Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA PERTANIAN

ACARA 1
SIKLUS SEL DAN PENGAMATAN KROMOSOM TANAMAN

Malvin Nugraha – 19/442690/PN/16096 – A1 / 3

INTISARI

Pengamatan siklus sel tidaklah mudah,diperlukan alat bantuan seperti mikroskop


untuk melihatnya,ditambah larutan fiksasi carnoy yang digunakan untuk
memperlambat pergerakan dari siklus tersebut,pengamatan sel dilakukan dengan dua
perlakuan yaitu berupa pemberian kolkisin dan tidak diberi kolkisin pada sel yang
akan diamati.Pengamatan dilakukan pada 24 Februari 2020 di Laboratorium Genetika
dan Pemuliaan Tanaman, Ruang Mendel, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Metode yang dilakukan ialah dengan merendam bahan pengamatan didalam larutan
fiksasi carnoy yang kemudian dipanaskan dalam larutan acetocarmin untuk
memberikan warna pada sel agar mudah diamati.Hasil yang diperoleh dari
pengamatan ialah terdapat perbedaan antara sel normal dengan sel berkolkisin,yaitu
pada sel-sel itu sendiri,pada sel berkolkisin ditemukan lebih banyak sel dengan
kromosom yang tetap pada dua fase awal sedangkan pada sel normal ditemukan sel
dengan berbagai fase kehidupan siklus sel.

Kata kunci: siklus sel, kromosom, mitosis, poliploidisasi

PENDAHULUAN

Sel merupakan salah satu dari mikroorganisme hidup.Selayaknya sel hidup


lainnya,sel memiliki siklus hidup.Sel melakukan siklus hidupnya dengan cara pembelahan
biner,ada 2 istilah yang terkenal dalam siklus sel ini,yaitu mitosis dan meiosis.Pada
pembelahan meiosis,sel anakan hanya akan mendapatkan setengah sifat sel indukan itu
sendiri,sedangkan pada pembelahan mitosis,sel anakan akan memiliki sifat yang sama
dengan sel indukannya.Pada pengamatan kali ini,tanaman yang akan dipakai ialah bawang
merah (Allium cepa L.).Tanaman ini dipilih karena memiliki kromosom yang relatif besar
sehingga lebih mudah untuk diamati (Setyawan dan Sutikno ,2000).Tanaman yang diamati juga
telah diberikan dua perlakuan yang berbeda,yaitu normal dan pemberian kolkisin untuk
memudahkan pengamatan proses pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Pada proses perkembangan dan perkembangbiakan ini,kadang ditemui beberapa
permasalahan,baik dari faktor genetik hingga faktor lingkungan. Pada faktor
genetik,keseimbangan ukuran kromosom ini sangat penting agar dapat mendapatkan hasil
yang optimum (Birchler and Han,2013), selain itu keanekaragaman genetik yang ada dan
proses yang dilakukan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dari sel indukannya jika
dengan dilakukannya proses polyploids yang dalam waktu dekat dapat melebihi dari sifat sel
indukannya (Pamela et al., 2015).
jika tidak hasil dari kromosom ini sendiri dapat memiliki kualitas yang kurang
optimum,sedangkan pada faktor lingkungan,permasalahan yang bisa ditemui ialah terlalu
banyaknya keanekaragaman biokimia yang dikhawatirkan dapat mengganggu proses
perkembangan dan perkembangbiakan dari kromosom pada sel itu sendiri.
Tujuan dari pengamatan ini ialah diharapkan dapat mengamati fase-fase serta
perilaku dari kromosom selama siklus sel,menunjukkan ciri khas dari kromosom tersebut
dan mengamati sel yang mengalami poliploidisasi dan membandingkannya dengan sel yang
normal.Diharapkan dengan pengamatan ini dapat dilihatnya perbedaan antara sel kolkisin
dan sel normal baik dari bentuknya dan siklus kehidupannya.

BAHAN DAN METODE

Praktikum pengamatan fase mitosis ini dilakukan pada tanggal 24 Februari 2020 di
Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Ruang Mendel, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada.Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah object glass,
de glass, pippet mikro, tusuk gigi, silet, kompor spiritus dan juga mikroskop serta bahan-
bahan yang dipakai dalam praktikum ini adalah fiksatif Carnoy, zat pewarna aceto carmine,
serta bawang merah (Allium cepa L.)
Cara kerja dari pengamatan fase mitosis adalah pertama-tama bawang merah
ditumbuhkan pada media air selama 3 - 4 hari hingga muncul akar.Buat larutan fiksasi
Carnoy dengan dicampurkannya alkohol dan asam asesat glacial dengan perbandingan 3 :
1 dengan mikro pippet,Buat dua larutan untuk dua pengamatan mitosis yaitu dengan media
bawang merah kontrol dan bawang merah kolkisin. Ujung akar yang sudah tumbuh dipotong
sepanjang ± 4 milimeter (mm) sesuai dengan yang dibutuhkan pada pukul 09.00 - 10.00
sewaktu sel sedang aktif membelah.Akar yang telah dipotong dan direndam ke dalam
larutan fiksasi selama 20 menit.Setelah itu akar bawang merah dibilas menggunakan
aquadest sebanyak 3 kali.Akar bawang merah dipisahkan dan direndam dengan
acetocarmin 0,5% (0,5 carmine dilarutkan dalam 45cc asam acetat dan 55cc
aquadest).Larutan dipanaskan diatas kompor spiritus sehingga pewarna meresap dalam
jaringan ujung akar.Pemanasan dihentikan bila larutan sudah mulai mendidih dan potongan
ujung akar mulai terlihat bergerak terkena gelembung.Preparat ujung akar yang telah
difiksasi dan diwarnai diambil menggunakan pinset dan diletakkan diatas object glass dan
dipotong sepanjang 1 mm dari ujung pada bagian ujung akar yang menghitam,lalu ditutup
dengan deglass.Deglass diketuk dan ditekan menggunakan tusuk gigi hingga preparat
menjadi satu lapisan sel.Preparat diamati dibawah mikroskop,mulai dari perbesaran
terlemah hingga terkuat,pada praktikum kali ini lensa perbesaran yang dipakai mulai dari
4x,10x,40x, hingga 100x.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari pengamatan kali ini adalah terdapatnya perbedaan yang
dapat dilihat dengan mikroskop antara sel normal dan sel yang diberi kolkisin.Pembelahan
yang terjadi pada setiap sel yang diamati ini memiliki ciri khasnya masing-masing seperti
pada tanaman normal lebih sedikit ditemukannya sel-sel yang masih pada tahap interfase
karena proses pembelahannya yang cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan
tanaman yang berikan larutan kolkisil pada pertumbuhannya.Alasan dari mengapa sel yang
dipakai juga pada bagian ujung akar sendiri ialah karena ujung akar merupakan salah satu
sel tumbuhan yang memiliki jaringan meristematik untuk memilihat pertumbuhan sel itu
sendiri (Mader, 2011)
Profase (kontrol) Metafase (kontrol) Anafase (kontrol) Telofase (kontrol)

