Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN I
TEKNIK LABORATORIUM

Disusun Oleh :
Kelompok C6

Azahra Aliyyu Denaldo (22030119130118)


Maura Sania Rizkita (22030119130120)
Alfizidha Fadhila (22030119130170)
Almas Dhiyani Lumintang (22030119140122)

Tanggal Praktikum : 18 September 2019

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2019
PERCOBAAN I
TEKNIK LABORATORIUM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana dan cara
penggunaanya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. Laboratorium dan Peralatan Gelas
Laboratorium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang
khusus untuk melaksanakan pengukuran, panetapan, dan juga pengujian
untuk keperluan penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Praktikan
adalah orang yang melakukan praktikum atau percobaan. Akan tetapi akhir-
akhir ini analog dengan batasan itu berbagai disiplin iImu pengetahuan
sering menganggap (claim) bahwa lapangan tempat mereka bekerja dan
melakukan penelitian juga dianggap sebagai laboratorium, sehingga disebut
dengan laboratorium lapangan.1
Laboratorium merupakan ruangan yang memilik risiko yang cukup
besar. Di sana banyak terdapat bahan kimia yang merupakan bahan mudah
meledak, mudah terbakar, beracun, dan lain-lain. Berikut adalah prosedur
keselamatan kerja di laboratorium:
a. Syarat laboratorium yang baik:2
1) Ruangan laboratorium harus memiliki sistem ventilasi yang baik.
2) Ruangan laboratorium harus ditata dengan rapi. Penempatan bahan
kimia dan peralatan percobaan harus ditata dengan rapi supaya
memudahkan untuk mencarinya.
3) Alat keselamatan kerja harus selalu tersedia dalam kondisi yang baik
terutama kotak P3K dan alat pemadam kebakaran.
4) Ada nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran dan petugas
medis supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat
ditangani dengan segera.
5) Laboratorium harus memiliki jalur evakuasi yang baik.
b. Tata tertib keselamatan kerja2
1) Dilarang mengambil atau memba wa keluar alat-alat serta bahan
dalam laboratorium tanpa seizin petugas lab.
2) Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium.
3) Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang
diberikan.
4) Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi
bahaya bahan-bahan kimia, alat-alat dan cara pemakaiannya.
5) Memakai jas laboratorium saat bekerja di laboratorium.
6) Dilarang merokok, makan dan minum di laboratorium.
7) Jagalah agar semua senyawa dan pelarut jauh dari mulut, kulit, mata,
dan pakaian.
8) Hindari dari menghirup uap atau debu. Untuk mencium gas,
kibaskan gas menggunakan tangan sampai bau tercium.
9) Jangan mencicipi atau membawa makanan atau minuman dalam
laboratorium.
10) Berhati-hatilah jika bekerja dengan asam kuat, reagen korosif,
reagen-reagen yang volatile, dan mudah terbakar.
11) Menggunakan kacamata pengaman atau gunakan penutup yang lebih
besar untuk mnutupi seluruh wajah.
12) Menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
13) Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan
kimia dekat/diarahkan ke wajah dan tubuh sendiri atau orang lain.
14) Berhati-hati terhadap asam dan basa kuat khususnya bila dipanaskan
dan jangan pernah menambah air ke asam atau basa pekat.
15) Bahan-bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus
ditempatkan di lemari asam.
16) Bahan-bahan kimia yang diambil tidak boleh dikembalikan ke botol
stok.
17) Setelah praktikum selesai, tangan harus dicuci dengan sabun.
c. Alat keselamatan kerja
Alat-alat keselamatan kerja yang ada di laboratorium antara lain
pemadam kebakaran (hidrat), eye washer, water shower, kotak P3K, jas
laboratorium, peralatan pembersih, obat-obatan, kapas, plaster
pembalut luka.2
d. Simbol bahaya
Di laboratorium terdapat beberapa zat kimia yang memiliki sifat
racun, mudah terbakar, korosif, dan sebagainya. Maka dari itu
pengetahuan akan simbol-simbol tersebut sangatlah penting demi
keselamatan kerja di laboratorium.2
e. Pembuangan limbah
Untuk limbah kimia hendaknya dibuang di tempat khusus
karena beberapa jenis bahan kimia berbahaya bagi lingkungan.
Sementara limbah lainnya dibuang ke tempat sampah dengan
memisahkan sampah organik dan anorganik.2
Di dalam laboratorium kimia terdapat alat kimia yang
memerlukan perlakuan secara khusus. Berikut adalah alat-alat yang
sering digunakan untuk praktikum di laboratorium kimia:
1) Tabung Reaksi
Tabung reaksi adalah tabung yang digunakan untuk
mereaksikan suatu zat yang terbuat dari kaca dan dapat dipanaskan.3
Tabung ini hanya mereaksikan zat dalam jumlah sedikit.2
2) Penjepit
