Anda di halaman 1dari 11

Alternanthera brasiliana (Terramycin)

Nama (s) Populer (es): Terramycin, penisilin, Anador, Doril, carrapichinho, abadi, kepala put

Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Order: Caryophyllales
Keluarga: Amaranthaceae
Spesies: Alternanthera brasilia
Sinonim:
Alternanthera littoralis var. maritima (Mart.) Pedersen

Keterangan:
Menyajikan batang dichotomously bercabang, yang cabang yg berbaring, silinder yang sudut, ruas panjang
berkarat. Daun sederhana, petiolate, sessile pada puncak tanaman, diatur lintas berlawanan. Limbo menghit
dengan seluruh margin.Perbungaan Jenis glomerulus, terletak di axils daun terakhir. Pewarnaan glomeruli r
dari 1 sampai 3 per aksila. Bunga sessile terdiri dari bracts kering dan perianth dibentuk oleh hanya 5 tepal
sari dengan kepala sari kuning dan putik pluricarpelar. Buah kering dari jenis kapsul. Mirip dengan A. philo
bertangkai per daun axil. ( Braganca & Moreira, 2011)
Kebiasaan, ekologi:

Spesies abadi herba, tumbuh di lingkungan baik dengan tanah dikeringkan sebagai tanah tergenang ditempa
sangat sering di daerah-daerah yang ditujukan untuk produksi buah, seperti markisa, dan tumbuh secara spo
hutan riparian, rawa garam, tepi hutan dan sejenisnya. Glomerular menghasilkan perbungaan putih, yang dis
angin dan faktor lingkungan lainnya.
Penggunaan:

Obat: Menurut Venduscolo et al . 2005, dalam obat rakyat, yang memiliki bunga bquicas properti, Selama pekerja

sebagai antibiotik, anti-inflamasi, di sistitis, nyeri, sakit kepala, masalah perut, demam terhadap, luka untuk masalah leher, flu, in
batuk. Penggunaan dibesarkan di negara bagian Rio Grande do Sul: Daun bertindak sebagai antibiotik digunakan untuk masalah
dan menyembuhkan infeksi apapun (5). Bagian udara digunakan dalam sakit tenggorokan. Daun yang digunakan dalam sistitis,
masalah usus (6). Daun digunakan dalam kasus demam, infeksi, rasa sakit, flu dan dingin (7).
"Harm":
Dapat menjadi gulma di daerah pertanian, menyebar dengan biji dan fragmentasi batang.

Ketul (Bidens pilosa) adalah sejenis tumbuhan anggota suku Asteraceae. Terna ini umumnya ditemukan liar s

perkebunan-perkebunan, atau pada lahan-lahan terlantar. Nama-nama lainnya adalah acerang, ajeran, hareuga

caringan (Jw.); lanci thuwa, lancing thuwa, cing-lancingan (Md.); sertaSpanish Needle, Blackjacks, Beggar ticks

Bunga dan daun

Terna tegak, kerap bercabang-cabang, sedikit aromatis, tinggi hingga 1 m. Batang bersegi-4, gundul atau sediki

daun berhadapan, utuh atau berbagi menyirip dalam 2-3, jarang 5, bertangkai panjang hingga 6,5 cm. Helai dau
0,55,5 cm, tepi bergigi bergerigi, gundul atau sedikit berambut. [3]

Bunga dalam bongkol-bongkol yang berkumpul terminal atau pada ketiak daun. Bongkol 57 mmtingginya, berd

yang berjejalan, bertangkai panjang hingga 9 cm. Bunga tepi berjumlah 57, dengan mahkota bertabung pende

kuning atau putih krem. Mahkota bunga cakram bentuk tabung, bertaju 5, kuning. Buah keras (achene) ramping

dengan 23 kaitan serupa jarum bergerigi-berduri di ujungnya; amat berguna untuk melekat pada rambut atau t

Penyebaran dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Bunga dan buah yang muda

Ketul berasal dari Afrika selatan, akan tetapi telah menyebar luas di Jawa sejak sebelum 1835. Kini diketahui te
pengganggu di banyak negara.[3]

Terna ini adalah gulma yang sangat umum dijumpai di Nusantara. Menyukai tanah yang lembap dan sinar mata

Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, dan dalam waktu seminggu (apabila kondisinya sesuai) 3560% biji (
kecambahnya pun tetap tinggi; setelah 35 tahun tersimpan, sekitar 80% biji masih mampu berkecambah. [3]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Terutama daun-daunnya digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Rebusan atau perasan daun dim

kepala, demam, diabetes, sembelit, mencret, kecacingan, sakit perut, sakit gigi, keracunan, pegal-pegal, serta d
gatal dan nyeri rematik.[4]

Di Jawa Barat, daun-daun dan pucuk ketul yang muda dikunyah sebagai obat sakit gigi. Pucuk yang dilayukan d

pematangan bisul. Di banyak tempat, terutama di Jawa, daun-daun muda dimanfaatkan sebagai lalap atau baha
Di Tiongkok, ketul juga merupakan herba obat yang disebut xian feng cao ().
Ketul kadang-kadang juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak.[4]

Maman Ungu (Cleome rutidosp


Maman Ungu (Cleome rutidosperma D.C.)

