Mata Kuliah :
BIOSISTEMATIKA
Oleh :
Wahyu Al Ayubi
(183112620120100)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamblang atau disebut juga jambu keling dan duwet adalah sejenis pohon buah dari suku
jambu-jambuan (Myrtaceae). Tumbuhan berbuah sepat masam ini juga dikenal dengan nama
jambe kleng (Aceh); jambu kling (Gayo); jambu kalang (Jawa); dhalas, dhalas bata, dhuwak
(Madura); juwet, jujutan (Bali); klayu (Sasak); Jambulan (Flores); raporapo jawa (Makasar);
Jambula (Ternate); dan jamblang, jamboleng, duwet (Melayu) (Utami : 87).
Tanaman jamblang memiliki nama latin Syzygium cumini dengan beberapa sinonim, yaitu
Eugenia cumini (L.) Druce, Eugenia jambolana Lamk., Jambolifera sinensis Spreng., Myrtus
cumini L., dan Syzygium jambolanum (Lam.) DC. Di Jawa tanaman ini lebih dikenal dengan duwet
atau jamblang. Sedangkan nama umum yang lain adalah black plum (Inggris), dan jambolan
(Malaysia). Asal tanaman ini adalah India, Malaysia, Myanmar, Filipina, Sri Lanka, Thailand.
Pohon jamblang lebih menyukai tempat yang lembab, basah atau berawam dimana akan
menghasilkan tanaman berkelompok. Jamblang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi banjir
berkepanjangan atau kekeringan. Pada tempat yang kering, biasanya terdapat disekitar tempat yang
berair. Jamblang dapat tumbuh pada tanah dangkal dan berbatu dengan curah hujan yang cukup.
Bibitnya dapat mati oleh api, tetapi pohonya dapat bertahan pada kebakaran tanah.
Jamblang dibudidayakan sebgai pohon buah di pekarangan, dari daratan rendah hingga 500
mdpl. Walaupun demikian, ia dapat tumbuh pada ketinggian 1.800 mdpl. Curah hujan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan yang bagus adalah lebih dari 1.000 mm per tahun dengan musim
kering yang nyata. Jamblang toleran terhadap kekeringan dan dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah yang tidak subur, lahan basah dan tanah yang berdrainase bagus (tanah lempung, tanah liat
berkapur, tanah berpasir, dan tanah-tanah berkaspur). Umumnya, jamblang diperbanyak dengan
biji, namun kultvar-kultivar yang unggul bisa diperbanyak dengan cangkok. Informasi pembelian
simplisia/tanaman: Di Unit Konservasi dan Budidaya Biofarmaka, Pusat Studi Biofarmaka IPB
(LPPM IPB: 151-152).
Jamblang dimanfaatkan tidak hanya sebagai bahan makanan saja, namun di beberapa negara
jamblang dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal. Di India jamblang telah lama digunakan
masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit, termasuk batuk, diabetes, disentri, radang,
dan penyakit kulit, seperti kurap, dan kadas. Selanjutnya buah jamblang berpotensial sebagai
antioksidan, anti peradangan, anti mikroba, anti bakteri, dan anti HIV (http://repository.usu.ac.id).
Siregar (2005) berhasil mengisolasi senyawa alkaloid dari ekstrak metanol daun tumbuhan jambu
keling (jamblang), alkaloid merupakan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak methanol yang
berfungsi sebagai anti mikroba. Di Aceh buah jamblang hanya di manfaatkan sebagai makanan
saja, manfaat lain dari tumbuhan ini belum diketahui masyarakat akibat terbatasnya penelitian
terkait tumbuhan ini di Indonesia.
Kurangnya informasi mengenai tumbuhan ini, dapat menjadi salah satu penghambat untuk
pembudidayaan jamblang di Indonesia, masyarakat telah banyak menebang jamblang dan
menggantinya dengan tumbuhan perkebunan. Apabila penebangan terhadap tumbuhan ini terus
menerus dilakukan, dikhawatirkan jamblang akan mengalami kepunahan di masa yang akan
datang. Oleh karena itu jamblang perlu diteliti dan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga
pemanfaatannya dan pengelolaannya di masa mendatang dapat dimaksimalkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klsifikasi tumbuhan jamblang ?
2. Bagaimana ciri-ciri morfologi tumbuhan jamblang ?
3. Apa saja manfaat yang terkandung dalam tumbuhan jamblang ?
4. Apa saja kandungna kimia dalam buah jamblang ?
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan : Plantae
Sub Kerajan : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoiophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (keeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Bangsa : Myrtales (bunga berismetri banyak)
Familia : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium Cumini (L.) Skeels
Jamblang tergolong buah-buahan yang berasal dari Asia dan Australia tropik. Bisa ditanam
di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian 500 m dpl. Pohon dengan tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok dan
bercabang banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat
memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan atas mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk
malai dengan cabang yang berjauh, buanga duduk, tumbuh di ketiak daun dan ujung percabangan,
kelopak bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota bentuk bulat telur, benang sari banyak,
berwarna putih, dan baunya harum. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda
hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan. Biji satu, bentuk lonjong, keras, warnanya
putih. Berakar tunggang, bercabang-cabang, berwarna coklat muda. Biasanya, buah jamblang yang
masak dimakan segar. Rasanya agak asam dan sepat. Kulit kayu bisa digunakan sebagai zat
pewarna (Dalimartha : 20).
