Anda di halaman 1dari 148

i

RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS


1 HALAMAN PENGESAHAN

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dokumen
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Unit XVIII Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) dinyatakan sah oleh yang
membubuhkan tanda tangan di bawah ini.

Palembang, November 2019

Kepala Dinas Kehutanan Kepala UPTD KPH


Provinsi Sumatera Selatan Wilayah VII Makakau Saka OKUS

Pandji Tjahjanto, S.Hut., M.Si. Ir. Edy Suratman, MM


NIP. 19671102 199403 1 003 NIP. 19641214 199303 1 004

Disahkan oleh : Kepala Balai Pemantapan


An.Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kawasan Hutan Wilayah II
Plt. Direktur Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Palembang

Ir. Mintarjo, M.M.A Dr. Manifas Zubayr, S.Hut., M.Si.


NIP. 196403071990031003 NIP. 19690805 199803 1 002

ii
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2 KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat dan karuniaNYA maka dokumen
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Unit XVIII OKUS ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Rencana pengelolaan hutan jangka panjang merupakan dokumen yang sangat
penting yang bertujuan sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan
dalam upaya pengelolaan kawasan hutan secara lestari karena dalam dokumen rencana
pengelolaan hutan jangka panjang terdapat banyak informasi kunci yang dapat menjadi
dasar pengelolaan kawasan hutan secara berkelanjutan. Informasi yang teramat penting
tersebut antara lain batas luar kawasan yang menentukan secara yuridis dan aktual
wilayah kelola KPHL; peta pembagian blok dan petak yang memberikan arahan
pengelolaan dalam jangka pendek, menengah dan panjang dengan memperhatikan
kondisi tutupan vegetasi, kondisi fisik kawasan, potensi flora dan fauna serta potensi-
potensi lain, seperti Hasil Hutan Bukan Kayu dan Jasa Lingkungan serta kondisi sosial
ekonomi masyarakat .
Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun dengan kebijakan
pemerintah tersebut pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan oleh
Kementerian Kehutanan RI Berdasarkan SK Menhut No. SK.76/Menhut-II/2010 tanggal
10 Pebruari 2010 tentang penetapan KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Selatan dan SK
Menhut No. 866/Menhut-II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Penunjukan
Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Selatan serta berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.454/Menlhk/Setjen/PLA.2/6/ 2016 tanggal 17 Juni 2016, luas KPHL Unit XVIII
Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) adalah ± 53.418,65 Ha yang memiliki fungsi
sebagai hutan lindung. Akan tetapi, untuk memenuhi kesempurnaan dokumen ini, tim
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang terkait.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam Penyusunan rencana pengelolaan hutan ini. Terutama kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jendral Planologi dan Tata Lingkungan

iii
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II. Semoga dokumen ini dapat memberikan
manfaat dalam upaya pengelolaan kawasan hutan KPHL Unit XVIII OKUS secara lestari.

iv
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
3 PETA SITUASI

i
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
4 RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka melaksanakan tugas pengelolaan hutan di tingkat tapak, agar dapat
berjalan dengan baik, efisien dan efektif, KPHL Unit XVIII OKUS diperlukan terlebih
dahulu penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahun) yang mengacu
pada P.6/Menhut-II/2010 dan Perdirjen Planologi Kehutanan P.5/VII-WP3H/2012.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPHL Unit XVIII OKUS bertujuan untuk
sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan KPH dalam waktu jangka
10 tahun.
Berdasarkan SK Menhut No. SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010
tentang penetapan KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Selatan dan SK Menhut No.
866/Menhut-II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Sumatera Selatan serta berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.454/Menlhk/Setjen/PLA.2/6/ 2016 tanggal
17 Juni 2016, luas KPHL Unit XVIII Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) adalah ±
53.418,65 Ha yang memiliki fungsi sebagai hutan lindung.
Kegiatan pengelolaan hutan bertujuan untuk melestarikan hutan sesuai dengan
fungsinya dan ikut mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Untuk itu perlu
disusun visi dan misi pengelolaan hutan yang akan dilaksanakan oleh KPHL Unit VIII
Oku Selatan. Untuk itu KPHL Unit VIII Oku Selatan merumuskan visi yaitu
“Mewujudkan pengelolaan hutan yang mandiri melalui pemanfaatan HHBK dan Jasa
Lingkungan” Dalam dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
KPHL Unit VIII Oku Selatan, ditetapkan misi sebagai berikut: Mewujudkan
kelembagaan (institusi) KPHL yang berlandaskan dasar hukum yang kuat menuju
lembaga KPHL yang mandiri, Mewujudkan unit bisnis KPHL Unit VIII Oku Selatan pada
wilayah tertentu, Meningkatkan nilai ekonomi jasa lingkungan dan HHBK sebagai core
bisnis KPHL (wisata alam, kopi, lada, dan pinang). Meningkatkan kontribusi sektor
kehutanan pada pendapatan asli daerah Kabupaten OKU Selatan dan Meningkatkan
perlindungan dan pengamanan kawasan hutan melalui pola partisipasi masyarakat.
Pembagian blok pada Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS dilakukan dengan
memperhatikan: karakteristik biofisik lapangan; interaksi antara masyarakat dengan
kawasan; kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar; potensi sumberdaya alam. Terdapat

i
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
dua blok pengelolaan yaitu Blok inti seluas 28.686,02 ha dan blok pemanfaatan seluas
24.418,65 ha. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga atau belum diminati oleh pihak ketiga untuk mengembangkan
usaha pemanfaatannya. Wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS yang belum diminati
oleh investor akan dikelola sendiri sesuai dengan fungsi hutan dan potensinya.
Untuk mewujudkan kemandirian KPH, wilayah tertentu pada KPHL Unit XVIII
OKUS memiliki luas sekitar 3,946.07 Ha yang direncanakan akan menjadi wilayah yang
akan dikelola oleh KPHL Unit XVIII OKUS dengan pola mandiri/swakelola maupun
dengan kemitraan atau dengan investor, masyarakat ataupun pihak lain yang berminat.
Wilayah tertentu ini terbagi dalam 16 petak pengelolaan yang terletak pada 3 hamparan
terpisah, berada dalam 1 blok, yaitu blok pemanfaatan. Pengembangan usaha pada
wilayah tertentu meliputi Pembangunan dan Pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan dan wisata alam danau, dan air terjun, yang kedua berupa pengembangan
Agroforestri berbasis MPTS, kopi, coklat, pinang dan lada serta Potensi Perdagangan
karbon.
Dari keseluruhan areal KPHL Unit XVIII OKUS, Pertanian lahan kering
merupakan salah satu kelas penutupan lahan dengan luasan tertinggi kedua yaitu seluas
10.147,61 Ha dan Pertanian lahan kering campur semak seluas 7.326,50 dari atau 33
persen dari total luas KPHL Unit XVIII OKUS dengan fungsi hutan lindung. Tingginya
persentase ini menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat akan hasil kegiatan
pertanian dan perkebunan yang mereka lakukan selama beberapa generasi di dalam areal
KPHL Unit XVIII OKUS. Untuk mengurangi konflik dan meningkatkan kelestarian
hutan terutama hutan dengan fungsi lindung diperlukan kolaborasi dari pengelola KPHL
dengan masyarakat. Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat dalam
pengelolaan hutan merupakan salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya hutan secara
optimal dan berkelanjutan. Upaya tersebut dapat dilakukan baik melalui pengembangan
kapasitas maupun pemberian akses pemanfaatan sumber daya hutan dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Pemberdayaan
masyarakat setempat tersebut merupakan kewajiban pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab KPH.
Kegiatan rehabilitasi di luar ijin pada kawsan hutan KPHL Unit XVIII OKUS
adalah pada blok pemanfaatan dengan luas areal agak kritis 4.447,14 ha dan kritis seluas
2.321,69 ha. Pada Blok Inti, luas areal agak kritis 2.862,88 ha dan kritis seluas 206,50

ii
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
ha. Pelaksanaan rehabilitasi terkait dengan areal diluar izin dilakukan pada areal sesuai
kelas perusahaan, kegiatan kemitraan dan konservasi yang kondisi lahannya tergolong
kritis sehingga perlu direhabilitasi.
Kegiatan pengelolaan selengkapnya dijabarkan secara rinci dalam dokumen
RPHJP KPHL Unit XVIII OKUS. Kegiatan pembinaan yang dilakukan bisa berupa
kegiatan bimbingan, pelatihan, arahan, dan juga supervisi ke tingkat tapak. Pembinaan
bisa dilakukan secara berkala minimal satu kali dalam satu tahun atau setiap 6 bulan
sekali. Dari hasil kegiatan pembinaan adalah masukan untuk perbaikan perencanaan dan
pelaksanaan pengelolaan untuk peningkatan kinerja KPHL Unit XVIII OKUS

iii
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
5 DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
PETA SITUASI .................................................................................................i
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x
BAB I. Pendahuluan ..................................................................................... 8-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 8-1
1.2 Tujuan Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS ............................... 8-2
1.3 Sasaran Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS.............................. 8-3
1.4 Ruang Lingkup Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS ................. 8-3
1.5 Batasan pengertian .......................................................................... 8-4
BAB II. Deskripsi Kawasan.......................................................................... 2-7
2.1 Risalah Wilayah .............................................................................. 2-7
2.1.1 Letak, Luas dan Batas KPHL .................................................. 2-7
2.1.2 Pembagian Blok dan kondisinya pada Wilayah KPHL Unit
XVIII OKUS ............................................................................ 2-9
2.2 Kondisi fisik Kawasan KPHL Unit XVIII OKUS ........................ 2-16
2.2.1 Fungsi kawasan ...................................................................... 2-16
2.2.2 Kondisi Topografi .................................................................. 2-17
2.2.3 Jenis Tanah ............................................................................ 2-20
2.2.4 Formasi Geologi .................................................................... 2-21
2.2.5 Kekritisan Lahan .................................................................... 2-22
2.2.6 Iklim ....................................................................................... 2-24
2.2.7 Wilayah Daerah Sungai (DAS) ............................................. 2-25
2.2.8 Aksesibilitas ........................................................................... 2-27
2.2.9 Sejarah KPHL Unit XVIII OKUS ......................................... 2-30
2.3 Potensi Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS .................................. 2-32

iv
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.3.1 Kondisi Penutupan Lahan ...................................................... 2-32
2.3.2 Sumberdaya Hutan KPHL Unit XVIII OKUS ...................... 2-34
2.3.3 Potensi Jasa Lingkungan dan wisata alam ............................. 2-40
2.3.4 Potensi Fauna ......................................................................... 2-41
2.4 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ........................ 2-42
2.4.1 Jumlah, Kepadatan dan Struktur Penduduk ........................... 2-42
2.4.2 Ketenagakerjaan dan Kondisi perekonomian ........................ 2-46
2.4.3 Kondisi Budaya dan Adat Istiadat ......................................... 2-48
2.5 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan.................. 2-49
2.6 Posisi KPHL Unit XVIII OKUS dalam Tata Ruang Wilayah
dan Pembangunan Daerah Kabupaten OKU Selatan .................... 2-49
2.7 Isu-Isu Strategis dan Kendala dan Permasalahan .......................... 2-50
BAB III. Visi dan Misi ............................................................................... 3-55
3.1 Visi ................................................................................................ 3-55
3.2 Misi ............................................................................................... 3-56
3.3 Capaian tujuan utama yang diharapkan ........................................ 3-56
BAB IV Analisis dan Proyeksi ................................................................... 4-58
4.1 Analisis Data dan Informasi. ......................................................... 4-58
4.1.1 Potensi Kayu .......................................................................... 4-59
4.1.2 Potensi Keanekaragaman hayati ............................................ 4-59
4.1.3 Potensi Jasa Lingkungan dan HHBK .................................... 4-63
4.1.4 Karakteristik Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat Sekitar
KPHL Unit XVIII OKUS ...................................................... 4-65
4.2 Proyeksi Kondisi Wilayah............................................................. 4-66
4.2.1 Proyeksi peluang kelas perusahaan strategis, kemitraan dan
konservasi .............................................................................. 4-66
4.2.2 Proyeksi Peluang Pendanaan ................................................. 4-67
4.2.3 Proyeksi ancaman strategis, resiko eksternal ......................... 4-68
4.2.4 Proyeksi kapasitas internal .................................................... 4-68
4.2.5 Proyeksi potensi resiko kelemahan manajemen .................... 4-68
BAB V. Rencana Kegiatan ......................................................................... 5-69
5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya .. 5-69
5.1.1 Inventarisasi berkala 5 Tahunan ............................................ 5-69
5.1.2 Penataan Batas Luar dan Batas Blok pada Wilayah KPH ...... 5-1

v
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
5.2 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu ................................... 5-1
5.3 Pemberdayaan Masyarakat.............................................................. 5-4
5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang
telah ada Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan
Hutan ............................................................................................... 5-7
5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Diluar Izin .................... 5-8
5.6 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pelaksanaan
Rehabilitasi dan Reklamasi pada areal yang sudah ada Hak atau
izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya ................. 5-11
5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ....... 5-11
5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar pemegang
izin ................................................................................................ 5-14
5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan instansi dan Pemangku
kepentingan ................................................................................... 5-14
5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM............................... 5-14
5.11 Penyediaan Pendanaan .................................................................. 5-16
5.12 Penyediaan Sarana dan Prasarana ................................................. 5-17
5.13 Pengembangan Database ............................................................... 5-18
5.14 Rasionalisasi Wilayah Kelola ....................................................... 5-21
5.15 Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) ............... 5-22
5.16 Pengembangan investasi ............................................................... 5-23
BAB VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian .................................. 6-1
6.1 Pembinaan ....................................................................................... 6-1
6.2 Pengawasan ..................................................................................... 6-1
6.3 Pengendalian ................................................................................... 6-2
BAB VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan ........................................... 7-5
7.1 Pemantauan ..................................................................................... 7-5
7.2 Evaluasi ........................................................................................... 7-5
7.3 Rencana Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi ................................. 7-6
7.4 Pelaporan ......................................................................................... 7-7
BAB VIII. Penutup ...................................................................................... 8-9
LAMPIRAN -LAMPIRAN ........................................................................ 9-10

vi
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
6 DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sebaran Wilayah Administrasi Pada Wilayah KPHL ......................... 2-8
Tabel 2.2 Pembagian Blok Penataan Hutan KPHL Unit XVIII OKUS .............. 2-9
Tabel 2.3 Luas Blok Penataan Hutan KPHL Unit XVIII OKUS Menurut
Wilayah Administrasi ........................................................................ 2-11
Tabel 2.4 Kondisi Penutupan Lahan pada Masing-Masing Blok KPHL Unit
XVIII OKUS ..................................................................................... 2-11
Tabel 2.5 Kondisi Jenis Tanah pada Masing-Masing Blok KPHL Unit XVIII
OKUS ................................................................................................ 2-12
Tabel 2.6 Kondisi Kemiringan Lereng pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS ............................................................................. 2-14
Tabel 2.7 Kondisi Kemiringan Lereng pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS ............................................................................. 2-15
Tabel 2.8 Kondisi Kekritisan Lahan pada Masing-Masing Blok KPHL Unit
XVIII OKUS ..................................................................................... 2-16
Tabel 2.9 Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Menurut Ketinggian ......... 2-18
Tabel 2.10 Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Berdasarkan Kategori
Dataran Tinggi atau Dataran Rendah ................................................ 2-18
Tabel 2.11 Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Menurut Kemiringan
Lahan ................................................................................................. 2-19
Tabel 2.12 Luas KPHL Unit XVIII OKUS berdasarkan ordo dan kelompok
tanah .................................................................................................. 2-20
Tabel 2.13 Perubahan luas tutupan lahan hutan di Provinsi Sumatera Selatan ... 2-21
Tabel 2.14 Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Menurut Tingkat
Kekritisan Lahan................................................................................ 2-23
Tabel 2.15 Data Curah Hujan pada KPHL Unit XVIII OKUS ........................... 2-25
Tabel 2.16 Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS menurut sub/mikro DAS .. 2-26
Tabel 2.17 Jarak dan Waktu Tempuh untuk Mencapai (Aksesibilitas) KPHL
Unit XVIII OKUS ............................................................................. 2-28
Tabel 2.18 Luas tutupan lahan tahun 2018 di areal KPHL Unit XVIII OKUS ... 2-33
Tabel 2.19 Rekapitulasi Jumlah Anakan, Sapihan dan Tiangmasing-masing
Kelompok Jenis di Hutan Lahan Kering Primer (Hp) ....................... 2-37
Tabel 2.20 Rekapitulasi Jumlah Anakan, Sapihan dan Tiang ............................. 2-39
Tabel 2.21 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex
Rasio di Desa-Desa yang disurvei. .................................................... 2-42

vii
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.22 Data Mutasi Penduduk Pada Desa Contoh. ....................................... 2-43
Tabel 2.23 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Asal Suku ...................... 2-44
Tabel 2.24 Nama Ibukota Kecamatan. ................................................................ 2-45
Tabel 2.25 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Contoh. .............................................................................................. 2-46
Tabel 2.26 Jumlah Sekolah yang terdapat pada masing-masing desa contoh. .... 2-46
Tabel 2.27 JumlahPendudukMenurut Jenis Mata Pencaharian di DesaContoh. . 2-47
Tabel 2.28 Pencermatan Lingkungan Internal dan Eksternal (PLI dan PLE) ..... 2-53
Tabel 2.29 Matriks Analisis SWOT .................................................................... 2-54
Tabel 5.1 Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala Pada Wilayah KPHL Unit
XVIII OKUS ........................................................................................... 3
Tabel 5.2 Rencana tata waktu kegiatan inventarisasi berkala dan penataan
hutan pada KPHL Unit XVIII OKUS...................................................... 3
Tabel 5.3 Blok wilayah tertentu KPHL Unit XVIII OKUS ................................ 5-2
Tabel 5.4 Kelas perusahaan yang akan direncanakan di KPHL Unit XVIII
OKUS .................................................................................................. 5-2
Tabel 5.5 Tata waktu kegiatan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu .............. 5-3
Tabel 5.6 Tata waktu kegiatan pemberdayaan masyarakat ................................. 5-6
Tabel 5.7 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pendukung Dalam Pemberdayaan
Masyarakat KPHL Unit XVIII OKUS Jangka 2020-2029 .................. 5-7
Tabel 5.8 Kondisi Kekritisan Lahan Areal KPHL Unit XVIII OKUS .............. 5-10
Tabel 5.9 Rencana Tata waktu kegiatan rehabilitasi lahan................................ 5-11
Tabel 5.10 Kelerengan pada KPHL Unit XVIII OKUS ...................................... 5-11
Tabel 5.11 Rencana Tata waktu kegiatan perlindungan dan konservasi alam. ... 5-13
Tabel 5.12 Rencana tata waktu kegiatan penyediaan dan peningkatan
kapasitas ............................................................................................ 5-15
Tabel 5.13 Rencana Tata waktu kegiatan penyediaan dana ................................ 5-17
Tabel 5.14 Pengembangan Data Base KPHL Unit XVIII OKUS Dalam
Mendukung Sistem Informasi Kehutanan berbasis web di Tingkat
KPH ................................................................................................... 5-19
Tabel 5.15 Pengembangan Data Base KPHL Unit XVIII OKUS Untuk
Mendukung Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak ............................ 5-20
Tabel 5.16 Kegiatan Pengembangan Data Base KPHL Unit XVIII OKUS ........ 5-21
Tabel 5.17 Rencana tata waktu kegiatan pengembangan Investasi ..................... 5-24
Tabel 5.18 Matriks Rencana Kegiatan KPHL Unit XVIII OKUS ........................ 5-1

viii
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
7 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi KPHL Unit XVIII OKUS ................... 2-8
Gambar 2.2 Peta blok penataan hutan KPHL Unit XVIII OKUS .................... 2-10
Gambar 2.3 Peta Tanah di wilayah KPHL Unit XVIII OKUS......................... 2-13
Gambar 2.4 Peta Lereng di wilayah KPHL Unit XVIII OKUS ....................... 2-14
Gambar 2.5 Peta Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS ........... 2-15
Gambar 2.6 Peta fungsi lahan KPHL Unit XVIII OKUS ................................. 2-16
Gambar 2.7 Peta Ketinggian Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS .................... 2-17
Gambar 2.8 Peta Kemiringan Lereng KPHL Unit XVIII OKUS .................... 2-19
Gambar 2.9 Peta Tanah KPHL Unit XVIII OKUS .......................................... 2-20
Gambar 2.10 Peta geologi KPHL Unit XVII OKUS .......................................... 2-22
Gambar 2.11 Peta Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS ........... 2-23
Gambar 2.12 Peta iklim areal KPHL Unit XVIII OKUS ................................... 2-24
Gambar 2.13 Peta DAS dan Sub DAS KPHL Unit XVIII OKUS ..................... 2-26
Gambar 2.14 Diagram jarak dan waktu aksesibilitas menuju KPHL Unit
XVIII OKUS ................................................................................. 2-29
Gambar 2.15 Peta Potensi dan Aksesibilitas KPHL Unit XVIII OKUS ............ 2-29
Gambar 2.16 Peta Kawasan Hutan TGHK I Prov. Sumatera Selatan ................ 2-30
Gambar 2.17 Peta RTRW Prov. Sumatera Selatan............................................. 2-31
Gambar 2.18 Peta Penutupan Lahan Tahun 2018 KPHL Unit XVIII OKUS
............................................................................................ 2-33
Gambar 2.19 Peta titik api akumulasi tahun 2000 sampai 2019 di wilayah
KPHL Unit XVIII OKUS ............................................................. 2-34
Gambar 2.20 INP untuk stadia pertumbuhan semai, pancang, tiang dan
pohon ............................................................................................ 2-36
Gambar 4.1 INP Tingkat Pohon ....................................................................... 4-62
Gambar 4.2 INP Tingkat Pancang .................................................................... 4-62
Gambar 4.3 INP Tingkat Tiang ........................................................................ 4-62
Gambar 4.4 INP Tingkat Semai........................................................................ 4-63
Gambar 4.5 Danau Rakihan di Desa Ulu Danau .............................................. 4-64
Gambar 4.6 Sumber Air Panas di Desa Ulu Danau .......................................... 4-64

ix
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
8 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Peta Wilayah …………………………………………………….. 9-2


Lampiran 1b Peta Wilayah Administrasi ……………………………………….. 9-3
Lampiran 2 Peta Tutupan Lahan………………………………………………... 9-4
Lampiran 3 Peta Daerah Aliran Sungai ………………………………………. 9-5
Lampiran 4 Peta Potensi dan Aksesibilitas Wilayah …………………………. 9-6
Lampiran 5 Peta Blok dan Petak Penataan Hutan …………………………… 9-7
Lampiran 6 Peta Penggunaan Lahan ………………………………………… 9-8
Lampiran 7 Peta Izin Pemanfaatan Hutan …………………………………… 9-9
Lampiran 8 Peta Tanah ……………………………………………………..9-10
Lampiran 9 Peta Iklim ……………………………………………………..9-11
Lampiran 10 Peta Geologi ……………………………………………………..9-12
Lampiran 11 Peta Ketinggian…………………………………………………….9-13
Lampiran 12 Peta Lereng ……………………………………………………..9-14
Lampiran 13 Peta Kekritisan …………………………………………………….9-15
Lampiran 14 Peta Wilayah Tertentu ……………………………………………9-16

x
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
1 BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Permasalahan terkait pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) khususnya


Kehutanan tak bisa dilepaskan dari kawasan hutan (Negara), yang sesuai dengan amanat
Undang-undang menjadi tanggung jawab Negara /Pemerintah untuk mengurusnya.
Dalam konteks pengelolaan, seluruh kawasan hutan di Indonesia dibagi dalam wilayah-
wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit manajemen. Dengan demikian,
segala macam isu kehutanan yang muncul akan bersentuhan dengan KPH. Isu-isu
kehutanan tersebut antara lain permasalahan konflik tenurial dalam kawasan hutan,
pemberdayaan masyarakat, kebakaran hutan, deforestasi dan degradasi hutan, illegal
logging, perambahan hutan, bencana banjir dan longsor, permasalahan hilangnya
biodiversity hutan.
Untuk kepentingan pengelolaan hutan agar terwujud keberlangsungan fungsi
ekonomi, lingkungan dan sosial, seluruh kawasan hutan dibagi menjadi unit-unit
kewilayahan dalam skala manajemen dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan atau
disebut dengan KPH (Pasal 17 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan). Dalam Undang-undang no 41 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No 6
tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah No 3 tahun 2008 tentang penyusunan tata hutan,
penyusunan perencanaan pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan, menjelaskan bahwa
kawasan hutan terbagi dalam kesatuan pengelolaan hutan (KPH) yang menjadi bagian
dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH, adalah wilayah
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara
efisien dan lestari. Yang dimaksud dengan wilayah pengelolaan adalah unit pengelolaan
hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efesien
dan lestari. KPH terbagi 3 fungsi pokok yaitu kesatuan pengelolaan hutan produksi
(KPHP), kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan kesatuan pengelolaan hutan
konservasi (KPHK).
Pembangunan KPH perlu disikapi dalam bentuk strategi, kebijakan, program dan
kegiatan yang sifatnya bukan dalam bentuk fisik di lapangan, melainkan upaya-upaya

8-1
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
untuk melaksanakan pelembagaan/institusionalisasi KPH sehingga menjadi agenda
pihak-pihak terkait. Membangun KPH adalah membangun kelembagaan, dalam
pengertian aturan main maupun organisasi. Membangun kelembagaan adalah
membangun barang publik (public good) sehingga permasalahannya terletak pada
kewenangan, kemampuan maupun kemauan politik lembaga-lembaga publik terkait, baik
secara sendiri-sendiri maupun kemampuannya untuk mengorganisasikan satu dengan
lainnya (Kartodhardjo, 2011).
Berdasarkan SK Menhut No. SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010
tentang penetapan KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Selatan dan SK Menhut No.
866/Menhut-II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Sumatera Selatan serta berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.454/Menlhk/Setjen/PLA.2/6/ 2016 tanggal
17 Juni 2016, luas KPHL Unit XVIII Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) adalah ±
53.418,65 Ha yang memiliki fungsi sebagai hutan lindung.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengelolaan hutan di tingkat tapak, agar dapat
berjalan dengan baik, efisien dan efektif, KPHL Unit XVIII OKUS diperlukan terlebih
dahulu penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahun) yang mengacu
pada P.6/Menhut-II/2010 dan Perdirjen Planologi Kehutanan P.5/VII-WP3H/2012.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPHL Unit XVIII OKUS bertujuan untuk
sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan KPH dalam waktu jangka
10 tahun

1.2 Tujuan Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS

Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHL Unit XVIII OKUS tahun
2020 hingga tahun 2029 adalah:
1. Meningkatnya kelestarian hutan untuk mengembalikan fungsi lindung hutan
melalui kelembagaan KPH yang mandiri.
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar wilayah KPH dalam pengelolaan
hutan.
3. Meningkatnya peran sektor kehutanan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten
OKUS.
4. Meningkatkan nilai tambah potensi ekonomi jasa lingkungan pada wilayah KPHL.
5. Meningkatkan nilai tambah potensi ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK).

