Disusun oleh:
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN
3.1. Hasil
Hasil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil analisis POAC di KPH Suban Jeriji.
Visi:
Mewujudkan UPTD KPH Wilayah IX Suban Jeriji melalui
peningkatan nilai ekonomi potensial bagi masyarakat untuk
mendukung keberlanjutan sumberdaya industri kehutanan
yang berwawasan lingkungan .
Misi:
Planning Optimalisasi produksi hasil hutan kayu/non kayu dan
(Perencanaan) produktifitas sumberdaya hutan berbasis
keseimbangan ekosistem.
Revitalisasi daya dukung (caring capacity)
sumberdaya hutan dan ekosistem hutan dan
sumberdaya hutan.
Optimalisasi manajemen kawasan hutan secara
terpadu dan berkesinambungan.
Mengoptimalkan peran stakeholder dalam
pengelolaan hutan.
Organizing
(Pengorganisasian)
3.2. Pembahasan
UPTD KPH Wilayah IX Suban Jeriji merupakan salah satu unit wilayah
pengelolaan hutan yang organisasinya dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2013. Wilayah kerja UPTD KPH
Wilayah IX Suban Jeriji, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Maret 2010 tentang
Penetapan Wilayah Kesatuan Penglolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera Selatan, terdiri atas
wilayah KPHP Unit XIV seluas 203.316 ha (berdasarkan Perda Gubernur Provinsi
Sumsel No. 16 Tahun 2013). Berdasarkan hasil analisis spasial tim BPKH (dari
perhitungan land use dan land cover) diperoleh luasan kawasan pengelolaan
UPTD KPH Wilayah IX Suban Jeriji seluas 208.189,17 Ha (berdasarkan SK
822) atau seluas 207.667,89Ha (bedasarkan SK 866) berarti selisihnya sekitar
542,59 Ha. UPTD KPH Wilayah IX Suban Jeriji, terdiri dari 4 resort.
A. Strengthness (Kekuatan)
a) Wilayah kelola yang luas. Di mana potensi wilayah pengelolaan sangat
luas, membuat KPH Suban Jeriji dapat digunakan sebagai pemanfaatan
dan eksploitasi kawasan hutan yang berpotensi meningkat, kemudian
dapat mendukung masyarakat ekonomi lokal dan dapat mendukung
kegiatan pembangunan.
b) Memiliki SOP Pengelolaan KPH. Telah memiliki dasar hukum yang jelas
yaitu, 1. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 Tentang Penetapan
KPHL dan KPHP di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Peraturan Gubernur
Sumatera Selatan Nomor : 41Tahun 2017 Tanggal 19 September 2017
tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan
Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
c) Memiliki struktur organisasi yang jelas. UPTD KPH Wilayah IX Suban
Jeriji merupakan salah satu unit wilayah pengelolaan hutan yang
organisasinya dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan Nomor 16 Tahun 2013.
d) Mempunyai status hukum dan kelembagaan. Wilayah kerja UPTD KPH
Wilayah IX Suban Jeriji, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Maret 2010
tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Penglolaan Hutan Lindung (KPHL)
dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera
Selatan, terdiri atas wilayah KPHP Unit XI seluas 203.316 ha.
e) Memiliki potensi HHK, HHBK, dan jasa lingkungan. Potensi HHK yaitu,
Pengembangan investasi pada produksi hasil hutan kayu contoh kayu,
Tembesu, Mahoni, Kayu Karet. Potensi HHBK meliputi Karet, Bambu,
Matoa, Madu, Gaharu, ubi kayu, jagung, tebu dll. Potensi jasa lingkungan
yaitu, pengembangan jasa lingkungan ecoeducate dan ecotourism (wisata
alam).
B. Weakness (Kelemahan)
a) Jumlah personil masih terbatas dan tidak sebanding dengan luasan KPH
Wilayah IX Suban Jeriji seluas 203.316 ha. Sekarang KPH Suban Jeriji
hanya mempunyai sedikit personil yaitu, Pegawai Negeri Sipil 8 Orang,
Tenaga Bakti Rimbawan 4 Orang, PTT Pamhutkarhutla 6 Orang, PTT
Kebersihan dan Jaga Malam 2 Orang.
b) Pendanaan yang kurang mencukupi. Selama ini banyak kegiatan yang
menjadi prioritas akhirnya tidak seluruhnya mampu diimplementasikan
dengan dana yang terbatas, terutama karena adanya kendala antara lain:
luas kawasan yang luas, aksesibilitas yang minim, jumlah lokasi kegiatan
dan jumlah kelompok sasaran target kegiatan yang cukup banyak.
