Anda di halaman 1dari 3

Menurut Makmur (1992) hibridisasi (persiangan) merupakan kegiatan untuk

menggabungkan sifat sepasang atau lebih tetua yang memiliki genotipe unggul berbeda sehingga
diharapkan dapat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang lebih unggul dari varietas yang
ada. Dapat dikatakan bahwa hibridisasi adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda
susunan genetiknya. Hibridisasi melalui persilangan buatan antara tetua yang berbeda secara
genetik bertujuan untuk memperluas keragaman dan memperoleh rekombinasi gen sehingga
seleksi mudah dilakukan dan efektif. Dengan hibridisasi diharapkan akan diperoleh varietas yang
mempunyai perpaduan sifat kedua induknya, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan varietas
unggul.
Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk
sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada
tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau
pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.
Teknik hibridisasi buatan melibatkan kegiatan kastrasi, emaskulasi (membuang
organ/bagian alat kelamin jantan), isolasi, dan penyerbukan (pollination). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam persilangan buatan adalah sinkronisasi waktu berbunga antara tetua janatan
dan tetua betina (waktu tanam disesuaikan dengan waktu berbunga masing-masing tetua), waktu
emaskulasi dan penyerbukan, pelabelan, dan panen benih hasil persilangan.
Sebelum melakukan hibridisasi, untuk menghindari tanaman menyerbuk sendiri, terlebih
dahulu dilakukan kastrasi. Kastrasi adalah kegiatan membuang bagian-bagian bunga yang tidak
diperlukan termasuk membuang debu/kotoran yang ada pada bunga. Kastrasi biasanya dilakukan
dengan beberapa cara yaitu, clipping method, forcing method, sucking method, dan hot water
treatment.
Melalui penelitian perkawinan dengan dua pasang alel yang berbeda (dihibrid), Mendel
menghasilkan rumusan bahwa pasangan-pasangan gen yang bersegregasi akan memisah dan
mengelompok (bergabung) secara bebas padsa pembentukan gamet. Berdasarkan teori
probabilitas munculnya suatu kombinasi gen pada suatu gamet merupakan kejadian yang muncul
secar serempak, dan probabilitas munculnya suatu kombinasi gen dalam suatu gamet sama
dengan hasil kali peluang-pelung gen tunggalnya.