1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Capparidales
Suku : Capparidaceae
Marga :Cleome

Jenis : Cleome rutidospermae D.C.


(Backer & van den Brink, 1965)
2. Morfologi Tanaman

Herba tegak, merambat atau tumbuh merangkak tinggi 0.15-0,80 m, berbunga sepanjang tahun. Daun mahkot

mm; di Jawa berwarna biru; bulu-bulu halus yang pendek; tangkai buah 20-30 mm; batang (berbentuk kapsul) y
meruncing seperti paruh; diameter biji 1,75-2 mm, elaiosom keputihan; helaian daun biasanya 3, bentuk daun

dengan bulu-bulu tebal pendek; batang 0,5-2 cm dengan duri tipis. Dikenal dengan nama Maman ungu atau M
3. Habitat dan Penyebaran

Ditemukan di pinggir jalan, sawah, ladang. Juga ditemukan hidup sebagai epifit pada batu dan kayu. Terutama b
1998).
4. Kandungan Kimia dan kegunaan

Anggota famili Capparaceae mengandung tioglukosida (dikenal sebagai glukosinolat) yang melepaskan isotiosia
itu tanaman ini juga mengandung alkaloid dan flavonoid yang jenisnya belum diketahui (Mitchell et al.,2003).
Kegunaan

Pustaka maupun penelitian ilmiah mengenai khasiat Cleome rutidosperma D.C ini masih sangat terbatas dan s

belum diketahui dengan pasti. Cleome rutidosperma dapat digunakan sebagai antifeedant (pengganti herbisid

xylostella (L.). Minyak menguapnya mempunyai aktivitas dapat mengiritasi kulit dan mungkin juga aktivitas kont
5. Penelitian Antikanker

Walaupun belum banyak diteliti, namun ternyata mengandung golongan senyawa potensial antikanker, seperti

sebagai regulator negatif onkogen (kelompok gen pengatur daur sel) dan regulator positif gen tumor suppress

Harper, 1999). Regulasi negatif onkogen akan menghentikan proliferasi sel kanker pada fase tertententu dari d

dan protein Retinoblastoma (pRb). Protein Rb mampu mengikat protein E2F (faktor replikasi), sehingga siklus se

tapak dara (Chatarathus roseus (L.) G. Don) yang mampu menghentikan mitosis sel kanker pada metafase (Irna

apoptosis melalui penghambatan aktivitas Topoisomerase DNA I/II, penurunan ROS (Reactive Oxygen Species),

penurunan Mcl 1. Mekanisme flavonoid sebagai antiproliferatif sel kanker juga dapat melalui inaktivasi senyawa

dengan enzim yang berperan dalam metabolisme, misalnya enzim Gluthation S-Transferase), menghambat ang

Anggota familia Capparaceae ini juga memiliki kandungan glukosinolat dan produk degradasinya, isotiosianat (M

zat antioksidan dan mekanisme detoksifikasi. Sedangkan isotiosianat dapat menghambat pertumbuhan tumor

Health Foundation, tentang pengaruh konsumsi brokoli yang mengandung isotiosianat selama 11 tahun, diketa

kanker paru 36 persen lebih tinggi (Anonim, 2003).

Commelina diffusa Burm. F.


Posted on January 15, 2013 by ecymutias

Standard

Commelina diffusa Burm. F.


I. Sistematika Bahan
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Commelinales

Family

: Commelinaceae

Genus

: Commelina

Spesies

: Commelina diffusa Burm. F.


Aur-aur

( nama latin )
(nama daerah)

II. Morfologi Tumbuhan


a.

Akar

Akar Aur-aur(Commelina diffusa Burm. F.) termasuk kedalam system perakaran serabut. Akar aur-aur tumbuh
menjalar. Akara aur-aur memiliki banyak percabangan akar. Akar aur-aur memiliki banyak rambut-rambut halus
atau bulu-bulu halus. Akar aur-aur memiliki warna coklat tua. Akar aur-aur tumbuh di tanah yang lembab.

b.

Batang

Batang Aur-aur(Commelina diffusa Burm. F.) tumbuh menjalar. Batang aur-aur berbentuk bulat dan lunak. Batang
aur-aur tidak berambut,memiliki warna hijau muda bercorak ungu, buku-bukunya mengeluarkan akar dan tunas
cabang, bagian ujung batang tegak atau melengkung dan tingginya 6-60 cm.

c.

Daun

Daun Aur-aur(Commelina diffusa Burm. F.) berbangun daun lanset, umumnya berukuran panjang kurang dari
enam kali lebarnya, permukaannya licin, pangkalnya berbentuk bundar dan tidak simetris, ujungnya agak runcing,
tepinya terasa kasar bila diraba, ukuran panangnya 2,5-8 cm lebarnya 0,75-2,5 cm dan tidak bertangkai.

d.