Gambar diatas merupakan pembelahan sel normal, fase-fase yang dimilikinya


lengkap mulai dari fase awal yang berupa Profase dimana kromosom homolog berpasangan
dan terjadi crossing over,pada profase ini memiliki ciri khas berupa kromosom masih
berbentuk tetrad dan belum terikat pada benang spindel.Dilanjutkan dengan fase kedua
yaitu Metafase,dimana kromosom mulai terikat pada spindel pada bidang ekuator,ciri khas
pada fase ini bisa dilihatnya kromosom yang sejajar dan terlihat melintang pada
sel.Kemudian dilanjutkan dengan fase ketiga yaitu berupa fase Anafase berupa pemisahan
kromosom homolog yang berpisah menuju kutub masing-masing,fase ini memiliki cirikhas
dimana kromosom terlihat berkumpul di dua sisi sel dengan arah yang berlawanan.Fase
terakhir dialah fase Telofase dimana dua kromosom yang berpisah ke kutub yang berbeda
mulai membentuk selubung selnya masing-masing,cirikhas fase ini ialah dimana bentuk dari
kromosom itu sendiri terlihat seperti pada fase profase tetapi masih berada dialam satu sel
yang sama.
Profase (kolkisin) Metafase (kolkisin) Anafase (kolkisinl) Telofase (kontrol)

Gambar diatas merupakan gambar dari sel dengan perlakuan kolkisin,dapat dilihat
pada sel dengan perlakuan kolkisin ini kondisi dari kromosomnya lebih berbeda.Fase yang
terdapat pada perlakuan ini ialah fase profase dan fase metafase saja dikarenakan dengan
pemberian kolkisin membuat benang spindel tidak dapat terbentuk sempurna dan
menyebabkan tidak mungkinnya kromosom dapat tertarik ke kutubnya masing-masing jika
benang spindel tidak terbentuk sempurna dan mampu menarik kromosom ke kutub masing-
masing,Pada pengamatan ini,dapat dilihat bahwa fase metafase dan fase anafasenya tidak
terbentuk sempurna seperti yang terjadi pada sel normal,dikarenakan benang spindel yang
tidak dapat terbentuk sempur oleh karena kolkisin,tetapi penyebab pada pengamatan kali ini
sel berkolkisin ini dapat terjadi anafase bahkan sampai pada kefase telofase ialah karena
pada beberapa sel,sel kolkisin tidak dapat meresap sepenuhkan kedalam sel diduga karena
resistensi dari setiap sel yang berbeda-beda terhadap tekanan dari luar,ada sel yang mudah
berfusi pada suhu dan zat tertentu,dan ada juga sel yang lebih sulit untuk terdifusinya.

KESIMPULAN

Dari pengamatan kali ini,perbedaan pada sel berkolkisin dan sel normal sangat
terlihat.Jika dilihat dari mikroskop dengan pengamatan 10x terlihat pada sel normal lebih
sedikit kromosom profase (sel berbintik hitam) yang terlihat jika dibandingkan dengan sel
berkolkisin karena pada sel normal pembelahan kromosom terjadi dengan cepat sedangkan
pada sel berkolkisin cenderung lebih lambat pembelahannya bahkan tidak dapat terjadi
sehingga lebih banyak ditemukan sel-sel kromosom pada fase profase berupa sel dengan
bintik hitam..

DAFTAR PUSTAKA
 Bioleuser, 2017. Penentuan waktu perendaman sel (fase mitosis) akar bawang
merah (Allium ascalonicum L.) menggunakan safranin untuk mendukung praktikum
biologi. Jurnal Bioleuser, Volume 1, pp. 86 - 91.

 Houben, M. F. M. &. A., 2015. Engineering of plant chromosomes. Chromosome


Res, pp. 1 - 8.
 Lestari, R. d. P., 2015. PENENTUAN LOKUS GEN DALAM KROMOSOM
TANAMAN. Jurnal Litbang Pertanian, Volume 34, pp. 177 - 186.

 Science Direct, 2015. Polyploidy and genome evolution in plants. Current Opinion in
Genetics & Development, Volume 35, pp. 119 - 125.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai