanah pada Sub-
DAS Cikapundung Hulu. Pustaka Unpad, 66.

Syafrizal. (2020). Restorasi gambut berbasis pembedayaan masyarakat. Semnas


Lppm, 596–601.

Tusi, A., Rosadi, B., & Triana, M. (2012). Pendugaan Kebutuhan Air Tanaman
Nanas (Ananas Comosus l. Merr) Menggunakan Model Cropwat. Jurnal
Irigasi, 7(1), 43. https://doi.org/10.31028/ji.v7.i1.43-51

Anda mungkin juga menyukai