8-2
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
6. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar wilayah KPHL.
7. Meningkatkan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan pada wilayah KPHL

1.3 Sasaran Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS

Sasaran yang ingin dicapai dalam Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS periode
2020 – 2029 adalah:
1. Terwujudnya kelembagaan KPHL Unit XVIII OKUS yang lebih mandiri.
2. Terwujudnya unit bisnis KPHL Unit XVIII OKUS berbasis HHBK, ekowisata
dan jasa lingkungan pada wilayah tertentu (air terjun, sumber air panas, air
minum dalam kemasan, kopi, lada, dan pinang) seluas ± 3,946.07 ha
3. Terwujudnya pengembangan wilayah tertentu yang produktif sebagai unit bisnis
KPHL.
4. Terwujudnya rehabilitasi hutan lahan kritis pola partisipasi masyarakat pada areal
kritis dan sangat kritis seluas ± 19.643.78 ha
5. Terwujudnya investasi pada wilayah tertentu dan unit bisnis KPHL berbasis
kemitraan.
6. Berpartisipasi dalam memberikan kontribusi sektor kehutanan yang signifikan
bagi pembangunan ekonomi daerah Kabupaten OKUS.
7. Terwujudnya partisipasi masyarakat dengan pengelola KPHL Unit XVIII OKUS
dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan.

1.4 Ruang Lingkup Pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS

Ruang lingkup pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS meliputi 2 aspek yaitu
aspek wilayah dan aspek kegiatan dalam rencana pengelolaan. Untuk ruang lingkup aspek
wilayah adalah dengan lingkup luasan ± 53.418,65 Ha sedangkan lingkup kegiatan yaitu
: inventarisasi dan penataan kawasan hutan secara berkala, pemanfaatan hutan pada
wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan, rehabilitasi
hutan dan lahan, perlindungan dan pengamanan hutan, konservasi sumberdaya alam,
koordinasi pemegang izin, peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan investasi,
pengembangan data base, pendanaan dan lainnya.

8-3
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
1.5 Batasan pengertian

1. Hutan adalah kesatuan ekosistem pada suatu hamparan lahan yang berisikan
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan dengan
alam lingkungannya, dimana antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
2. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi utama sebagai
pendukung kelestarian ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sebagai
pendukung bagi upaya optimalisasi fungsi sumberdaya buatan yang ada pada bagian
hilir DAS.
3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok memproduksi
Hasil hutan.
4. Hasil hutan adalah aneka produk berupa barang dan atau jasa yang diperoleh atau
berasal dari sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan dan atau diperdagangkan.
5. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daratan yang merupakan suatu kesatuan
ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melintasi daerah tersebut, yang
berfungsi untuk menampung dan menyimpan air hujan ataupun air yang berasal dari
sumber lainnya, serta mengalirkan air termaksud ke laut melalui badan-badan sungai.
6. Sub DAS adalah bagian wilayah dari DAS yang dibatasi oleh pemisah topografi
berupa punggung bukit yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak
sungai ke sungai utama.
7. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertaHankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
8. Kehutanan adalah sistem pengurusan hutan, kawasan hutan, dan Hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu.
9. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, jenis dan taHapan kegiatan,
serta penentuan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan, yang
diHarapkan dapat mendasari dan sekaligus menjadi pedoman dan pemberi arah bagi
penyelenggaraan kehutanan sehingga sumberdaya hutan dapat didayagunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, secara berkeadilan dan berkelanjutan.
10. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya yang diHarapkan dapat mendukung dan atau
menjamin pengelolaan sumberdaya hutan secara efisien dan lestari.
11. Arahan Pencadangan KPH adalah suatu kebijakan yang diwujudkan melalui surat
keputusan dan peta pencadangan KPH, yang ditetapkan oleh Kepala Badan

8-4
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Planologi Kehutanan a.n. Menteri Kehutanan berdasarkan Hasil pengkajian Rancang
Bangun KPH dengan memperhatikan kriteria dan standar pembentukan KPH.
12. Pembentukan KPH adalah proses pengembangan kesepahaman dan kesepakatan
pihak-pihak terkait dalam hal penjabaran arahan pencadangan KPH ke dalam unit
pengelolaan hutan pada suatu wilayah, yang dapat meliputi satu wilayah
kabupaten/kota tertentu, ataupun meliputi wilayah beberapa kabupaten/kota, yang
hasilnya dituangkan dalam bentuk buku dan peta KPHP.
13. Penetapan KPH adalah rangkaian akhir dari pembentukan KPH berupa pengesahan
KPH oleh Menteri Kehutanan.
14. Rancang Bangun KPH adalah rancangan makro KPH yang memuat Hasil identifikasi
dan delinasi areal yang akan dibentuk menjadi KPH dalam bentuk buku dan peta.
15. Komoditas komersial kehutanan adalah Hasil-Hasil hutan yang memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif untuk diusaHakan atau dimanfaatkan sebagai
komoditas bisnis berbasis kehutanan.
16. Komoditas unggulan kehutanan adalah produk kehutanan yang mampu bersaing
dengan komoditas serupa yang berasal dari provinsi atau negara lain, baik pada pasar
nasional maupun pada pasar internasional.
17. Komoditas andalan kehutanan adalah produk kehutanan yang dapat dikelola dan
lebih dikembangkan menjadi kekuatan utama untuk mendukung pertumbuhan
wilayah, yang dicirikan oleh daya serap tenaga kerja yang relatif tinggi, kontribusi
terhadap pendapatan daerah yang relatif besar, serta daya mengangkat atau daya
dorong terhadap pertumbuhan sektor non kehutanan yang relatif kuat.
18. Konservasi adalah upaya mempertahankan, meningkatkan dan atau mengembalikan
daya dukung laHan hutan, untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat laHan
hutan yang bersangkutan, melalui pemanfaatan secara bijaksana.
19. Perlindungan dan Pengamanan Hutan adalah upaya-upaya untuk melindungi dan
mengamankan sumberdaya hutan dari berbagai gangguan seperti, kebakaran hutan,
serangan hama dan penyakit, perambahan dan pencurian hasil hutan, perburuan liar,
dan lain-lain.
20. Kemitraan adalah suatu kerjasama yang sinergis diantara para pemangku
kepentingan yang didasari prinsip-prinsip : saling ketergantungan, saling
membutuhkan, saling mempercayai, saling mendukung dan saling melindungi, demi
terwujudnya tujuan dan sasaran pengembangan.

8-5
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
21. Jejaring adalah sistem komunikasi yang dikembangkan dan memungkinkan semua
stakeholder untuk saling berinteraksi (bertukar informasi) secara langsung ataupun
tidak langsung, dengan menggunakan beragam media (multi-media), dalam
kedudukan yang setara atas dasar saling membutuhkan dan saling ketergantungan.
22. Masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat di dalam suatu kawasan geografis
tertentu, meliputi penduduk asli atau penduduk tradisional dan para pendatang yang
melakukan pemukiman swakarsa.
23. Stakeholders adalah pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan suatu program atau kegiatan.
24. Peran multipihak adalah fungsi, kedudukan dan tugas yang seHarusnya diemban
oleh masing-masing stakeholder dalam kaitan dengan pembentukan dan
pengembangan KPH.
25. Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) adalah segala upaya yang ditujukan
untuk peningkatan mutu, baik dalam kualifikasi maupun produktivitas SDM, pada
hakekatnya diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat.
26. Pengusahaan hutan adalah upaya pemanfaatan sumberdaya hutan berdasarkan azas
kelestarian fungsi dan azas yang meliputi penanaman, pemeliHaraan dan
pengamanan, pemanenan hasil, serta pengolahan dan pemasaran hasil hutan.
27. Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya-upaya pemulihan, dan peningkatan
fungsi lahan dan hutan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap berjalan.
28. Social forestry adalah sistem pengelolaan kawasan hutan negara dan atau hutan Hak,
melalui pelibatan masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam
rangka peningkatan kesejahteraan mereka dan perwujudan kelestarian hutan.
29. Wilayah pengelolaan hutan pada tingkat kabupaten/kota adalah himpunan unit-unit
pengelolaan hutan di wilayah kabupaten/kota.
30. Wilayah pengelolaan hutan pada tingkat provinsi adalah himpunan wilayah-wilayah
pengelolaan hutan pada tingkat kabupaten/kota dan unit pengelolaan hutan lintas
kabupaten/kota dalam satu provinsi.
31. Wilayah tertentu antara lain adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya berada diluar
areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

8-6
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2 BAB II. Deskripsi Kawasan

2.1 Risalah Wilayah

2.1.1 Letak, Luas dan Batas KPHL

Berdasarkan Peta Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS sesuai SK Menteri


Kehutanan Nomor : 76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010 tentang penetapan
KPHL dan KPHL Provinsi Sumatera Selatan dan SK Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor : SK. 454/MenLHK/Setjen/PLA.2 /6/2016 tanggal 17 Juni 2016,
KPHL Unit XVIII OKUS Secara geografis KPHL ini terletak antara 103°24'26" sampai
dengan 103°57’05" Bujur Timur dan 04°13’52" sampai dengan 04°30'02" Lintang
Selatan, secara administratif terletak dalam wilayah administrasi kabupaten Kabupaten
Ogan Komering Selatan dan oleh sebab itu maka KPHL ini diberi nama “KPHL Unit
XVIII OKUS”. Berdasarkan data administrasi Kehutanan KPHL Unit XVIII OKUS
berada dalam wilayah kerja UPTD KPH Wilayah VII Mekakau Saka, Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan.
Luas wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010
tentang penetapan KPHL dan KPHL Provinsi Sumatera Selatan dan SK Menhut No.
866/Menhut-II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Sumatera Selatan serta berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.454/Menlhk/Setjen/PLA.2/6/ 2016 tanggal
17 Juni 2016, KPHL Unit XVIII OKUS adalah ± 53.418,65 Ha yang memiliki fungsi
sebagai hutan lindung.
Batas-batas wilayah KPHL Unit XVIII OKUS adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara : KPHL Ogan Ulu
- Sebelah selatan : areal APL di wilayah Kecamatan Sungai Are, Kecamatan
Sindang Danau, Kecamatan Pulau Beringin, Kecamatan Muaradua Kisam dan
Kecamatan Runjung Agung
- Sebelah timur : KPHL Bukit Nanti
- Sebelah barat : KPHL Kaur Provinsi Bengkulu

2-7
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Secara administrasi pemerintahan, wilayah KPHL Unit XVIII OKUS ini terletak
dalam 7 (tujuh) wilayah kecamatan, yaitu di Kec. Kisam Ilir, Pulau Beringin, Kec. Sungai
Are, Kec. Runjung Agung, Kec. Kisam Tinggi, Kec. Sindang Danau dan Kec. Muaradua
Kisam Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan sebagaimana
tertera pada Tabel 2-1 dan peta pada Gambar 2-1.

Tabel 2.1
Sebaran Wilayah Administrasi Pada Wilayah KPHL
Unit XVIII OKUS
No Kecamatan Luas (Ha) Persentase
1 Kisam Ilir 338.24 0.63
2 Kisam Tinggi 7,740.44 14.49
3 Muaradua Kisam 14,528.78 27.20
4 Pulau Beringin 3,663.92 6.86
5 Runjung Agung 2,557.72 4.79
6 Sindang Danau 14,555.65 27.25
7 Sungai Are 10,033.89 18.78
Jumlah 53,418.65 100.00
Sumber : Analisis spasial (2019) dan Peta adminsitrasi Prov. Sumatera Selatan 2011

Berdasarkan data pada Tabel 2-2, dapat dilihat bahwa wilayah kecamatan yang
paling luas porsinya di dalam areal KPHL ini adalah Kecamatan Sindang Danau dan
Kecamatan Muaradua Kisam.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi KPHL Unit XVIII OKUS

2-8
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.1.2 Pembagian Blok dan kondisinya pada Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS

Pembagian blok pada Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS dilakukan dengan
memperhatikan: karakteristik biofisik lapangan; interaksi antara masyarakat dengan
kawasan; kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar; potensi sumberdaya alam; dan
keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
Pembagian blok juga mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan sebagaimana
diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan
Tingkat Provinsi (RKTP dan fungsi kawasan hutan. Peta pembagian blok Wilayah KPHL
Unit XVIII OKUS disajikan pada Lampiran 2.
Blok inti adalah kawasan yang akan dikelola sebagai wilayah yang dilindungi dan
menjalanan fungsinya sebagai pelindung untuk wilayah-wilayah di bagian bawah atau
hilirnya, sedangkan blok pemanfaatan adalah wilayah yang dapat dimanfaatkan secara
terbatas, yaitu untuk hasil hutan non kayu atau jasa lingkungan, disebabkan tutupan
lahannya yang sudah terdegradasi dan terlanjur dirambah oleh masyarakat. Pembagian
blok pada KPHL Unit XVIII OKUS ini disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Pembagian Blok Penataan Hutan KPHL Unit XVIII OKUS
No Penataan Hutan Kode blok Persentase Keterangan
Wilayah yang mempunyai
tutupan lahan berupa
1 Blok Inti (T) 28.696,02 53,72
hutan dengan tutupan yang
masih lebat
Wilayah yang tutupan
2 Blok Pemanfaatan (M) 24.722,63 46,28 lahannya berupa semak
belukar atau kebun
Jumlah 53.418,65 100,00
Sumber: Analisis spasial (2019)
Pembagian Blok ini juga telah mengacu pada petunjuk teknis penyusunan tata
hutan dan Rencana Pengelolaan KPH di mana pada wilayah KPHL yang kawasan
hutannya berfungsi HP, : wisata alam, potensi hasil hutan non kayu dapat terdiri atas satu
Blok atau lebih.

2-9
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 2.2 Peta blok penataan hutan KPHL Unit XVIII OKUS

Untuk mewujudkan kelembagaan KPHLUnit XVIII OKUS memiliki core bisnis


sendiri menuju kemandirian, maka beberapa wilayah KPHL yang belum ada perizinan
pemanfaatan dapat dijadikan wilayah tertentu yang dikelola KPHL sebagai sumber bisnis
kehutanan dapat dengan cara pola kemitraan dengan kelompok masyarakat atau investor.
Wilayah tertentu antara lain adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya berada diluar areal
ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Blok pemanfaatan dan Blok Inti terdapat di beberapa Kecamatan seperti
kecamatan Kisam Ilir, Kisam Tinggi, Muaradua Kisam, Pulau Beringin Runjung Agung
Sindang Danau, dan Sungai Are, dengan total luasan 53.418,65 Ha. Luas blok penataan
hutan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

2-10
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.3
Luas Blok Penataan Hutan KPHL Unit XVIII OKUS
Menurut Wilayah Administrasi
No Kecamatan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Kisam Ilir 338,24 338,24
2 Kisam Tinggi 6.602,37 1.138,07 7.740,44
3 Muaradua Kisam 2.554,79 11.973,99 14.528,78
4 Pulau Beringin 2.076,58 1.587,34 3.663,92
5 Runjung Agung 2.531,41 26,31 2.557,72
6 Sindang Darat 5.435,19 9.120,46 14.555,65
7 Sungai Are 5.184,06 4.849,84 10.033,89
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65
Sumber: Analisis spasial (2019)

Walaupun KPHL sebenarnya dapat mempunyai fungsi produksi, namun pada


KPHL Unit XVIII OKUS, semua wilayahnya mempunyai fungsi lindung. Karena itu
kedua blok mutlak mempunyai fungsi lindung, tidak ada fungsi lainnya sesuai Keputusan
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Nomor SK.1853/MenLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/2017.
Sebaran data yang tertera pada Tabel 2-3 memastikan bahwa wilayah dengan
tutupan hutan primer hampir seluruhnya sudah dilindungi dengan menjadikannya sebagai
blok inti dalam penataan hutan. Akan tetapi tidak seluruh blok inti merupakan hutan
primer, ada yang merupakan belukar dan pertanian lahan kering campur semak serta tanah
terbuka. Namun jumlah luas lahan pertanian dalam blok inti tidak lebih dari 100 hektare.
Adanya lahan pertanian di dalam blok inti disebabkan karena areal pertanian tersebut
terletak jauh di tengah hutan yang tutupannya lebat.
Blok pemanfaatan umumnya terdiri dari tutupan lahan berupa pertanian lahan
kering, pertanian lahan kering campur semak dan belukar serta hutan sekunder.

Tabel 2.4
Kondisi Penutupan Lahan pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS
No Tutupan lahan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Belukar 4.705,22 56,26 4.761,49
2 Hutan primer 2,00 27.961,36 27.963,35
3 Hutan Sekunder 2.355,05 569,64 2.924,69
4 Pertanian lahan kering 10.140,32 7,30 10.147,61
5 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 7.230,31 96,19 7.326,50
6 Sawah 147,79 147,79
7 Tanah terbuka 141,95 5,27 147,22
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65
Sumber: Analisis spasial (2019)

2-11
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil penafsiran Citra Landsat 8 tahun
2018 yang di overlay-kan dengan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi perairan Provinsi
Sumatera Selatan (Nomor SK.454/MENLHK/SETJEN/PLA.2/6 /2016 tanggal 17 Juni
2016),diketahui bahwa keadaan hutan di wilayah KPHL Unit XVIII OKUS sebagian
besar sudah berubah menjadi pertanian lahan kering yaitu seluas 10.140 Ha yang ada di
Blok Pemanfaatan dan sedangkan pada Blok Inti tutupan lahan terbesar berada di Hutan
primer yaitu seluas 27.961,36 Ha.
Berdasarkan peta Tanah Eksplorasi Sumatera Bagian Selatan Skala 1:1.000.000
(Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 1964), jenis tanah di wilayah KPHL Unit XVIII
OKUS secara umum disajikan sebagaimana pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.3

Tabel 2.5
Kondisi Jenis Tanah pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS
No Jenis tanah Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 A. Andosol Coklat&Regosol 4.172,42 7.702,55 11.874,98
2 A. Latosol Cokl & Litosol 2.834,38 2.834,38
3 A. Podsolik Coklat Kuning&Hidromorf 3.679,46 344,14 4.023,60
4 Kom.Lat.Cokmer.& Podmeku 947,34 947,34
5 Kom.Podcok&Regosol Cokun 9.893,23 13.688,91 23.582,14
6 Latosol Coklat 3.190,28 4.010,00 7.200,28
7 Podsolik Coklat Kemerahan 81,33 81,33
8 Regosol Kelabu 2.758,58 116,02 2.874,60
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65

Jenis tanah yang mendominasi pada Blok Pemanfaatan dan Blok Inti adalah
kom.podcok dan regosol cokun dengan luasan 9.893,23 Ha.

2-12
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 2.3 Peta Tanah di wilayah KPHL Unit XVIII OKUS

Berdasarkan Peta Kelerengan Provinsi Sumatera Selatan Skala 1:500.000 dan


pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa kawasan hutan KPHL Unit XVIII
OKUSdan desa contoh mempunyai topografi bergelombang sampai sangat curam dengan
kelerengan antara 8% sampai diatas 45%.
Sedangkan berdasarkan data ketinggian dari permukaan laut, kawasan
hutanKPHL Unit XVIII OKUS dan desa contoh berada pada ketinggian antara 325 meter
sampai dengan diatas 2.000 meter dari permukaan laut. Di dalam dan di sekitar desa di
kawasan KPHL Unit XVIII OKUS terdapat sungai-sungai diantaranya Air Gilas, Air
Bapanan, Air Lam dan Air Derai. Peta kelas lereng dan peta kelas topografi di wilayah
KPHL Unit XVIII OKUS disajikan sebagaimana Gambar 2.4 dan Tabel 2.6.

2-13
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 2.4 Peta Lereng di wilayah KPHL Unit XVIII OKUS
Tabel 2.6
Kondisi Kemiringan Lereng pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS
No Kemiringan lereng Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Datar 272,81 68,18 340,99
2 Landai 1.380,42 492,65 1.873,07
3 Agak curam 3.845,68 2.147,47 5.993,14
4 Curam 9.105,98 6.220,11 15.326,08
5 Sangat curam 10.117,75 19.767,62 29.885,37
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65

Berdasarkan Peta Ikhtisar Geologi Sumatera Bagian Selatan skala


1:1.000.000 (Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 1970), geologi wilayah KPHL Unit
XVIII OKUS mempunyai struktur geologi yaitu pada Tabel 2.7.

2-14
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.7
Kondisi Kemiringan Lereng pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS
No Formasi geologi Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Vulkanik Dempo 3.756,26 6.265,61 10.021,87
2 Plutonik Garba 6,78 6,78
3 Granit 480,91 480,91
4 Formasi Hulusimpang 824,89 1.194,34 2.019,23
5 Formasi Kikim 3.086,87 45,00 3.131,88
6 Formasi Lakitan 126,03 126,03
7 Vulkanik kuarter 14.058,66 20.178,08 34.236,75
8 Formasi Seblat 2.861,21 521,61 3.382,82
9 Formasi Situlanglang 1,92 10,47 12,39
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65

Kondisi kekritisan lahan disajikan pada Tabel 2.8. Tabel tersebut menunjukan
bahwa hanya 2.012 Ha yang berada dalam kondisi sangat kritis yaitu ditemukan pada
blok pemanfaatan. Sedangan lahan dalam kondisi sangat kritis pada blok inti seluas 1.373
Ha. Pada kondisi kekeritisan lahan yang terbesar berada pada kategori agak kritis dengan
15.041 Ha pada Blok Pemanfaatan dan 10.665 pada Blok Inti.

Gambar 2.5 Peta Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS

2-15
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.8
Kondisi Kekritisan Lahan pada Masing-Masing Blok KPHL
Unit XVIII OKUS
No Kekritisan lahan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Tidak Kritis 0,96 41,14 42,10
2 Potensial Kritis 2.201,44 5.824,40 8.025,85
3 Agak Kritis 15.041,06 10.665,85 25.706,92
4 Kritis 5.466,70 10.791,49 16.258,19
5 Sangat Kritis 2.012,46 1.373,13 3.385,59
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65

2.2 Kondisi fisik Kawasan KPHL Unit XVIII OKUS

2.2.1 Fungsi kawasan

Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS, berdasarkan fungsinya menurut peta kawasan
hutan Provinsi Sumatera Selatan (Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Lingkungan
Hidup Nomor SK.1853/MenLHK-PKTL/KUH/PLA.2/2017 tentang pemutakhiran
kawasan hutan) semuanya merupakan fungsi lindung. Hutan dengan fungsi lindung
bertujuan untuk dijadikan pelindung terhadap wilayah atau ekosistem tertentu yang ada
di sekitarnya. Artinya bahwa kegiatan melindungi hutan lindung bukan sekedar untuk
menjaga hutan itu sendiri, melainkan ada akibat lain yang akan terdampak, bila fungsi
lindungnya sudah tidak berjalan lagi.

Gambar 2.6 Peta fungsi lahan KPHL Unit XVIII OKUS

2-16
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.2.2 Kondisi Topografi

Berdasarkan analisis kelerengan terhadap Digital Elevation Model (DEM)


Nasional resolusi 8 meter dari website DEMNAS BIG Tahun 2018, maka areal KPHL
Unit XVIII OKUS terletak pada ketinggian berkisar dari 294 m dari permukaan laut (dpl)
sampai ketinggian 2.627 m dpl, yaitu sebagaimana digambarkan pada Gambar 2.7dan
Tabel 2.9.
Berdasarkan data pada Tabel 2.9 dapat diketahui bahwa sebaran ketinggian yang
paling banyak adalah antara ketinggian 800 sampai 1800 m dpl. Areal yang tinggi terletak
di bagian utara serta timur laut, karena itu sebagian besar wilayah KPHL ini merupakan
lereng yang menghadap ke selatan dan barat daya.
Jika pengelompokan ketinggian wilayah didasarkan kriteria penamaan dataran
rendah dan dataran tinggi maka areal KPHL ini sebagian besar wilayahnya (84,19%)
terletak di ketinggian lebih dari 700 m dpl dan hanya 15,8% saja yang merupakan dataran
rendah, pembagian ini dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Sumber : Olahan DEMNAS Res 8m BIG (2018)


Gambar 2.7 Peta Ketinggian Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS

2-17
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.9
Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Menurut Ketinggian
No Ketinggian (m dpl) Luas (Ha) Persentase
1 294 - 400 851.63 1.59
2 400 - 600 4,830.11 9.04
3 600 - 800 5,349.68 10.01
4 800 - 1000 7,408.09 13.87
5 1000 - 1200 9,353.10 17.51
6 1200 - 1400 8,004.96 14.99
7 1400 - 1600 8,665.09 16.22
8 1600 - 1800 5,622.12 10.52
9 1800 - 2000 2,175.66 4.07
10 2000 - 2200 693.35 1.30
11 2200 - 2400 401.48 0.75
12 2400 - 2600 60.71 0.11
13 2600 - 2627 2.66 0.00
Jumlah 53,418.65 100.00
Sumber: Analisis spasial (2019)
Tabel 2.10
Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Berdasarkan Kategori Dataran Tinggi atau
Dataran Rendah
No Ketinggian Luas (Ha) Persentase
1 Dataran rendah (<700 m dpl) 8,444 15.81
2 Dataran tinggi (>700 m dpl) 44,975 84.19
53,418.65 100.00
Sumber: Analisis spasial (2019)
Bila dilihat dari segi kemiringan lerengnya, maka areal KPHL Unit XVIII OKUS
sebagian besar merupakan lahan dengan kategori curam (28,68%) sampai sangat curam
(55,98 %) dan hanya sebagian kecil yang merupakan areal kategori datar dan landai. Areal
datar dan landai terletak di bagian timur dan tengah, sedangkan yang curam sampai sangat
curam tersebar di bagian utara dan barat. Rincian kondisi kelerangan di wilayah KPHL
Unit XVIII OKUS disajikan pada Tabel 2-11.

