Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK BUDI DAYA TIRAM (Pinctada maxima) UNTUK MENGHASILKAN

MUTIARA YANG BERKUALITAS

ALBAMA KARYA ILMIAH


(ALKALI)

Nama : AZAHRA ALIYYU DENALDO


NIS : 1617100042
NISN : 0017652660
Kelas : XI IPA
NO. ABSEN : 2

SMA ISLAM AL AZHAR 14 SEMARANG


JL. KLENTENGSARI NO. 1 PEDALANGAN,
BANYUMANIK
SEMARANG
2018

i
i
TEKNIK BUDI DAYA TIRAM (Pinctada maxima) UNTUK MENGHASILKAN
MUTIARA YANG BERKUALITAS

Disusun oleh

Nama : AZAHRA ALIYYU DENALDO


NIS : 1617100042
NISN : 0017652660
Kelas : XI IPA
NO. ABSEN : 2

Sebagai Salah Satu Syarat Kenaikan Kelas XI ke Kelas XII


SMA Islam Al Azhar 14 Semarang
Tahun Pelajaran 2017/2018

SMA ISLAM AL AZHAR 14 SEMARANG


JL. KLENTENGSARI NO. 1 PEDALANGAN,
BANYUMANIK
SEMARANG
2018

i
Judul Albama Karya Ilmiah : TEKNIK BUDI DAYA TIRAM (Pinctada
maxima) UNTUK MENGHASILKAN
MUTIARA YANG BERKUALITAS

Nama : AZAHRA ALIYYU DENALDO


NIS : 1617100042
NISN : 0017652660
Kelas : XI IPA
NO. ABSEN : 2

Telah dilakukan penilaian oleh pembimbing pada tanggal

…………………………………………………………………………….

Ketua Traveling Research Guru Pembimbing

Komari, S.Ag.M.S.I. Tessa Anestiana, S.Pd.

Koordinatur Kurikulum Wali Kelas

Samhasari D.M., S.Pd., Gr. Ary Setyani, S.Pd.

Mengetahui,

Kepala SMA Islam Al Azhar 14 Semarang

Rasmudi, S.Pd., M.Pd.

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Albama Karya Ilmiah (Alkali)


yang saya susun sebagai syarat kenaikan kelas XI ke kelas XII seluruhnya
merupakan hasil karya saya sendiri belum pernah diajukan sebagai
pemenuhan persyaratan untuk kenaikan kelas XI ke kelas XII dari SMA Islam
Al Azhar maupun dari sekolah lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Albama Karya Ilmiah


(Alkali) yang saya kutip dari hasil orang lain telah ditulis sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Dengan ini menyatakan sebagai berikut :

1. Albama Karya Ilmiah Berjudul : TEKNIK BUDI DAYA TIRAM (Pinctada


maxima) UNTUK MENGHASILKAN MUTIARA YANG BERKUALITAS
2. Saya juga mengakui bahwa karya akhir ini dapat dihalikan berkat
bimbingan dan dukungan dari guru pembimbing saya yaitu Tessa
Anestiana, S.Pd

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian hasil Albama


Karya Ilmiah (Alkali) ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat
dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima pencabutan kenaikan
kelas dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Semarang, …………………………………….

Azahra Aliyyu Denaldo

XI IPA/2

iii
TEKNIK BUDI DAYA TIRAM (Pinctada maxima) UNTUK MENGHASILKAN
MUTIARA YANG BERKUALITAS

