Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses perencanaan merupakan bagian yang terpadu dari pekerjaan manajer keuangan.
Penting bagi perusahaan mempunyai taksiran kebutuhan seluruh dana untuk tahun-tahun yang
akan datang demi kelancaran finansial perusahaan. Jadi berguna sekali untuk menyelidiki
ramalan seluruh kebutuhan dana dari perusahaan.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen. Perencanaan keuangan yang
dibuat dengan baik dan selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat mengarahkan
perusahaan dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Perencanaan keuangan
mencakup kegiatan ramalan dan pengendalian terhadap keuangan. Ramalan keuangan dibuat
untuk meramalkan kebutuhan dana tambahan yang diperlukan perusahaan. sehingga dapat
memikirkan cara yang terbaik untuk mendanai kebutuhan tersebut dan pada akhirnya menjadi
dasar pengendalian efektif keuangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan keuangan, langkah awal yang
dilakukan adalah peramalan penjualan, yaitu ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu
perusahaan. Penyusunan perencanaan keuangan yang disajikan dengan benar, akan berguna bagi
pihak manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan usaha yang dilakukan. Perencanaan
keuangan secara tepat memudahkan pihak manajemen perusahaan untuk pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian financial plan
2. Mengetahui sumber dana dan penggunaan
3. Mengetahui bentuk perencanaan keuangan
4. Mempelajari proyeksi cash flow

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perencanaan Keuangan
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai
gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan-tujuan perusahaan dan pemilihan
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Supriyanto, 1994).
Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan
perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan
mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan. Dua aspek penting dalam proses
perencanaan keuangan : (1) Perencanaan uang tunai, meliputi persiapan dari penyusunan budget
kas perusahaan. (2) Perencanaan laba, perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk
laporan keuangan proforma. Kedua hal tersebut tidak hanya berguna bagi perencanaan keuangan
intern tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi pinjaman baik sekarang maupun yang akan datang
(Sundjaja dan Barlian, 2003)
Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa depan yang penuh dengan
ketidakpastian. Kepala bagian finansial harus selalu mengadakan forecasting (peramalan dan
pengiraan) terhadap masa yang akan datang tersebut dengan tepat, meliputi perencanaan
finansial jangka panjang (long range financial planning) dan perencanaan jangka pendek (short
range financial planning). Adanya perencanaan finansial merupakan salah satu upaya
menghindarkan pemborosan-pemborosan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas yang sangat
kompleks.
2.2. Sumber Pendanaan Perusahaan dan Penggunaan

2.2.1. Sumber dana

a. Pinjaman Jangka Menengah


Pinjaman jangka menengah adalah sumber dana yang memiliki jangka waktu
lebih dari satu tahun dan kurang dari lima tahun. Pinjaman ini untuk memulai atau
mengembangkan usahanya dan dikembalikan dalam jangka waktu menengah. Jenis
sumber dana jangka menengah diantaranya ialah:
3

a) Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang
dari lima tahun. Term loan pada umumnya dibayar kembali dengan angsuran
tetap selama priode tertentu, misalnya setiap bulan, kuartal atau setiap tahun.
b) Equipment Loan adalah pendanaan atau pembiayaan yang dipergunakan untuk
pengadaan peralatan baru yang mudah diperjualbelikan. Peminjam biasanya
menanggung beban lebih tinggi dari harga perlengkapan tersebut dan selisih
antara harga peralatan dengan beban total merupakan margin of safety bagi
kreditur.
c) Leasing atau sewa guna usaha adalah persetujuan atas dasar kontrak dimana
pemilik dari aset atau pihak yang menyewakan aset menginginkan pihak lian
atau penyewa untuk menggunakan jasa dari aset tersebut selama priode
tertentu.
b. Dana pribadi / Modal Sendiri
Pengertian modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2001:240), bahwa: modal
sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di
dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Dengan dana pribadi ini, kita
bisa lebih fleksibel dalam pemakaian jumlah dana sewaktu-waktu, serta bebas
mengalokasikan dana sesuai dengan keputusan sendiri. Sekaligus akan terbebas dari
bunga, pemotongan keuntungan dan tidak perlu membagi hasil dengan pihak lain. Namun
menggunakan dana pribadi juga memilki kelemahan seperti kurangnya kontrol dalam
pemakaian dana, lalai dalam pencatatan keuangan, dan bila merugi maka harus
menanggung kerugian sendiri.
c. Dana operasional
Biaya operasional merupakan seluruh pengorbanan yang di keluarkan oleh
perusahaan untuk mendanai kegiatan operasi perusahaan demi mencapai tujuan yang
ingin di capai oleh perusahaan. Menurut Sudarsono dan Edillius (2001 : 201), Biaya
operasi ini dikelompokkan menjadi :
a) Biaya tetap (fixed), yaitu biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu. Seperti biaya gaji karyawan yang jumlahya
senantiasa tetap berapapun berubahnya volume kegiatan.
b) Biaya semi tetap (semi fixed), yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan perubahan dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
4

c) Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding


dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
d) Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel. Sebagai contoh dari biaya ini adalah biaya
lembur, biaya bonus bagi karyawan yang mencapai pestasi tertentu.
d. Akumulasi Depresiasi
Penyusutan aktiva tetap (depresiasi), adalah pengalokasian harga perolehan aktiva
tetap sebagai beban periode akuntansi dalam masa manfaat aktiva tetap tersebut. Ada
beberapa jenis penyusutan aktiva tetap, antara lain:
a) Penyusutan (Depreciation) adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aktiva tetap berwujud sepanjang masa manfaatnya.
b) Amortisasi (Amortization) adalah alokasi sistematik biaya perolehan aktiva
tak berwujud (misalnya patent, goodwill, trademark, franchise, dll) selama
masa manfaatnya. Menurut PSAK, periode amortisasi tidak boleh melebihi 20
tahun berdasarkan pertimbangan bahwa dalam 20 tahun sudah banyak
perkembangan yang terjadi sehingga untuk tenggang waktu selebihnya aktiva
tidak berwujud diprediksi tidak lagi memiliki manfaat keekonomian
c) Deplesi (Depletion) adalah proses penyusutan biaya perolehan atas sumber
daya alam yang dimiliki perusahaan ke dalam periode akuntansi yang
memperoleh manfaatnya. Biaya yang dikapitalisasi biasanya meliputi biaya
penguasaan, eksplorasi, dan pengembangan.

Hal penting yang harus diingat adalah jika membuat pinjaman untuk memulai bisnis,
maka pembayaran utang harus berasal dari sumber dana usaha, bukan rumah tangga.
Memastikan bahwa arus kas bisnis sanggup untuk melakukan pengembalian.
2.2.2. Penggunaan Financial Plan
Penggunaan financial planning antara lain (Anonim,2016):

Menetapkan tujuan keuangan dan pribadi atau usaha yang realistis


Menilai keadaan keuangan anda saat ini dengan memepertimbangkan aset anda,
kewajiban pembayaran, pendapatan , asuransi , pajak , investasi dan perencanaan harta
yang dimiiki
5

Mengembangkan rencana yang realistis dan komprehensif untuk memenuhi tujuan


keuangan Anda dengan mengatasi kelemahan keuangan dan membangun keuangan yang
kuat
Merealisasikan rencana anda menjadi tindakan dan memonitor perkembangannya
Membantu kita untuk tetap dalam jalur untuk menghadapi perubahan tujuan ,keadaan
pribadi, perubahan tahap kehidupan , perubahan produk, pasar dan hukum pajak.

10 alasan pentingnya financial planning (Batie,2002):


1. Penghasilan
Financial planning dibutuhkan untuk mengelola pendapatan lebih efektif melalui
perencanaan. Mengelola penghasilan membantu dalam memahami berapa banyak uang
yang diperlukan untuk pembayaran pajak, pengeluaran bulanan lainnya dan tabungan.
2. Arus Kas
Meningkatkan arus kas dengan memantau secara hati-hati pola pengeluaran dan biaya.
Perencanaan pajak, penghematan pengeluaran dan penganggaran anggaran belanja
dengan cermat akan membantu menyimpan lebih dari uang tunai yang diterima.
3. Modal
Peningkatan arus kas dapat menyebabkan peningkatan modal.
4. Perlindungan Keluarga
Memberikan jaminan keuangan keluarga adalah bagian penting dari perencanaan
keuangan. Asuransi yang tepat dapat memberikan rasa aman.
5. Investasi
Rencana keuangan yang baik memperhitungkan keadaan pribadi, tujuan dan toleransi
risiko. Financial planning dalam hal ini bertindak sebagai panduan dalam membantu
memilih jenis investasi yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan anda, kepribadian, dan
tujuan.
6. Standar Hidup
Penghematan yang dilakukan dalam perencanaan yang baik akan bermanfaat ketika
berada dalam masa-masa sulit.
7. Pemahaman Keuangan
6