2-18
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.11
Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Menurut Kemiringan Lahan
No Kemiringan lereng Kode Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Datar D 272.81 68.18 340.99
2 Landai L 1,380.42 492.65 1,873.07
3 Agak curam AC 3,845.68 2,147.47 5,993.14
4 Curam C 9,105.98 6,220.11 15,326.08
5 Sangat curam SC 10,117.75 19,767.62 29,885.37
Jumlah 24,722.63 28,696.02 53,418.65
Sumber : Olahan DEM NAS Resolusi 8 m, BIG, 2018

Gambar 2.8 Peta Kemiringan Lereng KPHL Unit XVIII OKUS

Peta Kemiringan Lereng pada Gambar 2-8 menjelaskan bahwa topografi yang
datar (0 - 8%) dan landai (18-15%) hanya terletak di sekitar sungai atau anak sungai.
Sedangkan sebagian besar areal KPHL berupa lahan dengan kemiringan lereng pada
kategori curam dan sangat curam, karena itu maka areal ini sesuai dijadikan hutan
lindung.

2-19
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.2.3 Jenis Tanah

Berdasarkan kajian atas Peta jenis tanah dari Pusat Penelitian tanah dan
Agroklimat (Bogor, 1989) maka penyebaran kelompok tanah dalam areal KPHL Unit
XVIII OKUS dapat digambarkan sebagaimana peta pada Gambar 2-9 dan luasnya
disajikan pada Tabel 2-12.

Sumber : Peta sistem lahan lembar, 1990

Gambar 2.9 Peta Tanah KPHL Unit XVIII OKUS

Tabel 2.12
Luas KPHL Unit XVIII OKUS berdasarkan ordo dan kelompok tanah
No Jenis tanah Kode Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 A. Andosol Coklat&Regosol AAR 4,172.42 7,702.55 11,874.98
2 A. Latosol Cokl & Litosol ALL 2,834.38 2,834.38
3 A. Podsolik Coklat Kuning&Hidromorf APH 3,679.46 344.14 4,023.60
4 Kom.Lat.Cokmer.& Podmeku KLP 947.34 947.34
5 Kom.Podcok&Regosol Cokun KPR 9,893.23 13,688.91 23,582.14
6 Latosol Coklat LS 3,190.28 4,010.00 7,200.28
7 Podsolik Coklat Kemerahan PCK 81.33 81.33
8 Regosol Kelabu RK 2,758.58 116.02 2,874.60
Jumlah 24,722.63 28,696.02 53,418.65

Keterangan : Olahan peta sistem lahan lembar 0914, RePPProT, 1990

2-20
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Sebahagian besar areal KPHL Unit XVIII OKUS terdiri dari tanah Podzolik.
Tanah jenis ini sama dengan tanah Ultisols menurut klasifikasi USDA. Tanah ini
merupakan tanah tua yang proses pelapukannya sudah lanjut. Tanah ini dicirikan dengan
adanya penumpukan liat pada bagian bawah, disebabkan lamanya proses pencucian oleh
curah hujan sehingga menyebabkan terakumulasinya partikel halus tanah di lapisan
bagian bawah. Tanah jenis ini biasanya kurang subur, karena kebanyakan unsur haranya
juga sudah terbawa oleh aliran air.
Tanah latosol merupakan tanah yang mempunyai tingkat perkembangan
menengah. Tanah ini lebih tua dari tanah andosol (tanah muda) tapi lebih muda dari pada
tanah podzolik. Jika tanah muda merupakan tanah yang masih mengandung banyak
mineral yang berasal dari bahan induknya dan mineral tersebut ada di lapisan dekat
permukaan. Sebaliknya tanah tua sudah banyak kehilangan mineral tersebut dan
menumpukkan partikel halus (liat) pada suatu lapisan di kedalaman tertentu di bawah
permukaan

2.2.4 Formasi Geologi

Secara umum, hasil overlay areal KPHL dengan peta geologi menunjukkan bahwa
wilayah KPHL Unit XVIII OKUS terbentuk dari sejumlah formasi batuan sebagaimana
tertera pada tabel 3-6, namun yang dominan luasnya hanya beberapa formasi yaitu:
Quarternary Volcanic (64,09%), Dempo Volcanics (18,76%), Perincian luas dari masing-
masing formasi dapat disajikan pada Tabel 2-13.

Tabel 2.13
Perubahan luas tutupan lahan hutan di Provinsi Sumatera Selatan
No Formasi geologi Kode Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Vulkanik Dempo G Dempo 3,756.26 6,265.61 10,021.87
2 Plutonik Garba P Garba 6.78 6.78
3 Granit Granit 480.91 480.91
4 Formasi Hulusimpang fHS 824.89 1,194.34 2,019.23
5 Formasi Kikim fKikim 3,086.87 45.00 3,131.88
6 Formasi Lakitan fLK 126.03 126.03
7 Vulkanik kuarter VK 14,058.66 20,178.08 34,236.75
8 Formasi Seblat fSb 2,861.21 521.61 3,382.82
9 Formasi Situlanglang fSL 1.92 10.47 12.39
Jumlah 24,722.63 28,696.02 53,418.65

Sumber : Olahan peta geologi lembar0914 PPPG, 1994

2-21
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Quarternary Volcanic adalah gunung api yang aktif pada zaman kuarter (2,5
milyar tahun yang lalu) yaitu berupa lava, tuf dan breksi gunung api bersusunan andesit-
basal yang berasal dari Gunung Punggur.

Sumber : Peta geologi lembar 0911dan 1014, PPPG, 1994

Gambar 2.10 Peta geologi KPHL Unit XVII OKUS

2.2.5 Kekritisan Lahan

Hasil overlay areal KPHL Unit XVIII OKUS dengan peta kekritisan lahan yang
dikeluarkan oleh Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
(BPDASHL) Musi menunjukkan bahwa kondisi lahan KPHL Unit XVIII OKUS hampir
separoh dari total luasnya berada dalam kondisi agak kritis (48,12%), kritis (30,42%) dan
sangat kritis (6,34%). Hanya sebagian kecil yang tidak kritis, selebihnya termasuk
kategori potensial kritis dan agak kritis. Selengkapnya, data kekritisan dan sebaran areal
kritis pada KPHL Unit XVIII OKUS dapat dilihat pada Tabel 2-14 dan peta pada Gambar
2-11.
Tingkat kekritisan lahan merupakan akumulasi dari beberapa aspek, diantaranya
fungsi lahan, kemiringan lahan, tutupan lahan, erosi dan produktivitas. Tingginya skala
kekritisan lahan pada beberapa bagian areal KPHL UNIT XVIII OKUS ini lebih
disebabkan oleh faktor kondisi penutupan lahan dan kemiringan lereng.

2-22
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Sumber : Peta kekritisan lahan BDDAS Batanghari 2016

Gambar 2.11 Peta Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS
Tabel 2.14
Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS Menurut Tingkat Kekritisan Lahan
No Kekritisan lahan Luas (Ha) Persentase
1 Tidak Kritis 42,10 0,08
2 Potensial Kritis 8.025,85 15,02
3 Agak Kritis 25.706,92 48,12
4 Kritis 16.258,19 30,44
5 Sangat Kritis 3.385,59 6,34
Jumlah 53.418,65 100,00
Sumber : Olahan peta kekritisan lahan BDDASHL Musi 2016

2-23
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.2.6 Iklim

Wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan secara umum beriklim tropis,
yang dipengaruhi oleh angin musim. Sebagai daerah tropis, di sini terdapat musim
kemarau pada sekitar bulan Juni–Agustus dan musim hujan sekitar bulan September–Juni
tahun berikutnya. Di bagian Timur dan Utara Kabupaten OKUS merupakan daratan
rendah dengan temperatur 30°C, sedangkan bagian Barat adalah termasuk dalam deretan
pegunungan Bukit Barisan yang temperaturnya maksimum 28°C. Iklim Kabupaten
OKUS bertipe A (Smitch Ferguson) dengan curah hujan pada daratan rendah berkisar
antara 2.200 mm sampai 3.200 mm, sedangkan pada daerah perbukitan curah hujan antara
1.600 mm sampai 3.600 mm per tahun.
Sebaran intensitas curah hujan bulanan secara spasial di dalam dan sekitar areal
KPHL Unit XVIII OKUS dapat dilihat dari garis isohyet pada peta dalam Gambar 2-12.
Peta menggambarkan perbedaan intensitas curah hujan antara di bagian timur dan bagian
barat dimana di bagian timur cenderung mempunyai curah hujan yang lebih rendah dari
pada bagian barat.

Gambar 2.12 Peta iklim areal KPHL Unit XVIII OKUS

2-24
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.15
Data Curah Hujan pada KPHL Unit XVIII OKUS
No Bulan Curah Hujan Hari Hujan
1 Januari 139 18
2 Februari - -
3 Maret 164 15
4 April 117 4
5 Mei - -
6 Juni 352 18
7 Juli - -
8 Agustus 63 1
9 September 66 4
10 Oktober - -
11 Nopember - -
12 Desember - -
.

2.2.7 Wilayah Daerah Sungai (DAS)

KPHL Unit XVIII OKUS merupakan bagian wilayah dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) Musi Hulu. bila berdasarkan pengelompokan dan penamaan DAS oleh
BPDASHL, Namun secara factual, DAS Musi hulu terdiri dari banyak sub DAS, sub sub
DAS dan mikro DAS. Jika adalah nama untuk suatu wilayah tanggapan sungai yang
mengalirkan airnya ke laut, maka Sub DAS adalah tangkapan sungai yang mengalirkan
airnya ke dalam suatu sungai yang memiliki DAS. Jadi sub DAS adalah bagian dari DAS
dan dapat terdiri dari terdiri dari sub sub DAS. Setiap sub sub DAS terbagi atas mikro
DAS dan setiap mikro DAS merupakan kumpulan dari sub mikro DAS. Menurut
pembagian DAS, kawasan hutan KPHL Unit XVIII OKUS termasuk DAS Musi dengan
Sub DAS Komering, Sub DAS Lematang, dan Sub DAS Ogan.
Danau Rakihan di Desa Ulu Danau menjadi salah satu bagian dari tata air di
KPHL Unit XVIII OKUS. Sungai yang ada di sekitar KPHL Unit XVIII OKUS
diantaranya Sungai Luas, Air luas Kanan, Air Luas Kiri, Air luluan, Air Kemu, Air gilas,
dan Air Berangsang.

2-25
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Sumber : Analisis hidrologi terhadap DEMNAS BIG (2018)

Gambar 2.13 Peta DAS dan Sub DAS KPHL Unit XVIII OKUS
Tabel 2.16
Luas Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS menurut sub/mikro DAS
No DAS/sub DAS Luas (Ha) Persentase
1 Sub DAS Komering 6.689,69 12,52
2 Sub DAS Luas 24.063,27 45,05
3 Sub sub DAS Lam 1.784,63 3,34
4 Sub sub DAS Maleki 7.117,71 13,32
5 Sub sub DAS Ogan Kiri 7.509,21 14,06
6 Sub sub DAS Saka 6.254,13 11,71
Jumlah 53.418,65 100,00
Sumber : Olahan DEM SRTM (2000) dan RBI skala 1: 50.000 (2016)
Keadaan hidrologi umumnya berpengaruh secara langsung terhadap sumber daya
lahan dan potensi yang dimiliki. Kerusakan pada suatu bagian dari wilayah DAS atau sub
DAS maka akan terlihat dampaknya pada sungai atau anak sungai yang memiliki wilayah
DAS tersebut. Sehingga kondisi sumber daya dan tutupan lahan yang ada di wilayah
KPHL Unit XVIII OKUS akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas aliran air sungai
yang ada di dalam wilayah KPHL ini

2-26
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.2.8 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju wilayah KPHL Unit XVIII OKUS dapat ditempuh melalui
jalan darat menggunakan mobil dari Palembang ke Kota Muara dua selama ± 8 jam
kemudian dari Muara dua menuju desa-desa yang berada di sekitar KPHL Unit XVIII
OKUS dapat menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Seluruh jalan sudah
diaspal meskipun dibeberapa tempat ada yang diperbaiki oleh masyarakat secara
swadaya. Jarak tempuh dari Muara Dua ke desa-desa sekitar wilayah KPHL Unit XVIII
OKUS selama ± 2 s.d 3 jam dengan jarak berkisar antara 15 sampai dengan 40 km.Jalan
mempunyai peranan yang cukup penting sebagai sarana untuk memperlancar aktivitas
perekonomian, pembangunan dan stabilitas sosial, sehingga kondisi jalan menjadi bagian
yang perlu diperhatikan. Peta aksesibilitas wilayah KPHL Unit XVIII OKUS disajikan
pada lampiran.
Akses menuju Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS dapat ditempuh melalui jalur
selatan yaitu melalui beberapa desa seperti Desa Aromantai, Desa Ulu Danau, Desa
Guntung Jaya, dan lain-lain di Kecamatan Pulau Beringin, Sindang Danau dan Sungai
Are dengan waktu tempuh 2 sampai 3 jam perjalanan dari Kota Muaradua, Ibu Kota
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, menggunakan kendaraan darat roda empat.
Pilihan lain adalah melalui jalur utara melalui Simpang Tinga, Air Alun, Bayus tengah
dan lain-lain desa di Kecamatan Kisam Tinggi dan Muaradua Kisam dan Kecamatan
Runjung Agung, dengan waktu tempuh 1 sampai 2 jam perjalanan darat dari ibu kota
Kabupaten OKUS. Namun, karena kondisi jalannya yang tidak terlalu baik, maka hanya
kendaran 4WD yang sebaiknya digunakan melalui rute ini.
Ibukota Kabupaten OKUS sendiri terletak di ujung sebelah Selatan Provinsi
Sumatera Selatan. Jarak antara ibukota Provinsi (kota Palembang) dengan dengan ibukota
Kabupaten OKUS (kota Muaradua) sekitar 264 km. Kedua kota tersebut telah terhubung
dengan jalan raya beraspal. Perjalanan dari Palembang menuju ke Muaradua dapat
ditempuh dalam waktu tujuh jam.
Karena posisinya yang jauh di selatan, akses ke Kota Muaradua juga dapat
dilakukan melalui Provinsi Lampung. Jarak kota Muaradua dengan Bandar Lampung
(ibukota Provinsi Lampung) hampir sama dengan jarak antara kota Muaradua dengan
Palembang. Karena itu untuk pendatang dari Jakarta, maka pilihan rute menuju wilayah
KPHL Unit XVIII OKUS akan lebih murah jika dilakukan via Provinsi Lampung.

2-27
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Untuk masuk ke dalam wilayah KPHL ini dilakukan melalui jalan-jalan yang
dibuat oleh perambah yang membangun kebun dan memungut hasil hutan kayu dan non
kayu. Jalan ini sebenarnya hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, namun masyarakat
setempat dapat menggunakan kendaraan roda dua yang dilengkapi rantai pada rodanya.

Tabel 2.17
Jarak dan Waktu Tempuh untuk Mencapai (Aksesibilitas) KPHL Unit XVIII
OKUS
Jarak
No Dari Tujuan Moda Via Waktu Tempuh
(Km)
1 Jakarta Palembang udara 420 1 jam
2 Jakarta Muara Dua roda 4 Bandar 512 9 jam 40 mnt
Lampung
3 Palembang Muara Dua roda 4 Batu Raja 277 6 jam 32 mnt
4 Palembang Muara Dua roda 4 Prabumulih 264 7 jam
5 Muara Dua Desa Tenang roda 4 57 1 jam 46 mnt
6 Muara Dua Muaradua Kisam roda 4 51,5 1 jam 30 mnt
7 Muara Dua Air Alun roda 4 Tenang 75 2 jam 29 mnt
8 Muara Dua Aromantai roda 4 62,9 1 jam 50 mnt
9 Muara Dua Bayur Tengah roda 4 Muara Dua 65 1 jam 57 mnt
Kisam
10 Muara Dua Guntung jaya roda 4 93 3 jam 8 mnt
11 Muara Dua Pematang Danau roda 4 80 2 jam 33 mnt
12 Muara Dua Simpang Tiga roda 4 Tenang 63 2 jam 2 mnt
13 Muara Dua Tanah Pilih roda 4 90 3 jam
14 Muara Dua Tanjung Kari roda 4 62 1 jam 50 mnt
15 Muara Dua Tanjung Tebat roda 4 Muara Dua 64 2 jam
Kisam
16 Muara Dua Ulu Danau roda 4 84 2 jam 42 mnt
17 Airalun Batas KPHL roda 2 3,2 15 mnt
18 Aromantai Batas KPHL jalan 0,9 10 mnt
kaki
19 Bayur Tengah Batas KPHL roda 2 2,3 10 mnt
20 Guntungjaya Batas KPHL jalan 0,3 10 mnt
kaki
21 Pematangdanau Batas KPHL jalan 0,6 10 mnt
kaki
22 Simpang Tiga Batas KPHL roda 2 3,5 15 mnt
23 Tanahpilih Batas KPHL jalan 0,4 10 mnt
kaki
24 Tanjungkari Batas KPHL jalan 0,7 15 mnt
kaki
25 Tanjungtebat Batas KPHL roda 2 3,7 15 mnt
26 Uludanau Batas KPHL jalan 0,7 15 mnt
kaki
Sumber: Analisis spasial (2019)

2-28
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 2.14 Diagram jarak dan waktu aksesibilitas menuju KPHL Unit XVIII
OKUS

Gambar 2.15 Peta Potensi dan Aksesibilitas KPHL Unit XVIII OKUS

2-29
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.2.9 Sejarah KPHL Unit XVIII OKUS

Kawasan hutan untuk KPHL Unit XVIII OKUS yang saat ini merupakan hutan
negara, berdasarkan fungsinya merupakan Hutan Lindung, ternyata sejak zaman
penjajahan Belanda, areal hutan ini sudah diinisialisasi sebagai kawasan lindung dikenal
dengan nama Hutan Lindung Gunung Patah, Bukit Rancing, Bukit Jambul, Bukit Nanti
dan Mekakau serta telah dicatat dalam sejumlah pengarsipan peta (register); yaitu ;
Register 17 Gunung Patah, Register 18 Bukit Rancing, Register 25 Bukit Jambul,
Register 26 Gunung Bepagat, Register 28 Bukit Nanti Ogan Ulu, Register 44 Muaradua
Kisam, Register 45 Bukit Nanti Komering Ulu dan Register 49 Mekakau.
Pada tahun 1982, terjadi kesepakatan dan penandatanganan bersama oleh instansi
– instansi pemangku ruang di daerah Sumatera Selatan yaitu menunjuk dan menetapkan
kawasan hutan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 925/Kpts/Um/12/1982
tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Dati I
Sumatera Selatan, seluas 4.624.950 ha.Peta kawasan hutan tersebut popular disebut
sebagai kawasan Tata Guna Hutan Kesepakan (TGHK) I. di dalamnya memuat peta-peta
register tersebut.

Gambar 2.16 Peta Kawasan Hutan TGHK I Prov. Sumatera Selatan

Karena adanya kesalahan didalam pemasukan data mengenai perincian luas


kawasan hutan dan didalam perkembangannya terdapat perubahan fungsi kawasan hutan
yang menyebabkan perubahan perincian luas kawasan hutan (bunyi amar menimbang
huruf b), melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 410/Kpts-II/1986 tanggal 29

2-30
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Desember 1986 tentang Perubahan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
925/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 dengan lampiran peta skala 1 : 500.000
ditunjuk kembali kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan seluas 5.214.652 Ha.
Keputusan Menteri Kehutanan ni disebut dengan TGHK II. Kawasan hutan lindung
Gunung Patah-Bukit Rancing-Bukit Jambul-Bukit Nanti-Mekakau dipetakan sama
dengan peta TGHK sebelumnya.
Selanjutnya, seiring dengan diwajibkannya setiap provinsi menyusun Rencana
Tata Ruang Wilayah, maka kawasan hutan lindung Gunung Patah-Bukit Rancing-Bukit
Jambul-Bukit Nanti-Mekakau ini dimuat dalam peta RTRW Provinsi Sumatera Selatan
dengan pengukuhan Perda No 5 Tahun 1994.

Gambar 2.17 Peta RTRW Prov. Sumatera Selatan

Pada perkembangan berikutnya, hutan lindung ini dinyatakan dalam peta


paduserasi antara RTRWP dengan TGHK. Paduserasi ini atas perintah Menteri Dalam
Negeri melalui Surat Edaran Nomor : 474/1994 yang menginstruksikan kepada seluruh
Gubernur untuk melakukannya. Sejak Tahun 1996 sampai 1998 dilakukan tata batas
kawasan hutan lindung ini secara bertahap setiap tahun oleh Badan Planologi Kehutanan
atas nama Menteri Kehutanan.
Menindaklanjuti hasil paduserasi antara TGHK dengan RTRWP. Maka
diterbitkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 76/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret
2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Sumatera

2-31
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Selatan seluas ± 4.416.837 Ha termasuk di dalamnya kawasan HL Bukit Jambul-Gunung
Patah-Bukit Rancing-Bukit Nati-Mekakau.
Pada tahun 2002 dilanjutkan penyelesaian penataan batas hutan lindung ini yang
masih belum selesai dikerjakan pada tahun 1998. Selanjutnya tahun 2006 masuk dalam
pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Selatan
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2006 tanggal 18
Desember 2006.
Pada tahun 2007, kawasan ini dimasukkan dalam usulan RTRWK dan pada tahun
2011 melalui kegiatan revisi RTRWP terdapat usulan pelepasan sebagian kawasan ini
menjadi APL untuk keperluan trasmigrasi dan pengeluaran desa yang sudah berada lebih
dahulu, diantaranya Desa Rekimai Jaya, Swarna Dwipa, Tanjung Tiga dan Sri Menanti.
Revisi ini ditindaklanjuti dengan terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.822/Menhut-II/2013 tanggal 19 November 2013 tentang perubahan peruntukan
kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas + 210.559 ha
Secara administrasi pemerintahan, areal KPHL Unit XVIII OKUS yang di survey
terletak di Desa Bayur Tengah dan Desa Lawang Agung, Kecamatan Muara Dua Kisam
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data
administrasi Kehutanan KPHL Unit XVIII OKUS berada dalam wilayah kerja UPTD
KPH Wilayah VII Mekakau Saka, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

2.3 Potensi Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS

2.3.1 Kondisi Penutupan Lahan

Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat tahun 2018 yang dilakukan oleh
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, diperoleh hasil bahwa tutupan lahan di
KPHL Unit XVIII OKUS masih memiliki areal berhutan baik berupa hutan lahan kering
primer dan hutan sekunder. Peta penutupan lahan tahun 2018 disajikan pada Gambar 2-
18

2-32
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Sumber : Interpretasi Landsat 8 2018
Gambar 2.18 Peta Penutupan Lahan Tahun 2018 KPHL Unit XVIII OKUS

Berdasarkan Gambar 2.18 dan Tabel 2-18 dapat dilihat bahwa areal dengan
tutupan lahan berupa hutan hanya tinggal 52,86% yaitu hampir tinggal separoh dari luas
kawasannya, Ini disebabkan hampir separoh KPHL sudah diokupasi dan dirusak oleh
masyarakat. Okupasi dilakukan dengan mengkonversi hutan menjadi ladang perkebunan
kopi, sedangkan pengrusakan yaitu kegiatan pembukaan lahan dan penebangan pohon
yang kemudian ditinggalkan menjadi semak belukar.

Tabel 2.18
Luas tutupan lahan tahun 2018 di areal KPHL Unit XVIII OKUS
No Tutupan lahan Kode Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Belukar B 4,705.22 56.26 4,761.49
2 Hutan primer Hp 2.00 27,961.36 27,963.35
3 Hutan Sekunder Hs 2,355.05 569.64 2,924.69
4 Pertanian lahan kering Pt 10,140.32 7.30 10,147.61
5 Pertanian Lahan Kering Pc 7,230.31 96.19 7,326.50
Campur Semak
6 Sawah Sw 147.79 147.79
7 Tanah terbuka T 141.95 5.27 147.22
Jumlah 24,722.63 28,696.02 53,418.65
Sumber : Interpretasi Landsat 8 2018

2-33
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Perubahan luas tutupan lahan juga dapat disebabkan oleh kebakaran hutan dan
lahan (KARHUTLA). Kebakaran hutan dan lahan yang telah menyebabkan berubahnya
tutupan lahan hutan menjadi semak belukar, hendaknya mendapat perhatian serius,
sehingga pengelolaan lahan hutan ke depannya harus diarahkan selain untuk
mempertahankan areal yang masih baik, juga untuk merestorasi tutupan lahan pada areal
yang telah rusak atau kritis.