AZAHRA ALIYYU DENALDO


SMA ISLAM AL AZHAR 14 SEMARANG

ABSTRAK

Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen utama mutiara dari selatan
(south sea pearls). Salah satu tiram mutiara yang dibudidayakan di Indonesia
adalah Pinctada maxima. Potensi lahan budi daya laut di Indonesia masih
membuka peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, termasuk untuk
budi daya kerang mutiara. Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini
mengalami perkembangan. Namun, untuk menghasilkan mutiara yang
berkualitas tentu perlu pembudidayaan yang maksimal. Maka perlu
dilakukan penelitian terhadap teknis budidaya tiram untuk menghasilkan
mutiara yang berkualitas. Dengan demikian, produksi mutiara berkualitas di
Indonesia menjadi lebih maju. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
teknik budi daya mutiara untuk menghasilkan mutiara yang berkualitas dan
mengetahui pentingnya budi daya tiram dalam produksi mutiara. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 22 April 2018, di PT. AUTORE Pearl Farm &
Showroom. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif, dengan
cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Menurut hasil penelitian yang
didapat, teknik budi daya tiram yang benar dapat menghasilkan mutiara yang
berkualitas. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam budi
daya tiram, yaitu faktor ekologi dan faktor risiko. Berdasarkan data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa teknik pembudidayaan tiram sangat
mempengaruhi produksi mutiara. Dengan teknik yang benar, maka tiram
mutiara dapat menghasilkan mutiara yang berkualitas.

Kata Kunci: tiram mutiara, Pinctada maxima, teknik budi daya tiram,
mutiara berkualitas.

iv
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, kami ucapkan karena
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tentang TEKNIS BUDI DAYA TIRAM
(Pinctada maxima) UNTUK MENGHASILKAN MUTIARA YANG BERKUALITAS.
Karya tulis ilmiah ini telah disusun secara maksimal berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan dan penyelesaian
karya tulis ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga karya ilmiah tentang teknis
budidaya tiram ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Semarang, Mei 2018

Azahra Aliyyu Denaldo

v
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ........................................................................................................................... iii


ABSTRAK..................................................................................................................................... iv
PRAKATA ..................................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.1. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.2. Tujuan ........................................................................................................... 3
1.3. Manfaat ......................................................................................................... 3
1.4. Rancangan Penelitian ................................................................................ 4
1.5. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 4
BAB 2 METODE PENELITIAN ............................................................................................11
2.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 11
2.2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 12
1. Observasi ..................................................................................................................12
2. Wawancara ..............................................................................................................12
3. Dokumentasi ...........................................................................................................13
2.3. Teknik Analisis Data................................................................................. 13
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................15
3.1. Teknik Budiaya Tiram ............................................................................. 15
3.1.1. Pembiakan.......................................................................................................15
3.1.2. Pembesaran Spat ..........................................................................................15
3.1.3. Operasi..............................................................................................................16
3.1.4. Pemeliharaan .................................................................................................16
3.1.5. Panen Mutiara................................................................................................17

vi
3.2. Faktor – faktor dalam budidaya tiram mutiara ................................. 17
3.2.1. Faktor Ekologi................................................................................................17
3.2.2. Faktor Risiko .......................................................................................... 20
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................21
4.1. Simpulan ..................................................................................................... 21
4.2. Saran ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................22
LAMPIRAN .................................................................................................................................23

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak tahun 1980-an, Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen


utama mutiara dari selatan (south sea pearls). Indonesia yang dua pertiga
wilayahnya adalah laut memiliki mutiara laut selatan terbaik di dunia. Data
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan bahwa setiap
tahunnya Indonesia menghasilkan mutiara laut selatan terbesar. Kemudian
disusul Australia, Filipina, Myanmar, dan lainnya. Mutiara merupakan salah
satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan
memiliki prospek pembudidayaan usaha yang sangat besar di Indonesia.
Salah satu tiram mutiara yang dibudidayakan di Indonesia adalah Pinctada
maxima. Hal ini karena tiram ini umum dijumpai di perairan Indonesia,
terutama di wilayah Indonesia timur, ukurannya lebih besar dan warna
mutiara yang dihasilkan umumnya putih-keperakan (silver) hingga putih-
kekuningan yang sangat digemari di pasaran luar negeri.

Potensi lahan budidaya laut di Indonesia masih membuka peluang yang


sangat besar untuk dikembangkan, termasuk untuk budidaya kerang
mutiara. Dari total potensi lahan perikanan budidaya, sekitar 17,91 juta
hektar atau 68 persen dari total potensi merupakan potensi lahan budidaya
laut, sedang yang termanfaatkan baru sekitar 325 ribu hektar atau sekitar 2,7
persen.

