Anda di halaman 1dari 13

POLIPLOIDI KROMOSOM BAWANG MERAH

(Allium cepa fa. ascalonicum )DENGAN


INDUKSI KOLKHISIN
LANDASAN TEORI
Poliploidi
Poliploidi adalah keadaan bahwa individu memiliki lebih dari
dua genom. Poliploidi lebih banyak dijumpai pada tumbuhan dan
jarang terdapat pada hewan karena hewan memiliki kromosom
kelamin sehingga poliploidi akan menyebabkan terjadinya kelainan
pada keseimbangan seks, keguguran atau lahir dalam keadaan
mati. Sifat-sifat umum tanaman poliplidi adalah tanaman kelihatan
lebih kekar, rogan-organ tanaman menjadi lebih besar, jaringanjaringan penyusun organ juga tampak lebih besar. Terjadinya
poliploidi dialam dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor alami dan karena sengaja campur tangan manusia (diinduksi
oleh senyawa tertentu). Secara alami, poliploidi terbentuk karena
terjadi kelipatan somatis yaitu pada saat sel-sel mengalami
pemisahan

yang

tidak

teratur

selama

mitosis

sehingga

menghasilkan sel-sel meristematis yang menyebabkan kelipatan


jumlah kromosomnya tetap berada dalam generasi baru dari
tanaman

tersebut.

Selain

karena

kelipatan

somatis,

juga

disebabkan karena sel-sel reproduktif padat mengalami reduksi


yang tidak teratur atau mengalami pembelahan sel yang tidak
teratur sehingga kromosom-kromosom tidak memisah secara
sempurna. Sedangakan secara sengaja dibuat, umumnya orangorang menginduksi terjadinya poliploidi menggunakan zat-zat kimia
tertentu seperti asenaften, kloralhidrat, sulfanilamid, etil-merkuriklorida, heksklorosikloheksan dan kolkhisin atau menggunakan cool
water dan pemberian panas.
Pada percobaan kali ini digunakan zat kimia kolkhisin karena
sering

digunakan

dalam

penelitian-penelitian

poliploidi,

lebih

efektif, mudah didapat dan mudah larut dalam air. Sementara zatzat kimia yang lain hanya dapat larut dalam gliserol.

Poliploidi mempunyai dua tipe, antara lain : autopoliploid dan


allopoliploid.

Autopoliploid

yaitu

apabila

genom

yang

sama

mengalami kelipatan (misalnya : n1 + n1), dapat dibedakan


tanaman yang triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), dst.
Sedangkan jika allopoliploid yaitu apabila genom-genom yang
berbeda berkumpul melalui hibridisasi (misalnya : m1 + m2).
Kokhisin
Kolkhisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang berasal
dari umbi dan biji tanaman Autum crocus (Colchicum autumnale
Linn.) yang termasuk dari famili Liliaceae. Kolkhisin bersifat racun,
terutama pada tumbuhan memperlihatkan pengaruhnya pada
nukleus

yang

sedang

membelah.

Larutan

kolkhisin

dengan

konsentrasi yang berbeda akan memperlihatkan hasil yang berbeda


pula terutama pada jumlah kromosom sel yang diberi perlakuan
kolkhisin. Dalam penggunaan kolkhisin, tidak ada ukuran tertentu
mengenai besarnya konsentrasi larutan kolkhisin yang harus
digunakan, juga mengenai lamanya waktu perlakuan. Keduanya
bergantung pada bahan yang akan dipakai dalam percobaan,
karena masing-masing bahan mempunyai kemampuan dalam
menyerap larutan kolkhisin yang berbeda-beda. Pada umumnya
kolkhisin dapat bekerja efektif pada konsentrasi 0,001-1,00% dalam
waktu 3-14 jam.
Jika dilihat dari morfologi tanaman yang diberi perlakuan
kolkhisin maka akan tampak lebih indah, kuat dan bunga-bunga
yang dihasilkan jau lebih besar, warna lebih cerah dan lebih indah.
Jika konsentrasi larutan kolkhisin dan lamanya waktu perlakuan
kurang mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum dapat
diperoleh. Sebaliknya, jika konsentrasi terlalu tinggi atau waktu
perlakuan terlalu lama, maka kolkhisin akan memperlihatkan
pengaruh yang kurang baik, yaitu penampilan tanaman jauh lebih
jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan
matinya tanaman.
Mikrotubulus