Gambar 2.19 Peta titik api akumulasi tahun 2000 sampai 2019 di wilayah KPHL
Unit XVIII OKUS

2.3.2 Sumberdaya Hutan KPHL Unit XVIII OKUS

A. Potensi Kayu Dalam Tegakan


1. Hutan Lahan Kering Primer (Hp)
Volume tegakan pada Hutan Lahan Kering Primer(Hp) di KPHL Unit XVIII
OKUS yang berdiameter 20 cm ke atas adalah 160 M³/ha dengan jumlah batang sebanyak
82 batang/ha. Taksiran jumlah batang per hektar antara 60 – 98 batang dan volume per
hektar antara 82 – 227m³/ha.
Jumlah jenis pohon yang ditemukan sebanyak 66 (Enam puluh enam) jenis,
diantaranya yaitu Kelat (Syzygium spp) sebanyak 12 (Dua Belas) atau 15.10%, Pasang

2-34
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
(Quercus spp) sebanyak 10 (Sepuluh) atau 11.84%, Medang (Cinamomum spp) sebanyak
6 (enam) batang atau 7.76 %, Bekeu sebanyak 5 (lima) batang atau 8.04%, dan Seru
sebanyak 3 (Tiga) batang atau 4.49%. Rekapitulasi jumlah batang yang dominan per
hektar dapat di lihat pada Perhitungan INP Lampiran 7.
Berdasarkan hasil penghitungan nilai Indeks Nilai Penting (INP), nilai INP
terbesar adalah jenis pohon Kelat (Syzygium spp) sebesar 37.13%, Pasang (Quercus spp)
sebesar 30.85%, Medang (Cinamomum spp) sebesar24.23 %, Bekeusebesar 20.91%, dan
Serusebesar15.53%.Pada hutan primer jenis kelat merupakan jenis yang mempunyai
kesesuaian tempat tumbuh yang baik sehingga dapat mendominasi daripada jenis yang
lainnya. Perhitungan INP dapat dilihat pada Lampiran 7.

2. Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs)

Volume tegakan Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs) di wilayah KPHL Unit
XVIII OKUS yang berdiameter 20 cm ke atas adalah 119 M³/ha dan jumlah batang
sebanyak 61 batang/ha. Taksiran jumlah batang per hektar antara 43 – 79 batang dan
volume per ha antara 57 – 180 m³/ha.
Jenis pohon yang ditemukan sebanyak 58 (Lima Puluh delapan) jenis diantaranya
yaitu Kelat (Syzygium spp) sebanyak 6 (Enam) atau 10.38%, Medang (Cinamomum spp)
sebanyak 5 (Lima) batang atau 7.65 %, Pasang (Quercus spp) sebanyak 4 (Empat) atau
7.10%,Bekeu sebanyak 3 (Tiga) batang atau 5.46%, dan Cemara sebanyak 3 (Tiga)
batang atau 4.92%. Rekapitulasi jumlah batang per hektar pohon dapat di lihat pada
Perhitungan INP Lampiran 8.
Berdasarkan hasil penghitungan nilai Indeks Nilai Penting (INP), nilai INP
terbesar adalah jenis pohon Kelat (Syzygium spp) sebesar 31.43%, Medang (Cinamomum
spp) sebesar 21.98%, Pasang (Quercus spp) sebesar 20.08%, , Bekeu sebesar 17.27%,
dan Cemara sebesar 17.95%. Pada hutan Sekunder jenis kelat merupakan jenis yang
mempunyai kesesuaian tempat tumbuh yang baik sehingga dapat mendominasi daripada
jenis yang lainnya.

2-35
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 2.20 INP untuk stadia pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon

B. Permudaan

1. Hutan Lahan Kering Primer (Hp)

Potensi permudaan pada Hutan Lahan Kering Primer (Hp) di wilayah KPHL Unit
XVIII OKUS untuk seluruh jenis dan tingkat pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel
2.15.

2-36
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.19
Rekapitulasi Jumlah Anakan, Sapihan dan Tiangmasing-masing Kelompok Jenis
di Hutan Lahan Kering Primer (Hp)
Potensi Permudaan
No. Kelompok Jenis Jumlah Jumlah Tiang
Anakan Sapihan Jumlah Lbds (m²/Ha)
1 Komersil Satu 318 1.088 0 0
2 Komersil Dua (KRC) 7.431 663 310 3,76
3 Kayu Indah Satu - - - -
4 Kayu Indah Dua - - - -
5 Lain-Lain 4.140 1.592 378 4,16
Jumlah 11.889 3.343 688 7,93
Sumber: Hasil inventarisasi hutan (BPKH, 2019)

Berdasarkan data pada Tabel 2.19, potensi permudaan setiap hektar pada masing-
masing tingkat tumbuh dijelaskan berikut ini :

a. Tingkat Anakan (Semai/Seedling)

Rata-rata potensi permudaan tingkat anakan (semai) per hektar untukseluruh jenis
adalah 11.889 batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 8.644 – 15.956
batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah 318 batang,dengan jenis
anakan untuk kelompok ini adalahKelat.Sedangkan rata-rata per hektar pada kelompok
jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah7.431 batang dengan jenis anakan
untuk kelompok ini adalah Medang dan Kelat.Sementara Kelompok Kayu Indah Satu dan
Kelompok Kayu Indah Dua tidak ditemukan. Sedangkan untuk kelompok jenis lain-lain
adalah 4.140 batang per hektar dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah Jelatang
dan Beke. INP jenis anakan (semai/seedling) terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering
Primer (Hp) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis anakan Kelat sebesar
31.42%.

b. Tingkat Sapihan (Pancang/Sapling)

Rata-rata potensi permudaan tingkat sapihan (pancang) per hektar untuk seluruh
jenis adalah 3.343 batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 2.648 – 4.040
batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah 1.088 batang dengan
jenis sapihan untuk kelompok ini adalah Medang. Sedangkan rata-rata per hektar pada
kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah 663 batang dengan jenis

2-37
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
sapihan untuk kelompok ini adalah Pasang dan Banitan.Sementara Kelompok Kayu Indah
Satu dan Kayu Indah Duajenisnya tidak ditemukan.Sedangkan untuk kelompok jenis lain-
lain adalah 1.592 batang perhektar dengan jenis sapihan untuk kelompok ini adalah Beke
dan Saladame.
Sementara INP jenis sapihan (pancang) terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering
Primer (Hp) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis sapihan Medang sebesar
28.49%, Kelat sebesar 24.09%, Beke sebesar 19.7%, Pasang sebesar 17.91%, dan
Saladame sebesar 12.12%.

c. Tingkat Tiang (Poles)

Rata-rata potensi permudaan tingkat tiang (poles) per hektar untuk seluruh jenis
adalah 688batang dan luas bidang dasar7,93 m2 dengan taksiran jumlah batang per hektar
antara 573 – 803 batang. Untuktingkatan tiang (poles) hanya ditemukan dua kelompok
jenis yaitu kelompok komersil dua (KRC) dan Kelompok kayu lain-lain. Sedangkan
kelompok jenis komersil satu, kelompok Indah satu, dan kelompok indah dua tidak
ditemukan.Untuk rata-rata per hektar pada kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba
Campuran) adalah 310 batang dan luas bidang dasar 3,76 m2 dengan jenis tiang untuk
kelompok ini adalahKelat danMedang sedangkan untuk kelompok jenis lain-lain adalah
378 batang per hektar dan luas bidang dasar 4,16 m2dengan jenis tiang untuk kelompok
adalahBeke dan Tui.
Data selengkapnya untuk potensi permudaan tingkat tiang (poles) dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Sementara INP jenis tiang (poles) terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering Primer
(Hp) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis tiang Kelat sebesar 35,54%,
Medang sebesar 26,80%, Pasang sebesar 27.36% dan Banitan sebesar 15,76%.

2. Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs)


Potensi permudaan pada Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs) di wilayah KPHL
Unit XVIII OKUS untuk seluruh jenis dan tingkat pertumbuhannya dapat dilihat Tabel
2.20.

2-38
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.20
Rekapitulasi Jumlah Anakan, Sapihan dan Tiang
masing-masing Kelompok di Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs)

Potensi Permudaan
No. Kelompok Jenis Jumlah Jumlah Tiang
Anakan Sapihan Jumlah Lbds (m²/Ha)
1 Komersil Satu 955 398 25 0,51
2 Komersil Dua (KRC) 5.945 743 246 3,20
3 Kayu Indah Satu - - - -
4 Kayu Indah Dua - - - -
5 Lain-Lain 5.095 1.911 289 3,86
Jumlah 5.998 3.052 561 7,58

Berdasarkan data pada Tabel 2.20, potensi permudaan setiap hektar pada masing-
masing tingkat tumbuh dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Tingkat Anakan (Semai/Seedling)

Rata-rata potensi permudaan tingkat anakan (semai)per hektar untuk seluruh jenis
adalah 11.995 batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 9.937 – 14.055
batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah955 batang dengan jenis
anakan yang mendominasi untuk kelompok ini adalahBalam.Sedangkan rata-rata per
hektar pada kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah 5.945 batang
dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah Kelat. Sementara Kelompok Kayu Indah
Satu danKelompok Kayu Indah Dua tidak ditemukan.Sedangkan untuk kelompok jenis
lain-lain adalah 5.095 batang per hektar dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah
Balik Angin dan beke.Data selengkapnya potensi permudaan tingkat anakan (semai)
dilihat pada Lampiran 5.
Sementara INP jenis anakan (semai/seedling) terhadap ekosistem Hutan Lahan
Kering Sekunder (Hs) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis anakan Kelat
sebesar 29.68% dan Medang sebesar 21.26%.

b. Tingkat Sapihan (Pancang/Sapling)

Rata-rata potensi permudaan tingkat sapihan (pancang) per hektar untuk seluruh
jenis adalah 3.052 batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 2.752– 3.562
batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah 398 batang dengan jenis
anakan yang mendominasi untuk kelompok ini adalah Kelat.Sedangan rata-rata per hektar

2-39
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah743 batang dengan jenis
anakan untuk kelompok ini adalahPasang. Sementara Kelompok Kayu Indah Satu dan
Kelompok jenis Kayu Indah Dua jenisnya tidak ditemukan. Sedangkan untuk kelompok
jenis lain-lain adalah 1.911 batang per hektar dengan jenis anakan untuk kelompok ini
adalah Kayu Rebung dan Seluai.Data selengkapnya potensi permudaan tingkat pancang
(sapling) dapat dilihat pada Lampiran 5.
Sementara INP jenis pancang (sapihan/sapling) terhadap ekosistem Hutan Lahan
Kering Sekunder (Hs) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis Pasang sebesar
25.82%, Kelat sebesar 15.84%, Rebung sebesar 14.97%, dan Seluai sebesar 11.72%.

c. Tingkat Tiang (Poles)

Rata-rata potensi permudaan tingkat tiang (poles) per hektar untuk seluruh jenis
adalah 561 batang dan luas bidang dasar 7,58 m2 dengan taksiran jumlah batang per
hektar antara 446 – 675 batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah
25 batang dan luas bidang dasar 0,51 m2 dengan jenis tiang untuk kelompok ini adalah
Balam. Sedangkan rata-rata per hektar pada kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba
Campuran) adalah 246 batang dan luas bidang dasar 3,20 m2 dengan jenis tiang untuk
kelompok ini adalah Pasang dan Kelat.Sementara Kelompok Jenis Kayu Indah Satudan
Kelompok Jenis Kayu Indah Dua tidak ditemukan. Sementara kelompok jenis lain-lain
adalah 289 batang dan luas bidang dasar 3,86 m2 dengan jenis tiang adalah Bancung dan
Beke.Data selengkapnya potensi permudaan tingkat tiang (poles) dan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Sementara INP jenis tiang (poles) terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering
Sekunder (Hs) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenisKelat sebesar 30.46%,
Pasang sebesar 30.78%, Medang sebesar 24.69%, Beke sebesar 13.17%, dan Banitan
sebesar 8.76%.

2.3.3 Potensi Jasa Lingkungan dan wisata alam

Berdasarkan informasi masyarakat setempat dan informasi dari UPTD KPH


Wilayah VII Mekakau Saka diketahui bahwa di Desa Lawang Kidul Kecamatan
Muaradua Kisam terdapat potensi jasa lingkungan berupa sumber air panas yang dapat
dikembangkan menjadi wisata alam, dengan kondisi lingkungan sekitar yang masih asri

2-40
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
dan belum dimanfaatkan. Untuk kegiatan wisata. Hal ini mengingat akses jalan menuju
lokasi masih sulit dan cukup jauh. Terdapat juga danau Rakihan, air terjun dan air panas
serta arus air deras yang digunakan menjadi pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH).

2.3.4 Potensi Fauna

Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitarnya dan hasil pengamatan lapangan


dalam wilayah KPHL Unit XVIII OKUS masih terdapat fauna berupa satwa liar sejenis
macan, Kambing Hutan, Babi, Monyet, ular, rusa. dilapangan masih ditemukan berupa
telapak/jejak kaki seperti kambing hutan dan babi.

2-41
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.4 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

2.4.1 Jumlah, Kepadatan dan Struktur Penduduk

Jumlah penduduk merupakan salah satu sumberdaya manusia yang sangat penting
di dalam pembangunan. Diharapkan dengan jumlah penduduk yang cukup, terutama
penduduk dalam usia produktif atau usia kerja (15 – 56 tahun), akan dapat meningkatkan
pembangunan di suatu desa. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin di desa contoh seperti tersaji dalam Table 2.21.

Tabel 2.21
Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasio di Desa-
Desa yang disurvei.

Desa Jenis Kelamin Sex


No
Kecamatan Lk % Pr % Rasio
1 Aromantai, 919 52,79 822 47,21 111,80
Kec. P. Beringin
2 Tanjung Kari, 872 51,75 813 48,25 107,26
Kec. P. Beringin
3 Pematang Danau, 445 53,40 389 46,60 114,40
Kec. Sindang Danau
4 Ulu Danau, 2.397 49,10 2.481 50,90 96,51
Kec. Sindang Danau
5 Air Alun, 466 48,64 492 51,36 94,72
Kec. Kisam Tinggi
6 Simpang Tiga, 490 50,41 482 49,59 101,66
Kec. Kisam Tinggi
7 Tanah Pilih 375 56,05 294 43,95 127,55
Kec. Sungai Are
8 Guntung Jaya 357 50,71 347 49,29 102,88
Kec. Sungai Are
9 Bayur Tengah 497 55,66 396 44,34 125,33
Kec. Muaradua Kisam
10 Tanjung Tebat 679 52,35 618 47,65 109,79
Kec. Muaradua Kisam
Sumber : Kecamatan Pulau Beringin Dalam Angka Tahun 2018
Kecamatan Sindang Danau Dalam Angka Tahun 2018
Kecamatan Kisam Tinggi Dalam Angka Tahun 2018
Kecamatan Sungai Are Dalam Angka Tahun 2018
Kecamatan Muaradua Kisam Dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data tabel di atas, perbandingan antara jumlah laki-laki dan


perempuan (sex rasio) pada desa Aromantai, desa Tanjung Kari, desa Pematang Danau,
desa Simpang Tiga, desa Tanah Pilih, desa Guntung Jaya, desa Bayur Tengah dan desa

2-42
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tanjung Tebat melebihi seratus kecuali desa Ulu Danau dan desa Air Alun yang kurang
dari seratus. Hal itu menunjukkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan
untuk semua kelompok umur pada desa desa Pematang Danau, desa Simpang Tiga, desa
Tanah Pilih, desa Guntung Jaya, desa Bayur Tengah dan desa Tanjung Tebat.
Selanjutnya data mutasi penduduk yang datang dan pergi dari dan ke desa contoh
sepanjang tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Tabel 2.22
Data Mutasi Penduduk Pada Desa Contoh.
No Desa/Kelurahan Datang Pergi
1 Aromantai 0 8
2 Tanjung Kari 5 7
3 Ulu Danau 0 0
4 Pematang Danua 0 0
5 Air Alun 0 0
6 Simpang Tiga 0 0
7 Tanah Pilih 0 0
8 Guntung Jaya 0 0
9 Bayur Tengah 0 0
10 Tanjung Tebat 0 0
Jumlah 5 15

Berdasarkan data Tabel 2.22 di atas diketahui bahwa yang mengalami mutasi
penduduk sepanjang tahun 2018 hanya terjadi di 2 (dua) desa yaitu desa Aromantai dan
desa Tanjung Kari, jumlah penduduk yang datang 5 (lima) orang dan yang pergi 15 (lima
belas) orang.
Selanjutnya, pada Tabel 2.23 dapat dilihat komposisi penduduk berdasarkan asal
suku. Berdasarkan tabel tersebut, mayoritas penduduk di desa contoh berasal dari suku
Semende dan Jawa, sedangkan yang paling rendah adalah Suku Ogan. Dari jumlah
penduduk yang ada di desa-desa contoh tersebut di atas maka kecenderungan bahasa
daerah suku mayoritas akan menjadi bahasa pengantar ke dua yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari setelah bahasa Indonesia, melihat kecenderungan masyarakat
yang berbicara menggunakan bahasa daerahnya ketika berkomunikasi diantara sesama
mereka. Komposisi penduduk berdasarkan asal suku di desa-desa yang disurvei
selengkapnya seperti tersaji pada table 2.23 berikut ini :

2-43
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.23
Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Asal Suku
Suku ( Jiwa )
N Juml
Desa Ja- Ba- Lam- Ki-
o Semende % % % % % Ogan % ah
wa tak pung sam
1 Aromantai 1.716 11,74 25 0,17 - - - - - - - - 1.741
Tanjung
2 1.660 11,36 20 0,14 5 0,03 - - - - - - 1.685
Kari
Pematang
3 678 4,64 106 0,73 0,00 50 0,34 - - - - 834
Danau
4 Ulu Danau 4154 28,42 652 4,46 0,00 72 0,49 - - - - 4.878
0,3
5 Air Alun 48 0,33 862 5,90 48 0,33 48 0,33 48 0,33 48 958
3
Simpang 0,3
6 97 0,66 826 5,65 49 0,34 97 0,66 97 0,66 49 972
Tiga 4
Tanah
7 521 3,56 148 1,01 - - - - - - - - 669
Pilih
Guntung
8 477 3,26 227 1,55 - - - - - - - - 704
Jaya
Bayur
9 862 5,90 17 0,12 - - - - - - - - 879
Tengah
1 Tanjung
1.258 8,61 39 0,27 - - - - - - - - 1.297
0 Tebat
Jumlah 11.471 78,48 2.922 19,99 102 0,70 267 1,83 145 0,99 97 0,66 14.617
Sumber : Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2018

Struktur Penduduk
KPHL Unit XVIII OKUS meliputi lima Kecamatan yaitu Kecamatan Pulau
Beringin, Sindang Danau, Kisam Tinggi, Sungai Are, dan Kecamatan Muara dua Kisam
yang terdiri dari 66 (enam puluh enam) desa definitif dengan ibukota kecamatan
sebagaimana terlihat pada Tabel 2.24.

2-44
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.24
Nama Ibukota Kecamatan.
No. Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Ibukota Kecamatan
1 Pulau Beringin 13 Pulau Beringin
2 Sindang Danau 7 Ulu Danau
3 Kisam Tinggi 19 Tenang
4 Sungai Are 9 Simpang Luas
5 Muaradua Kisam 18 Muaradua Kisam

Mayoritas penduduk di 10 desa contoh didominasi oleh suku dari Ras Semendo
yang memiliki karakter ulet, rajin dan kuat, dalam berkebun, serta Jawa sebagai ras
pendatang. Hal ini mempengaruhi harmonisasi warga antar warga karena ada ikatan yang
kuat sebagai ras Semendo, dan tingkat pendidikan yang relatif baik. Pemuka agama,
tokoh adat, tokoh masyarakat perlu menjaga keharmonisan antar warga sehingga interaksi
yang terjadi dapat menghasilkan kerukunan dan kebersamaan. Kondisi struktur penduduk
desa saat ini didominasi oleh warga dengan usia 30 s/d 55 tahun.
Sistem dan struktur masyarakat pada saat ini telah mengikuti sistem yang berlaku
secara nasional yaitu Pemerintahan Desa. Desa adalah pembagian wilayah administratif
di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Desa adalah wilayah yang ditempati sejumlah penduduk dan
merupakan organisasi pemerintahan terendah. Wilayah desa terdiri atas beberapa dusun.

Pendidikan
Tingkat pendidikan dari 10 (sepuluh) desa contoh cukup beragam, di beberapa
desa contoh masih ditemukan penduduk yang tidak tamat sekolah/SD, sejumlah 1.814
orang (14,01%), mayoritas penduduk dengan pendidikan Tamat SD sejumlah 5.675
orang (43,82%) meskipun beberapa diantaranya terdapat penduduk yang telah lulus
sarjana sejumlah 82 orang (0,63%), termasuk D1/D2/D3 sejumlah 72 orang (0,56%).
Tabel 2.25 menunjukkan tingkat pendidikan masing-masing desa contoh dan Tabel
2.26 menunjukkan jumlah sekolah yang ada pada masing-masing desa contoh.

2-45
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.25
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Contoh.
Tingkat Pendidikan
Tidak
Sekolah/
No Desa SD SLTP SLTA D1/D2/D3 Sarjana
Tdk Tamat
SD
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Aromantai 494 3,81 704 5,44 326 2,52 192 1,48 8 0,06 13 0,10
2 Tanjung Kari 260 2,01 300 2,32 96 0,74 50 0,39 10 0,08 6 0,05
Pematang
3 - - 102 0,79 401 3,10 318 2,46 5 0,04 8 0,06
Danau
4 Ulu Danau - - 2258 17,43 1247 9,63 1307 10,09 26 0,20 40 0,31
5 Air Alun 315 2,43 548 4,23 52 0,40 42 0,32 1 0,01 - -
6 Simpang Tiga 395 3,05 313 2,42 194 1,50 69 0,53 1 0,01 - -
7 Tanah Pilih 65 0,50 115 0,89 114 0,88 23 0,18 - - 2 0,02
8 Guntung Jaya 60 0,46 130 1,00 102 0,79 25 0,19 2 0,02 2 0,02
9 Bayur Tengah 95 0,73 362 2,80 384 2,97 62 0,48 6 0,05 4 0,03
10 Tanjung Tebat 130 1,00 843 6,51 258 1,99 46 0,36 13 0,10 7 0,05
Jumlah 1.814 14,01 5.675 43,82 3.174 24,51 2.134 16,47 72 0,56 82 0,63
Sumber :Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2018

Tabel 2.26
Jumlah Sekolah yang terdapat pada masing-masing desa contoh.
Jumlah Sekolah
No Desa/Kelurahan
TK/KB SD SLTP SLTA
1 Aromantai - 1 - -
2 Tanjung Kari - 1 1 -
3 Pematang Danau 1 1 - -
4 Ulu Danau 2 4 2 1
5 Air Alun 1 2 - -
6 Simpang Tiga 1 1 1 -
7 Tanah Pilih 1 1 1 -
8 Guntung Jaya - 1 - -
9 Bayur Tengah - 1 - 1
10 Tanjung Tebat - 1 1 -
Jumlah 6 14 6 2
Sumber :Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2018

2.4.2 Ketenagakerjaan dan Kondisi perekonomian

Mata pencaharian utama masyarakat di desa contoh adalah bertani (kebun kopi
dan kebun sawit) dan petani sawah. Selainnya adalah buruh, pedagang, pegawai,
pemungut hasil hutan dan jasa (tukang dan montir). Tabel 2.27 menunjukkan mata
pencaharian penduduk di desa contoh.

2-46
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.27
JumlahPendudukMenurut Jenis Mata Pencaharian di DesaContoh.
Mata Pencaria n

Petani (sawah,kebun)

Pegawai/Pensiunan

Pengrajin/Industri
Menangkap Ikan

(Negeri, Swasta)

Jasa (Angkutan,
Pemungut Hasil

Buruh, dll
Pedagang

Tukang)
Hutan

Kecil
No Desa

1 Aromantai 210 - - 3 26 - 2 45
2 Tanjung Kari 173 - - 23 27 2 2 55
3 Padang Gumay 587 - - 6 7 - 34 200
4 Sumber Karya 3.024 - - 26 36 8 15 800
5 Air Alun 256 - - 2 5 - 2 -
6 Simpang tiga 75 10 - 1 10 - 1 142
7 Tanah Pilih 166 0 3 7 12 2 2 7
8 Guntung Jaya 192 0 3 6 7 2 4 5
9 Bayur Tengah 425 - - 3 10 - 6 -
10 Tanjung Tebat 760 - - 5 15 - 5 -
Sumber : Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2019

Mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk di desa-desa sekitar kawasan


KPHL Unit XVIII OKUS adalah sebagai petani. Komoditi pertanian selain sawah adalah
berkebun kopi dan merica, yang terbanyak adalah kopi.
Ada sebagian yang beralih dari petani kopi menjadi peternak, mereka membentuk
perkumpulan peternak dan penggemukan ternak jenis kambing. Sedangkan sebagian
lainnya adalah menjadi pegawai sektor perdagangan dan buruh. Selain itu, terdapat juga
mata pencaharian dengan melakukan pemungutan hasil hutan, peternak, PNS dan
pensiunan, pengerajin/industri kecil dan jasa (angkutan & tukang.
Dari sektor perkebunan kopi, tren tahun terakhir terjadi penurunan hasil panen.
Hampir 6 tahun lebih tidak mengalami panen raya. Hal ini dikarenakan pengaruh
tingginya curah hujan dan ekstrimnya cuaca pada areal perkebunan kopi penduduk.
Sebagian kebun kopi berada di lereng gugusan bukit. Tingginya curah hujan dan
kencangnya angin menyebabkan kembang bakal biji kopi banyak mengalami kerontokan.
Dari hasil panen tahunan yang rata-rata mencapai 3–4ton, menurun drastis hingga
dibawah 8 kwintal hingga 1 ton saja. Hal ini sangat mempengaruhi perekonomian dan
daya beli masyarakat yang berprofesi sebagai petani kopi. Sebagian mencoba menanam

2-47
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
disela-sela tanaman kopi dengan tanaman merica, dengan harapan bisa menambah
penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Ada juga yang mencoba
memakai teknis tumpang sari dengan beberapa jenis sayur dan rempah-rempah.
Sebagian warga yang tidak memiliki lahan garapan/kebun mereka bekerja sebagai
buruh pemetik kopi dan kongsi pengelelolaan kebun kopi. Kurangnya pendampingan
untuk pengelolaan kebun dan pertanian membuat hasil panen yang kurang maksimal.