Lombok, Sumbawa, Maluku, dan Laut Banda adalah beberapa daerah di


Indonesia penghasil mutiara laut selatan. Air laut yang hangat dan banyaknya

1
plankton membuat kerang Pinctada maxima dapat menghasilkan mutiara
laut selatan yang berkualitas. Perlu diketahui mutiara laut selatan adalah
salah satu mutiara terbaik di dunia karena memiliki kilau dan pantulan
cahaya yang indah dan lembut.

Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan,


semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan
dalam bentuk budidaya. Namun, untuk menghasilkan mutiara yang
berkualitas tentu perlu teknik budidaya yang benar dan maksimal. Masalah
khusus spesifik budidaya mutiara bisa dikategorikan dalam
masalah budidaya, pemasaran, dan kebijakan. Masalah budidaya mencakup:
Pertama, masalah yang diakibatkan kesalahan pada proses operasi yang bisa
mengakibatkan kematian kerang massal dan rendahnya jumlah kerang yang
menghasilkan mutiara. Kedua adalah lamanya masa panen yang
mengakibatkan biaya operasi yang tinggi tanpa pemasukan. Hal ini berlaku
khusus untuk spesies yang umum dibudidayakan di Indonesia, Pinctada
maxima. Ketiga, salah satu kendala dalam mengembangkan usaha budidaya
tiram mutiara untuk menghasilkan mutiara berkualitas di Indonesia yaitu
umumnya teknologi budidaya dan ahli yang terbatas. (Mahasiswa Prodi Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi,
2017).

Pada kegiatan budidaya mutiara, ada kemungkinan kerang mutiara


mengalami kematian. Hal ini menjadi sebuah masalah yang serius, karena
dapat mengakibatkan industri budidaya tiram mutiara mengalami kerugian.
Oleh karena budidayatiram mutiara sangat mempengaruhi mutiara yang
dihasilkan, maka perlu dilakukan penelitian terhadap teknis budidaya tiram
untuk menghasilkan mutiara yang berkualitas. Maka dari itu, produksi
mutiara berkualitas di Indonesia menjadi lebih maju.

2
1.1. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik budidaya tiram mutiara agar menghasilkan


mutiara yang berkualitas?
2. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan
mutiara?

1.2. Tujuan

1. Mengetahui teknik budidaya tiram mutiara untuk menghasilkan


mutiara yang berkualitas
2. Mengetahui faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam
pembudidayaan mutiara

1.3. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan memberikan


sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang
pembudidayaan mutiara.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan


pemikiran terhadap teknik pembudidayaan mutiara, selanjutnya hasil
penelitian ini diharapkan menjadi acuan cara budidaya tiram untuk
memproduksi mutiara yang berkualitas.

3
1.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2018, di PT.


AUTORE Pearl Farm & Showroom. Langkah – langkah yang ditempuh untuk
mendapatkan data yaitu, pertama observasi. Kedua, yaitu wawancara dengan
narasumber. Ketiga, dokumentasi dengan cara mengumpulkan foto, video,
rekaman suara, dan tulisan.

1.5. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.5.1. Tiram Mutiara (Pinctada maxima)

Kerang mutiara atau tiram mutiara (Pinctada maxima) secara


taksonomi dimasukkan ke dalam kingdom invertebrata, yang berarti
hewan tidak bertulang belakang dan phyllum Mulusca yang berarti
bertubuh lunak.
Kulit mutiara (Pinctada maxima) ditutupi oleh sepasang kulit
tiram (Shell), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih,
sedangkan kulit sebelah kiri agak cembung. Shell ini mempunyai
diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama sehingga
bentuknya agak bundar. Bagian dorsal bentuk datar dan panjang
semacam engsel berwarna hitam. Yang berfungsi untuk membuka dan
menutup cangkang, Winarto (2004).
Cangkang tersusun dari zat kapur yang dikeluarkan oleh epitel
luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan kristal kalsium karbonat (Ca