S. cumini memiliki bunga majemuk berbentuk malai dengan cabang yang berjauhan, bunga
duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan, kelopak bentuk lonceng berwarna
hijau muda, mahkota berbentuk bulat telur, benang sari banyak, panjangnya 4-7 mm, berwarna
putih, daun baunya harum, bakal buahnya dengan 2-3 ruang, tangkai putik 6-7 mm panjangnya,
berwarna putih. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda hijau, setelah masak
warnanya merah tua keunguan, bergerombol mencapai 40 butir, daging buah berwarna kuning
kelabu sampai ungu, mengandung banyak sari buah, hampir tidak berbau, dengan rasa sepat
keasaman. Bijinya 0-5 butir, bentuk lonjong, keras, panjangnya 3-5 cm, berwarna hijau sampai
cokelat. Berakar tunggang bercabang-cabang, berwarna cokelat muda (Verheiji & Coronel, 1997).
Menurut Palmbob (2004) morfologi jamblang secara vegetatif dan generatif diperlihatkan pada
Gambar.
Gambar Morfologi : Pohon jamblang (A), morfologi batang (B), bunga (C), buah muda(D), buah
mulai matang (E), buah matang (F).
E. Varietas Jamblang
Jenis umum Jamblang di India adalah: 1) Ra Jaman, buah besar berbentuk lonjong, ungu tua
atau kebiruan, daging buah manis dan biji kecil, 2) Kaatha, buah kecil, dan daging buah asam. Di
Jawa, juga ditemukan dua jenis jamblang, buah kecil disebut Djoowet kreekil, buah tanpa biji
dikenal dengan nama Djoowet booten. Di Malaya selatan, pohon-pohon jamblang berdaun kecil
dengan tandan bunga kecil (Morton, 1987).
Tanaman jamblang diketahui memiliki fitokimia yang beragam dan sebagian besar telah
diamati manfaat kesehatannya. Syzygium cumini yang termasuk kedalam suku Myrtaceae ini
mengandung senyawa kimia antara lain suatu alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid, monoterpen,
minyak atsiri. Daun jamblang ini juga mengandung β-sistosterol, kuarsetin, myresetin, myrisetin,
flavonol glikosid, asilasi flavonol glikosida, triterpenoid dan tanin. Daun jamblang ini juga kaya
akan minyak essensial seperti myrtenol serta mengandung asam ellagik, isoquarsetin, quarsetin
dan kampferol (http://repository.usu.ac.id).
Tanaman menghasilkan metabolit yang berasal dari metabolit primer dan metabolit sekunder
selama pertumbuhan. Hasil metabolisme primer adalah senyawa yang digunakan untuk
pertumbuhan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Senyawa-senyawa tersebut berada
dalam jumlah yang besar pada tanaman mengingat fungsinya yang sangat pokok bagi tumbuhan.
Senyawa-senyawa yang termasuk hasil dari metabolit sekunder adalah kelompok senyawa
alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Senyawa-senyawa inilah yang digunakan oleh manusia sebagai
obat. Metabolisme tersebut tidak digunakan bagi pertumbuhan tanaman, akan tetapi salah satu
fungsinya yaitu sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme patogen dan juga terhadap herbivora
maupun omnivore.
Sifat-sifat utama senyawa sekunder pada tumbuhan adalah merupakan hasil proses yang
kompleks dan diatur dalam jaringan tertentu pada tingkatan perkembangan tertentu.
1. Produknya dapat berbeda antar spesies, bahkan diantara organ yang berbeda
2. Sangat spesifik
3. Tidak selalu merupakan produk akhir yang lembam, tetapi sering dapat digunakan pada
proses metabolismenya
Menurut Ayyanar & Babu (2012), jamblang memiliki kandungan kimia yang berbeda pada
masing-masing bagiannya, seperti pada Tabel. Kandungan kimia pada masing-masing bagian
tumbuhan jamblang (S. cumini).
No Bagian Kandungan
1 Daun zat glukosida, flavanol, qurectein, myricetin tritefenoid, esterase,
karbon dan tanin.
2 Kulit Batang asam betulinic, friyedelin, epifriedelanol, βsitosterol, eugenin
dan fatty asam ester dari epi-friedelanol, β- sitosterol,
querecetin kaempferol, myricetin, asam galie dan asam ellagik,
bergenis, flavonoids, dan tanin.
3 Bunga zat kaemferol, querecetin, myricetin, isoqueretin, myricetin-3-L-
Arabinoside, qurectin-3-D-galactoside, dihydromyricetin, asam
oleanolic, eugenol-triterpenoid A, dan eugenol-triterpenoid B.