Pemahaman keuangan yang lebih baik dapat dicapai jika tujuan keuangan yang terukur
telah ditetapkan, akibat telah dipahami, dan hasil telah ditinjau. Hal ini akan memberikan
pendekatan baru untuk anggaran dan meningkatkan kontrol atas gaya hidup..
8. Aset
Cadangan dalam bentuk aset sangat diidamkan. Tapi banyak aset memiliki kewajiban
yang menyertai. Jadi, sangat penting untuk menentukan nilai riil aset.
9. Tabungan
Tabungan biasa disebut dengan istilah menabung untuk hari hujan. Akan tetapi,
perubahan keuangan yang tiba-tiba masih bisa mengacaukan perencanaan. Ada baiknya
untuk memiliki beberapa investasi dengan likuiditas yang tinggi. Investasi ini dapat
dimanfaatkan pada saat darurat atau untuk tujuan pendidikan.
10. Saran yang berlanjut
Membangun hubungan dengan penasihat keuangan yang dapat dipercaya sangat penting
untuk mencapai tujuan kita. Penasihat keuangan akan bertemu dengan kita untuk menilai
keadaan keuangan saat ini dan mengembangkan rencana komprehensif yang sesuai.
2.3. Proyeksi Laporan Laba Rugi dan Neraca
2.3.1. Proyeksi Laporan Laba dan Rugi
Pencatatan transaksi akuntansi dapat didasarkan pada salah satu dari dua macam metode:
dasar kas (cash basic) dasar akrual (accrual basis). Dalam dasar kas, transaksi diakui jika kas
pendapatan (revenue) telah diterima dan kas beban (expenses) sudah dibayarkan. Prinsip dasar
akrual adalah penyamaan (matching) perbedaan waktu antara manfaat yang diterima dan beban
yang harus dibayarkan. Sebagai contoh, penjualan barang dagangan secara kredit telah dicatat
sebagai pendapatansekalipun kasnya belum dibayarkankarena perusahaan telah menerima
manfaat dari pekerjaan pegawainya yang periode itu (Mardiyanto, 2011).
Dua laporan keuangan yang umumnya memakai dasar akrual adalah laporan laba-rugi
(profit aand loss statement) dan neraca (balance sheet). Sementara itu, laporan arus kas (cash
flow statement) adalah laporan yang juga didasarkan atas dasar akrual, tetapi telah disesuaikan
sedemikian rupa sehingga mencerminkan arus kas yang sebenarnya. Berbeda dengan proyeksi
arus kas yang menunjukkan perputaran uang dalam operasi bisnis, proyeksi laba/rugi memberi
keterangan tentang kondisi bisnis dalam sebuah periode tertentu. Dalam proyeksi laba/rugi,
penjualan yang terjadi pada suatu periode harus dinyatakan dalam pos penjualan tanpa
7

mempertimbangkan dananya sudah diterima ataupun belum. Demikian juga pos pengeluaran,
semua pengeluaran yang dibebankan periode bersangkutan harus diperhitungkan meskipun
dananya belum dikeluarkan. Hasil akhir dari proyeksi laba/rugi adalah keuntungan atau kerugian
efektif yang dihasilkan dari operasi bisnis selama periode tertentu. Besaran ini biasanya disebut
dengan laba atau profit (Widjajanto, 2011).
Laporan ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, pendapatan, yang meliputi pendapatan
operasi (berasal dari aktivitas penjualan) dan pendapat operasi (penjualan) biasanya dinyatakan
dalam istilah penjualan bersih, yakni penjualan mula-mula dikurangi oleh potongan penjualan
dan retur penjualan. Kedua, beban-beban, yang mencakup harga pokok penjualan, beban
ooperasi (beban penjualan dan beban administrasi), beban bunga, dan pajak (Mardiyanto, 2011).
2.3.2. Neraca
Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu. Menurut Warren (1992), neraca adalah: Suatu daftar aktiva,
kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada tanggal tertentu yang biasanya pada tanggal
terahir suatu bulan atau tahun. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan
suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan
ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kelender, sehingga neraca sering
disebut balance sheet.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan menunjukkan bahwa posisi keuangan
perusahaan yang dimaksud adalah keadaan asset (harta) yang dimililki perusahaan dan juga
sumber-sumber dari mana asset diperoleh baik dari liabilities (hutang) dan owners equity (modal
sendiri). Neraca (balance sheet) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan besar
kecilnya asset (harta), liabilities (hutang) dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu yaitu
pada saat neraca tersebut disusun yaitu pada waktu dimana buku-buku fiskal atau tahun kalender.
Kegunaan dari neraca menurut Kieso dan Weygandt (1995) adalah untuk perhitungan
tingkat pengembalian, pengevaluasian struktur modal perusahaan, penilaian likuiditas dan
fleksibilitas dari keuangan tersebut. Untuk mengadakan pertimbangan tertentu atas resiko
perusahaan dan untuk menilai arus kas masa depan, seseorang harus menganalisa neraca dan
menentukan likuiditas perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Likuiditas menggambarkan jumlah
waktu yang diperlukan untuk berlalu sampai dari suatu harta direalisasikan atau sebaliknya
dikonversi menjadi uang kas dan sampai suatu hutang harus dibayarkan. Pada dasarnya
8