Mikrotubulus merupakan tabung protein panjang, berlubang


dan relatif liat. Ukuran diameter kurang lebih 24 nm dan tebal
dinding 5 nm. Panjangnya bervariasi tetapi dapat tumbuh 1000 x
dari tebalnya dan tersusun oleh protein tubulin (dimer

dan

tubulin).

menjadi

Tubulin

tersebut

mengalami

polimerasi

protofilamen dan tiap protofilamen mempunyai polaritas yaitu


ujung sebagai ujung positif yang bebas di sitosol sedangkan
ujung tubulin sebagai ujung negatif ang tertanam dalam
sentrosom. Tiap mikrotubulus terdiri dar 1 protofilamen yang saling
paralel, sepa terurai (melepas protein dimer) dan terntuk kembali.
Dapat dijumpai pada sel hewan dan tumbuhan di sekitar inti sel.
Pada saat pembentukan mikrotubulus, tahap awal merupakan
tahap nukleasi (perlu tubulin, Mg2+, GTP dan pada suhu 37 oC. Alfa
dan beta tubulin bergabung membentuk heterodimer, heterodimer
bergabung satu sama lain membentuk oligodimer , kemudian
oligodimer

memanjang

membentuk

protofilamen.

Tiap

dimer

tubulin membawa GTP (sumber energi) pada beta tubulin dan


oligodimer membentuk cincin mikrotubulus.
Terdapat dua kelompok protein penggerak pada mikrotubulus,
yaitu kinesin yang bergerak ke arah ujung positif dan dyneins yang
bergerak ke arah ujung negatif. Beberapa peranan mikrotubulus
pada saat mitosis-metafase adalah
1. mikrotubulus dari dua arah sampai terbentuk ukuran yang
sama
2. penggerak mikrotubulus melekat pada kinetokor pada
kromosom, ke arah ujung negatif yang berperan adalah
dynein

yang

akan

terjadi

pemendekan

mikrotubulus

sedangkan ke arah ujung positif yang berperan adalah


kinesin yang akan terjadi pemanjangan mikrotubulus
3. lengan kromosom menggunakan kinesin yang berbeda
untuk bergeraak ke bidang ekuatorial
Pemisahan kromosom pada saat mitosis-anafase terjadi
pemisahan sister kinetochores dan masing-masing membawa
kromatida. Kromatida bergerak pada mikrotubulus dengan adanya
dynein kemudian mikrotubulus memendek. Benang spindel yang
saling overlap bergerak melewati satu dengan yang lainnya

(mendorong daerah kutub saling menjauhkan diri) dengan bantuan


konesin kemudian masing-masing kromatidda berhenti pada kutub
yang brlawanan.

PEMBAHASAN DAN HASIL


a. Pembahasan cara kerja
-

Pada praktikum kali bertujuan untuk mengetahui rentang waktu


pembelahan sel (mitosis) pada tanaman bawang merah (Allium
cepa fa. ascalonicum ), mengetahui pada jam berapakah fase
prometafase ditemukan sehingga jika telah diketahui dapat
mengukur jumlah kromosom dan mempelajari efek pemberian
kolkhisin terhadap jumlah kromosom bawang merah

Digunakannya sampel bawang karena diketahui bahwa bawang


mempunyai kromosom yang besar-besar, selnya relatif besar,
selaput dinding selnya transparan dan jam pembelahannya
berkisar

antara

pukul

8.00

sampai

14.00

WIB,

sehingga

diharapkan mendapatkan preparat kromosom yang mudah


untuk dilihat menggunakan mikroskop cahaya
-

Pada

praktikum

menggunakan
treatment)

kali

ini

kolkhisin

digunakan
0,05

menggunakan

kolkhisin

perlakuan

dan

(treatment)

praperlakuan

0,03

%.

Fungsi

(pre
dari

perlakuan (treatment) ini adalah dengan menggunakan kolkhisin


0,05% mampu mencegah pembentukan benag spindel dan
mencegah pembentukan sel plate, sehingga jumlah kromosom
berlipat ganda (poliploidi)
-

Praperlakuan

diberikan

sebelum

dilakukannya

preparasi

kromosom yang bertujuan agar supaya kelihatan menyebar dan


kromosom tampak kondens sehingga harapannya kromosom
tampak jelas dan dapat dihitung pada saat prometafasenya
-