Penyerbukan dapat terjadi dengan berbagai perantara, yaitu perantara angin, perantara air,
perantara hewan dan perantara manusia secara seksual tanaman dibagi menjadi dua yaitu
tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Penyerbukan silang merupakan
pertemuan sel kelamin betina dengan kelamin jantan dari tanaman yang berbeda atau tidak dalam
satu organ tanaman. Sedangkan penyerbukan sendiri merupakan pertemuan sel kelamin betina
dan jantan dari satu tanaman yang sama atau pada satu organ. Penyerbukan sendiri terjadi karena
sifat genetic dalam pembuahan atau susunan morfologi bunga. Sifat genetic yang dimaksud
adalah kemampuan sel kelamin suatu tanaman untuk dapat bergabung dalam pembuahan.
Beberapa tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi adalah autogamie, geitogamie,
allogamie, xenogamie atau asing. Autogami adalah disaat putik diserbuki oleh serbuk sari dari
bunga yang sama. Geitogamie adalah disaat putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang
berbeda, dalam pollen yang sama. Allogamie adalah disaat putik diserbuki oleh serbuk sari dari
tanaman yang lain yang sejenis. Xenogamie adalah putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman
yang tidak sejenis.
Tanaman yang secara alami menyerbuk sendiri memiliki keragaman genetik yang rendah.
Tanpa hibridisasi atau perilangan maka sulit dilakukan perbaikan sifat/karakter. Oleh karena itu
ketersediaan plasma nutfah dengan dasar genetik yang luas penting sangat penting bagi tanaman
menyerbuk sendiri. Persilangan bauatn yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri
bertujuan untuk menggabungkan karakter-karakter baik yang terdapat pada kedua tetua ke dalam
suatu tanaman dan meningkatkan keragaman genetik. Baru kemudian dilakukan seleksi terhadap
keturunan-keturunan hasil persilangan berdasarkan tujuan program pemuliaan untuk
menghasilkan suatu varietas baru yang lebih unggul.
Pada dasarnya keberhasilan melakukan penyerbukan sendiri maupun melakukan
penyerbukan silang buatan dipengaruhioleh faktor tanaman itu sendiri dan faktor
lingkungan.faktor tanaman yang harus diperhatikan adalah morfologi bunga, waktu matangnya
(reseptivitas) bunga jantan dan bunga betina, dan adanya masalah kompabilitas. Faktor
lingkungan yang terutama berperan adalah temperatur, intensitas cahaya matahari dan angin.
Teknik persilangan cabai diawali dengan kastrasi pada bunga, yaitu membersihkan bagian
tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, dan kuncup-
kuncup bunga yang tidak dipakai. Termasuk juga yang termasuk dalam kegiatan kastrasi adalah
membuang mahkota dan kelopak bunga. Setelah itu diambil benang sari dari varietas atau
genotipe lain dan dan diserbuki ke bunga betina. Setelah dilakukan kastrasi kemudian dilakukan
proses emaskulasi. Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan pada tetua betina
sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Setelah emaskulasi selesai,
dilanjutkan dengan kegiatan penyerbukan. Penyerbukan dilakukan tergantung kepada serbuk sari
matang dan kepala putik reseptif. Waktu yang diperlukan untuk emaskulasi sampai penyerbukan
cukup bervariasi pada beberapa jenis tanaman. Tanaman serealia seperti padi, penyerbukan harus
selesai setelah satu sampai lima hari setelah emaskulasi (Nasir, 2001).

Setelah dilakukan proses diatas, yang kemudian harus dilakukan adalah pengumpulan
serbuk sari dan penyerbukan. Serbuk sari dari varietas atau genotipe lain yang berperan sebagai
tetua jantan diserbuki ke bunga betina. Penyungkupan dan pelabelan dilakukan setelah
emaskulasi selesai dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari penyerbukan yang tidak
diinginkan dan untuk menghindari kesalahan (Nasir, 2001). Penyungkupan pada cabai dilakukan
dengan menutup putik pada tetua betina dengan menggunakan isolasi. Setelah itu pada bunga
yang sudah dilakukan penyerbukan diberikan label, pelabelan dilakukan dengan cara
menggantungkan kertas/plastik label dengan benang. Kertas/plastik label terbuat bahan yang
tidak mudah hancur, kemudian ditulisi nama tetua betina yang ditulis terlebih dahulu dan tetua
jantan yang ditulis terakhir, tanggal penyilangan, dan nama penyilang. Alat tulis yang digunakan
adalah spidol permanen agar tidak mudah terhapus. Pada praktikum ini genotipe tetua betina
cabai yang digunakan adalah genotipe (F8009019-3-1), sedangkan tetua betina pada kacang
panjang adalah varietas Titi Super.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan persilangan terdiri dari faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari tanamn itu sendiri, antara lain kesiapan putik
untuk dibuahi dan kematangan serbuk sari untuk membuahi putik. Penyerbukan buatan
sebaiknya dialakukan pada serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belem mati dan putik siap
untuk dibuahi (resptif) . Faktor eksternal yang mempengaruhi penyerbukan antara lain cuaca
yang cerah dan tidak adanya angin. Pada bunga yang penyerbukannya dibantu oleh angin maka
kekuatan angin sangat menentukan keberhasilan penyerbukan. Angin yang bertiup terlalu
kencang atau terlalu lambat dapat menyebabkan gagalnya penyerbukan. Demikian pula dengan
arah angin. Keadaan cuaca juga mementukan keberhasilan penyerbukan. Pollen dapat
mekar/anthesis dengan baik pada saat cuaca panas.

Anda mungkin juga menyukai