Terbuat dari kayu atau logam, bentuk rahang persegi, pegas
dipoles nikel dengan diameter 10-25 mm. Digunakan untuk menjepit
tabung reaksi pada pemanasan atau mengambil cawan dalam
keadaan panas.2
3) Pengaduk Gelas
Pengaduk gelas dibuat dengan bahan kaca dan digunakan
untuk mengaduk larutan supaya larutan menjadi rata.2
4) Corong
Corong adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca/gelas
yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ke dalam tabung bermulut
kecil seperti buret, labu takar, dan lainnya.2
5) Pipa Bengkok
Pipa bengkok digunakan untuk mengalirkan gas ke dalam
suatu larutan.2
6) Gelas Arloji
Gelas arloji adalah cawan yang berbentuk irisan bola yang
digunakan untuk penguapan atau pengeringan padatan dalam bentuk
tepung.[3] Gelas Arloji juga bisa digunakan sebagai penutup gelas
kimia dan tempat menimbang zat.2
7) Gelas Ukur
Gelas ukur adalah silinder gelas berskala dengan bentuk
mulut lebar dan bercucuk, lebar mulut sama dengan lebar alasnya
dengan ukuran 1 mL sampai dengan 1 liter atau lebih.[3] Alat ini
digunakan untuk mengukur volume zat kimia yang berbentuk cair
yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah
tertentu dan tidak dipergunakan untuk volume zat panas.2,4
8) Gelas Beker
Gelas beker adalah gelas berbentuk silinder yang bercucuk,
digunakan untuk menampung zat atau larutan. Gelas beker ada yang
berskala dan ada yang tidak berskala. Gelas beker bukan merupakan
gelas ukur.[3] Gelas ini juga digunakan untuk mereaksikan zat dalam
jumlah yang banyak dan untuk mengambil cairan dengan volume
yang tidak menuntut ketelitian yang tinggi.2
9) Erlenmeyer
Erlenmeyer adalah labu gelas tempat menampung larutan
atau meyimpan filtrat hasil penyaringan.2 Erlenmeyer ada yang
berskala ada juga yang tidak berskala. Erlenmeyer digunakan untuk
mentitrasi larutan yang akan ditetapkan normalitasnya.3
10) Labu Takar
Labu takar adalah labu yang memiliki mulut agak sempit
yang berfungsi untuk keperluan pengenceran larutan sampai dengan
volume tertentu sebagaimana tertera dalam labu takar.5
11) Buret
Buret yaitu pipa ukur panjang yang dilengkapi dengan kran
untuk mengukur volume cairan yang akan dipindahkan.3 Buret
digunakan untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam
eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada eksperimen
titrasi.2
12) Pipet
a) Pipet Volume
Bahan pembuatan pipet volume adalah kaca
boroksilikat. Ukuran-ukuran pipet volume 1 mL, 2 mL, 5 mL,
10 mL, 20 mL, 25 ml, 50 mL, dan 100 mL. Pipet volume
berfungsi untuk mengambil cairan hingga 25 mL secara tepat
dan ketelitian tinggi.5
b) Pipet Ukur
Bahan pembuatan pipet ukur adalah kaca. Ukuran-
ukuran pipet ukur 15 mL, 10 mL, dan 25mL. Pipet ukur
berfungsi untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan
volume tertentu secara tepat.4
c) Pipet Tetes
Pipet tetes adalah pipet yang dilengkapi dengan
penyedot karet untuk memindahkan larutan yang volumenya
tidak perlu diperhatikan. Pipet tetes berfungsi untuk
mengambil cairan dalam skala teteran kecil dengan mengukur
volume yang teliti. Namun, volume yang dipindahkan tidak
diketahui.5
13) Botol Semprot
Botol semprot atau juga sering disebut botol pencuci adalah
berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik dilengkapi
dengan pipa agar air yang keluar bisa diatur. Alat ini sangat
diperlukan di laboraturium manapun. Walaupun alat ini sangat
sederhana, tapi sangat berguna sebagai tempat menyimpan
aquades dan untuk mencuci atau membilas alat-alat laboratorium.2
Cara menggunakannya dengan menekan badan botol sampai airnya
keluar.
14) Kasa Asbes
Kasa yang sering dipakai terbuat dari kawat tembaga atau
seng dan di tengahnya berlapis asbes. Alat ini digunakan sebagai
alas pada pemanasan alat‐alat kaca yang berisi cairan atau larutan
dengan maksud agar panasnya merata.2
15) Kaki Tiga
Kaki tiga terbuat dari besi. Satu ring diamater 80 mm
dengan tiga kaki panjang 8 cm. Diameter luar 8 mm dan merupakan
alat penopang kasa asbes atau segitiga porselen yang ditumpangi
alat kaca atau cawan porselen yang akan dipanaskan. Di antara
ketiga kakinya, di bawahnya dapat ditempatkan spiritus atau alat
pemanas lainnya.3
16) Rak tabung reaksi
Tempat untuk meletakkan tabung reaksi.2
17) Statif
Terbuat dari besi atau baja, mempunyai 3 kaki dan ada juga
yang mempunyai alas berbentuk persegi panjang. Alat ini
digunakan sebagai alat penyangga buret dengan bantuan klem
buret, untuk menegakkan corong, corong pisah, dan peralatan gelas
lainnya pada saat digunakan.2
18) Botol Timbang
Botol timbang terbuat dari jenis gelas boroksilikat,
dilengkapi dengan tutup asah. Botol timbang mempunyai tipe
bentuk tinggi dan pendek. Kapasitas botol timbang mulai 15-80
mL. Digunakan dalam menentukan kadar air suatu bahan. Selain
itu digunakan untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang
terutama untuk bahan cair.3
19) Tabung Spiritus
Tabung spiritus merupakan sebuah tabung yang berisi
spirtus yang berwarna biru dan digunakan sebagai membakar atau
memanaskan zat dan larutan.2
20) Plat Tetes
Terbuat dari porselen, terdapat lubang-lubang di atasnya
dan digunakan untuk mereaksikan zat- zat kimia dalam jumlah
sedikit.2
21) Klem buret
Menjadi satu bagian dengan statif, digunakan untuk
memegang buret pada waktu titrasi.2
22) Lemari asam
Tempat untuk menyimpan dan mereaksikan larutan yang
berbahaya, mudah menguap dan pekat.2
23) Ball pipet
Untuk menghisap larutan yang akan diukur melalui pipet
ukur atau volume.2
24) Kertas saring
Kertas ini digunakan untuk menyaring larutan.2
25) Mortar dan alu
Terbuat dari porselin, digunakan untuk menggerus atau
melembutkan suatu bahan dalam bentuk padatan.2
26) Cawan porselin
Terbuat dari porselin, digunakan untuk mereaksikan atau
mengubah zat pada suhu tinggi.2
2. Reaksi Kimia dan Stoikiometri
a. Reaksi Kimia
Reaksi-reaksi kimia dapat dilihat dari adanya perubahan,
misalnya perubahan warna, perubahan wujud, dan yang utama adalah
perubahan zat yang disertai perubahan energi dalam bentuk kalor.
Dengan mereaksikan suatu zat berarti kita mengubah zat itu menjadi zat
lainnya, baik sifat maupun wujudnya. Berikut beberapa klasifikasi
reaksi-reaksi, yaitu:
1) Reaksi Netralisasi
Reaksi netralisasi adalah reaksi suatu asam dan basa yang
menghasilkan senyawa ion.6
2) Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi yang menghasilkan
endapan. Endapan mungkin bisa berupa kristal atau koloid. Endapan
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti
suhu, tekanan, konsentrasi, dan bahan-bahan lain dalam larutan itu.6
3) Reaksi Reduksi-Oksidasi
Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi yang mengandung
peristiwa reduksi dan oksidasi. Reaksi ini tidak dapat terjadi sendiri-
sendiri, jika elektron dilepaskan maka harus ada yang menerima
elektron.7
4) Reaksi Kompleksometri
Reaksi kompleksometri adalah reaksi antara ion-ion sehingga
membentuk suatu senyawa komplek. Dalam pelaksanaan analisis
anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukan suatu senyawa komplek.6
5) Reaksi Logam dan Non-logam
Dalam reaksi ini, setiap logam kehilangan satu atau lebih
elektron dan menjadi ion positif atau kation dan setiap atom non-
logam memperoleh satu atau lebih elektron dan menjadi ion
negatif atau anion. 6
6) Reaksi Pembakaran
Reaksi pembakaran adalah sejenis reaksi redoks yang mana
bahan-bahan yang dapat terbakar bergabung dengan unsur-unsur
oksidator, biasanya oksigen.6
b. Stoikiometri
Reaksi stoikiometri adalah penentuan perbandingan massa unsur-
unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada
perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-
hukum dasar ilmu kimia. Dalam stoikiometri, suatu persamaan kimia
yang setara memberikan informasi untuk membandingkan setiap elemen
dalam reaksi berdasarkan faktor stoikiometri. Faktor stoikiometri
merupakan rasio dari mol setiap senyawa atau zat yang bereaksi.8
3. Titrasi
Titrasi asam-basa merupakan suatu reaksi penetralan yang
menghasilkan garam dan air. Pada titrasi larutan asam menggunakan larutan
standar basa (alkalimetri). Prosedur analisis pada titrasi asam-basa ini
adalah dengan mengukur volume dari asam-basa yang bereaksi sehingga
proses ini disebut titrasi volumetri.9
Tujuan tritasi adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa
yang secara kimia tepat ekuivalen (setara) dengan banyaknya basa atau
asam di dalam larutan.10 Selain itu, titrasi asam-basa melibatkan asam
maupun basa sebagai titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan tetes demi
tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran
tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai perubahan warna indikator
seperti indikator fenolftalein, metil merah, metil jingga, bromtimol biru, dan
lain-lain.9
Keadaan ini disebut “titik ekuivalen” yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator yang disebut
“titik akhir titrasi”.9
4. Indikator Asam-Basa
Indikator titrasi asam-basa merupakan suatu zat yang digunakan
sebagai penanda terjadinya titik titrasi pada analisis volumetri khususnya
metode titrasi asam-basa. Suatu zat dapat digunakan sebagai indikator titrasi
asam-basa jika dapat merubah warna suatu larutan seiring dengan terjadinya
perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH. Biasanya indikator
titrasi asam-basa merupakan suatu senyawa organik yang bersifat sebagai
asam lemah dan dapat mendonorkan ion hidrogen untuk molekul air
membentuk basa konjugat. Kondisi inilah yang dapat memberikan warna
karakteristik pada setiap penggunaan indikator titrasi asam-basa.11
Berbagai indikator titrasi asam-basa telah banyak digunakan.
Indikator-indikator yang ada kebanyakan merupakan indikator sintetik
misalnya indikator fenolftalein, metil jingga, metil merah, bromtimol biru,
dan lain-lain. Berbagai indikator ini telah diketahui karakternya yaitu berupa
trayek pH yang ditunjukkan oleh perubahan warna pada kondisi asam dan
basa serta harga tetapan indikator. Karakter indikator ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan indikator yang akan
digunakan untuk titrasi asam-basa, sebagai contoh untuk titrasi asam kuat
dan basa kuat paling tepat menggunakan indikator fenolftalein karena dapat
memberikan perubahan warna yang sangat jelas pada kondisi asam dan basa
yaitu warna transparan pada kondisi asam dan warna pink pada kondisi
basa.11
5. Analisa Bahan
a. Reagen Fehling A dan B
Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah tembaga (II) sulfat (CuSO4) dalam air,
sedangkan Fehling B adalah larutan garam kalium natrium tartrat (K-
Na-tartrat) dan natrium hidroksida (NaOH) dalam air. Perekasi Fehling
adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan
kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna
biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan tembaga
(II) oksida (CuO). Dalam pereaksi ini, ion Cu2+ direduksi menjadi ion
Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai kupro oksida
(Cu2O).12
b. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam
air. Natrium, hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. Pada praktikum ini, NaOH berfungsi sebagai titran
dalam percobaan titrasi.13
c. Glukosa
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat
luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup
jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu.
Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan
laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa
merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan
didalam sel merupakan sumber energi.14
d. Laktosa
Laktosa merupakan disakarida yang bila dihidrolisa satu
molekul yang sama dengan gula tebu atau sukrosa kemanisannya 1/6
kali kemanisan sukrosa.15 Laktosa adalah disakarida yang tersusun dari
1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa.16
e. Akuades
Akuades disebut juga Aqua Purificata (air murni/H2O). Air
murni adalah air yang dimurnikan dari destilasi. Satu molekul air
memiliki dua hidrogen atom kovalen terikat untuk satu oksigen.
Akuades merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna dan tidak
berbau. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol dan pH
antara 5-7. Rumus kimia dari akuades yaitu H2O. Akuades ini memiliki
allotrop berupa es dan uap. Akuades merupakan elektrolit lemah. Air
dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen dan banyak digunakan sebagai
bahan pelarut bagi kebanyakan senyawa. Pada praktikum ini, akuades
berfungsi untuk melarutan suatu bahan atau senyawa.17
f. HCl
Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat
korosif, berbau menyengat, dan sangat iritatif dan beracun, larutan asam
klorida (HCl) termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Di dalam
tubuh, asam klorida diproduksi di dalam lambung yang lebih dikenal
dengan asam lambung yang dihasilkan oleh sel parietal, secara alami
salah satu fungsi asam lambung ini untuk menghancurkan bahan
makanan yang masuk ke dalam usus, jika produksi asam lambung
meningkat dari keadaan normal akan mengiritasi lambung dan
menimbulkan rasa perih dilambung yang lebih dikenal dengan sakit
maag. Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi
larutannya, < 5% bersifat iritan lemah, 5% - 10% bersifat iritan kuat, >
10 % bersifat korosif. Pada praktikum ini, HCl berfungsi sebagai titran
dalam percobaan titrasi.18
g. Indikator Fenolftalein
Fenolftalein atau disebut juga 3,3-Bis(4-hidroksifenil)-1-(3H)-
isobenzofuranon merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai
indikator dalam titrasi alkalimetri. Pada abad 20, fenolftalein
merupakan obat yang populer digunakan sebagai pencahar. Pada bulan
Agustus 1999, US Food and Drug Administration mengumumkan
bahwa fenolftalein merupakan obat yang secara umum tidak aman dan
efektif serta tidak dapat digunakan sebagai obat over the counter.19