Bunga

Bunga Aur-aur(Commelina diffusa Burm. F.) tumbuh sendiriann dari buku b erhadapan dengan daun, dilindungi
oleh braktea yang menyeruai daun berbentuk perahu, pangkalnya berbentuk bula dan melancip tajam ke ujung,
perbungaan bercabang dua cabang arah belakang panjangnya 10-22 mm berbunga satu sampai tiga dan
tersembul tinggi keluar braktea.

e.

Buah

Buah Aur-aur(Commelina diffusa Burm. F.) merupakan bakal buah beruang tiga. Buah aur-aur termasuk ke dalam
buah kotak. Buah aur-aur berbentuk memanjang. Buah aur-aur memiliki panjang kurang lebih 7 mm. Buah auraur akan pecah menurut ruang. Buah aur-aur berisi tiga sampai lima biji.

f.

Biji

Biji Aur-aur(Commelina diffusa Burm. F.) memiliki tonjolan atau bertonjolan. Biji aur-aur memiliki bentuk jala. Biji
aur-aur tidak memiliki rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus di seluruh permukaannya. Biji aur-aur terdapat di
dalam ruang dari setiap bakal buahnya. Biji aur-aur banyak terdapat pada setiap ruangnya.

Euphorbia hirta L.
Posted on January 15, 2013 by ecymutias

Standard

Euphorbia hirta L.
I. Sistematika Bahan
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Euphorbia

Spesies

: Euphorbia hirta L.
Patikan kebo

( nama latin )
(nama daerah)

II. Morfologi Tumbuhan


a.

Akar

Akar Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) termasuk ke dalam sistem perakaran tunggang. Akar Patikan kebo
memiliki banyak cabang- cabang akar. Akar Patikan kebo memiliki banyak rambut-rambut atau bulu-bulu halus.
Akar Patikan kebo memiliki tudung akar atau kaliptera. Akar Patikan kebo berwarna kecoklatan.

b.

Batang

Batang Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) memiliki ruas-ruas. Batang patikan kebo berbentuk bulat silinde. Batang
patikan kebo memiliki warna merah sedikit keunug-unguan. Batang patikan memiliki bulu-bulu halus diseluruh
permukaannya. Pangkal batang patikan kebo tumbuh ke atas. Percabangan batang selalu mengarah keluar.

c.

Daun

Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) memiliki ukuran kecil. Daun patikan kebo menempel di buku-buku
batangnya. Daun patikan kebo termasuk kedalam golongan daun tunggal dengan duduk daun saling
berseberangan satu daun dengan daun lainnya. Panjang daun berkisar antara 0.5-5 cm. Warna daunya hijau
bercak ungu.

d.

Bunga

Bunga Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) sebagai mana daunnya juga muncul di ketiak daun. Bunga patikan kebo
memiliki ukuran yang kecil dan memiliki jumlah yang banyak. Bunga patikan kebo tergolong kedalam bunga
majemuk. jika diperhatikan secara cermat tampak bahwa bunga betina di kelilingi oleh beberapa bunga jantan.
Warna bunganya hijau keungu unguan.

e.

Buah

Buah Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) memiliki bentuk seperti kapsul. Buah patikan kebo memiliki 3 tonjololan
bulat. Buah patikan kebo ditumbuhi rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus. Buah patikan kebo tumbuh
bersama dengan bunganya yang muncul di ketiak daun sama seperti daunnya.

f.

Biji

Biji Patikan (Euphorbia hirta L.) memiliki warna. kecoklat-coklatan. Biji patikan kebo berbentuk bulat. Biji patikan
kebo tidak memiliki rambut-rambut atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya. Biji patikan kebo digunakan
sebagai alat perkembang biakan tanaman itu sendiri. Biji patikan kebo berwarna merah kecoklatan.

Nama umum
Indonesia:

Sintrong

Inggris:

tropical burnweed

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Erechtites
Spesies: Erechtites valerianifolia (Spreng.) DC.

Synonyms:

Diodia pilosa Schumach. & Thonn.


Diodia scandens auct. non Sw.
Spermacoce pilosa (Schumach. &
Thonn.) DC.

Common names:
Frequency:
Status:

Native

Description:

Straggling or procumbent perennial or


annual herb. Stems up to 4 m long,
distinctly 4-angled, hairy on the angles.
Leaves opposite, elliptic, up to 6.5 cm
long, green to yellowish-green, with
rough, tubercle based hairs. Stipules
frilled with 5-7 setae, up to 7 mm long.
Flowers in few-flowered clusters at the
nodes. Corolla with 4 triangular lobes,
small, mauve or white, somewhat hairy
outside. Stamens and style exserted.
Fruit oblong-ellipsoid, up to 3.5 2.5
mm.

Notes:

This species appears to have been


omitted in error from Mapaura and
Timberlake (2004).

Derivation of specific name:


Habitat:

At the margin of evergreen and riverine


forest and rocky areas near rivers.

Altitude range: (metres)

Up to 1470 m

Flowering time:
Worldwide distribution:

Widespread in tropical Africa, Asia,


America and the Mascarene Islands.

Zimbabwe distribution:

Growth form(s):
Endemic status:
Red data list status:
Insects associated with this species:
Spot characters:

Display spot characters for this


species

Content last updated:

Saturday 8 October 2011

Literature:

Anda mungkin juga menyukai