4
CO3) dalam bentuk kristal argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan
kristal heksagonal kalsit yang merupakan pembentuk lapisan seperti
prisma pada cangkang.
Tubuh tiram mutiara terbagi atas tiga bagian yaitu : Bagian kaki,
mantel, dan organ dalam. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang
bersifat elastis terdiri dari susunan jaringan otot yang dapat
merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal. Kaki
ini berfungsi sebagai alat bergerak hanya pada masa mudanya sebelum
hidup menetap pada substrat (Mulyanto, 1987). Pada bagian kaki
terdapat bysus, yaitu suatu bagian tubuh yang bentuknya seperti rambut
atau serat, berwarna hitam dan berfungsi sebagai alat untuk menempel
pada suatu substrat yang di sukai.

1.5.2. Kriteria Mutiara Berkualitas

Menurut pengelola PT. AUTORE Pearl Farm & Showroom kriteria


mutiara yang berkualitas adalah sebagai berikut.

a. Kilau

Kilau mutiara adalah yang utama, yaitu bagaimana mutiara


itu berkilau. Semakin berkilau, maka semakin mahal pula
harganya. Cara mendapatkan kilau adalah dengan memilih kerang
yang ingin dioperasi dengan warna cangkang yang juga berkilau.

5
b. Permukaan

Berbagai macam permukaan mutiara adalah hal yang alami.


Mutiara dengan harga mahal memiliki permukaan yang halus,
mulus dan tidak terdapat lubang kecil seperti pori-pori.

c. Bias Warna

Warna mutiara ditentukan dengan warna cangkang tiram.


Beberapa warna mutiara yang berkualitas yaitu seperti, putih
dengan bias warna kehijauan, putih dengan bias warna merah
muda, gold, silver, dan hitam. Mutiara berwarna putih dan terdapat
bias warna dapat dikatakan lebih indah dan harganya juga lebih
mahal.

d. Bentuk

Bentuk yang paling bagus adalah bulat/bundar sempurna.


Akan tetapi, hal tersebut tetaplah terbentuk secara alami karena
tiram adalah makhluk hidup yang tidak bisa diarahkan.
Beberapa bentuk mutiara selain bulat antara lain, drop
(tetesan air), circle (seperti potongan-potongan lingkaran), buttom
(flat di bagian bawah), dan tidak beraturan.

6
e. Ukuran

Ukuran mutiara berbeda-beda, ada yang kecil dan besar.


Semakin besar mutiara maka semakin mahal harganya. Hal
tersebut dikarenakan butuh waktu untuk membuat mutiara besar.
Semakin tua tiram, semakin banyak peluang untuk mendapatkan
mutiara yang besar. Tiram yang masih muda memiliki organ yang
belum berkembang, jika kita paksakan akibatnya kulit yang
membungkus nukleus tiram akan robek.

1.5.3. Siklus Hidup dan Reproduksi Tiram mutiara

Tiram mutiara mempunyai jenis kalamin terpisah, kecuali pada


beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah individu hermaprodit
terjadi perubahan sel kelamin (sel reversal) biasanya terjadi pada
sejumlah individu setelah memijah atau pada fase awal perkembangan
gonad. Fenomena sex reversal pada tiram mutiara (Pinctada
maxima) menunjukan bahwa jenis kelamin pada tiram teryata tidak
tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh,
gonat menutupi organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali
bagian kaki pada fase awal, gonad jantan dan betina secara eksternal
sangat sulit dibedakan, keduanya berwarna krem kekuningan. Namun,
setelah fase matang penuh, gonad tiram mutiara (Pinctada maxima)
jantan berwarna putih krem, sedangkan betina berwarna kuning tua.
Pada tiram Pinctada fucata warna gonad ini terjadi sebaliknya.