4 Akar flavonoid, glycoside dan isorhamnetin3-O-rutinoside.
5 Buah rafinosa, glucose, fructose, asam sitrik, asam mallic, asam gallik,
anthocyanin, delphinidin-3-gentiobioside, eyanidindicli
glycoside, petunidin dan malvidin.
Sumber : (Ayyanar & Babu, 2012)
a) Aktifitas Alkaloida
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi alkaloid yang dikenal sebagian
besar terkait pada sistem prlindungan, misalnya senyawa aphorphine alkaloid liriodenine
dihasilkan oleh pohon tulip untuk melindunginya dari serangan jamur parasit dan senyawa
alkaloid lainnya pada tumbuhan tertentu untuk mencegah serangga memakan bagian tubuh
tumbuhan. Fungsi aktifitas senyawa alkaloid menurut Atta-ur-Rahman (1997) adalah anti
bakteri dan anti fungi.
b) Aktifitas Flavonoid
Flavonoid dapat bersifat sebagai antioksidan dengan cara menangkap radikal bebas,
sehingga sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan antara oksidan dengan
antioksidan di dalam tubuh. Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel pembuluh
darah, dapat mengurangi kepekaan LDL (Low-Density Lipoprotein) terhadap pengaruh
radikal bebas, dan dapat bersifat hipolipidemik, anti inflamasi serta sebagai anti oksidan
(Ling, 2001).
c) Aktifitas Tanin
Senyawa tanin dan flavonoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa
fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa tanin atau flavonoid. Fungsi
aktifitas senyawa tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat
enzim hama. Fungsi aktifitas senyawa flavonoid adalah sebagai anti mikroba (Leo,
2004).
d) Aktifitas Terpenoid
Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan
terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan
terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah
ditemukannya kamper melalui penelitian mengenai terpen, telah banyak juga ditemukan
bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Fungsi aktifitas senyawa terpen adalah sebagai
anti bakteri (Wang, 1997).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun
modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali digunakan sebagai obat kencing manis,
murus (diare), dan beberapa penyakit lain. Di samping tanin, bahan aktif yang dikandungnya
antara lain adalah glukosida yambolin (jamboline). Keunggulan buah jamblang sebagai penurun
kadar gula darah yaitu murah, aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan, lebih
alami sehingga diharapkan tubuh lebih mudah untuk menerima dan bisa menolerirnya tidak
menimbulkan kekebalan. Sedangkan kelemahannya yaitu daya kerjanya relatif lambat sehingga
harus dikonsumsi secara rutin, kurang praktis, dan kelangkaanya.
Daftar Pustaka
Agus, Cahyono; Dwi T. A; dkk. 2014. Tanaman Langka Indonesia: di KP4 UGM. Yogyakarta:
GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS
Atta-ur-Rahman. 1997. New Sterodial Alkaloids from the Roots of Buxus Sempervirens. Journal
of Natural Products. No.60, pp. 770 – 774. American Society of Pharmacognosy.
Ayyanar, M., Babu, P. S. 2012. Syzygium cumini (L) Skleek: A revier of Phytochemical
Constituent and Traditional uses. Asian Pacific Jurnal of Tropical Biomedicine. p. 240 –
246.
Chaudary, B., Mukhopadhyay, K. 2012. Syzygium cumini (L) Skeels: A Potential Source of
Nutraceuticals. UPBS, 2 (1); 46 – 53.
Dalimartha, Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Puspa Swara
Dalimartha, Setiawan; Felix Adrian. 2003. Fakkta Ilmiah Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Plus
Goldstein, J.L. dan T. Swain. 1965. The Inhibition of Enzymes by Tannins. Phytochemistry
Volume 4, pp. 185 – 192. Great Britain : Elsevier Science Ltd.
Leo, M.D. 2004. Phenolic Compounds from Baseonema Acuminatum Leaves : Isolation and
Antimicrobial Activity. New York : Georg Thieme Verlag KG Stuttgart.
Ling W.H, Cheng Q.X, Ma J, Wang T. Red and Black Rice. 2001. Decrease Athrosclerotic Plaque
Formation and Increase Antioxidant status in rabbits. Journal of Nutrition. ;131:1421-6.
Morton, J. 1987. Jambolan. In: Fruits of warm climates. Miami, FL. Diakses dari ;
http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/jambolan.html pada 30 Juni 2019.
Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB & Gagas Ulung. 2014. Sehat Alami dengan Herbal, 250
Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Rosannah, Afridah Fattia. Taksonomi dan Distribusi Jamblang (Syzygium cumini (L) Skeels) di
Aceh Besar (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44420_ diaksen tanggal 28 juni
2019)
Sah. A. K., Verma. K.V. 2011. Syzygium cumini : An Overview. Journal Chem. Res., 3(3): 108 –
113.
Siregar. H. P. 2005. Isolasi senyawa alkaloid dari ekstrak metanol daun tumbuhan jambu keling.
Jurnal Sains Kimia, 9(2): hal. 82-84.
Utami, Prapati. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka
Verheji, E., W., M., Coronel, R.E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 Buah – buah Yang
Dapat Dimakan. Prosea Gramedia. Jakarta, hal 380 – 382.