2.4.3 Kondisi Budaya dan Adat Istiadat

Masyarakat di Kabupaten OKUS merupakan masyarakat majemuk yang terdiri


dari berbagai jenis suku bangsa, adat istiadat, nilai-nilai dan norma-norma berbagai
institusi atau organisasi, budaya, bahasa, agama, dan sebagainya. Dalam masyarakat
OKUS juga terdapat banyak kelompok-kelompok atau institusi sosial yang berbeda satu
sama lain, kesemuanya itu merupakan rangkaian yang membentuk struktur.
Masyarakat di Kabupaten OKUS khususnya di lokasi inventarisasi mampu
membangun hubungan harmonis secara mandiri. Mereka telah menciptakan kedamaian
di tengah keberagaman. Sifat kegotongroyongan telah benar-benar dihayati dan
dijalankan sejak jaman dahulu. Kebudayaan masyarakat mencakup unsur-unsur pokok
kebudayaan yang dapat dijabarkan dalam unsur-unsur yang lebih kecil, misalnya unsur
pokok pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti
pertanian, perumahan, sistem produksi, sistem distribusi dan lain-lain. Unsur-unsur
pokok kebudayaan tersebut yang hingga kini diwarisi secara turun-temurun hingga saat
ini.
Masyarakat desa di sekitar kawasan KPHL Unit XVIII OKUS sangat memegang
teguh prinsip kekeluargaan. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya masyarakat yang ikut
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa mereka masing-masing.
Kegiatan yang diikuti responden diantaranya kegiatan keagamaan (pengajian dan
peringatan hari raya keagamaan), kegiatan sosial (arisan, kerja bakti, upacara adat, dll),
serta kegiatan olahraga (bulu tangkis, sepak bola, dll) yang umumnya dilakukan setiap
minggu sekali dan ada juga yang diselenggarakan satu bulan sekali atau pada hari-hari
tertentu.
Masyarakat Kabupaten OKUS masih memegang teguh adat dalam kehidupan
sehari-hari yang diyakini sebagai sistem nilai dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga

2-48
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
untuk pengelolaan sumber daya hutan, masyarakat Kabupaten OKUS sangat tergantung
dari sumber daya hutan.

2.5 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Berdasarkanhasil survey lapangan dan informasi dari instansi terkait diketahui


bahwa wilayah KPHL Unit XVIII OKUS tidak dibebani izin. Interaksi masyarakat dan
ketergantungannya dengan hutan masih besar. Kebutuhan akan kayu untuk bangunan
masih diambil dari dalam kawasan hutan.Mayoritas responden menyatakan bahwa tanah
kawasan hutan yang mereka miliki/kuasai adalah merupakan lahan yang diperoleh
dengan cara membuka sendiri dan sebagiannya dengan cara membeli/ganti rugi kepada
yang membuka lebih dulu. Penentuan batas-batas tanah yang dimiliki/dikuasai adalah
berdasarkan kesepakatan bersama. Adapun tanda batas tanahnya berupa penanaman
pohon dengan jenis pohon yang spesifik atau penanaman pohon dengan jarak yang rapat.

2.6 Posisi KPHL Unit XVIII OKUS dalam Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah Kabupaten OKU Selatan

Dalam rencana tata ruang kawasan (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan wilayah
KPHLUnit XVIII termasuk dalam pola ruang kawasan lindung yang diperuntukan
sebagai kawasan peruntukan hutan lindung. Kawasan Lindung yang berfungsi
memberikan perlindungan kawasan bawahannya.
Posisi wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS masih ditentukan oleh kebijakan
provinsi, kabupaten dan kota. Meskipun demikian wilayah kelola KPHL Unit XVIII
OKUS masih sinkron dengan RKTN dalam hal arahan pengelolaan, maka dalam
melaksanakan pembangunan hutan dan kehutanan senantiasa berkaitan langsung dengan
pemanfaatan ruang/wilayah dan sumber daya lainnya, terkait dengan pemanfaatan ruang
harus juga memperhatikan koordinasi dan kebijakan penataan ruang/wilayah dan
pelaksanaan pembangunan daerah baik kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan, Pemerintah Kabupaten OKUS sehingga dalam implementasinya tidak
terjadi tumpang tindih program/kegiatan sehingga tidak mengorbankan kepentingan
pembangunan pada umumnya.

2-49
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
2.7 Isu-Isu Strategis dan Kendala dan Permasalahan

Didalam penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh KPHL Unit XVIII OKUS


untuk 10 tahun ke depan terdapat beberapa isu-isu strategis yang berkembang pada
wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS.
Isu utama dalam pembangunan KPHL Unit XVIII OKUS adalah terjadinya
perubahan tutupan dan penggunaan lahan menjadi areal pertanian. Di Sumatera Selatan
hingga akhir tahun 2018, telah beroperasi 29 KPH, meliputi 5 unit KPHK, 10 unit KPHP,
14 unit KPHL. Kehadiran KPH sangat penting untuk mengatasi berbagai permasalahan
pengelolaan hutan di tingkat tapak, yaitu aktivitas illegal (logging, hunting, encroaching),
pencurian plasma nutfah, kebakaran hutan dan lahan masih terus berlangsung di dalam
kawasan hutan yang berdampak pada rusaknya ekosistem hutan. Upaya lainnya untuk
peningkatan kinerja tata kelola kehutanan adalah dengan peningkatan asset kehutanan
melalui upaya restorasi dan rehabilitasi untuk meningkatkan proporsi tutupan hutan
terhadap luas lahan keseluruhan. Isu strategis dan kendala serta permasalahan yang ada
di KPHL Unit XVIII OKUS dikelompokkan ke dalam beberapa yaitu aspek kelembagaan.
aspek sosial budaya, aspek ekonomi, dan aspek ekologi.
Aspek Kelembagaan masih menghadapi kendala berupa:
a. Perubahan perundangan otonomi (UU N0. 23 Thn 2014) menyebabkan terjadinya
perubahan kewenangan pengelolaan sumberdaya hutan.
b. Proses peralihan kewenangan dari kabupaten atau kota belum sepenuhnya
berjalan baik.
c. Aturan hukum berkaitan struktur organisasi KPH masih dalam pembahasan
ditingkat pusat. dan belum dituangkan dalam aturan ditingkat daerah.
d. Ketersedian sarana dan prasarana yang belum lengkap dan sangat terbatas.
e. Keterbatasan SDM baik secara kuantitatif dan kualitatif.
f. Pendanaan operasional KPHL yang masih tersendat-sendat dalam pengembangan
kelembagaan KPH.
g. Belum terbangunnya sistem data dan informasi SDH kawasan.
h. Keterbatasan tata hubungan kerja. karena tata hubungan kerja sebagai UPTD
harus diperjelas sehubungan dengan Otonomi daerah yang baru.
i. Kapasitas masyarakat dalam pengembangan kelembagaan PHBM sangat rendah.
j. Kelembagaan ekonomi masyarakat pada sektor kehutanan masih minim

2-50
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Aspek Ekologi masih menghadapi kendala berupa:
a. Pengelolaan hutan yang masih belum optimal, mengingat tingginya okupasi
masyarakat .
b. Integrasi pengelolaan hutan berbasis ekologi pada kawasan masih rendah
sehingga masih banyak lahan kritis dalam kawasan
c. Pengelolaan kawasan lindung oleh masyarakat sangat rendah.
d. Pemahaman peran hutan sebagai fungsi ekologi masih rendah.
e. Pengembagan pola agroforestry belum optimal

Aspek Ekonomi
a. Potensi hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan wisata alam belum optimal
dimanfaatkan.
b. Kurangnya dukungan sarana, prasarana dan infrastruktur untuk pengembangan
wisata alam.
c. Pengolahan hasil lanjutan produksi hasil hutan non kayu masih lemah.
d. Pemodalan pengembangan industri kehutanan masih lemah.
e. Pasar hasil hutan. khususnya HHBK masih terbatas.
f. Rendahnya insentif dan bantuan modal dari pemerintah dan sektor swata untuk
mengembangkan usaha di bidang kehutanan.
g. Produk jasa lingkungan belum tergarap secara maksimal.

Merujuk kepada berbagai permasalahan yang telah diulas diatas maka yang
menjadi isu strategis bagi KPHL Unit XVIII OKUS untuk segera ditindaklanjuti. antara
lain:
a. Pemantapan kelembagaan KPHL berdasarkan perubahan perundangan yang baru.
b. Tata hutan yang sesuai dengan karakteristik biofisik dan sosekbud KPHL
c. Kelembagaan PHBM yang disepakati pada blok pemanfaatan
d. Unit bisnis yang layak jadi tumpuan ekonomi KPHL
e. Model kemitraan yang baik antara masyarakat dengan perusahaan.
f. Membangkitkan kearifan lokal dan norma adat dalam pengelolaan PHBM.
g. Kondisi masyarakat di sekitar kawasan hutan yang masih miskin.
h. Persepsi masyarakat sekitar hutan yang memandang hutan hanya dari fungsi
ekonomis. belum memahami fungsi ekologis dari hutan.

2-51
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Penyusunan Rencana pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS tahun 2020—2029
menggunakan pendekatan analisis SWOT untuk menghasilkan informasi situasi saat ini,
identifikasi masalah, dan proyeksi 10 tahun mendatang. Sesuai situasi dan kondisi
lingkungan stratejik, baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi kinerja lembaga
KPH saat ini, maka dalam Tabel 2.28 terinci faktor kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan tantangan (threats) dalam pengelolaan
kawasan KPHL Unit XVIII OKUS. Berdasarkan faktor-faktor dimaksud, selanjutnya
dilakukan Perumusan Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) dan Kesimpulan
Analisis Faktor Eksternal (KAFE) sehingga didapat matriks analisis SWOT sebagimana
tersaji pada Tabel 2.29.
Berdasarkan perumusan dan pembobotan KAFI dan KAFE prioritas faktor
lingkungan terkait dengan visi, misi, maka dilakukan analisis faktor stratejik untuk
mendapatkan asumsi-asumsi strategi dalam menentukan kegiatan yang harus dilakukan
dengan berbasis orientasi visi dan misi yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan
analisis faktor-faktor kunci keberhasilan untuk mendapatkan formulasi tujuan.

2-52
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.28
Pencermatan Lingkungan Internal dan Eksternal (PLI dan PLE)
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Adanya peraturan perundangan yang menjadi 1. Keterbatasan SDM pengelola kawasan
landasan kerja pengelola kawasan KPHL. KPHL
2. Dukungan pemerintah pusat dalam 2. Data dan informas potensi sumberdaya
pengembangan lembaga KPHL. hutan masih terbatas

3. Adanya potensi SDA yang tinggi dan penting 3. Kewenangan pengelola kawasan KPHL
sebagai peningkatan pembangunan daerah yang masih belum sinkron dalam tatanan
birokrasi pemerintah daerah
4. Adanya potensi jasa lingkungan dan wisata
4. Tanda batas di lapangan tidak jelas
alam dalam wilayah KPHL.
disebabkan oleh berbagai faktor
5. Adanya nilai-nilai adat masyarakat lokal yang
5. Pembiayaan yang masih terbatas dalam
mendorong terbentuknya kelembagaan lokal pengembangan KPHL pemerintah daerah.
dalam pemanfaatan kawasan KPHL.
6. Potensi flora dan fauna serta jasa lingkungan
di KPHL Unit XVIII OKUS.

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)


1. Adanya dukungan para pihak terkait terhadap 1. Perluasan lahan pertanian dan perkebunan
upaya pengelolaan kawasan KPHL dalam kawasan hutan lindung
2. KPH sudah dijadikan komitmen Kementerian 2. Pertumbuhan penduduk.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
3. Persepsi masyarakat dan pemerintah daerah
strategi pengembangan kelembagan
tentang konsep KPHL
kehutanan kedepan.
4. Adanya perambahan, penebangan,, dan
3. Perdagangan karbon melalui Skema REDD+
perburuan liar yang belum bisa
menjadi peluang core bisnis.
dikendalikan.
4. Dukungan akademis dan ilmu pengetahuan
5. Batas-batas wilayah KPHL ditingkat tapak.
serta teknologi .
6. Kompleksitas koordinasi antar lembaga
5. Bantuan pembiayaan dari pemerintah pusat.
administratif pemerintahan daerah.
6. Perhatian lembaga internasional dalam
7. Pengetahuan masyarakat yang masih
pengembangan hutan lestari
rendah terhadap aspek fungsi hutan
7. Pengmbangan wilayah tertentu pendorong terutama hutan lindung dan peratutan
kemandirian KPHL. kehutanan

2-53
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 2.29
Matriks Analisis SWOT

KAFI Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Adanya potensi SDH/HHBK dan Masih kurangnya kuantitas dan
KAFE jasling yang layak dikembangkan kualitas SDM pengelola kawasan
guna mendukung kesejahteraan Keterbatasan sumberdaya dana
masyarakat dan kemandirian pada pemerintahan daerah
KPHL Unit XVIII OKUS Tata batas danTanda batas di
Kebijakan dukungan pemerintah lapangan tidak jelas karena
pusat tentang KPH berbagai sebab.

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


Adanya dukungan pemerintah 1 Manfaatkan potensi 1. Tingkatkan kuantitas dan
daerah dengan telah SDH/HHBK dan jasling kualitas SDM melalui
dibentuknya UPTD. yg layak dikembangkan 2. dukungan para pihak.
Perhatian masyarakat dan dan dukungan para pihak
lembaga internasional terhadap terkait. 3. Rekonstruksi, pemeliharaan
kelestarian hutan. 2 Promosi untuk perhatian 4. dan sosialisasi tanda batas
Perdagangan karbon melalui dunia internasional yang KPHL secara pertisipatif
Skema REDD+ menjadi tinggi utk mengembangkan
peluang core bisnis. potensi SDH dan jasling. Penataan kawasan KPHL
Dukungan akademisi dan ilmu Tingkatkan status UPTD berbasis masyarakat
pengetahuan serta teknologi . 3 menjadi KPHL
Bantuan pembiayaan dari Kembangkan upaya
pemerintah pusat. dukungan dana dari dunia
Perhatian lembaga internasional utk
internasional dalam Rekonstruksi, sosialisasi,
pengembangan hutan lestari dan pemeliharaan tanda
Pengmbangan wilayah tertentu batas KPHL
pendorong kemandirian KPHL
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Perluasan lahan pertanian dan 1 Meningkatkan 1. Peningkatan kuantitas dan
perkebunan pada kawasan produktivitas lahan kualitas SDM KPHL.
hutan. pertanian dan
pengembangan sektor non 2 Perjelas tanda batas melalui
Adanya tekanan pertumbuhan kehutanan rekonstruksi dan
penduduk yg cukup tinggi di pemeliharaan sehingga
daerah 2 Pengembangan terwujud kesamaan persepsi
agroforestri berbasis 3 masyarakat
3 tanaman multi guna
(MPTS) dan coklat, kopi, 4. Peningkatan partisipasi
kemiri, lada dan pinang. masyarakat
Koordinasi pemerintah Kab.
4 Pemanfaatan dan Empat Lawang dengan
pengembangan jasa KPHL Unit XVIII OKUS
5 lingkugan dan ekowisata

Program padat kerja


Dukungan masyarakat
adat/lokal dalam
pengembangan program
perhutanan social seperti
HKm, dan HD

2-54
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
3 BAB III. Visi dan Misi

3.1 Visi

Kegiatan pengelolaan hutan bertujuan untuk melestarikan hutan sesuai dengan


fungsinya dan ikut mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Untuk itu perlu
disusun visi dan misi pengelolaan hutan yang akan dilaksanakan oleh KPHL Unit VIII
Oku Selatan. Visi adalah pandangan kedepan atau cita-cita yang dicapai dimasa akan
datang agar kondisi yang diinginkan semakin baik dan maju sehingga menjawab
tantangan dan kebutuhan mendatang. Berkaitan dengan semakin menurunnya kualitas
dan kuantitas sumberdaya hutan yang disebabkan oleh eksploitasi besar-besaran tanpa
memperhatikan karakteristik dan daya dukung sumberdaya alam sehingga berakibat
terganggunya keseimbangan ekosistem alam. Ketidak keseimbangan ekosistem yang
terjadi tersebut menuntut upaya-upaya yang serius terencana, konsisten dan berkelanjutan
untuk memulihkan kembali keseimbangan fungsi sumberdaya hutan baik fungsi ekologis,
sosial budaya dan ekonomi.
Penyusunan Visi KPHL Unit VIII Oku Selatan disinkronisasikan dengan visi
kehutanan Kabupaten OKUS dan Provinsi Sumatera Selatan. Visi Pembangunan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019-2023 adalah “SUMSEL MAJU UNTUK SEMUA”.
Sejalan dengan itu Pemerintah Kabupaten OKU Selatan mempunyai Visi yaitu
“Terwujudnya OKU Selatan Yang “Bersama”(Bermartabat, Religius, Sejahtera, Aman,
Maju Dan Adil). Visi tersebut harus diwujudkan oleh semua pihak agar dapat terealisasi.
Untuk itu KPHL Unit VIII Oku Selatan merumuskan visi yaitu :
“Mewujudkan pengelolaan hutan yang mandiri melalui partisipasi masyarakat
dalam optimalisasi pemanfaatan HHBK dan Jasa Lingkungan”

3-55
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
3.2 Misi

Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh pemerintah atau pihak yang
berkepentingan agar harapan yang dicita-citakan pada masa mendatang akan dapat
terwujudkan. Proses perumusan misi melalui masukan-masukan dari pihak yang
berkepentingan (stake holders) dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang
serta tantangan yang dihadapi.
Dalam dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL
Unit VIII Oku Selatan, ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan kelembagaan (institusi) KPHL yang berlandaskan dasar hukum yang
kuat menuju lembaga KPHL yang mandiri.
2. Mewujudkan unit bisnis KPHL Unit VIII Oku Selatan pada wilayah tertentu.
3. Meningkatkan nilai ekonomi jasa lingkungan dan HHBK sebagai core bisnis KPHL
(wisata alam, kopi, lada, dan pinang)
4. Meningkatkan kontribusi sektor kehutanan pada pendapatan asli daerah Kabupaten
OKU Selatan.
5. Meningkatkan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan melalui pola
partisipasi masyarakat

3.3 Capaian tujuan utama yang diharapkan

Dari visi dan misi KPHL Unit VIII Oku Selatan yang telah dirumuskan di atas,
maka capaian-capaian tujuan utama yang diharapkan terpenuhi selama kurun waktu 10
tahun (2020 – 2029) adalah sebagai berikut :
1. Terlaksananya upaya-upaya pemantapan status dan fungsi kawasan hutan
yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Meningkatkan upaya pengelolaan kawasan hutan yang mampu berkontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah.
3. Tertatanya wilayah kelola KPHL Unit VIII Oku Selatan ke dalam blok-blok
dan petak-petak berdasarkan data dan informasi yang detail di lapangan.
4. Terlaksananya upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan.
5. Terselenggaranya fungsi rehabilitasi, reklamasi, dan perlindungan hutan.

3-56
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
6. Terwujudnya kelola bisnis pada wilayah tertentu dengan penanaman
agroforestry terpadu yang mampu mendanai KPHL Unit VIII Oku Selatan
secara mandiri.
7. Terselenggaranya fungsi penggunaan kawasan hutan melalui pembinaan,
pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggara ijin penggunaan kawasan
KPHL Unit VIII Oku Selatan.
8. Tersedianya data informasi peluang investasi pengembangan kehutanan di
wilayah KPHL Unit VIII Oku Selatan.
9. Menjadi bagian dari fungsi research perhitungan, pelaporan, dan verifikasi
dalam rangka upaya penurunan emisi karbon.

3-57
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
4 BAB IV Analisis dan Proyeksi

4.1 Analisis Data dan Informasi.

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai


fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari1. Ada tiga
fungsi pokok kawasan hutan, yaitu Konservasi, Lindung dan Produksi. KPH ditetapkan
dalam suatu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi pemerintahan, dan
dimungkinkan adanya lebih dari satu fungsi pokok, penetapannya berdasarkan fungsi
pokok yang luasnya dominan. Peraturan Pemerintah No 6/2007 jo PP. 3/2008
menegaskan bahwa seluruh kawasan hutan di Indonesia akan terbagi dalam wilayah-
wilayah KPH, serta akan menjadi bagian dari penguatan sistempengurusan hutan
nasional, provinsi, kabupaten/kota.
Salah satu Tupoksi KPH2 sebagaimana ditetapkan dalam PP No.6/2007 Jo. PP
No. 3 / 2008 adalah menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolahan hutan jangka panjang maupun jangka pendek. Tata
Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan
pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari.
Dalam rangka menyusun tata hutan tersebut, perlu dilakukan pengumpulan data
primer dan data sekunder antara lain melalui kegiatan inventarisasi sosial budaya
masyarakat di dalam dan di sekitar KPH. Demikian halnya dengan KPHL Unit XVIII
OKUS, telah dilakukan kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat dengan
berpedoman kepada Perdirjen Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/20123 dan
Petunjuk Teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan tata
Lingkungan Nomor : P1/PKTL/IPSDH/PLA.1/1/2017 tanggal 26 Januari 2017. Dalam
petunjuk teknis tersebut, inventarisasi sosial budaya masyarakat di KPH merupakan
kegiatan pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara terhadap narasumber dan responden, serta pengisian kuisioner dan data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang disediakan pada instansi
pemerintah pada tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan desa maupun pihak swasta.

4-58
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
4.1.1 Potensi Kayu

Volume tegakan pada Hutan Lahan Kering Primer(Hp) di KPHL Unit XVIII
OKUS yang berdiameter 20 cm ke atas adalah 160 M³/ha dengan jumlah batang sebanyak
82 batang/ha. Taksiran jumlah batang per hektar antara 60 – 98 batang dan volume per
hektar antara 82 – 227m³/ha. Sedangkan Volume tegakan Hutan Lahan Kering Sekunder
(Hs)di wilayah KPHL Unit XVIII OKUS yang berdiameter 20 cm ke atas adalah 119
M³/ha dan jumlah batang sebanyak 61 batang/ha. Taksiran jumlah batang per hektar
antara 43 – 79 batang dan volume per ha antara 57 – 180 m³/ha.
Besarnya potensi kayu ini menjadi modal bagi KPHL dalam menjalankan prinsip-
prinsip kelestarian hutan karena sebagian besar lokasi hutan sekunder berada pada
topografi yang sangat curam, maka skema pengembangan bisnis carbon trade menjadi
alternatif yang dapat dikembangkan.

4.1.2 Potensi Keanekaragaman hayati

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan di wilayah Kesatuan Pengelolaan


Hutan Lindung (KPHL) didominasi oleh pohon jenis Medang, Pasang, Kelat, Bekeu
dll.Hasil inventarisasi pada Plot contoh dari tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang
dan pohon menunjukkan nilai yang sangat beragam dilihat dari jenis pohonnya. Jumlah
jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di KPHP Unit X Tebo Timur yang telah
ditemukan pada inventarisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hutan Lahan Kering Primer (Hp)

- Jumlah jenis pohon pada Hutan Lahan Kering Primer(Hp) yang ditemukan
sebanyak 66 (Enam puluh enam) jenis, diantaranya yaitu Kelat (Syzygium spp)
sebanyak 12 (Dua Belas) atau 15.10%, Pasang (Quercus spp) sebanyak 10
(Sepuluh) atau 11.84%, Medang (Cinamomum spp) sebanyak 6 (enam) batang
atau 7.76 %, Bekeu sebanyak 5 (lima) batang atau 8.04%, dan Seru sebanyak 3
(Tiga) batang atau 4.49%.
- Rata-rata tingkat anakan (semai) per hektar untukseluruh jenis adalah 11.889
batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 8.644 – 15.956 batang.
Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah 318 batang,dengan jenis
anakan untuk kelompok ini adalahKelatsebesar 31.42%.