fleksibilitas keuangan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mengambil tindakan efektif
guna mengubah jumlah dan waktu arus kas sehingga ia dapat tanggap terhadap kebutuhan dan
peluang yang tidak terduga.
Dapat dikatakan neraca merupakan laporan jumlah harta dan kewajiban berdasarkan
kejadian atau transaksi pada masa yang lalu. Pengukurannya dipengaruhi oleh kestabilan nilai
rupiah dan hanya mengukur mengenai aktivitas perusahaan yang dapat dinilai dengan uang.
Neraca keuangan merupakan komposisi dari jumlah aktiva dan pasiva yang dimiliki perusahaan
pada sustu periode. Neraca memiliki beberapa manfaat seperti yang telah disebutkan di atas,
neraca juga memiliki beberapa keterbatasan.
Beberapa keterbatasan neraca menurut Smith dan Skousen (1993), adalah sebagai
berikut:
a. Para pemakai ekstern acap kali ingin mengetahui nilai perusahaan, pada dasarnya neraca tidak
mencerminkan nilai berjalan dari suatu perusahaan, akan tetapi sumber daya dan kewajiban
perusahaan disajikan dengan nilai historis berdasarkan transaksi dan kejadian dimasa lalu.
Pengukuran biaya historis menunjukkan nialai pasar yang ada pada tanggal terjadinya transaksi
dan kejadian-kejadian. Namun demikian, jika harta tertentu ternyata berubah dengan tajam
setelah tanggal perolehannya, maka angka-angka neraca tidak relevan lagi untuk mengevaluasi
nilai perusahaan.
b. Suatu masalah yang berkaitan dengan neraca adalah kestabilan nilai rupiah sebagai satuan
standar pengukur akuntansi. Karena adanya perubahan-perubahan harga umum dalam ekonomi,
rupiah tidak menunjukkan suatu daya beli yang konstan. Pada hal nilai-nilai historis sumber daya
dan kekayaan dinyatakan dalam neraca tidak disesuaikan dengan perubahan-perubahan daya beli
satuan pengukuran. Hasilnya adalah suatu neraca yang mencerminkan harta, hutang dan
kekayaan dalam satuan daya beli tyang berbeda-beda.
c. Keterbatasan lainnya dari neraca juga berkaitan dengan kebutuhan pembanding, dimana
perusahaan-perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan pos-pos yang serupa secara
sama. Sebagai contoh, nama dan klasifikasi perkiraaan bervariasi, beberapa perusahaan membuat
lebih terperinci dari pada yang lain, dan beberapa perusahaan dengan transaksi yang benar-benar
sama ternyata melaporkan secara berbeda-beda. Perbedaan tersebut mengakibatkan
pembandingan sulit dilakukan dan mengurangi nilai potensial analisa neraca.
9

d. Neraca juga dianggap memiliki beberapa kelemahan dalam bidang lainnya, terutama akibat
masalah pengukuran beberapa sumber daya dan kewajiban tidak dilaporkan pada neraca.
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa neraca merupakan
laporan jumlah harta dan kewajiban berdasarkan kejadian atau transaksi pada masa yang lalu,
pengukurannya dipengaruhi oleh kestabilan nilai rupiah dan hanya mengukur mengenai aktivitas
perusahaan yang dapat dinilai dengan uang.
2.4. Proyeksi Cash Flow
Cashflow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan masuk sebagai
akibat dari aktivitas perusahaan. Hal ini meliputi aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam
perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode. Pengeluaran
uang kas suatu perusahaan dapat bertambah terus, misalnya untuk pengeluaran pembelian bahan
mentah, pembayaran gaji, upah, honor, dan lain sebagainya (Anonim, 2016).
Cashflow memiliki bentuk yang bervariasi. Walaupun demikian apapun bentuk yang
dipakai, format cashflow terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut (Baridwan, 2004) :
1. Saldo Awal Kas (Begining Cash Balance Sheet), yaitu jumlah uang tunai(kas) yang dimiliki
perusahaan diawal periode.
2. Kas Masuk atau permintaan kas (Cash inflow), yaitu aliran yang diterima oleh perusahaan
selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan. Yang dimaksud dengan cashflow
adalah uang tunai yang benar-benar diterima.
Beberapa contoh komponen yang termasuk dalam cashflow adalah:
o Piutang dagang yang tertagih , yaitu piutang dagang yang dibayar oleh pelanggan
sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan.
o Pendapatan bunga atau simpanan yang ada di bank, seperti jasa giro, bunga deposito, dan
lain-lain. Pendapatan bunga juga mungkin didapatkan dari pelanggan perusahaan yang
terlambat membayar piutang dagang yang telah jatuh tempo sehingga memberikan sejumlah
kompensasi dengan perusahaan dalam bentuk bunga. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan di
post other income.
o Konstitusi PPN untuk para eksportir yang menggunakan bahan baku dalam negeri, yang pada
saat mereka membeli bahan baku sudah membayar PPN.
o Penerimaan tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan
o Injeksi dana segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan modal disetor,
pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dll.
10

3. Total Kas yang Tersedia (Total Cash Available), yaitu penjualan antara saldo awal kas dengan
penerimaan tunai periode yang bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total uang tunai yang
dimiliki perusahaan untuk perusahaan tersebut. Kas yang tersedia inilah yang akhirnya akan
diberikan untuk membayar keseluruhan kewajiban tunainya.
4. Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (cash outflow), yaitu aliran pembayaran kas tunai yang
diberikan perusahaan. Komponen inilah kebalikan dari cash inflow. Bila pada cash inflow
perusahaan menerima uang tunai, maka pada cash outflow perusahaan mengeluarkan uang tunai.
Beberapa contoh cash outflow:
o Pembayaran utang dagang, yaitu utang dagang yang jatuh tempo yang harus dibayar
sehubungan dengan pembelian kredit suatu perusahaan.
o Biaya bunga akibat pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman leasing, dan lain-lain.
o Upah buruh, misalnya untuk industri manufaktur.
o Biaya operasional tunai seperti biaya gaji dan bonus karyawan, biaya utilitas(listrik, air,
telpon), biaya asuransi, biaya perjalanan, dll
o Utang PPH yang harus dibayar.
o Biaya-biaya kredit, seperti provisi kredit, biaya adminitrasi, dll.
o Pembelian aktiva tetap seperti pembelian mesin-mesin, peralatan, tanah dll
o Pembiayaan deviden tunai (cash deviden).
o Pembayaran cicilan pokok uang.
5. Surplus Devisi Kas Perusahaan(net cash surplus) yaitu selisih antara total kas yang tersedia
dengan cash outflow. Ada beberapa indikasi yang ditunjukkan oleh perusahaan yang memiliki
kas surplus yang cukup besar terus menerus:
Kemampuan mencicil pokok pinjaman(bila ada) masih cukup besar. Dalam kasus seperti ini
kita dapat mempertimbangkan kemungkinan pemberian pinjaman yang tidak terlalu lama.
Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka pendek kas yang surplus menunjukkan bahwa
pinjaman jangka pendek tersebut dapat dilunasi.
Sebaliknya bila kas adalah devisit, ada beberapa indikasi yang ditunjukkan:
o Cicilan pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menguji hal ini, kita dapat
mengeluarkan cicilan pokok dari cashflow. Bila ini memang penyebabnya, kita harus
memberi pinjaman yang lebih panjang yang ada didalam cicilan pokoknya per periode lebih
ringan.
o Perusahaan membutuhkan tambahan pinjaman untuk menutupi kekurangan kas tersebut.
o Bila defisit hanyalah terjadi pada interval awal, berarti terdapat hubungan dengan grade
period untuk pinjaman jangka panjang yang diberikan. Perusahaan baru dapat melakukan
cicilan pokok pinjaman bila saldo telah menunjukan angka positif (surplus).
11