Perlakuan

dilakukan

pada

saat

bawang

dikecambahkan,

sebelumnya kolkisin yang sebagai perlakuan diencerkan sampai


dengan 0,05% dengan akuades kemudian dimasukkan dalam
petri disk dan bawang dikecambahkan didalamnya selama
kurang lebih 24 jam sampai tumbuh akar kemudian ujung akar

dipotong kurang lebih 3-4 mm, hasil perkecambahan dapat


diamati dalam gambar dibawah ini :
Keteangan :
a. Bawang merah hasil perkecambahan
didalam perlakuan kolkhisin 0,05%
(ujung akan tampak lebih besar)
b. Bawang merah hasil perkecambahan
tidak diperlakukan kolkhisin (ujung
akar tampak normal)

Gambar 1. Perbandingan hasil perkecambahan bawang merah


dengan kolkhisin (a) dan tanpa kolkhisin (b)
-

Dipotong pada bagian ujung akar karena pada bagian inilah


letak

sel-sel

meristem

apikal

yang

mempunyai

aktivitas

pembelahan sel dan mudah mendapatkan sel-sel meristemnya,


dapat juga yang dipotong adalah pada bagian ujung daun akan
tetapi mengalami kesulitan untuk tepat mendapaktan sel
meristem apikalnya
-

Setelah

dipotong,

kemudian

dilakukan

praperlakuan

menggunakan kolkhisin yang telah diencerkan dalam akuades


dengan konsentrasi 0,03 % dan dimasukkan dalam tabung
flakon serta disimpan dalam suhu kurang lebih 4 oC, sementara
spesimen yang tidak diberi praperlakuan, langsung difiksasi
dengan asam asetat 45 %
-

Sehingga pada acara praktikum kali ini ada 3 macam jenis


specimen yang akan dipreparasi antara lain :
1. kontrol, dengan praperlakuan kolkhisin 0,03%
2. perlakuan kolkhisin 0,05% dengan praperlakuan kolkhisin
0,03%, dan
3. perlakuan kolkhisin 0,05% tanpa praperlakuan

Ketiga specimen diatas kemudian dipreparasi untuk melihat


kromosomnya dengan langkah-langkah dan metode yang sama
yaitu :

Setelah dipotong kemudian difiksasi dengan larutan asam asetat


45 % yang telah dimasukkan dalam botol flakon dan simpan
dalam suhu 4oC selama 15 menit. Fiksasi ini bertujuan untuk
mengikat, memelihara, mengawetkan dan mempertahankan sel-

sel didalam ujung akar bawang yang telah dipotong agar


didapatkan keadaan pembelahan sel sama seperti pada saat
akar tersebut dipotong, selain itu fiksasi juga berfungsi untuk
mencegah

keadaan

post

mortem

yaitu

keadaan

yang

ditimbulkan oleh adanya pemotongan jaringan atau organ dan


keadaan

ini

dipicu

oleh

enzim

proteolitik

yang

dapat

menghancurkan sel-sel, adanya fiksasi dan suhu dingin maka


enzim tersebut dapat non aktif sehingga sel-sel masih tetap
segar sama seperti saat dipotong
-

Dalam proses fiksasi menggunakan larutan asam asetat 45 %


karena penetrasinya cepat, tidak menimbulkan kotoran dan
tidak merusak sel maupun kromosom

Penyimpanan dalam suhu 4oC bertujuan untuk mencegah enzim


proteolitik bekerja atau akan menonaktifkan enzim proteolitik
sehingga sel-sel tetap segar, tidak busuk selain itu akan
mengkondenskan kromosom dan disimpan dalam waktu 15
menit karena waktu ini adalah waktu yang sangat tepat untuk
kerja asam asetat jadi merupakan waktu yang optimal (setelah
dilakukan beberapa kali percobaan)

Setelah 15 menit berlangsung kemudiaan cuplikan dicuci


dengan akuades sebanyak tiga kali, fungsi pencucian adalah
untuk membilas cuplikan, menghilangkan larutan asam asetat
yang mungkin masih ada dalam cuplikan sehingga asam asetat
tersebut tidak bereaksi dengan larutan yang lain

Kemudian cuplikan dimaserasi dengan HCl 1 N dalam suhu 55 oC


selama 2-5 menit, fungsi maserasi adalah untuk melisiskan
lamela tengah yang terdapat diantara sel-sel tumbuhan (lamela
tengah ini berfungsi sebagai lem/perekat antar sel) sehingga
tidak ada lagi perekat sel dan sel-sel nantinya dapat menyebar
satu dengan yang lainnya