c) Kurangnya sosialisasi KPH Suban Jeriji. Kurangnya sosialisasi kepada
pemangku kepentingan menyebabkan lemahnya pemahaman para pihak
terhadap peran dan fungsi. Kurangnya pemahaman disebabkan karena
lemahnya strategi komunikasi yang dibangun oleh pihak pemerintah
daerah. Hal ini bisa menimbulkan perbedaan persepsi antara masyarakat
dan pengelola.
d) Tidak didukung SDM yang memadai. Peningkatan keterampilan
pengelolaan KPH dan peluang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) akan
berdampak pada kualitas pengelolaan, artinya untuk mengatasi jumlah
tenaga pengelola yang masih kurang dan belum sebanding dengan konflik
dan luas kawasan kelolanya, maka ditempuh dengan peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM.
C. Opportunity (Peluang)
a) Adanya pengakuan masyarakat terhadap kawasan hutan. Sebagian besar
masyarakat menyadari dan mengakui bahwa lahan yang mereka kuasai di
HP Suban Jeriji adalah kawasan hutan yang tidak bisa dimiliki.
b) Adanya kesedian masyarakat untuk bekerja sama dalam mengelola lahan.
Hasil diskusi pada beberapa lokasi permukiman dan di lapangan
menunjukkan bahwa masyarakat bersedia untuk bekerja sama dalam
pengelolaan lahan selama mereka dapat diakomodasi untuk memperoleh
manfaat dari lahan yang dikuasainya dan ada jaminan mereka tidak akan
digusur.
c) Adanya keberadaan tanaman karet sebagai komoditas utama dan kesediaan
masyarakat untuk diversifikasi produk, Kebun karet telah menjadi
komoditas utama yang dibudidayakan masyarakat, termasuk di dalam
kawasan HP Suban Jeriji.
D. Threat (Ancaman)
KPH Suban Jeriji mempunyai beberapa ancaman ketika melakukan
pengelolaan yaitu, tingginya degradasi sumberdaya lahan, perambahan hutan
untuk kegiatan perladangan, rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat
sekitar kawasan, rendahnya perekonomian masyarakat di sekitar kawasan,
berbatasan dengan kampung dan kebun milik masyarakat, perburuan satwa
liar,masih maraknya pembakaran lahan terdapat konflik pengelolaan KPH.
4. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Pada KPH Suban Jeriji digunakan sistem dalam pengelolaan hutan yang
berdasarkan pada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan rencana,
dan pengawasan (POAC).
2. Rencana ini dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kawasan hutan
produksi berkelanjutan dan hutan lindung dengan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dan individu melalui kemitraan. Pelaksanaan
penilaian rencana pengelolaan harus melibatkan kelompok kepentingan
dan penilaian yang sesuai dengan konteks wilayah KPH. Adapun salah
satu kegiatannya yaitu, inventarisasi potensi kayu berkala, inventarisasi
satwa berkala, inventarisasi non kayu, inventarisasi jasa lingkungan
berkala, rekonstruksi batas, pemeliharaan batas, penataan blok dan petak
berkala, pemanfaatan kawasan hutan sebagai ekoeducate, pemanfaatan
jasa air, pemanfaatan kawasan HP untuk produksi.
3. Analisis SWOT KPH Suban Jeriji yaitu, Strengthness (Kekuatan)
meliputi: wilayah kelola yang luas, memiliki SOP pengelolaan KPH,
memiliki struktur organisasi yang jelas, mempunyai status hukum dan
kelembagaan, Memiliki potensi HHK, HHBK, dan jasa lingkungan.
Weakness (Kelemahan) meliputi: jumlah personil masih terbatas dan tidak
sebanding dengan luasan KPH Wilayah IX Suban Jeriji seluas 203.316 ha,
pendanaan yang kurang mencukupi, kurangnya sosialisasi KPH Suban
Jeriji, tidak didukung SDM yang memadai. Opportunity (Peluang)
meliputi: adanya pengakuan masyarakat terhadap kawasan hutan, adanya
kesedian masyarakat untuk bekerja sama dalam mengelola lahan, adanya
keberadaan tanaman karet sebagai komoditas utama dan kesediaan
masyarakat untuk diversifikasi produk. Threat (Ancaman) meliputi:
tingginya degradasi sumberdaya lahan, perambahan hutan untuk kegiatan
perladangan, rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat sekitar
kawasan, rendahnya perekonomian masyarakat di sekitar kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, D. & Agus B.S. 2015. Analisis SWOT dalam pengembangan real estate.
Jurnal Teknik Sipil. Vol. 8:13–18.
Suryandari, E.Y. & Sylviani. 2015. Rancangan dan Implementasi KPH. Laporan
Hasil Penelitian. Puslitsosek, Kemenhut. Yogyakarta.