6. Saldo Kas Minimum (minimum cash balance) yaitu, suatu jumlah uang tunai yang ingin terus
dipegang perusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan kas kecil. Untuk pelanggan
mobil bekas (used car), setiap saat harus memiliki uang tunai agar dapat langsung melakukan
pembelian bila ada mobil yang ingin dibeli.
7. Kebutuhan dana tambahan (Additional Financial Needs) yaitu jumlah dana yang dibutuhkan
untuk menutupi devisit kas.
Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada kondisi devisit kas dan saldo minimum
perusahaan:
o Bila tidak ada saldo minimum yang ingin dipelihara perusahaan, saldo defisit kas sama
dengan kebutuhannya,
o Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga dan saldo kas adalah defisit, kebutuhan
kas tambahan merupakan saldo kas minimum tersebut ditambah saldo defisit.
o Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah surplus, tetapi lebih
kecil dari pada saldo minimum yang disyaratkan, kebutuhan dana tambahan adalah
sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo surplus.
o Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan posisi kas adalah surplus, dimana
nilai surplus diatas saldo kas minimum tidak dibutuhkan dana tambahan.
8. Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance), yaitu posisi kas tunai diakhir periode (interval) setelah
memperhitungkan kebutuhan dana tambahan. Secara matematis, suatu Format Cash Flow secara
umum dapat ditulis sebagai berikut:
BEGINNING CASH BALANCE : A
CASH INFLOW : B
TOTAL CASH AVAILABLE : C (A+ B )
CASH OUTFLOW : D

NET CASH SURPLUS : E(CD)


MINIMUM CASH BALANCE : F
ADDITIONAL FINANCIAL NEEDS : G

ENDING CASH BALANCE : H(F+G)

Jika E < 0 maka G = E (Nilai Absolut)


12

F = 0 Jika E > = 0 maka G = 0


F > 0 Jika E < 0 maka G = F + E (Nilai Absolut)
Jika E = 0 maka G = F
Jika E < E < E maka G = F - E
Jika E >= F maka G = 0

Keterangan : Jika F = 0 (tidak dibutuhkan saldo kas minimum)


Jika F > 0 (terdapat saldo kas minimum)

BAB III
KESIMPULAN

1. Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan
perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan
mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan.
2. Sumber dana perusahaan dapat berupa pinjaman jangka panjang, dana operasional
dana pribadi, maupun akumulasi depresiasi, yang dapat digukan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
3. Proyeksi lada rugi dan neraca merupakan dua laporan dengan dasar akrual yaitu
penyamaan (matching) perbedaan waktu antara manfaat yang diterima dan beban
yang harus dibayarkan.
4. Cashflow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan masuk yang
memiliki bentuk bervariasi dan terdiri dari berbagai komponen.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2016. Financial Statements: Cash Flow <


http://www.investopedia.com/university/financialstatements/financialstatements3.asp> diakses
pada 8 April 2016.
Anonim. 2016. How a financial planner can help you. www.fpama.org. Diakses tanggal 08 April
2016
14

Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan


Ketujuh, BPFE Yogyakarta,Yogyakarta.
Baridwan, zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Jogjkarta: Fakultas Ekonomi UGM.
Batie, Steven. 2002. Ten reason why financial planning is important.
https://www.blueshorefinancial.com. Diakses tanggal 08 April 2016.

Keegan, Warren J. 1992. Global Marketing Management. Alex Media Komputindo, Jakarta.

Kieso dan Weygandt.1995. Intermediate Accounting : Akuntansi Intermediate. Binarupa Aksara,


Jakarta.
Mardiyanto, H. 2000. Intisari Manajemen Keuangan <http://books.google.co.id/books?
id=1NZhl1ACWxsC&dq=intitle:Manajemen&hl=&source=gbs_api>. Grasindo,
Jakarta.

Sudarsono, Edilius. 2001. Konsep Ekonomi: Uang dan Bank. Rineka Cipta: Jakarta.
Sundjaja Ridwan S. dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 1, Edisi kelima. Jakarta:
Literata Lintas Media.
Widjajanto, B. 2011. Cara Aman Memulai Bisnis. Grasindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai