Anda di halaman 1dari 5

Pengelolaan Hutan

Pasca Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah

Oleh Nidia Yuniartin, S.Hut

Pendahuluan

Dengan adanya Undang-undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah yang disahkan pada pada tanggal 30 September 2014 dan diundangkan

pada tanggal 12 Oktober 2014 bahwa pengelolaan sumber daya alam yang selama

ini dikelola oleh Pemerintah Kabupaten berubah dikelola oleh Pemerintah Provinsi.

Sumber Daya alam yang dimaksud antara lain pertambangan, kehutanan, dan

Sumber Daya Mineral dan Sumber Daya Kelautan. Sehingga kewenangan

pengelolaan hutan pemerintah kabupaten nyaris tidak ada lagi.

Dengan demikian struktur organisasi pengelolanya berubah maka perlu

adanya penataan baik organisasi, Sumber Daya Manuasia, Sarana Prasarana,

maupun anggaran.

Pada sektor Kehutanan perubahan tersebut berpengaruh signifikan dengan

proses-proses pengurusan hutan termasuk di dalamnya pengelolaan hutan dengan

konsekuensi ke penataan kelembagaan dan pengaturan kewenangan.

Untuk mewujudkan hutan lestari dan masyarakat sejahtera maka sektor

Kehutanan mempunyai banyak program salah satunya adalah pembangunan

Kesatuan Pengelolaan Hutan yang merupakan penguatan pengelolaan hutan di

tingkat tapak. Pembangunan KPH sebagai bagian pembangunan Kehutanan ikut

kena imbas atau dampak dari pemberlakuan UU 23 tahun 2014

Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan pemanfaatan hutan, penggunaan hutan,

rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.

1
Sesuai dengan peraturan pemerintah no 6 tahun 2007 jo Peraturan

Pemeritah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan serta pemanfaatan di pasal 5 disebutkan bahwa KPH meliputi

Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung (KPHL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).

Sebagaimana diatur pada Undang-undang 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan pada pasal 17 ayat (1) disebutkan bahwa pembentukan wilayah

pengelolaan hutan dilaksanakan untuk

a. Tingkat Provinsi,

b. Kabupaten/kota, dan

c. Unit pengelolaan

Ayat (2) Pembentukan wilayah pengelolaan hutan tingkat unit pengelolaan

dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik lahan, tipehutan, fungsi

hutan, kondisi daerah aliran sungai, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan,

masyarakat setempat termasuk masyarakat hukum adat dan batas administrasi

Pemerintahan.

Yang dimaksud dengan pengelolaan dengan pengelolaan adalah kesatuan

pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dikelola

secara efisien dan lestari antara lain kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL)

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) , Kesatuan pengelolaan hutan

Konservasi (KPHK)

Pengelolaan Hutan di Provinsi Jambi

Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang 23 tahun 2014 maka Pemerintah

Provinsi Jambi menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 33 tahun 2017 tentang

2
Pembentukan, Susunan Oerganisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Daerah Kesatutan Pengelolaan Hutan Produksi Pada Dinas

Kehutanan Provinsi Jambi. Peraturan Gubernur ini berlaku sejak tanggal 13 Oktober

2017.

Dalam Peraturan Gubernur Jambi No 33 tahun 2014 ini ditetapkan 11 (sebelas)

UPTD KPH dengan wilayah pengelolaan sebagai berikut:

a. UPTD KPHP Kerinci Unit I dengan luas ±34.250 Ha berada di wilayah kerja

Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

b. UPTD KPHP Bungo Unit I dan II dengan total luas ±125.792 Ha berada di

wilayah kerja Kabupaten Bungo

c. UPTD KPHP Merangin Unit IV, V, dan VI dengan luas ±203.469 Ha berada di

wilayah kerja Kabupaten Merangin

d. UPTD KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun dengan luas ±121.102 Ha

berada di wilayah kerja Kabupaten Sarolangun

e. UPTD KPHP Unit VIII Hilir Sarolangun dengan luas ±109.766 Ha berada di

wilayah kerja Kabupaten Sarolangun

f. UPTD KPHP Tebo Barat Unit IX dengan luas ±148.685 Ha berada di

wilayah kerja Kabupaten Tebo

g. UPTD KPHP Tebo Timur Unit X dengan luas ±106.456 Ha berada di wilayah

kerja Kabupaten Tebo

h. UPTD KPHP Batanghari Unit XI dan XII dengan total luas ±188.180 Ha

berada di wilayah kerja Kabupaten Batanghari

i. UPTD KPHP Muaro Jambi Unit XIII dengan luas ±107.839 Ha berada di

wilayah kerja Kabupaten Muaro Jambi

j. UPTD KPHP Tanjung Jabung Timur Unit XIV dengan luas ±84.515 Ha

berada di wilayah kerja KabupatenTanjung Jabung Timur

3
k. UPTD KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XV, XVI, dan XVII berada di wilayah

kerja KabupatenTanjung Jabung Barat

1. Unit XV dan XVI merupakan KPHP dengan total luas ±216.477 Ha dan

2. Unit XVII merupakan KPHL dengan total luas ±15.965 Ha

Tugas pokok dan Fungsi dari UPTD KPHP bersasarkan Peratutan Gubernur

Nomor 33 Tahun 2017 diantaranya adalah melaksanakan tata hutan, menyusun

rencana pengelolaan hutan, melaksanakan pengelolaan hutan (mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian).

Jelas disini bahwa UPTD KPHP merupakan salah satu pengelola hutan pada tingkat

unit.

Kesatuan Pengelolaan Hutan merupakan pengelola hutan di tingkat tapak.

Dalam peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.6/Menhut-II/2020 Tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Pengelolaan

Hutan pada KPHP dan KPHL peran KPH yaitu:

1. Melaksanakan penataan hutan dan tata batas di dalam wilayah KPH

2. Menyusun rencana pengelolaan hutan di tingkat wilayah KPH termasuk

rencana pengembangan organisasi KPH

3. Melaksanakan pembinaan, monitoring, dan evaluasi kinerja pengelolaan

hutan yang dilaksananak oleh pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan

4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi hutan

5. Melaksanakan perlindungan hutan dan konservasi alam.

*Penyuluh Kehutanan Muda pada UPTD Tebo Timur Unit X Jambi

ninidyuniartin

4
5

Anda mungkin juga menyukai