7
1.5.4 Sarana dan prasarana budidaya

Pembudidayaan mutiara memerlukan sarana dan prasarana. Adapun


sarana dan prasarana yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut:
a. Kerangka Rakit

Kerangka atau rakit berfungsi untuk menggantungkan media


pemeliharaan spat atau siput tiram. Kerangka rakit dapat terbuat dari
bahan bambu, kayu atau pipa besi yang telah dicat anti karat.
Pemilihan bahan pembuat kerangka rakit ini tergantung pada
ketersediaan bahan di lokasi. Bentuk dan ukuran kerangka rakit
bervariasi tergantung dari jumlah spat yang akan dipelihara. Sebuah
rakit biasanya terdiri empat sampai delapan buah lubang.

b. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan


sarana budidaya, dapat digunakan pelampung dari bahan drum
plastik, drum besi, atau sterofoam. Ukuran dan jumlah pelampung
yang dipergunakan sesuai dengan besarnya beban dan daya apung
dari pelampung, misalnya sebuah rakit dari ukuran bambu yang tediri
dari enam buah kurungan apung (3x3x3 m) diperlukan pelampung
drum plastik atau drum besi volume 200 liter sebanyak 12 buah.
Pelampung diikatkan pada rakit dengan tali polyethylene (PE) yang
bergaris tengah 0,8–1,0 cm.

8
c. Spat kolektor

Spat kolektor adalah bahan yang digunakan untuk tempat


menempel spat, yang terbuat dari bahan serabut tali
polyethylene (PE), asbes gelombang, atau bilah pipa peralon. Jika
bahan kolektor dari bahan serabut tali atau bahan lain yang berbentuk
serabut, maka harus digunakan tempat dari kerangka besi atau kawat
ukuran 40 sampai 50 cm.

d. Keranjang Pemeliharaan

Pemeliharaan siput dapat dilakukan pada keranjang-keranjang


pemeliharaan yang digantung pada rakit terapung. Bahan yang
digunakan untuk keranjang biasanya terbuat dari kawat tahan karat
atau jaring. Keranjang pemeliharaan induk terbuat dari
kawat galvanizer, atau yang lebih baik lagi jika dilapisi plastik atau
aspal, sehingga daya tahannya dapat mencapai 2 – 2,5 tahun. Ukuran
keranjang 25 x 25 x 60 cm. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi
siput ukuran 6 -8 (DVM) sebanyak 15 ekor.
Sedangkan untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang
baru dipindah dari hatchery dapat digunakan keranjang jaring ukuran
40 x 60 cm. Spat berukuran 2 – 3 cm (DVM) dipelihara dalam
keranjang dengan lebar mata jaring 0,5 – 1 cm. Lebar mata jaring yang
digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukuran spat, semakin besar
ukuran spat maka semakin besar pula ukuran mata jaring, sehingga
sirkulasi air dapat terjaga dengan baik.

9
e. Jangkar

Jangkar berfungsi untuk menahan keseluruhan sarana budi


daya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang digunakan harus
mampu menahan sarana budi daya dari pengaruh arus, angin,
gelombang. Jangkar dapat dibuat dari besi, kurungan yang berisi pasir
atau blok semen/beton.
Pemakaian jenis dan jumlah jangkar tergantung dari jumlah
besarnya arus/angin, kondisi dasar perairan, kedalaman air dan
besarnya sarana budi daya. Tali pengikat jangkar dapat digunakan tali
polythlene dengan diameter 3–5 cm dan panjangnya 3–4 kali dari
kedalaman perairan.

f. Prasarana

Prasarana yang digunakan untuk mendukung usaha


pendederan tiram mutiara terutama untuk mendukung kelancaran
kegiatan. Prasarana tersebut meliputi transportasi darat untuk benih
dan hasil panen yang akan dijual, listrik untuk penerangan, gudang
penyimpanan barang, serta mess darat, air tawar untuk konsumsi,
mencuci peralatan kerja dan, telepon untuk komunikasi dengan dunia
luar seperti transaksi pengadaan benih atau penjualan hasil panen.

10
BAB 2

METODE PENELITIAN

2.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif


kualitatif. Satori (2011: 23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif
dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang
bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu
resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,
karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata
cara suatu budaya, model fisik suatu artefak dan lain sebagainya.
Menurut Sukmadinata (2011: 73), penelitian deskriptif kualitatif
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia,
yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,
keterkaitan antarkegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak
memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel -
variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang
apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian
itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian
kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada
dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Di sini,

11
peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena
penelitian ini menjelaskan tentang teknik budidaya tiram di PT.
AUTORE Pearl Farm & Showroom.