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca analitis
b. Tabung reaksi
c. Penjepit
d. Plat tetes
e. Pengaduk gelas
f. Pipa bengkok
g. Corong
h. Gelas arloji
i. Gelas beker
j. Gelas ukur
k. Labu takar
l. Pipet tetes
m. Pipet ukur
n. Pipet volume
o. Buret
p. Erlenmeyer
2. Bahan
a. Reagen Fehling A dan B
b. NaOH
c. Glukosa
d. Laktosa
e. Akuades
f. HCl
g. Indikator fenolftalein
IV. CARA KERJA
1. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi
a. Disiapkan 2 tabung reaksi.
b. Tabung reaksi 1 diisi dengan 5 tetes larutan glukosa dan tabung reaksi 2
diisi dengan 5 tetes larutan laktosa.
c. Pada masing-masing tabung ditambahkan dengan 5 tetes larutan Fehling
A dan 5 tetes larutan Fehling B, kemudian dipanaskan dengan spiritus.
d. Perubahan yang terjadi diamati.
e. Jika memungkinkan, dilakukan penyaringan terhadap endapan yang
terjadi.
2. Pengenceran Larutan NaOH dan Penentuan Konsentrasi
a. 10 mL larutan baku natrium hidroksida (NaOH) 1,000 N diambil dengan
menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100
mL.
b. Labu takar ditutup, kemudian dikocok-kocok.
c. Larutan baku diencerkan sampai tanda batas skala volume.
3. Titrasi
a. Buret yang akan digunakan dicuci dengan larutan pencuci sampai bersih,
kemudian dibilas dengan akuades.
b. Larutan standar asam klorida (HCl) 0,1000 N (titran) dimasukkan sampai
tanda batas skala nol.
c. Larutan baku NaOH 0,1000 N diambil sebanyak 25 mL ke dalam
erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein.
d. Titrasi dilakukan secara perlahan sambil erlenmeyer digoyang-
goyangkan hingga terjadi perubahan warna (warna pink tepat hilang).
e. Setelah itu, volume asam klorida (HCl) yang digunakan dicatat.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi
Tabel 1. Hasil Pengamatan Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi
NAMA
NO PERLAKUAN HASIL
PERCOBAAN