Senyawa HCl berfungsi sebagai agen penghidrolisis untuk


memecah air yang ada dalam lamela tengah karena sifat HCl
adalah asam. Disimpan dalam suhu 55oC dalam waktu 2-5 menit
karena dalam suhu dan waktu tersebut merupakan suhu dan
waktu yang optimal untuk berlangsungnya rekasi kimia antara
HCl dengan cuplikan

Kemudian

cuplikan

dicuci

kembali

menggunakan

akuades

sebanyak 3 kali untuk menghilangkan larutan HCl yang masih


tersisa dala cuplikan sehingga tidak bereaksi dengan larutan lain
-

Kemudian cuplikan diwarnai menggunakan aceto-orcein 1%


selama 30-45 menit, yang bertujuan untuk memberi warna
kromosom sehingga mudah dilihat. Aceto-orcein digunakan
sebagai agen pewarnaan karena sifatnya yaitu penetrasi cepat,
tidak menimbulkan kotoran dan karena cat ini khusus untuk
kromosom, dalam jangka waktu tersebut dimungkinkan telah
terjadi reaksi antara aceto-orcein dengan kromosom

Setelah cuplikan diwarnai, kemudian cuplikan diletakkan diatas


obyek gelas dan aceto-orcein yang masih menempel pada
bagian pinggir cuplikan diserap dengan tissue yang bertujuan
agar aceto-orcein tidak mengganggu dalam pengamatan dan
tidak bereaksi dengan larutan yang lain

Selanjutnya cuplikan tersebut ditetesi dengan gliserin , ditutup


dengan gelas penutup dan dipencet dengan ujung kuas, larutan
gliserin berfungsi untuk meningkatkan indeks bias dan menjaga
kesegaran bahan

Pemencetan/squash bertujuan untuk membantu persebaran selsel yang ada dalam cuplikan sehingga antara satu sel dengan
sel yang lain dapat menyebar satu-satiu tidak saling menumpuk
sehingga lebih mudah untuk diamati

Ujung kuas digunakan untuk alat pencet karena tumpul dan kecil
sehingga tidak merusak preparat dan yang terakhir dilekatkan
dengan cutex, fungsi cutex adalah untuk melekatkan gelas
penutup dengan obyek gelas

Selanjutnya

preparat

perbesaran

yang

diamati

kecil

dibawah

terlebih

mikroskop

dahulu

dan

dengan
diamati

perbedaannya antara masing-masing perlakuan


b. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan dihasilkan preparat sebagai
berikut :
1. kontrol, dengan praperlakuan kolkhisin 0,03%

Keterangan :
a. Profase
b. Prometafase
c. Metafase
d. Anafase
e. Telofase

d
c

a
e

2. perlakuan kolkhisin 0,05% dengan praperlakuan kolkhisin 0,03%,


dan
Keterangan :
a. Profase
b. Prometafase

b
a
b

3. perlakuan kolkhisin 0,05% tanpa praperlakuan


b

c
d

Keterangan :
a. Profase
b. Prometafase
c. Anafase
d. Telofase

Gambar 2. Hasil preparasi yang didapatkan pada saat praktikum,


kontrol (1) dan perlakuan dengan praperlakuan (2) dan
tanpa perlakuan (3)
c. Pembahasan hasil
Pada gambar hasil diatas, tampak bahwa pada pengaruh
kolkhisin sebagai perlakuan dengan konsentrasi 0,05 % dan
praperlakuan 0,03% sangat nyata dan jelas terhadap jumlah
kromosom dan persebaran kromosom pada saat prometafase. Pada
perlakuan

(treatment)

dengan

kolkhisin

0,05%

terjadi

pelipatgandaan jumlah kromosom disebabkan efek kolkhisin yang


mampu mencegah terbentuknya

benang-benang plasma

dari

gelendong inti (spindel) dan mencegah pembentukan sel plate


metafase sehingga pemisahan kromosom pada anafase dari mitosis
tidak berlangsung sehingga menyebabkan penggandaan kromosom
tanpa pembentukan dinding sel. Hal ini terjadi karena terdapat
ikatan kompleks antara cincin-cincin dalam senyawa kolkhisin yang
berikatan dengan tubulin-tubulin yang ada didalam benang spindel.
Seperti yang telah diketahui bahwa benang spindel tersusun atas
mikrotubulus yang mempunyai ujung alfa ( tubulin) dan ujung
beta ( tubulin) sementara itu kolkhisin mempunyai struktur kimia
berupa cincin A, B dan C. ikatan kompleks terjadi pada saat cincin A
dan B dan kolkhisin berikatan dengan tubulin dari mikrotubulus
dan cincin C dari kolkhisin berikatan dengan tubulin dari
mikrotubulus.