4-59
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
- Rata-rata tingkat sapihan (pancang) per hektar untuk seluruh jenis adalah 3.343
batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 2.648 – 4.040 batang.
Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah 1.088 batang dengan
jenis sapihan untuk kelompok ini adalah Medang.Sedangkan rata-rata per hektar
pada kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah 663 batang
dengan jenis sapihan untuk kelompok ini adalah Pasang dan Banitan.Sedangkan
untuk kelompok jenis lain-lain adalah 1.592 batang perhektar dengan jenis
sapihan untuk kelompok ini. INP jenis sapihan (pancang) terhadap ekosistem
Hutan Lahan Kering Primer (Hp) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar
adalahBeke dan Saladame.jenis sapihan Medang sebesar 28.49%, Kelat sebesar
24.09%, Beke sebesar 19.7%, Pasang sebesar 17.91%, dan Saladame sebesar
12.12%.
- Rata-rata tingkat tiang (poles) per hektar untuk seluruh jenis adalah 688batang
dan luas bidang dasar7,93 m2 dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 573
– 803 batang.Untuk rata-rata per hektar pada kelompok jenis komersil dua (Kayu
Rimba Campuran) adalah 310 batang dan luas bidang dasar 3,76 m2 dengan jenis
tiang untuk kelompok ini adalahKelat danMedang sedangkan untuk kelompok
jenis lain-lain adalah 378 batang per hektar dan luas bidang dasar 4,16 m2dengan
jenis tiang untuk kelompok adalahBeke dan Tui.Sementara INP jenis tiang (poles)
terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering Primer (Hp) di KPHL Unit XVIII OKUS
terbesar adalah jenis tiang Kelat sebesar 35,54%, Medang sebesar 26,80%, Pasang
sebesar 27.36% dan Banitan sebesar 15,76%.
-
2. Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs)
- Jenis pohon yang ditemukan di Hutan Lahan Kering Skunder sebanyak 58 (Lima
Puluh delapan) jenis diantaranya yaitu Kelat (Syzygium spp) sebanyak 6 (Enam)
atau 10.38%, Medang (Cinamomum spp) sebanyak 5 (Lima) batang atau 7.65 %,
Pasang (Quercus spp) sebanyak 4 (Empat) atau 7.10%,Bekeu sebanyak 3 (Tiga)
batang atau 5.46%, dan Cemara sebanyak 3 (Tiga) batang atau 4.92%.
- Rata-rata tingkat anakan (semai)per hektar untuk seluruh jenis adalah 11.995
batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 9.937 – 14.055 batang.
Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah955 batang dengan jenis
anakan yang mendominasi untuk kelompok ini adalahBalam.Sedangkan rata-rata

4-60
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
per hektar pada kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah
5.945 batang dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah Kelat.Sementara
INP jenis anakan (semai/seedling) terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering
Sekunder (Hs) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis anakan Kelat
sebesar 29.68% dan Medang sebesar 21.26%.
- Rata-rata potensi permudaan tingkat sapihan (pancang) per hektar untuk seluruh
jenis adalah 3.052 batang dengan taksiran jumlah batang per hektar antara 2.752–
3.562 batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil satu adalah 398
batang dengan jenis anakan yang mendominasi untuk kelompok ini adalah
Kelat.Sedangan rata-rata per hektar kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba
Campuran) adalah743 batang dengan jenis anakan untuk kelompok ini
adalahPasang.Sedangkan untuk kelompok jenis lain-lain adalah 1.911 batang per
hektar dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah Kayu Rebung dan
Seluai.Sementara INP jenis pancang (sapihan/sapling) terhadap ekosistem Hutan
Lahan Kering Sekunder (Hs) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenis
Pasang sebesar 25.82%, Kelat sebesar 15.84%, Rebung sebesar 14.97%, dan
Seluai sebesar 11.72%.
- Rata-rata potensi permudaan tingkat tiang (poles) per hektar untuk seluruh jenis
adalah 561 batang dan luas bidang dasar 7,58 m2 dengan taksiran jumlah batang
per hektar antara 446 – 675 batang. Rata-rata per hektar kelompok jenis komersil
satu adalah 25 batang dan luas bidang dasar 0,51 m2 dengan jenis tiang untuk
kelompok ini adalah Balam. Sedangkan rata-rata per hektar pada kelompok jenis
komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah 246 batang dan luas bidang dasar
3,20 m2 dengan jenis tiang untuk kelompok ini adalah Pasang dan Kelat, 289
batang dan luas bidang dasar 3,86 m2 dengan jenis tiang adalah Bancung dan
Beke.Sementara INP jenis tiang (poles) terhadap ekosistem Hutan Lahan Kering
Sekunder (Hs) di KPHL Unit XVIII OKUS terbesar adalah jenisKelat sebesar
30.46%, Pasang sebesar 30.78%, Medang sebesar 24.69%, Beke sebesar 13.17%,
dan Banitan sebesar 8.76%.
-

4-61
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 4.1 INP Tingkat Pohon

Gambar 4.2 INP Tingkat Pancang

Gambar 4.3 INP Tingkat Tiang

4-62
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 4.4 INP Tingkat Semai

4.1.3 Potensi Jasa Lingkungan dan HHBK

Berdasarkan informasi masyarakat setempat dan informasi dari UPTD KPH


Wilayah VII Mekakau Saka diketahui bahwa di Desa Lawang Kidul Kecamatan
Muaradua Kisam terdapat potensi jasa lingkungan berupa sumber air panas yang dapat
dikembangkan menjadi wisata alam, dengan kondisi lingkungan sekitar yang masih asri
dan belum dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Hal ini belum dimanfaatkan secara
optimal mengingat akses jalan menuju lokasi masih sulit dan cukup jauh. Selain itu,
terdapat juga Danau Rakihan, air terjun dan air panas serta arus air deras yang digunakan
menjadi pembangkit mikro hidro.

4-63
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Gambar 4.5 Danau Rakihan di Desa Ulu Danau

Gambar 4.6 Sumber Air Panas di Desa Ulu Danau


Untuk saat ini objek wisata yang ada di sekitar Desa Ulu Danau masih belum
optimal dalam pengelolaan nya baik dari segi fasilitas maupun pengenalan kepada
masyarakat luas. Objek-objek yang ada di desa Ulu Danau Berada di Luar Kawasan
Hutan.

4-64
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
4.1.4 Karakteristik Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat Sekitar KPHL Unit
XVIII OKUS

Mata pencaharian pokok masyarakat yang berada di sekitar dan di dalam kawasan
KPHL Unit XVIII OKUS adalah berkebun dengan tanaman utama kopi, kebun sawit,
sayur-sayuran, cabai dan sebagian bertani padi sawah. Irigasi sebagai sumber utama
pemasok air untuk kebutuhan pencetakan sawah permanen yang bisa di tanami sepanjang
tahun berasal dari kelompok Hutan Lindung Bukit Nanti dan Saka. Dari aliran-aliran
sungai dan anak sungai dari hulu kemudian dikelola dan dialirkan menuju areal
persawahan, sehingga ada kearifan masyarakat yang dilarang membuka areal hulu sungai
dan aliran sepanjang sungai yang menuju persawahan mereka.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adalah beberapa tahun terakhir
harga kopi dan merica turun. Selain itu produksi atau hasil panen merekapun menurun.
Hal ini disebabkan ekstrimnya cuaca dan iklim yang berlaku beberapa tahun terakhir ini.
Dari awalnya hasil panen rata-rata kopi per hektarnya 1 - 3 ton/musim dengan harga jual
berkisar antara Rp. 16.000,- (enam belas ribu rupiah) hingga Rp. 17.000,- (tujuh belas
ribu rupiah) per kilogram. Saat ini menurun drastis dengan hasil panen rata-rata per hektar
dikisaran 800 kg – 1 ton saja. Jika dulu rata-rata kepala keluarga memiliki lahan sekitar
1 – 2 hektar, maka pendapatan rata-rata per Kepala Keluarga berkisar antara Rp.
16.000.000,- (enam belas juta rupiah) hingga Rp. 51.000.000 (lima puluh satu juta rupiah)
per musim. Tetapi saat ini hasilnya hanya berkisar antara 12.800.000,- (dua belas juta
delapan ratus ribu rupiah) hingga Rp. 16.000.000 (enam belas juta rupiah) per musim.
Jika rata-rata per keluarga memiliki kebun kopi 2 hektar, maka pendapatan per bulannya
antara Rp. 2.000.000,- hingga Rp. 3.000.000,-.
Untuk menambah kebutuhan hidup harian dan kebutuhan lainnya masyarakat
sebagian menanam merica, sayur mayur, memelihara/penggemukan ternak (kambing dan
itik) dan ternak ikan. Harga merica pada saat kami survey di kisaran Rp. 30.000,- per kg.
Hanya sebagian warga yang menanam merica. Hal ini disebabkan karena harga jual
merica relatif rendah.
Sudah lebih dari 6 tahun di wilayah desa contoh tidak mengalami panen raya kopi.
Pendapatan pokok masyarakat rata-rata menurun karena hasil petikan kopi tidak sesuai
harapan. Belum lagi biaya operasional untuk ke kebun dan pemupukan. Harga pupuk
cenderung meningkat, sementara pupuk subsidi tidak dapat didapat secara merata.

4-65
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Sebagian warga yang tidak memiliki lahan garapan/kebun mereka bekerja sebagai
buruh pemetik kopi dan kongsi pengelelolaan kebun kopi dengan skema bagi hasil.
Kurangnya pendampingan untuk pengelolaan kebun dan pertanian membuat hasil panen
yang kurang maksimal.
Makanan pokok penduduk adalah beras yang merupakan hasil menanam padi
karena memiliki sawah. Harga beras berkisar antara Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)
hingga Rp. 12.000,- (dua belas ribu rupiah) per kilogram. Rata-rata pengeluaran
penduduk untuk keperluan hidup berkisar antara Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus
rupiah) sampai dengan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) per bulannya.
Sebagian masyarakat yang memiliki motor untuk angkutan barang dengan mata
pencaharian sebagai jasa transportasi dan berdagang di pasar dan kalangan jalan
penghubung antar desa. Disamping juga sebagai pengankut hasil panen saat kopi dan padi
musim panen. Untuk Desa Contoh, hasil dari perkebunan kopi dikirim untuk dijual ke
kecamatan dan Muara Dua. Beberapa pedagang besar ada yang langsung menjualnya ke
Lampung dan Bangka Belitung.
Penambahan komoditi selain kopi yang potensial adalah budidaya dan
pengolahan pinang. Menurut informasi dari pihak KPHL dan penduduk setempat, bahwa
pinang memiliki peluang besar untuk dikembangkan karena tersedia pasar di Desa
Bandng Agung yang siap menerima biji pinang dalam jumlah besar.

4.2 Proyeksi Kondisi Wilayah

Berdasarkan analisa data di atas dapat diproyeksikan kondisi wilayah KPHL Unit
XVIII OKUS kedepan yakni proyeksi peluangkelas perusahaan strategis, kemitraan,
konservasi, proyeksi peluang pendanaan, proyeksi ancaman strategis, resiko eksternal,
proyeksi kapasitas internal, dan proyeksi potensi resiko karena kelemahan manajemen.

4.2.1 Proyeksi peluang kelas perusahaan strategis, kemitraan dan


konservasi

Berdasarkan analisis potensi yang dimiliki oleh KPHL Unit XVIII OKUS,
beberapa peluang untuk mewujudkan visi pengelolaannya adalah sebagai pengembangan
kawasan wisata alam yang ditujukan pada pemanfaatan potensi air terjun yang berada
baik di dalam kawasan maupun di sekitar kawasan, seperti air terjun danau Rakihan, Mata
air dan mata air panas. Untuk saat ini objek wisata yang ada di sekitar Desa Ulu Danau,

4-66
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
sumber mata air panas, mikro hidro. Terkait pemanfaatan potensi HHBK, sebagai sentra
produksi kopi, maka dapat dikembangkan kedepannya wisata terintegrasi melihat kebun
kopi sekaligus menikmati secangkir kopi di lokasi dengan udara yang bersih dan segar.
Prospek industri kopi terintegrasi ini menjadi potensial mengingat bisnis kopi sangat
digemari dan popular saat ini dan di masa depan. Pengembangan aneka produk hasil
olahan kopi menjadi salah satu perhatian utama dari pihak KPHL dengan memanfaatkan
teknologi pengolahan kopi yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan berkolaborasi
dengan pihak peneliti kopi dari balitbang ataupun perguruan tinggi. Diversifikasi produk
dapat berupa, pengolahan kopi menjadi permen kopi, kopi instan, racikan kopi dengan
produk lain seperti kopi jahe dan kopi pinang, kerupuk kopi dll.
Potensi pengembangan pinang juga sangat potensial, mengingat permintaan
pasokan pinang sangat tinggi di wilayah OKUS. Selain menyediakan pinang mentah,
pihak KPHL juga memiliki peluang untuk mengembangkan produk hasil pengolahan
pinang, sehingga diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi industri pinang. Beberapa
produk yang dapat dikembangkan, seperti jus/sirup pinang, kopi pinang, permen pinang
dll.

4.2.2 Proyeksi Peluang Pendanaan

Dukungan anggaran bersumber dari APBN pada tahap awal adalah pemenuhan
sarpras dasar KPH seperti pengadaan kantor KPH, mobil, motor, peralatan survei dan
lain sebagainya. Realisasi penganggaran diharapkan berjalan maksimal dan sinkron
dengan program KPHL.
Proyeksi peluang pendanaan dapat bersumber dari kegiatan investasi yang
dilakukan oleh investor atau mitra dengan berbagai skema yang disepakati bersama,
termasuk juga program kemitraan dengan berbagai komponen masyarakat untuk secara
bersama sama melaksanakan suatu jenis usaha tertentu dibidang kehutanan atau bidang
lain yang mendukung visi misi KPH. Proyeksi peluang pendanaan juga direncanakan dari
APBN, dari APBD, dan dana pihak investor maupun kemitraan.

4-67
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
4.2.3 Proyeksi ancaman strategis, resiko eksternal

Proyeksi ancaman strategis adalah berupa penambahan luas lahan pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat, terutama ancaman terhadap tutupan lahan hutan di blok inti
yang merupan blok yang diharapkan mampu mempertahankan fungsi lindung dari KPHL
ini.
Resiko eksternal berupa tersedianya ketersediaan pasar atau fluktuasi harga
komoditas produk hasil hutan yang diupasayakan oleh KPHL serta kepastian
kerberlanjutan kerjasama calon investor dengan pihak KPHL.

4.2.4 Proyeksi kapasitas internal

Untuk keberhasilan pengelolaan KPHL Unit XVIII OKUS, diperlukan dukungan


kapasitas internal yang memadai. Kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas
sangat diperlukan. Kemampuan/kualitas SDM KPH dapat dipersiapkan dengan
mengikuti berbagai kegiatan kursus, magang, studi banding, pendidikan dan pelatihan
diklat, seminar dan lain sebagainya. Kegiatan peningkatan SDM ini dapat dilakukan baik
di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Untuk itu diperlukan penganggaran
yang cukup dan dsesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

4.2.5 Proyeksi potensi resiko kelemahan manajemen

Semua kegiatan manajemen mengandung potensi resiko. Pihak KPHL Unit XVIII
OKUS masih pada tahap awal pelakasanaan manajemen organisasi. Keterbatasan sumber
daya, baik SDM maupun sarana dan prasarana dapat menjadi kendala dalam kegitan
organisasi/institusi. Secara bertahap diperlukan peningkatan pemenuhan SDM sesuai
kualifikasi yang dibutuhkan serta peningkatan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan
pengelolaan.

4-68
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
5 BAB V. Rencana Kegiatan

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya

Inventarisasi berkala wilayah kelola yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi
tentang sumberdaya, potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap
dengan tujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan sebagai bahan
perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategi jangka panjang, jangka menengah dan
operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang
dilaksanakan.
Kegiatan inventarisasi menjadi dasar pelaksanaan kegiatan penataan hutan. Tata
hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan
pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar -
besarnya bagi masyarakat secara lestari.

5.1.1 Inventarisasi berkala 5 Tahunan

Kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola KPH merupakan kegiatan berkala


yang perlu dilakukan untuk mengetahui dengan tepat perubahan yang terjadi di wilayah
KPH selama kurun waktu tertentu. Kegiatan berkala ini ditujukan untuk dapat
mengakomodir dinamika perubahan yang terjadi pada kondisi biogeofisik dan sosial
ekonomi dan budaya pada setiap blok pengelolaan hutan di wilayah KPHL Unit XVIII
OKUS.
Kegiatan inventarisasi secara berkala diarahkan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Inventarisasi Jenis dan potensi tegakan kayu (m³/Ha) pada berbagai tutupan
hutan.
b. Inventarisasi potensi HHBK
c. Inventarisasi potensi Jasa Lingkungan
d. Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi (akibat kebakaran dan perambahan).
e. Inventarisasi kondisi sosial-ekonomi/kelembagaan masyarakat
f. Inventarisasi potensi konflik

5-69
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
g. Inventarisasi produktifitas lahan agroforestry berbasis MPTS, lada, kopi dan
pinang
Kegiatan inventarisasi berkala dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini
bertujuan untuk mendapatkan data terkini yang akurat pada masing - masing unit
pengelolaan, blok dan petak. Dalam periode lima tahunan dan atau kurun waktu tertentu
sesuai kebutuhan dilakukan inventarisasi hutan di wilayah yang belum dibebani ijin.
Untuk wilayah yang telah dibebani ijin, pengelola akan mencari data sekunder dari
inventarisasi hutan yang dilakukan oleh pemegang ijin. Inventarisasi terdiri dari aspek
biogeofisik dan sosekbud. Inventarisasi dilakukan pada tahun ke 4 dan tahun ke delapan.
Data dari hasil inventarisasi tersebut menjadi dasar bagi penyusunan rencana pengelolaan
jangka panjang periode berikutnya.
Inventarisasi hutan secara berkala dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman
inventarisasi hutan. Hasil inventarisasi ini memberikan gambaran tentang risalah kondisi
unit pengelolaan hutan secara berkala sebagai berikut :
- Kondisi Awal Kawasan KPH
- Kondisi 5 tahun berikutnya dan dilengkapi dengan deskripsi peningkatan dan
penurunan serta permasalahan).
- Kondisi 10 tahun berikutnya dan dilengkapi dengan (uraian peningkatan dan
penurunan serta permasalahan).
Kegiatan inventarisasi berkala di KPHL Unit XVIII OKUS mencakup 2 (tiga)
blok pengelolaan yaitu: Blok Inti dan Blok Pemanfaatan. Target kegiatan inventarisasi
berkala ini menyebar pada 7 kecamatan di Kabupaten OKUS. Selengkapnya uraian
kegiatan inventarisasi pada wilayah KPHL Unit XVIII OKUS disajikan pada Tabel 5.1

5-70
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
Tabel 5.1
Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala Pada Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS
Jumlah Aktiitas Inventarisasi Berkala
No Kawasan - Arahan blok
1 Blok Inti 28.696,02 Inventarisasi Jenis dan potensi tegakan kayu
Inventarisasi potensi HHBK
Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi (akibat kebakaran dan perambahan).
Inventarisasi kondisi sosial-ekonomi/kelembagaan masyarakat
Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan
Inventarisasi potensi konflik
2 Blok Pemanfataan 24.722,63 Inventarisasi Jenis dan potensi tegakan kayu pada berbagai tutupan hutan.
Inventarisasi potensi HHBK
Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi (akibat kebakaran dan perambahan).
Inventarisasi kondisi sosial-ekonomi/kelembagaan masyarakat
Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan
Inventarisasi potensi konflik
Inventarisasi produktifitas lahan agroforestry berbasis MPTS, lada, kopi dan pinang

Tabel 5.2
Rencana tata waktu kegiatan inventarisasi berkala dan penataan hutan pada KPHL Unit XVIII OKUS
TAHUN
No KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
Inventarisasi Jenis dan Potensi
1
Kayu
2 Inventarisasi Potensi HHBK
Inventarisasi Areal yang perlu
3
direhabilitasi
Inventarisasi kondisi sosial-
4 ekonomi/kelembagaan
masyarakat
Inventarisasi Potensi Jasa
5
Lingkungan
6 Inventarisasi potensi konflik

3
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
TAHUN
No KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
Inventarisasi produktifitas
lahan agroforestry berbasis
7
MPTS, coklat lada kopi dan
pinang
Pembentukan tim orientasi
8
tata batas secara partisipatif
9 Pengadaan pal batas/patok
Rekonstruksi tata batas secara
10
partisipatif
11 Pengadaan pohon pembatas
SK penetapan luas kawasan
12
berdasarkan tata batas KPHL
Pemeliharaan rutin pal batas
13
atau pohon pembatas
Sosialisisasi tata batas secara
14
berkala

4
RPHJP KPHL UNIT XVIII OKUS
5.1.2 Penataan Batas Luar dan Batas Blok pada Wilayah KPH

Kegiatan penataan batas luar wilayah KPH merupakan kegiatan lapangan


berdasarkan pendekatan spasial menggunakan teknik GIS (Geographical Information
System) dan kegiatan survei awal terhadap batas-batas kawasan.
Tata batas blok dilaksanakan setelah penataan batas terluar kawasan pengelolaan.
Pembagian blok dilakukan berdasarkan kesamaan karakter fisiografi, kesamaan fungsi
pengelolaan dan kemudahan aksesibilitas, sehingga blok dapat dikelola secara efektif dan
efisien.
Output kegiatan rekonstruksi batas luar dan penataan blok adalah adanya
kepastian secara hukum mengenai tata batas terluar dan diakui oleh semua pihak, dan tata
batas blok/petak sehingga memperoleh pengakuan dari semua pihak terkait. Selain itu
kepastian tata batas dari kawasan akan dapat meningkatkan pengendalian dan
pemantauan sehingga kelestarian hutan dapat ditingkatkan.
Kegiatan dari program penataan batas luar dan blok KPHL Unit XVIII OKUS
antara lain :
1. Pembentukan tim orientasi tata batas secara partisipatif
2. Pengadaan pal batas/patok
3. Rekonstruksi tata batas secara partisipatif.
4. Pengadaan pohon pembatas
5. SK penetapan luas kawasan berdasarkan tata batas KPHP
6. Pemeliharaan rutin pal batas atau pohon pembatas
7. Sosialisisasi tata batas secara berkala
Tabel 5.2 menyajikan tata waktu dalam periode 10 tahun (2020-2029) mengenai
kegiatan inventarisasi berkala dan penataan batas luar dan blok KPHL Unit XVIII OKUS.
Informasi yang dihasilkan dari kegiatan ini menjadi dasar dalam updating data dan
informasi sehingga pihak pengelola dapat mengambil keputusan pengelolaan dengan
tepat sasaran dan efisien.

5.2 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu

Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik
bagi pihak ketiga atau belum diminati oleh pihak ketiga untuk mengembangkan usaha

5-1
pemanfaatannya. Wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS yang belum diminati oleh
investor akan dikelola sendiri sesuai dengan fungsi hutan dan potensinya.
Wilayah tertentu pada KPHL Unit XVIII OKUS memiliki luas sekitar 3,946.07
Ha yang direncanakan akan menjadi wilayah yang akan dikelola oleh KPHL Unit XVIII
OKUS dengan pola mandiri/swakelola maupun dengan kemitraan atau dengan investor,
masyarakat ataupun pihak lain yang berminat. Wilayah tertentu ini terbagi dalam 16 petak
pengelolaan yang terletak pada 3 hamparan terpisah, berada dalam 1 blok, yaitu blok
pemanfaatan.

Tabel 5.3
Blok wilayah tertentu KPHL Unit XVIII OKUS
Jmlah
No Nama Wiltu Luas (Ha) Nama Petak
petak
1 Sungai Are 3 757.73 M005, M008, M009
2 Sindang Danau 7 1,690.72 M036, M038. M039, M040, M041,
M044 dan M045
3 Kisam Tinggi 6 1,497.62 M081, M082, M084, M085, M06
dan M087
Jumlah 16 3,946.07

Berdasarkan karakeristik wilayahnya, maka KPHL Unit XVIII OKUS dapat


menyusun rencana program kegiatan pada wilayah tertentunya. Prioritas kegiatan
pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di dalam wilayah KPHL Unit XVIII OKUS
direncanakan pada pengembangan 4 (empat) core bisnis di wilayah tertentu yang telah
ditentukan. Pengembangan usaha tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan dan Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
danau, dan air terjun.
2. Agroforestri berbasis MPTS, kopi, coklat, pinang dan lada.
3. Potensi Perdagangan karbon

Tabel 5.4
Kelas perusahaan yang akan direncanakan di KPHL Unit XVIII OKUS
Blok Tata Hutan Kelas Hutan Kelas Perusahaan
Blok Inti Perlindungan Kawasan
Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan Pemanfaatan jasa air
Pemanfaatan daya tarik objek
wisata alam
Pemanfaatan potensi karbon hutan
dalam pengurangan emisi
Pengembangan Pengembangan kopi
HHBK Pengembangan coklat

5-2
Blok Tata Hutan Kelas Hutan Kelas Perusahaan
Pengembangan pinang
Pengembangan lada

Tata waktu dan rencana program kegiatan pada wilayah tertentu KPHL Unit Unit
XVIII OKUS disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5
Tata waktu kegiatan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu
No Kegiatan Tahun ke
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
1 Identifikasi wilayah
potensial
HHBK, Jasa
Lingkungan,
2 Penyusunan Core
Bisnis dan
Kelayakannya
3 Membangun
jaringan kerjasama
bisnis dan investasi
4 Pembangunan dan
Pengembangan
bisnis hasil
agroforestry MPTS
dan kopi, kemiri,
coklat, lada, pinang
5 Pembangunan dan
Pengembangan
bisnis wisata
alam/Wisata
Edukasi
6 Pengelolaan dan
Pengembangan
Pinang dan Lada
7 Penelitian dan
pengembangan
produk agroforesrty
kopi dan pinang
8 Pembangunan dan
Pengembangan
skema perdagangan
karbon

5-3
5.3 Pemberdayaan Masyarakat

Dari keseluruhan areal KPHL Unit XVIII OKUS, Pertanian lahan kering
merupakan salah satu kelas penutupan lahan dengan luasan tertinggi kedua yaitu seluas
10.147,61 Ha dan Pertanian lahan kering campur semak seluas 7.326,50 dari atau 33
persen dari total luas KPHL Unit XVIII OKUS dengan fungsi hutan lindung. Tingginya
persentase ini menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat akan hasil kegiatan
pertanian dan perkebunan yang mereka lakukan selama beberapa generasi di dalam areal
KPHL Unit XVIII OKUS. Untuk mengurangi konflik dan meningkatkan kelestarian
hutan terutama hutan dengan fungsi lindung diperlukan kolaborasi dari pengelola KPHL
dengan masyarakat.
Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan
merupakan salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal dan
berkelanjutan. Upaya tersebut dapat dilakukan baik melalui pengembangan kapasitas
maupun pemberian akses pemanfaatan sumber daya hutan dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Pemberdayaan masyarakat
setempat tersebut merupakan kewajiban pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab KPH.
Total luas penutupan lahan pertanian lahan kering berada dalam blok
pemanfaatan. Penutupan lahan yang terdapat paling banyak pada blok pemanfaatan yaitu
berupa pertanian lahan kering campur, semak belukar, dan hutan sekunder.
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, maka kegiatan pemberdayaan
masyarakat dapat diarahkan pada:
a. Pemberian akses pemanfaatan hutan bagi masyarakat sekitar hutan dalam
berbagai skema pengelolaan yang dimungkinkan, HKm, dan HD.
b. Pelaksanaan pembinaan masyarakat di sekitar hutan melalui fasilitasi Kelompok
Tani Hutan dan peningkatan pengetahuan mayarakat untuk mengembangkan
industri rumah tangga dengan bahan baku HHBK ( coklat, kopi, lada, dan
pinang).
c. Peningkatan ekonomi produktif dengan agroforestry kompleks (kebun campuran
dengan tanaman kehutanan seperti kayu komersial lokal, dengan tanaman
berdaur pendek seperti kopi, lada, pinang dan tanaman multiguna (MPTS) seperti
petai, jengkol, durian, alpukat).