2.2. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian, karena


dengan data peneliti dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut.
Pada penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

2.2.1. Observasi

Observasi merupakan teknik yang mendasar dalam


penelitian nontes. Berkaitan dengan observasi yang dilakukan
dalam penelitian kualitatif maka observasi yang digunakan yaitu
observasi langsung. Observasi langsung dalam penelitian ini
digunakan untuk mengungkap data mengenai teknik budidaya
tiram mutiara. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap mengenai teknik budi daya mutiara

2.2.2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk


tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara
dengan penjawab atau narasumber. Dalam penelitian ini, peneliti

12
mencatat semua jawaban dari narasumber sebagaimana adanya.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur.

2.2.3. Dokumentasi

Dokumentasi Menurut Satori (2011: 149), studi


dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang
diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara
intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan
dan pembuktian suatu kejadian. Dokumen yang digunakan pada
penelitian ini berupa jawaban narasumber, foto, dan video.

2.3. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2009: 335), analisis data merupakan proses


mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009: 337)
mengemukakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data setelah selesai pengumpulan data dalam periode

13
tertentu. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan lagi sampai tahap
tertentu hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.

14
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4. Teknik Budiaya Tiram

Dari data yang diperoleh, teknik budidaya tiram untuk


menghasilkan mutiara yang berkualitas, adalah sebagai berikut.

2.4.1. Pembiakan

Pembiakan dengan menggunakan tiram alam liar yang


diperoleh dari nelayan-nelayan penyelam kerang atau kerang-
kerang hasil breeding yang terbaik. Pengembangbiakan dilakukan
di laboratorium, milik perusahaan budidaya mutiara. Setelah
berumur 60 sampai 70 hari larva bakal kerang di turunkan ke laut.

2.4.2. Pembesaran Spat

Larva bakal tiram yang telah berumur 60 sampai 70 hari


dipelihara di perairan laut yang bersih, cukup plankton (ada
mangrove dan terumbu karang), tidak tercemar, jauh dari hunian
dan tidak bergelombang besar. Biasanya sampai usia 90 hari
jumlah larva bakal kerang yang bertahan hidup maksimum 10%.
Pada saat ukurannya sudah mencapai 4 cm, biasanya spat tersebut
dipindahkan ke perairan yang lebih terbuka dan lebih banyak
plankton. Biasanya kerang dewasa yang dapat di-insert untuk
mutiara setelah berusia antara 15 hingga 24 bulan. Pertumbuhan

15
kerang tidak sama, dipengaruhi banyak faktor, diantaranya:
perairan, temperatur, salinitas, Ph, plankton dan sebagainya.

2.4.3. Operasi

Kerang dewasa atau yang dapat dioperasi adalah yang telah


mencapai ukuran di atas 16 cm. Pada teknik inserting diperlukan
bibit/ nukleus atau inti mutiara dan donor (Saibo). Upaya untuk
menghasilkan mutiara yang baik diperlukan nukleus terbaik yang
dibuat dari kulit kerang air tawar sungai Mississippi, USA, jenis
Pigtoe. Oleh karenanya nukleus diimpor sebagai bibit pada
kegiatan budidaya mutiara. Biasanya kerang yang tetap berisi
nukleus setelah 40 hari (Tento), hanya sekitar 80%, sisanya
memuntahkan nukleus yang diisikan.

2.4.4. Pemeliharaan

Setelah dilakukan penanaman nukleus, maka kerang tersebut


dimasukan ke dalam jaring dan dipelihara di laut yang lebih dalam
selama 20 bulan hingga 36 bulan. Semakin lama pemeliharaannya
akan menghasilkan mutiara yang lebih besar dan lebih bercahaya,
sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Tiga bulan
sebelum panen, dilakukan pemeriksaan isi mutiara di dalam
kerang dengan menggunakan peralatan X-ray. Kerang-kerang yang
masih ada mutiaranya yang terus dipelihara dengan insentif.
Sedangkan kerang – kerang yang tidak ada mutiara akan
dikembangbiakan lagi.