Karena

tidak

terbentuk

benang

spindel,

maka

kromosom-kromosom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma


(tampak jelas pada saat metafase : gambar 2.2 dan 3) dan jumlah
kromosom menjadi kelipatan dari jumlah genomya (tampak lebih
banyak). Apabila konsentrasi larutan kolkhisin terus diberikan,
maka pertambahan genom akan mengikuti suatu deret ukur seperti
4n, 8n, 16n, dst.
Kromosom-kromosom yang telah berlipat ganda dan mampu
memisahkan diri dari sentromer dan memlui anafase (gambar 2.2
dan 3) dan menghasilkan sel anakan yang mengandung jumlah
kromosom lipat dua (anakan poliploi) akibatnya pada ujung akan
tampak

membesar

karena

jumlah

kromosom

yang

banyak.

Sedangkan pada pengamatan sitologis jumlah kromosom sangat


banyak.
Banyaknya jumlah kromosom ini akibat adanya poliploidi
menyebabkan kesulitan dalam menghitung jumlah kromosom yang
baru,

sehingga

diperlukan

adanya

suatu

praperlakuan

(pretreatment) sebelum dilakukan preparasi kromosom. Dengan


fungsi kolkisin yang sama yaitu mencegah pembentukan benang
spindel dan plate metafase sihingga pada sel yang telah dilakukan
perlakuan

dan

kemudian

dilakukan

praperlakuan,

kromosom

tampak berlilpat ganda dan tampak menyebar sehingga mudah

dihitung dan diketahui jumlahnya (gambar 2.2). Hal ini terjadi


karena fungsi praperlakuan adalah menyebarkan kromosom dan
mengkondenskan bentuk kromosom. Sedangkan pada perlakuan
kolkhisin akan tetapi tidak diberi praprelakuan, kromosom tampak
banyak (poliploid) akan tetapi tidak menyebar, jadi menggerombol
sehingga sulit untuk menghitung (gambar 2.3). Jika dibandingkan
dengan kontrol yang tanpa diperlakukan kolkhisin, maka dari hasil
tampak bahwa jumlah kromosom tetap diploid (2n) akan tetapi
letaknya dapat menyebar karena diberi praperlakuan kolkhisin
terlebih dahulu (gambar 2.1).
Dari gambar diatas, tipe poliploid yang terjadi adalah
autopoliploid

dan

berdasarkan

banyaknya

diduga

adalah

autotetraploid (karena foto tidak terlalu jelas). Autotetraploid


adalah penggandaan jumlah kromosom akibat induksi kolkhisin
yang jumlah kromosomnya dua kali lipat dari tumbuhan diploid (2n
4n).
Berikut ini merupakan simulasi gambar perbandingan mitosis
normal dengan mitosis yang diperlakukan dengan kolkhisin :
1. Mitosis normal dalam nukleus dengan 2 pasang kromosom

Nukleus diploid

Prometafase

Metafase

Anafase

Telofase
(2n)
2. Mitosis dalam nukleus yang sama setelah diberi kolkhisin

Nukleus diploid

C-Prometafase

C-Metafase

C-Anafase

Nukleus restitusi
(2n)
(tetraploid = 4n)

10

Keterangan : kromosom yang tampak diatas hanya perwakilan


dari jumlah kromosom sebenarnya yang ada di bawang adalah 16
(2n)
Gambar 3. Mitosis normal (1) dibandingkan dengan mitosis dalam
nukleus yang diperlakukan dengan kolkhisin (2) (C-mitosis)

KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkuan :
1. Perlakuan kolkhisin 0,05 % dan praperlakkuan kolkhisin
0,03% memberikan efek yang nyata terhadap pelipatan
jumlah

kromosom

sehingga

menjadi

autopoliploidi

dan

kromosom dapat tersebar dalam sel


2. Penambahan jumlah kromosom hampir selalu diikuti oleh
penambahan ukuran sel dan sering menunjukkan keunggulan
sifat
3. Setiap perubahan pada jumlah kromosom akan merubah
segregasi genetik

DAFTAR ACUAN
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press

11

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA SEL

POLIPLOIDI KROMOSOM BAWANG


MERAH
(Allium cepa fa. ascalonicum ) DENGAN
INDUKSI KOLKHISIN

12

Disusun Oleh :
GANIES RIZA ARISTYA
07/259220/PBI/782

PROGRAM STUDI PASCASARJANA BIOLOGI


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007

13

Anda mungkin juga menyukai