5 tetes glukosa + 5
tetes Fehling A + 5
1 Uji Glukosa tetes Fehling B
Panaskan
Larutan Biru Larutan Hijau
dengan endapan
merah bata

5 tetes laktosa + 5
tetes Fehling A + 5
2 Uji Laktosa
tetes Fehling B
Panaskan

Larutan Biru Larutan Kuning

2. Pengenceran Laruan NaOH dan Penentuan Konsentrasi


Perhitungan pengenceran volume NaOH dari konsentrasi 1,000 N:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 = 100 . 0,1
V1 = 10 mL
3. Titrasi
Tabel 2. VOLUME VOLUME
KETERANGAN
NaOH HCl
Hasil

25 mL 20,2 mL

Bening Ungu Bening

Pengamatan Titrasi

a. Perhitungan konsentrasi NaOH:


V1 . N1 = V2 . N2
25 . N1 = 20,2 . 0,1
N1 = 20,2 . 0,1
25
N1 = 0,0721 greg/L
b. Perhitungan penetapan kadar NaOH:
Kadar NaOH = V1 . N1 x 100%
Mr NaOH
Kadar NaOH = 25 . 0,0721 x 100%
40
Kadar NaOH = 4,50625%
4. Gambar Alat-Alat Laboratorium
Tabel 3. Gambar Alat-Alat Laboratorium
NAMA NAMA
NO GAMBAR NO GAMBAR
ALAT ALAT
1 Tabung Reaksi 14 Labu Takar

Penjepit Rak Tabung


2 15
Tabung Reaksi Reaksi

3 Gelas Beker 16 Boll Pipet

4 Gelas Ukur 17 Pipa Bengkok

5 Gelas Arloji 18 Labu Bulat

Botol
6 Pipet Ukur 19
Timbang
Cawan
7 Pipet Tetes 20
Crucible

8 Pipet Volume 21 Cawan

9 Pengaduk 22 Termometer

Botol
10 Buret 23
Semprot

11 Erlenmeyer 24 Corong

12 Kaki Tiga 25 Spirtus


13 Drupple Plate 26 Kasa Asbes

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan tiga percobaan, yaitu mereaksikan suatu
zat dalam tabung reaksi, pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi,
serta titrasi. Tujuan dari ketiga percobaan tersebut adalah mengenal alat – alat
yang ada di laboratorium dan kegunaannya.

1. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi


Percobaan pertama yaitu mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi.
Dalam percobaan ini, dilakukan uji Fehling. Uji Fehling bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya gula pereaksi. Fehling terdiri dari Fehling A
dan Fehling B dimana Fehling A mengandung CuSO4, sedangkan Fehling B
mengandung NaOH dan Na-K-tartarat yang merupakan campuran alkali.
Larutan yang direaksikan yaitu larutan glukosa dan laktosa. Masing – masing
larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak lima tetes lalu
ditambahkan Fehling A dan Fehling B, kemudian dipanaskan. Percobaan ini
menghasilkan endapan CuO2 berwarna merah bata yang menunjukkan
adanya karbohidrat (gula reduksi). Uji Fehling untuk menganalisis adanya
aldehid oleh reduksi larutan tembaga (II) menjadi endapan merah tembaga
oksida. Uji fehling pada glukosa dilakukan dengan cara yang sama seperti uji
fehling pada glukosa. Hasil dari percobaan ini adalah warna larutan berubah
menjadi kuning yang menunjukkan adanya gula pereaksi.20
2. Pengenceran Laruan NaOH dan Penentuan Konsentrasi
Percobaan kedua yaitu pengenceran larutan NaOH dan penentuan
konsentrasi. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara membuat
larutan baku dengan pengenceran dan mengetahui cara menghitung
pengenceran untuk mencari volume larutan baku yang akan diencerkan.
Pengenceran larutan baku NaOH 0,1000 N dengan cara mengambil 10 mL
larutan NaOH 1,000 N dan dimasukkan ke labu takar 100 mL lalu diencerkan
dengan akuades sampai batas skala dan dikocok – kocok hingga dirasa sudah
tercampur. Setelah itu dihitung pengenceran volume NaOH dengan rumus
volume NaOH 1,000 N dikali normalitas NaOH 1,000 N bandingkan dengan
volume NaOH 0,1000 N dikali normalitas NaOH 0,1000 N. Maka dapat
ditentukan volume yang dibutuhkan untuk pengenceran NaOH 1,000 N yaitu
10 mL.
3. Titrasi
Percobaan ketiga yaitu titrasi. Dalam titrasi terdapat larutan standar
sebagai titran / zat penitrasi dan larutan baku sebagai titrat / zat yang akan
dititrasi. Penambahan indikator dapat dilakukan untuk mempertegas
perubahan. Sebelum percobaan dilakukan, pastikan bahwa buret telah dicuci
dan dibilas dengan akuades agar tidak ada zat kimia yang masih ada di dalam
buret. Setelah itu, masukkan larutan HCl 0,1000 N ke dalam buret sampai
skala nol. Kemudian, ambil larutan NaOH hasil pengenceran sebanyak 25 mL
dan masukkan ke erlenmeyer lalu tambahkan indikator fenolftalein sebanyak
2 tetes. Selanjutnya titrasi larutan NaOH hingga warna merah muda berubah
menjadi bening atau sampai titik ekuivalen. Pada percobaan ini membutuhkan
20,2 mL HCl dan 25 mL NaOH. Kemudian hitung konsentrasi NaOH dengan
cara volume HCl dikali konsentrasi HCl dibandingkan dengan volume NaOH,
dimana konsentrasi HCl adalah 0,1 N. Maka konsentrasi NaOH adalah 0,0721
N. Setelah itu, menghitung kadar NaOH dengan cara volume NaOH dikali
konsentrasi NaOH dibagi Mr NaOH dikali 100%, dimana Mr NaOH adalah
40. Maka, kadar NaOH yang didapat adalah 4,50625 %.