16
2.4.5. Panen Mutiara

Bila ketebalan lapisan mutiara (nacre) telah memenuhi standar


Internasional, maka dilakukan panen. Menurut Mulyanto (1987),
bahwa setelah masa pemeliharaan 1,5-2 tahun sejak operasi
pemasangan inti maka tiram dapat dipanen dengan kecermatan
dan ketepatan yang benar agar hasil mutiara dapat berkualitas
baik.

2.5. Faktor – faktor dalam budi daya tiram mutiara

Teknik budi daya tiram sangat mempengaruhi produksi mutiara.


Mutiara yang berkualitas adalah hasil dari teknik budi daya yang benar.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam budi daya
tiram, adalah sebagai berikut:

2.5.1. Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan


kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi
fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi lokasi budi daya adalah sebagai berikut:

1. Lokasi

Lokasi usaha untuk budi daya tiram mutiara ini berada di


perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun
budi daya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin

17
musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus
tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari
kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang
mutiara, terutama induk.

2. Dasar

Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan


berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga
merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budi
daya tiram mutiara.

3. Arus

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini


bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang
masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang
dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang
surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-
menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya
limbah dan pencemaran lain.

4. Suhu

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas


biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan

18
hidup tiram mutiara adalah berkisar 25-30 0C. Suhu air pada
kisaran 27 – 310C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.

5. pH

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram


pinctada maxima berkisar antara 7,8- 8,6 pH agar tiram mutiara
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya,
habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi
dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH
melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 – pH
7,00 dan menurun pada pH 4,0-6,5.

6. Oksigen

Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas


kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan
dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut
berkisar 5,2-6,6 ppm. Pinctada maxima untuk ukuran 40-50 mm
mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 – 60 mm
mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 – 70
mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.

19
2.5.2. Faktor Risiko

1. Pencemaran

Lokasi budi daya tiram mutiara harus berada di lokasi yang


bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga,
pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa
deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang
menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal
dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan
herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup tiram
mutiara.

2. Manusia

Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu


dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budi daya mutiara.
Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun
penyuntikan inti mutiara bulat (nucleus).

20
BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik pembudidayaan tiram sangat mempengaruhi produksi
mutiara. Adapun teknik budi daya mutiara yang benar, yaitu
pembiakan, pembesaran spat, operasi, pemeliharaan dan panen
mutiara.
2. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam budidaya
tiram, yaitu faktor ekologi dan faktor pencemaran. Perawatan seperti
pembersihan tempat pemeliharaan akan sangat membantu
meningkatkan kelangsungan hidup spat.

4.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui


timbulnya organisme pathogen atau partikel yang diduga bisa
merupakan faktor penyakit bagi kehidupan tiram mutiara.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mulyanto. 1970. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia. Jakarta :


Diklat Ahli Usaha Perikanan.

Mulyanto, 1987. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia. INFIS Manual
Seri no.45.

http://1001budidaya.com/budidaya-tiram-mutiara/- Diakses pada 16 Mei 2018


(12.50)

https://muhditernate.wordpress.com/2011/04/27/budidaya-tiram-mutiara-
pinctada-maxima/ - Diakses pada 16 Mei 2018 (12.35)

http://www.alamikan.com/2014/05/teknik-penyuntikan-tiram-mutiara.html-
Diakses pada 16 Mei 2018 (12.40)

https://www.kompasiana.com/goestaf/tantangan-budidaya-mutiara-
indonesia_591c239e129773bb4ff96ce5 - Diakses pada 28 Mei 2018 (09.30)

22
LAMPIRAN

Gambar 1. Sarang Bayi Tiram

Gambar 2. Bayi Tiram

23
Gambar 3. Tempat perkembangbiakan tiram

Gambar 4. Tiram Berumur 3 bulan

24
Gambar 5. Tempat perkembangbiakan tiram

Gambar 6. Tiram berumur 2 tahun

25

Anda mungkin juga menyukai