5-4
Agar masyarakat lebih paham akan peran mereka dalam kegiatan KPH khususnya
pemberdayaan masyarakat, maka pihak pengelola KPHL Unit XVIII OKUS
merencanakan sosialisasi tentang skema skema yang ada kepada masyarakat dan
pemangku kepentingan. Kegiatan selanjutnya adalah fasilitasi yang mencakup:
a. pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat setempat.
b. pengajuan permohonan izin
c. penyusunan rencana kerja hutan kemasyarakatan.
d. teknologi budidaya hutan dan pengolahan hasil hutan.
e. pendidikan dan latihan
f. akses terhadap pasar dan
g. pengembangan usaha
Tujuan dari kegiatan fasilitasi program HKm dan Hutan Desa adalah untuk:
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam mengelola organisasi
kelompok;
b. Membimbing masyarakat mengajukan permohonan izin sesuai ketentuan yang
berlaku.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam menyusun rencana kerja
pemanfaatan hutan kemasyarakatan;
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam melaksanakan budidaya
hutan melalui pengembangan teknologi yang tepat guna dan peningkatan nilai
tambah hasil hutan;
e. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat setempat melalui
pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan;
f. Memberikan informasi pasar dan modal dalam meningkatkan daya saing dan
akses masyarakat setempat terhadap pasar dan modal;
g. Meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam mengembangkan usaha
pemanfaatan hutan dan hasil hutan.
Tujuan dari fasilitasi program HD adalah untuk meningkatkan kapasitas lembaga
desa dalam pengelolaan hutan. (Permenhut no 49 tahun 2008).

5-5
Tabel 5.6
Tata waktu kegiatan pemberdayaan masyarakat
Kegiatan Tahun ke
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
1 Sosialisasi
HKM, dan
HD kepada
masyarakat
dan instansi
terkait
2 Pembentukan
kelompok
masyarakat
3 Fasilitasi
kepada
lembaga desa
dan
kelompok
masyarakat
4 Identifikasi
lokasi untuk
HKm dan
HD
5 Fasilitasi
penyusunan
RKHD
/RKHkm
6 Fasilitasi
Pengajuan
ijin
7 Pembinaan
kelompok
tani (HKM),
koperasi dan
lembaga
pedesaan
(HD).

Untuk mendukung kegiatan pengembangan masyarakat pada blok pemberdayaan


secara lebih luas dari aspek kapasitas sumberdaya manusia, sosial ekonomi, dan
kelembagaannya, maka perlu diperluas dengan program kegiatan lainnya yang terukur.

5-6
Tabel 5.7
Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pendukung Dalam Pemberdayaan Masyarakat KPHL
Unit XVIII OKUS Jangka 2020-2029
No Uraian Kegiatan Indikator /Target
1 Pengembangan Sumber daya Manusia (petani, Terlaksananya kegiatan
Polhut, peneliti, pelaku bisnis, Birokrasi, LSM) ; pelatihan, studi banding,
workshop/seminar ,kursus
dan magang
2 Pengembangan Kelembagaan ekonomi Rakyat Terwujudnya regulasi ,
terbentuknya forum multi
pihak dan terlaksananya
pendampingan
kelembagaan
4 Peningkatan Daya Saing Terwujudnya sertifikasi
produk dan industrialisasi
produk berbasis
masyarakat
5 Pembinaan jejaring dan kemitraan Terlaksananya kemitraan
bisnis,perlindungan dan
konservasi hutan
6 Membangun model kelembagaan masyarakat Terbangunnya model
sekitar hutan produksi dalam rangka peningkatan kelembagaan masyarakat
usaha masyarakat sekitar hutan produksi sekitar hutan produksi
7 Fasilitasi Pembangunan Hutan Kemasyarakatan Terbangunnya Hkm
(HKm)

5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada
Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan Hutan

Berdasarkan hasil survey lapangan dan informasi dari instansi terkait diketahui
bahwa wilayah KPHL Unit XVIII OKUS tidak dibebani izin. Dalam perkembangannya
ke depan (10 tahun), tidak menutup kemungkinan jika akan ada ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan.
Beberapa kegiatan pembinaan dan pemantauan areal yang telah berijin diarahkan
pada:
a. Pelaksanaan pembinaan terhadap pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan.
b. Pelaksanaan pemantauan (controlling) terhadap pemegang ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan.

5-7
5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Diluar Izin

Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan berpedoman pada PP 76 tahun 2008 tentang


rehabilitasi dan reklamasi hutan dan Permenhut Nomor P 39/Menhut-II/2010 tentang pola
umum, Kriteria dan Standar Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
Pola umum rehabilitasi hutan disusun dengan maksud memberikan kerangka
dasar dalam penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan yang memuat prinsip dan
pendekatan serta dengan tujuan agar diperoleh landasan bersama mengenai pendekatan
dasar, prinsip-prinsip pola penyelenggaraan dan mekanisme pengendalian pelaksanaan,
agar diperoleh hasil dan dampak yang efektif sesuai dengan tujuan rehabilitasi hutan.
Prinsip penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan adalah :
a. Sistem penganggaran yang berkesinambungan (multi-years)
b. Kejelasan kewenangan
c. Andil biaya (cost sharing)
d. Penerapan sistim insentif
e. Pemberdayaan masyarakat dan kapasitas kelembagaan
f. Pendekatan partisipatif
g. Transparasi dan akuntabilitas
Tujuan rehabilitasi hutan adalah untuk memulihkan sumber daya hutan pada hutan
produksi dan hutan lindung yang rusak sehingga dapat berfungsi secara optimal, mampu
memberi manfaat kepada seluruh stakeholder, menjamin keseimbangan lingkungan dan
tata air DAS serta mendukung kelangsungan industri Kehutanan. Rehabilitasi hutan
dilaksanakan ketika pengelolaan hutan lestari mengalami kegagalan dalam sistem
perlindungan hutan khususnya dalam hal mengatasi perambahan hutan, illegal loging dan
alih fungsi hutan tidak terencana sehingga dapat terjadi deforestasi dan degradasi fungsi
hutan.
Rehabilitasi hutan merupakan bagian sistem pengelolaan hutan, yang ditempatkan
pada kerangka daerah aliran sungai (DAS) yakni suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi
berupa punggung bukit atau Gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari
curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya ke danau atau laut secara alami.

5-8
Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau
optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta praktek
lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci kuantitas,
kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran (outlet) DAS, Jadi salah satu
karakteristik DAS adalah adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu dengan daerah
hilir melalui daur hidrologi.
Tingkat Kekritisan suatu DAS ditunjukan oleh menurunnya penutupan vegetasi
permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam
menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan
penyebaran tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Kekritisan DAS ditunjukkan dengan DAS Prioritas I, II dan III. DAS Prioritas I adalah
DAS yang prioritas pengelolaannya paling tinggi karena menunjukan kondisi DAS paling
” kritis“ atau “tidak sehat“ Prioritas II adalah DAS DAS yang prioritas pengelolaannya
sedang, sedangkan DAS prioritas III dianggap kurang prioritas untuk ditangani karena
kondisi biofisik dan soseknya masih relative baik (tidak kritis) atau DAS tersebut
dianggap masih sehat.
Sasaran Rehabilitasi Hutan adalah hutan produksi dan hutan lindung yang telah
terdegradasi dan merupakan DAS Prioritas berdasarkan kriteria kondisi spesifik biofisik,
sosial ekonomi, lahan kritis pada bagian hulu DAS dan wilayah hutan yang rentan
perubaHan iklim. DAS Prioritas itu terutama pada :
a. Bagian hulu DAS yang rawan memberikan dampak bencana banjir,
kekeringan dan tanah longsor.
b. Daerah Tangkapan air (catchment area) dari waduk, bendungan dan Danau.
c. Daerah resapan air (recharge area) di hulu DAS.
d. Daerah sempadan Sungai, mata air, danau dan waduk.
e. Bagian hilir DAS yang rawan bencana tsunami, intrusi air laut dan abrasi
pantai.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada wilayah KPH yang telah dibebani izin/Hak
pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh pemegang
izin/Hak yang bersangkutan .Sedangkan rehabilitasi hutan pada wilayah KPH yang
wilayahnya tidak dibebani izin/Hak pemanfaatan hutan kepada piHak ketiga,
pelaksanaannya dilakukan oleh KPH. Pelaksanaan rehabilitasi terkait dengan areal diluar

5-9
izin dilakukan pada areal sesuai kelas perusahaan, kegiatan kemitraan dan konservasi
yang kondisi lahannya tergolong kritis sehingga perlu direhabilitasi.

Tabel 5.8
Kondisi Kekritisan Lahan Areal KPHL Unit XVIII OKUS
No Kekritisan lahan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Tidak Kritis 0,96 41,14 42,10
2 Potensial Kritis 2.201,44 5.824,40 8.025,85
3 Agak Kritis 15.041,06 10.665,85 25.706,92
4 Kritis 5.466,70 10.791,49 16.258,19
5 Sangat Kritis 2.012,46 1.373,13 3.385,59
Jumlah 24.722,63 28.696,02 53.418,65

Sumber: Analisis spasial 2019


Fokus kegiatan rehabilitasi di luar ijin adalah pada blok pemanfaatan dengan luas
areal agak kritis 4.447,14 ha dan kritis seluas 2.321,69 ha. Pada Blok Inti, luas areal agak
kritis 2.862,88 ha dan kritis seluas 206,50 ha. Pelaksanaan rehabilitasi terkait dengan
areal diluar izin dilakukan pada areal sesuai kelas perusahaan, kegiatan kemitraan dan
konservasi yang kondisi lahannya tergolong kritis sehingga perlu direhabilitasi.
Hasil survei dan wawancara oleh tim BPKH (2019) dengan masyarakat
menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan pengembangan beberapa jenis komoditas
baik berupa kayu-kayuan maupun komoditas MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) pada
pelaksanaan RHL. Berdasarkan pertimbangan keadaan di lapangan yaitu masyarakat
yang telah melakukan kegiatan usaha tani di dalam kawasan hutan, maka pola rehabilitasi
yang diusulkan adalah pola agroforestry. Dengan demikian masyarakat tersebut tetap
akan mendapatkan kebutuhan hariannya, sementara mereka juga akan membangun
tegakan hutan dengan menanam tanaman jenis kayu-kayuan. Jenis-jenis yang diinginkan
oleh masyarakat antara lain, rotan, petai, jengkol, kopi, durian, alpukat, pinang dan
tanaman buah-buahan lainnya. Serta masyarakat juga menginginkan pengembangan
produk hasil olahan dari komoditas yang akan dikembangkan.

5-10
Tabel 5.9
Rencana Tata waktu kegiatan rehabilitasi lahan
No Kegiatan Tahun ke
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
1 Identifikasi
lokasi prioritas
2 Penyusunan
rencana
3 Pengadaan bibit
4 Penanaman
5 Pemeliharaan
tanaman

5.6 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pelaksanaan Rehabilitasi dan


Reklamasi pada areal yang sudah ada Hak atau izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutannya

Di kawasan hutan KPHL Unit XVIII OKUS belum ada izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan, sehingga belum ada kegiatan pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan rehabllitasi dan reklamasi.

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam di areal KPHL Unit


XVIII OKUS merupakan hal yang sangat penting, mengingat fungsi hutan seluruhnya
adalah kawasan lindung. Lokasi-lokasi yang menjadi prioritas utama perlindungan hutan
dan konservasi alam, yaitu pada tutupan hutan yang masih primer yang terletak pada
daerah topografi berat (agak curam atau sangat curam). Luas areal curam dan sangat
curam dengan topografi berbukit dan bergunung adalah seluas 5.302,02 hektar. Berikut
disajikan kelerengan di semua blok KPHL Unit XVIII OKUS pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10
Kelerengan pada KPHL Unit XVIII OKUS
No Kemiringan Lereng Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Datar 157,79 11,24 169,03
2 Landai 859,41 55,38 914,79
3 Agak curam 3.295,91 1.275,88 4.571,79
4 Curam 9.354,09 3.872,60 13.226,70
5 Sangat curam 13.322,98 6.752,22 20.075,20
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

5-11
Kondisi kelerengan KPHL Unit XVIII OKUS hampir seluruhnya berada pada
kelerengan curam dan sangat curam, atau hampir 85% kawasan yang harus selalu di
konservasi. Untuk kegiatan di Blok Pemanfaatan diarahkan pada teknik budidaya
agroforestry kompleks, kombinasi antar tanaman kehutanan dan tanaman pertanian.
Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga dan memelihara hutan, kawasan
hutan dan lingkungannya agar berfungsi secara optimal dan lestari yang dilaksanakan
melalui upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil
hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, serta
Hama dan penyakit.
Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan oleh pemerintah desa dan
masyarakatnya sangat diperlukan dalam bentuk kegiatan secara berkelanjutan dan efektif.
Bentuk perlindungan dan pengamanan yang diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat
melalui kelompok atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat berupa :
1) Membangun kelembagaan kemitraan perlindungan dan pengamanan hutan
antara KPHL dan kelompok masyarakat
2) Membangun kelompok masyarakat peduli kebakaran hutan.
3) Perlindungan terhadap lahan usaha dari gangguan serangan hama dan
penyakit.
4) Perlindungan dan pengamanan hutan di desa dari gangguan pembukaan lahan
atau penebangan tanpa sepengetahuan lembaga pengelolaan hutan oleh desa.
5) Pengendalian sistem budidaya yang destruktif terhadap tutupan hutan oleh
masyarakat pendatang berbentuk tata aturan budidaya agroforestry kompleks
yang dapat menghindari terjadinya banjir erosi dan longsor .
6) Program pengamanan hutan oleh desa dengan pembentukan lembaga/satuan
pengamanan hutan di setiap dusun.
7) Perlindungan dan pengamanan tersebut seharusnya dijabarkan secara tertulis
dalam bentuk peraturan desa dan peraturan daerah yang pembentukannya
difasilitasi oleh lembaga pengelola KPHL Unit XVIII OKUS.

5-12
Tabel 5.11
Rencana Tata waktu kegiatan perlindungan dan konservasi alam.
Kegiatan Tahun ke- (2020 sd 2019)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Perlindungan kawasan
lindung (sempadan sungai,
mata air, lahan sangat
curam, dsb)
2 Konservasi wilayah yang
memiliki nilai konservasi
tinggi (HCVF)
3 Perlindungan hutan
bersama kelompok
masyarakat

Menurut PP 6/2007 jo PP 3/2008 bahwa yang termasuk kegiatan Perlindungan


hutan antara lain :
a. Mencegah adanya pemanenan pohon tanpa izin,
b. Mencegah atau memadamkan kebakaran hutan,
c. Menyediakan sarana dan prasarana pengamanan hutan,
d. Mencegah perburuan satwa liar dan atau satwa yang dlindungi,
e. Mencegah penggarapan dan atau penggunaan dan atau menduduki kawasan
hutan secara tidak syah,
f. Mencegah Perambahan kawasan hutan,
g. Mencegah terhadap gangguan hama dan penyakit,
h. Membangun unit satuan pengamanan hutan.
Perlindungan hutan diwilayah KPH diselenggarakan oleh KPH, pelaksanaan
perlindungan hutan pada wilayah yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan
dilakukan oleh pemegang izin/hak yang bersangkutan, sedangkan pada wilayah yang
tidak dibebani izin/hak pelaksanaannya dilakukan oleh KPH yang meliputi :
a. Mengamankan areal kerjanya menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan termasuk tumbuhan dan satwa.
b. Mencegah kerusakan hutan dari perbuatan manusia dan ternak, kebakaran
hutan, hama dan penyakit serta daya daya alam.
c. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan
hutan diareal kerjanya.
d. Melaporkan setiap adanya kejadian pelanggaran hukum diareal kerjanya
kepada instansi kehutanan setempat.
5-13
e. Menyediakan sarana dan prasarana, serta tenaga pengamanan hutan yang
sesuai dengan kebutuhan.

5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar pemegang izin

Kawasan hutan KPHL Unit XVIII OKUS belum ada izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan, sehingga tidak dapat dilakukan kegiatan koordinasi dan
sinkronisasi antar pemegang ijin.

5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan instansi dan Pemangku kepentingan

Dalam rangka mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan


tujuan yang telah ditetapkan seringkali dijumpai kendala atau hambatan yang muncul dari
berbagai pihak pemangku kepentingan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi yang
yang baik antar stake holder sehingga program dan kegiatannya dapat bersinergi dan
meminimalkan kesenjangan informasi (asymmetric information) mengenai KPHL Unit
XVIII OKUS antar stakeholder dan perlu dirumuskan aturan main (kelembagaan) antar
stakeholder agar terwujud kesepahaman.
Pembentukan forum (lembaga) yang mewakili semua stakeholder sangat
diperlukan agar tercipta komunikasi yang baik sehingga tercapai kesepahaman yang
diinginkan. Forum ini harus melibatkan unsur Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera
Selatan, BPHP, BAPPEDA Sumatera Selatan, Dinas Pertanian Sumatera Selatan,
BKSDA Sumatera Selatan, BPDASHL Musi, BPKH Wilayah II Palembang, Peneliti dan
akademisi, LSM, serta CSO (Civil Society Organisation) lainnya. Kegiatan forum antara
lain terlibat dalam penyusunan rencana pengelolaan KPH dan rapat koordinasi yang
diselenggarakan minimal setahun sekali.

5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Untuk mencapai visi misi yang telah ditetapkan untuk KPHL unit XVIII OKUS,
diperlukan dukungan kuantitas dan kualitas SDM serta kompetensi yang dibutuhkan.
Kegiatan operasionalisasinya harus dilakukan oleh tenaga profesional bidang kehutanan,
pebisnis profesional sesuai dengan bidangnya. Tenaga profesional dibidang kehutanan
dan pebisnis dapat berasal dari sarjana kehutanan, diploma 3 kehutanan, dan tenaga
teknis menengah yang meliputi lulusan sekolah kehutanan menengah atas (SMK
Kehutanan), serta tenaga-tenaga hasil pendidikan dan latihan kehutanan antara lain
5-14
penguji kayu (grader), perisalah hutan (cruiser) dan pengukur (scaler). Sedangkan
pebisnis dapat berasal dari praktisi dan kalangan profesional.
Pengadaan personil dapat berasal dari :
1. Permintaan personil yang ada di lingkup Pemda Provinsi Sumatera Selatan
dan atau Pemda Kabupaten OKUS.
2. Tenaga Kontrak teknis Kehutanan menengah ( SMKK ) dari KLHK;
3. Tenaga Kontrak Bakti ribawan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
4. Tenaga kontrak Bakti Rimbawan
5. Tenaga Pemkab OKUS
6. Tenaga Profesional
Kegiatan penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM diarahkan pada:
a. Identifikasi dan pengusulan kebutuhan pegawai baik struktural, non struktural,
maupun fungsional.
b. Identifikasi kebutuhan pelatihan (training need assesment).
c. Pengembangan kapasitas personil melalui berbagai program pendidikan,
pelatihan dan pembinaan.
d. Melakukan studi banding
e. Mendatang para pelatih berkaitan dengan peningkatan SDM dan pengembangan
manejemen KPH dan pengembangan bisnis KPH
f. Pemenuhan tenaga teknis kehutanan melalui tenaga kontrak
Adapun rencana kebutuhan pegawai selama 10 tahun dapat dilihat pada Tabel
5.12.

Tabel 5.12
Rencana tata waktu kegiatan penyediaan dan peningkatan kapasitas
Tahun ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Perekrutan SDM
2 Pelatihan sesuai
kompetensi

5-15
5.11 Penyediaan Pendanaan

Berdasarkan pasal 10 PP no 6 tahun 2007 Pemerintah Pemerintah Provinsi dan


Pemerintah kabupaten/Kota sesuai kewenangannya bertanggungjawab terhadap
pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Dana untuk pemmbangunan KPH berasal dari
APBD dan sumber lain yang syah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Perencanaan pembiayaan harus dilakukan secara terpadu antara pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota untuk efisiensi dan menghindari
pengadaan suatu sarana dan prasarana yang saling overlap/tumpang tindih.
Pembiayaan dengan sumber dana APBN, selain digunakan untuk pembangunan
sarana prasarana juga dimungkinkan untuk membiayai kegiatan pengelolaan hutan.
Menggunakan KPH sebagai bagian penguatan sistem pengurusan hutan dengan
mewujudkan integrasi program atau konvergensi program kehutanan nasional, provinsi
dan kabupaten/kota (rehabilitasi, inventarisasi, pemberdayaan masyarakat, dll), sehingga
diperoleh sinergisitas kegiatan pembangunan kehutanan. Dengan banyaknya aktivitas
kegiatan kehutanan di lokasi KPH, maka secara otomatis akan menarik para rimbawan
muda untuk bekerja dilapangan.
Selama jangka waktu pengelolaan 2020-2029 sumber pendanaan pembangunan
KPHL Unit XVIII OKUS sebelum swakelola /mandiri diharapkan berasal dari APBN
(Konvergensi kegiatan, Dekonsentrasi), DAK bidang kehutanan, DAU (pendamping
DAK) , APBD murni Prov Sumatera Selatan.
Sumber pendanaan lain dari donor serta skema REDD+ menjadi peluang
pendanaan yang daat diupayakan mengingat adanya KPH akan memberi manfaat atau
berdampak positif dalam pengelolaan hutan yang lestari. Selain itu pihak KPH harus bisa
mempromosikan dirinya pada pihak donor agar dapat memberikan pendanaannya.

5-16
Tabel 5.13
Rencana Tata waktu kegiatan penyediaan dana
Tahun ke
No Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
1 Penyusunan
rencana
kegiatan dan
anggaran ke
pemerintah
dan
pemerintah
daerah.
2 Penyediaan
dana dari
kegiatan
pemanfaatan
HHBK,
wisata alam
dan jasa
lingkungan.
3 Penyusunan
rencana
kegiatan dan
anggaran ke
lembaga
donor.

5.12 Penyediaan Sarana dan Prasarana

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, KPH memerlukan sarana prasarana guna
menunjang kegiatan KPH. Berdasarkan Permenhut No 41 tahun 2011 pasal 3 dan PP 45
pasal 10 bahwa sarana prasarana KPH terdiri dari :
a. Bangunan kantor.
b. Kendaraan operasional yang meliputi kendaraan roda empat, dan kendaraan
roda dua.
c. Peralatan kantor yang meliputi : meja dan kursi kerja, lemari kantor dan
peralatan elektronik kantor.
d. Peralatan komunikasi dan pemantauan (drone)
e. Perangkat keras computer dan software GIS dan Remote Sensing, printer.
f. Peralatan survei/inventarisasi

5-17
g. Sarana pendukung kegiatan pengelolaan hutan misalnya pembuatan pal batas
blok atau petak.
h. Pembuatan jalan pendukung pengelolaan hutan.
i. Perangkat yang berhubungan dengan penglolaan hutan antara lain pal batas
hutan, pos jaga, papan informasi, menara pengawas, sarana komunikasi dan
sarana transportasi.
j. Sarana perlindungan hutan dapat berupa alat pemadam kebakaran hutan baik
perangkat lunak maupun perangkat keras, alat komunikasi, perlengkapan
satuan pengaman hutan, tanda batas kawasan hutan plang/tanda tanda
larangan.
k. Prasarana Perlindungan hutan dapat berupa asrama satuan pengaman hutan,
rumah jaga, jalan jalan pemeriksaan, menara pengawas dan parit batas.
l. Peralatan pemantauan

5.13 Pengembangan Database

Untuk mewujudkan tujuan pengelolaan KPHL Unt XVIII OKUS secara efisien
dan berkelanjutan, pengembangan database sangat urgen diperlukan untuk mengelola
data mengenai KPHL Unit XVIII OKUS. Berdasarkan pasal 14, Peraturan Pemerintah
Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, Sistem Informasi Kehutanan
disusun secara berjenjang yang meliputi nasional, provinsi, kabupaten/kota dan unit
pengelolaan atau KPH. Pengembangan data base KPHL Unit XVIII OKUS merupakan
bagian integral dari pengembangan sistem informasi kehutanan melalui sinkronisasi dan
integras data kabupaten/kota dan provinsi.
Dalam rangka membangun database KPHL Unit XVIII OKUS yang akan menjadi
pusat informasi mengenai seluruh tindakan pengelolaan dan memuat informasi mengenai
sumberdaya hutan yang ada dalam wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS maka
diperlukan strategi pengembangan database KPHL Unit XVIII OKUS. Strategi yang
dapat dikembangkan adalah sistem informasi wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS
yang cepat, akurat dan integratif dan didukung oleh perangkat sistem informasi dan
database berbasis web yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh stakeholders.
Dengan demikian, data base KPHL Unit XVIII OKUS akan menjadi pusat informasi

5-18
mengenai seluruh tindakan pengelolaan dan memuat informasi mengenai sumberdaya
hutan yang ada dalam wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS.
Dalam penyelenggaraannya, pengelolaan data base KPHL Unit XVIII OKUS
diarahkan menurut peruntukan sebagai berikut :
a. Pembangunan Database untuk mendukung sistem informasi kehutanan secara
berjenjang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
2004. Database yang dibangun berbasis spasial dan bisa diakses secara online
atau berbasis web.
b. Pembangunan database sebagai pangkalan data bagi penyelenggaran
pengelolaan hutan ditingkat tapak sesuai tugas dan fungsi KPHL Unit XVIII
OKUS.