VII. KESIMPULAN
1. Alat-alat yang ada di laboratorium banyak macamnya, di antaranya penjepit,
tabung reaksi, corong, Erlenmeyer, dan sebagainya.
2. Reaksi antara glukosa maupun laktosa dengan pereaksi Fehling, keduanya
menghasilkan endapan kupro oksida (Cu2O) yang merupakan hasil dari
reduksi pereaksi Fehling oleh laktosa maupun glukosa.
3. Untuk membuat 100 mL larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1000 N
dibutuhkan larutan NaOH 1,000 N sebanyak 10 mL.
4. Kadar natrium hidroksida (NaOH) yang diperoleh dari titrasi yang telah
dilakukan adalah sebesar 4,50625%.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Rokhman F, Ahmadi F, Kusumaningtyas RD. Konsep Ideal Labshool.
Wonogiri: Pilar Nusantara. 2017.
2. Tim Kompas Ilmu. Rumus Pocket Biologi. Jakarta: PT Grasindo. 2019.
3. Irmanto S. Penentuan Asam Oksalat Secara Spektrofotometri dengan
Metode Metilen Biru [Skripsi]. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
2017.
4. Risma. Modul Praktikum Kimia Dasar I. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.
2013.
5. Ahmad, Rizal. Akurasi Alat-Alat Ukur Volume yang Digunakan dalam
Praktikum dan Penelitian di Laboratorium Kimia FMIPA Unimed. Jurnal
Agroment Indonesia. 2013; 21(2): 39-45.
6. Setiawati, Nur Rahayu. Reaksi Kimia. Bandung: Jurnal Kimia Dasar. 2012.
7. Sofihan, Winda. Keterampilan Dasar di Laboratorium Kimia [Skripsi].
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2012.
8. Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar I. Modul Praktikum Kimia Dasar
I/Kimia Anorganik. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya. 2013.
9. Tritiyatma H, Yusmaniar, Erdawati. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Jakarta. 2015.
10. Marwati, Siti. Ekstraksi dan Preparasi Zat Warna Alami sebagai Indikator
Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. 2012.
11. Puspita, Fika. Uji Kualitatif untuk Karbohidat. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman. 2013.
12. Widyastari, Rizky. Sintesis NaOH. Jakarta: Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri. 2012.
13. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2010.
14. Tien MR, Sugiyono, Fitriyono A. Ilmu Bahan Pangan. Bandung: Alfabeta
CV. 2010.
15. Sulmiyati, Najmah, Marsudi. Kajian Kualitas Fisik Susu Kambing
Peranakan Ettawa (PE) dengan Metode Pasteurisasi yang Berbeda [Skripsi].
Talamung: Universitas Sulawesi Barat. 2016.
16. Bebas W, Laksmi DNDI. Viabilitas Spermatozoa Ayam Hutan Hijau dalam
Pengencer Posfat Kuning Telur Ditambah Laktosa pada Penyimpanan 5⁰C.
Jurnal Veteriner. 2015; 16(1): 62-67.
17. Lesmana, Yenny. Waspadai Bahaya Asam Kuat dalam Produk yang
Digunakan di Rumah Tangga. 2016.
18. Rina A, Mira AD, Agung S. Analisis Kandungan Fenolftalein pada Jamu
Pelangsing [Skripsi]. Cimahi: Universitas Jenderal Achmad Yani. 2016.
19. Ifmaily. Penetapan Kadar Pati Buah Sukun (Artocarpus altilis L.) dengan
Metode Luff Schoorl. Chempublish Journal. 2018; (1): 1-10.
20. Jhon WH, Nora I, Rudiyansyah. Optimasi Jenis dan Konsentrasi Asam
pada Hidrolisis Selulosa dalam Tongkol Jantung. JKK. 2015; 4(4): 66-71.

Anda mungkin juga menyukai