Tabel 5.14
Pengembangan Data Base KPHL Unit XVIII OKUS Dalam Mendukung Sistem
Informasi Kehutanan berbasis web di Tingkat KPH
No Jenis Data Uraian Jenis Data
1. Kawasan dan Potensi 1. Lokasi dan luas wilayah kelola KPHL XVIII
Hutan OKUS
2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu
3. Luas areal tertutup dan tidak tertutup hutan
4. Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan
dan pemanfaatan hutan
5. Jenis flora dan fauna
6. Gangguan kemanan hutan
7. Lokasi dan luas areal kebakaran hutan
8. Perlindungan hutan
9. Potensi Wisata Alam
2. Rehabilitasi Lahan 1. Lokasi dan luas lahan kritis berdasarkan DAS
Kritis 2. Laju deforestasi dan degradasi
3. Hasil rehabilitasi hutan dan laHan
4. Pengembangan kegiatan perbeniHan
3. Pemberdayaan 1. Lokasi dan luas Hkm
Masyarakat 2. Jumlah, letak dan luas areal Hutan Desa dan HKm.
3. Pengembangan Jasa Lingkungan
4.Pengelolaan ekonomi dan pengembangan industri
rumah tangga oleh masyarakat disekitar hutan.
4. Tata Kelola Kehutanan 1. Jumlah Personil (PNS Dan Non PNS)
2. Alokasi Dan Realisasi Anggaran
3. Sarana Dan Prasarana Pegelolaan Hutan
4. Pelaksanaan dan Pelaporan Audit Kinerja
5. Penyuluhan Kehutanan
6. Hasil Hasil Penelitian

5-19
Pengembangan database dengan peruntukan penyelenggaran pengelolaan hutan
ditingkat tapak sesuai tugas dan fungsi KPHL Unit XVIII OKUS, meliputi jenis data yang
disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.15
Pengembangan Data Base KPHL Unit XVIII OKUS Untuk Mendukung
Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak
No Jenis Data Uraian Jenis Data
1 Kegiatan Pengelolaan Informasi dan Data Spasial Tata Hutan dan
Hutan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)
Informasi Neraca Sumber Daya Hutan (INSDH)
Realisasi dan kemajuan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang
Realisasi dan kemajuan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Pendek
2 Pencatatan kegiatan Fungsi ini mengakomodasi pencatatan proses,
fisik pengelolaan prosedur dan pelaksanaan pengelolaan hutan baik
sumber daya hutan yang dilaksanakan sendiri KPHL Unit XVIII OKUS
atau pun pemegang izin, meliputi seluruh tindakan
silvikultur pengelolaan hutan dan tindakan lainya
menurut kaidah dan atau tujuan pengelolaan hutan
lestari
3 Pencatatan pembiayaan Fungsi ini melakukan pencatatan sumber - sumber
pengelolaan sumber pembiayaan dan realisasi, proses perhitungan biaya
daya hutan pengelolaan sumber daya hutan, penerimaan dan
pengeluaran pada seluruh pemanfaatan
hutan/penggunaan hutan
4 Laporan pelaksanaan Fungsi ini mengHasilkan laporan kegiatan fisik dan
pengelolaan sumber laporan keuangan dari proses pengelolaan sumber
daya hutan daya hutan yang menjamin akuntabilitas
pengelolaan hutan dan keuangan.
Tujuan umum pengembangan sistem database dan informasi KPHL Unit XVIII
OKUS adalah menyediakan data dan informasi yang bisa diakses dengan mudah oleh
stakeholders, sebagai bentuk publikasi dan promosi dengan menyediakan informasi
mengenai KPHL Unit XVIII OKUS sehingga membuka peluang investasi dari pelaku
bisnis serta menyediakan data untuk memudahkan kegiatan penelitian dan pengembangan
KPHL Unit XVIII OKUS.
Pada tabel berikut disajikan kegiatan pengembangan database dalam rencana
pengelolaan hutan pada 2020-2029 di KPHL Unit XVIII OKUS diselenggarakan melalui
kegiatan sebagai berikut :

5-20
Tabel 5.16
Tabel 5.16 Kegiatan Pengembangan Data Base KPHL Unit XVIII OKUS

Ruang Lingkup Target Pencapaian Tahun Ke


No Indikator
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persiapan dan Pembiayaan
1. Kompilasi Data dan sarana
Prasarana
Pembuatan Website Website
2. KPHL Unit XVIII KPHL Unit
OKUS XVIII OKUS r

3 Pembuatan Tersedianya
Database KPHP database
Unit XVIII OKUS berbasis
Dan sistem spasial pada
informasi KPHL KPHL Unit
Unit XVIII OKUS XVIII OKUS
dan Sistem
Informasi
KPHL Unit
XVIII OKUS
Updating database
baik dari data citra
satelit maupun hasil
survei lapangan, Data dan
4. sinkronisasi data Laporan
dan Pelaporan

5.14 Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola KPHL Unit XVIII OKUS mencakup 2


aspek yaitu: 1) aspek fisik (kawasan) yang mencakup inventarisasi SDH, aspek
silvikultur, tata guna hutan, eksplorasi potensi dan lain lain dan 2) aspek non teknis yang
meliputi rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai
dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil).
KPHL Unit XVIII OKUS menargetkan adanya kepastian areal kerja melalui
kegiatan tata batas, penataan ruang yang efisien dan efektif. Inventarisasi hutan di wilayah
ini dilakukan untuk memperbaiki strategi dan pengembangan wilayah kelola yang sesuai
dengan kondisi terkini. Pelaksanaan rasionalisasi wilayah kelola ini dapat dilakukan

5-21
bekerjasama dengan pemegang ijin konsesi pemanfaatan maupun pengguna kawasan
pada areal masing-masing.
Bentuk rasionalisasi wilayah kelola diarahkan pada:
a. kepastian tata batas di luar kawasan KPHL Unit XVIII OKUS
b. kegiatan inventarisasi berkala untuk pemutakhiran/updating data
c. Identifikasi dan inventarisasi kinerja pemanfaatan HKm atau Hutan Desa

5.15 Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)

Sesuai dengan ketentuan maka kegiatan ini dilakukan minimal 5 (lima) tahun
sekali dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan dan mendapatkan data terkini.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali di KPHL Unit XVIII OKUS. Kegiatan
ini bertujuan untuk memperoleh data yang terikini dan akurat pada masing - masing unit
pengelolaan, blok dan petak, Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan
dilaksanakan sesuai arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan
yang dicapai.
Kegiatan review Rencana Pengelolaan ini diarahkan untuk mengevaluasi :
1. Tingkat keberhasilan kelas perusahaan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
dalam mendukung kemandirian KPH, meningkatkan pendapatan masyarakat,
mendorong upaya pelestarian hutan dan menciptakan peluang investasi dan bagi
pelaku bisnis di KPHL Unit X VIII OKUS
2. Tingkat keberhasilan agroforest MPTS berbasis partisipasi masyarakat
3. Tingkat keberhasilan perusahaan Ekowisata/wisata edukasi
4. Mengevaluasi rencana pengelolaan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan
potensi/inisiasi perdagangan karbon di KPHL Unit XVIII OKUS.
5. Mengevaluasi penyelesaian masalah konflik tenurial yang berhasil difasilitasi
melalui pemberdayaan/pola partisipatif yang telah dilakukan oleh KPH.
6. Mengevaluasi, aktifitas pembinaan dan kemitraan KPHL Unit XVIII OKUS dengan
pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
7. Mengevaluasi keberhasilan dan efektifitas perlindungan dan pengamanan hutan yang
telah dilakukan selama 5 tahun terakhir dalam wilayah kelola KPHL Unit XVIII
OKUS.

5-22
5.16 Pengembangan investasi

Pengembangan investasi diarahkan kepada para pemegang izin skala besar


maupun skala kecil seperti, peserta Hkm, Hutan Desa, pelaku ekonomi lainnya terutama
pelaku ekonomi berbasis kehutanan skala kecil. Permasalahan yang umum terjadi dalam
pengembangan investasi di wilayah KPH adalah prosedur perijinan yang berbelit-belit
dan biaya tinggi, lemahnya insentif dan rendah kapastian hukum. Hal ini menyebabkan
rendahnya minat investor untuk berinvestasi di KPH.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka prioritas arah kebijakan diarahkan pada
hal-hal seperti mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi,
menciptakan aturan main (kelembagaan) yang jelas dan mengikat semua stakeholder dan
tata kelola KPH yang baik (good governance). Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
mendorong iklim investasi dengan penyederhanaan prosedur pelayanan iinvestasi,
pemberian insentif, mengoptimalkan ketersediaan website KPH dengan sistem informasi
KPHL Unit XVIII OKUS sehingga bisa diakses calon investor untuk mempelajari KPHL
Unit XVIII OKUS.
a) Membentuk unit kerja yang membidangi kerjasama dan promosi.
b)Menyiapkan mekanisme pra kondisi pelayanan investasi
c) Membuat jaringan promosi untuk mengundang investasi
d)Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten, provinsi dan
pemerintah pusat dalam upaya pengembangan investasi.
e) Menyusun tata hubungan kerja antara investor dengan KPH sesuai pedoman peraturan
yang ada.

5-23
Tabel 5.17
Rencana tata waktu kegiatan pengembangan Investasi
No Kegiatan Tahun ke
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
1 Membentuk
unit kerja yang
membidangi
kerjasama dan
promosi.

2 Menyiapkan
mekanisme pra
kondisi
pelayanan
investasi

3 Membuat
jaringan
promosi untuk
mengundang
investasi

4 Meningkatkan
koordinasi
dengan
pemerintah
daerah
kabupaten,
provinsi dan
pemerintah
pusat dalam
upaya
pengembangan
investasi.

5 Menyusun tata
hubungan kerja
antara investor
dengan KPH
sesuai pedoman
peraturan yang
ada.

5-24
Tabel 5.18
Matriks Rencana Kegiatan KPHL Unit XVIII OKUS

5-1
5-2
5-3
5-4
5-5
5-6
5-7
5-8
5-9
5-10
5-11
5-12
6 BAB VI. Pembinaan, Pengawasan dan
Pengendalian

6.1 Pembinaan

Organisasi KPH adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
di daerah. KPH merupakan satuan perangkat daerah harus mempunyai fungsi pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya. Disisi
lain organisasi KPH adalah organisasi pengelolaan hutan ditingkat tapak yang perlu
dibina oleh institusi pengurusan yaitu Kementrian Kehutanan, Gubernur dan
Bupati/Walikota.
Pembinaan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan meliputi pembinaan terhadap pengelolaan hutan
yang dilakukan KPH pada tingkat regional. Untuk pembinaan pada skala tapak,
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten OKUS.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan bisa berupa kegiatan bimbingan, pelatihan,
arahan, dan juga supervisi ke tingkat tapak. Pembinaan bisa dilakukan secara berkala
minimal satu kali dalam satu tahun atau setiap 6 bulan sekali. Dari hasil kegiatan
pembinaan adalah masukan untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
untuk peningkatan kinerja KPHL Unit XVIII OKUS.

6.2 Pengawasan

Seperti halnya pada kegiatan Pembinaan, kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh


Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Selatan meliputi pengawasan terhadap penyelenggaraan KPHL Unit XVIII OKUS,
sedangkan untuk tingkat tapak kegiatan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten OKUS.

6-1
6.3 Pengendalian

Kepala KPHL Unit XVIII OKUS wajib melaksanakan pembinaan, pemantauan


dan evaluasi atas pelaksanaan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin
seperti izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan, pelaksanaan rehabilitasi
hutan, di wilayah KPHnya dan wajib melaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada menteri
dengan tembusan kepada gubernur dan bupati. Disamping itu Kepala KPHL Unit XVIII
OKUS juga berkewajiban melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
terhadap kegiatan sebagaimana tugas pokok dan fungsi dari organisasi KPH.
Untuk mewujudkan lembaga KPHL Unit XVIII OKUS mandiri dan profesional
ke depannya dan terlebih lagi diharapkan mempunyai unit bisnis kehutanan maka dalam
kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pada satuan kerja KPHL maka
terdapat 2 aspek pembinaan, pengawasan dan pengendalian yaitu :
1. Sifat Internal

Terdiri dari kegiatan :

a. Peningkatan pemahaman peraturan pemerintah berkaitan dengan sistem


pembinaan, pengawasan, dan pengendalian organisasi pemerintah dan
pegawai negeri.

b. Menyiapkan bahan kordinasi, penyusunan, pengendalian, pembinaan dan


petunjuk teknis di masing-masing bidang dalam organisasi KPHL

c. Melaksanakan pengelolaan Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil


dalam KPHL

d. Menyusun kualifikasi dan kompetensi jabatan dalam KPHL.

e. Penyusunan standar operasional pembinaan, pengawasan dan pengendalian


bersifat internal.

f. Penyusunan rencana kerja kegiatan pembinaan, pengawasan dan


pengendallian.

g. Penginventarisasian permasalahan berhubungan dengan pelaksanaan tugas


dan program kerja kegiatan pembinaan dan Pengawasan Pengedalalian.

6-2
h. Melakukan koordinasi terpadu dengan instansi atau satuan kerja lainnya yang
berkaitan dengan pembinaan pengawasan dan pengendalian kinerja internal
KPHL.

i. Evaluasi program dan kinerja masing-masing bidang dalam institusi KPHL.

j. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan program Bidang Pembinaan dan


Pengawasan internal.

k. Kepala KPHL memberikan petunjuk, arahan dan membagi tugas kepada


bawahan sesuai dengan bidang tugasnya, secara lisan maupun tertulis guna
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas;
l. Melaksanakan koordinasi dengan Sekretariat dan seluruh Bidang di
lingkungan KPHL baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan masukan, informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan
agar diperoleh hasil kerja yang optimal.
m. Melaksanakan evaluasi dan menilai kinerja bawahan secara berkala melalui
sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penampilan kerja;
n. Melakukan pembagian tugas terhadap bawahan dengan cara membuat
disposisi, penugasan agar bawahan memahami, melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya

2. Sifat eksternal.

Terdiri dari kegiatan :

a. Penjabaran aturan pemerintah daerah, provinsi dan pusat berkaitan sistem


pembinaan, pengawasan dan pengendalian satuan perangkat daerah yang
berkaitan hubungan dengan pembinaan eksternal.

b. Penyusunan standar operasional pembinaan, pengawasan dan pengendalian


kegiatan izin pemanfaatan kawasan hutan dan masyarakat sekitar KPHL.

c. Penyusunan rencana kerja kegiatan pembinaan, pengawasan dan


pengendalian kegiatan izin pemanfaatan kawasan hutan dan masyarakat
sekitar KPHL.

6-3
d. Pembinaan pengawasan dan pengendalian rencana kerja perizinan
pemanfaatan kawasan hutan (hutan desa, izin tambang, izin jasa lingkungan
dan lainnya)

e. Pembinaan masyarakat sekitar KPHL Unit XVIII OKUS.

f. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan kawasan hutan secara illegal.

g. Pembinaan pengawasan program pemberdayaan masyarakat oleh pihak


perusahaan kehutanan.

h. Pembinaan masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah sumberdaya hutan.

i. Pembinaan kelembagaan hutan tanaman rakyat/ HKm dan kelembagaan


pemerintah desa.

6-4
7 BAB VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

7.1 Pemantauan

Pemantauan atau monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi


(berdasarkan indikator yg ditetapkan) secara sistematis dan kontinyu tentang kegiatan
program/kegiatan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan
program/kegiatan itu selanjutnya.
Tujuan pemantauan mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah
sesuai dengan rencana, mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi
melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk
mencapai tujuan kegiatan, mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh ukuran kemajuan, menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah,
tanpa menyimpang dari tujuan.
Manfaat pemantauan bagi penanggung jawab program bagi pengelola kegiatan
Salah satu fungsi manajemen yaitu pengendalian atau supervisi. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja Untuk meyakinkan pihak-pihak yang
berkepentingan Membantu penentuan langkah-langkah yang berkaitan dengan kegiatan
kegiatan selanjutnya. Sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi
selanjutnya. Membantu untuk mempersiapkan laporan dalam waktu yang singkat
Mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan menjaga kinerja yang
sudah baik. Sebagai dasar (informasi) yang penting untuk melakukan evaluasi kegiatan.
Tipe dan Jenis Monitoring aspek masukan (input) kegiatan antara lain mencakup
: tenaga manusia, dana, bahan, peralatan, jam kerja, data, kebijakan, manajemen dsb. yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan kegiatan. Aspek proses / aktivitas yaitu aspek
dari kegiatan yang mencerminkan suatu proses kegiatan, seperti penelitian, pelatihan,
proses produksi, pemberian bantuan dsb. Aspek keluaran (output), yaitu aspek kegiatan
yang mencakup hasil dari proses yang terutama berkaitan dengan kuantitas (jumlah).

7.2 Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah


kinerja program/kegiatan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas

7-5
kinerja program/kegiatan. Pentingnya evaluasi memperlihatkan keberhasilan atau
kegagalan kegiatan menunjukkan dimana dan bagaimana perlu dilakukan perubahan-
perubahan menentukan bagaimana kekuatan atau potensi dapat ditingkatkan.
memberikan informasi untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan.
membantu untuk dapat melihat konteks dengan lebih luas serta implikasinya terhadap
kinerja pembangunan.
Tujuan evaluasi untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari
pengalaman mengenai pengelolaan kegiatan, keluaran, manfaat, dan dampak dari
kegiatan pembangunan yang baru selesai dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi,
sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian kegiatan selanjutnya.
Jenis Evaluasi antara : Tahap Perencanaan (ex-ante), Tahap Pelaksanaan
(on-going), Tahap Pasca Pelaksanaan (ex-post) dilakukan sebelum ditetapkannya rencana
pembangunan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan
kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dilakukan pada
saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan
rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya dilaksanakan
setelah pelaksanaan rencana berakhir untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/ hasil/
dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan untuk
menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan
dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu
program.

7.3 Rencana Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi

Rencana kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh KPHL Unit
XVIII OKUS meliputi :
a. Mempersiapkan ketersedian sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi
sebagai pemantauan dan evaluasi.
b. Mempersiapkan sarana prasasarana pemantauan dan evaluasi seperti kendaraan
operasional, dan telekomunikasi, IT dan lainnya.
c. Membuat standar operasional atau prosedural pemantauan dan evaluasi.
d. Membuat mekanisme prosedur pelaporan pemantauan dan evaluasi.
e. Membuat kelembagaan pemantauan dan evaluasi.

7-6
f. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainya berkaitan dengan kegiatan
pemantauan dan evaluasi.
g. Pelatihan dan peningkatan sumberdaya manusia dalam kegiatann pemantauan dan
evaluasi.
h. Menghimpun data dan potensi permasalahan yang perlu dipantau dan di evaluasi.
i. Menyusun jadwal kegiatan pemantauan dan evaluasi.
j. Membangun Sistem Pelaporan pemantauan dan evaluasi.

7.4 Pelaporan

Pelaporan kegiatan adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal pelaksana suatu
kegiatan, yang harusdisampaikan oleh pembina kepada pihak yang memberi tugas
sebagai pertanggungjawaban.
Laporan kegiatan merupakan alat yang penting untuk :
a. Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan.
b. Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya.
c. Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan.
d. Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.
Macam Laporan Kegiatan
a. Ditinjau dari cara penyampaian, terdapat :
1) Laporan lisan, disampaikan secara lesan, biasanya dilakukan hal-hal yang perlu
segeradisampaikan laporan lisan dapat dengan tatap muka, lewat telepon ,
wawancara dansebagainya.
2) Laporan tertulis, disampaikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.
b. Ditinjau dari bahasa yang digunakan, terdapat :
1). Laporan yang ditulis secara populer, yang menggunakan kata-kata sederhana,
kadang-kadang diselingi dengan kalimat humor / lucu.
3) Laporan yang ditulis secara ilmiah, sebagai hasil peneliti. Biasanya isinya singkat
tetapi padat dan sistimatis serta logis.
c. Ditinjau dari isinya, dapat dibedakan :
1) Laporan kegiatan, misalnya rehabilitasi dan reklamasi, perlindungan dan
pengamanan, tata hutan, pemberdayaan masyarakat, dan lainnya.

7-7
2) Laporan perjalanan, misalnya laporan pemantauan satwa, ekowisata dan lainnya.
3) Laporan keuangan, menyangkut masalah penerimaan dan penggunaan uang.
4) Sistimatika Laporan
Hendaknya laporan lengkap, dapat menjawab semua pertanyaan mengenai : apa
(what), mengapa (why), siapa (Who), dimana (where), kapan (when), bagaimana (how).
Urutan isi laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah
memahami. Urutanisi laporan antara lain sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Pada pendahuluan disebutkan tentang :
a. Latar belakang kegiatan.
b. Dasar hukum kegiatan.
c. Apa maksud dan tujuan kegiatan.
d. Ruang lingkup isi laporan.
2. Isi Laporan
Pada bagian ini dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan antara lain :
a. Jenis kegiatan.
b. Tempat dan waktu kegiatan.
c. Petugas kegiatan.
d. Persiapan dan rencana kegiatan.
e. Peserta kegiatan.
f. Pelaksanaan kegiatan (menurut bidangnya, urutan waktu pelaksanaan, urutan
fakta /datanya).
g. Kesulitan dan hambatan.
h.Hasil kegiatan.
i. Kesimpulan dan saran penyempurnaan kegiatan yang akan datang.
3. Penutup

7-8
8 BAB VIII. Penutup

Keberhasilan pengelolaan hutan di tingkat tapak ditentukan oleh keberhasilan


KPH mengelola kawasannya. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah
Rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun
atau selama jangka benah pembangunan KPHL dan KPHP. Rencana Pengelolaan Hutan
KPHL Unit XVIII OKUS tahun 2020 - 2029 diharapkan dapat menjadi arah atau pedoman
pengurusan/pembangunan kehutanan untuk dapat mencapai kondisi pada tahun 2029
sesuai dengan visi dan misi pembangunan KPHL Unit XVIII OKUS.
Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat dipedomani oleh
semua pemangku kepentingan dan pihak terkait dengan KPHL Unit XVIII OKUS.
Pelaksanaan dan penjabaran lebih lanjut dari rencana pengelolaan ini perlu dipantau dan
diawasi sehingga pelaksanaannya agar tetap konsisten sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Proses penyusunan rencana pengeloloaan hutan ini yang melibatkan berbagai
pihak dan sektor diharapkan dapat terbangun dukungan kuat dari para pihak dan sektor
terkait dalam implementasinya. Masa perencanaan yang cukup panjang ini (10 tahun)
memungkinkan mengalami perubahan- perubahan dalam perjalanannnya terkait
dinamika yang terjadi dalam dunia kehutanan baik nasional maupun internasional baik
kebijakan, teknis dan politis. Demi penyempurnaan rencana seperti telah disebutkan
adanya kegiatan inventarisasi berkala dan kegiatan monitoring memungkinkan rencana
ini mengalami penyesuaian-penyesuaian.

8-9
9 LAMPIRAN -LAMPIRAN

1. a) Peta Wilayah KPHL


b) Peta Wilayah Administrasi
2. Peta Tutupan Lahan
3. Peta Daerah Aliran Sungai
4. Peta Potensi dan Aksesibilitas Wilayah
5. Peta Blok dan Petak Penataan Hutan
6. Peta Penggunaan Lahan
7. Peta Izin Pemanfaatan Hutan
8. Peta Tanah
9. Peta Iklim
10. Peta Geologi
11. Peta Topografi
12. Peta Lereng
13. Peta Kekritisan Lahan
14. Peta Wilayah Tertentu

9-10
Lampiran 1a. Peta Wilayah KPHL Unit XVIII OKUS

9-1
9-2
Lampiran 1b. Peta Wilayah Administrasi KPHL Unit XVIII OKUS

9-2

9-3
Lampiran 2. Peta Tutupan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS

9-3

9-4
Lampiran 3. Peta Daerah Aliran Sungai KPHL Unit XVIII OKUS

9-4

9-5
Lampiran 4. Peta Potensi dan Aksesibilitas Wilayah KPHL Unit XVIII
OKUS

9-5

9-6
Lampiran 5. Peta Blok dan Petak Penataan Hutan KPHL Unit XVIII OKUS

9-6

9-7
Lampiran 6. Peta Penggunaan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS

9-7

9-8
Lampiran 7. Peta Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan KPHL Unit XVIII
OKUS

9-8

9-9
Lampiran 8. Peta Tanah KPHL Unit XVIII OKUS

9-9

9-10
Lampiran 9. Peta Iklim (Curah Hujan) KPHL Unit XVIII OKUS

9-10
9-11
Lampiran 10. Peta Geologi KPHL Unit XVIII OKUS

9-11
9-12
Lampiran 11. Peta Topografi (Ketinggian Wilayah) KPHL Unit XVIII
OKUS

9-12
9-13
Lampiran 12. Peta Kemiringan Lereng KPHL Unit XVIII OKUS

9-13
9-14
Lampiran 13. Peta Kekritisan Lahan KPHL Unit XVIII OKUS

9-14
9-15
Lampiran 13. Peta Wlayah Tertentu KPHL Unit XVIII OKUS

9-15

9-16

Anda mungkin juga menyukai