Oleh:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Dr. Sumari, M.Si. Dr. Sc. Anugrah Ricky Wijaya, S.Si., M.Sc.
NIP. 196501291991031001 NIP. 197806082000031002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
petunjuk, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di Subbid Toksikologi Lingkungan Forensik Pusat Laboratorium
Forensik Bareskrim Polri dan menyelesaikan laporan PKL untuk memenuhi tugas
mata kuliah wajib Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Malang.
Kegiatan PKL ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan diharapkan
dapat memperluas pengetahuan serta pemahaman mengenai disiplin ilmu disertai
penerapannya. Kegiatan ini juga memberi beberapa manfaat kepada saya dalam
bidang analisis kimia forensik serta mendapatkan pengalaman di Puslabfor
Bareskrim Polri. Hal ini membawa pengaruh bagi saya dalam mempersiapkan diri
menghadapi tantangan dan persaingan dalam dunia kerja. Rangkaian kegiatan
serta penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan berkat
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, saya selaku penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan, nasihat, dan
mendoakan saya agar tetap semangat dalam menjalani Praktik Kerja Lapangan
dengan baik.
2. Bapak Dr. Drs. Sumari, M.Si., selaku Kepala Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang yang mempermudah saya dalam mendapatkan
perijinan PKL.
3. Bapak Dr. Sc. H. Anugrah Ricky Wijaya, S.Si., M.Sc., selaku dosen
pembimbing PKL yang memberi arahan dalam pelaksanaan PKL.
4. Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si., selaku koordinator Praktik Kerja
Lapangan.
5. Bapak Brigjen Pol Drs. Alex Mandalika, selaku Kepala Pusat Laboratorium
Forensik Bareskrim Polri.
6. Bapak Kombes Pol Drs. Andi Firdaus, selaku Kepala Bidang Kimia Biologi
dan Toksikologi Lingkungan Forensik.
ii
7. Bapak Kompol Faizal Rachmad, ST., selaku Kepala Subbidang Toksikologi
Lingkungan Forensik sekaligus pembimbing lapangan yang memberikan
pengarahan, pembelajaran, serta pemahaman mengenai praktik kerja yang saya
lakukan.
8. Seluruh anggota Subbidang Toksikologi Lingkungan Forensik yaitu Bapak
Azhar Darlan, M.Si., Bapak Iptu Helmiady, S.Si., Ibu Eti Susanti, Ibu Annisa,
Bripda Mulla Rahardja, Bripda Yoga M. Saputra, Bripda Putri Aisyah Lidell atas
bantuannya dalam penyelesaian tugas Praktik Kerja Lapangan, serta
9. Semua pihak yang telah membantu saya selama kegiatan PKL ini berlangsung.
Saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Lapangan ini agar dapat tersusun dengan baik, namun saya juga
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
masukan yang membangun sangat kami harapkan agar laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
3.1.1 Alat........................................................................................................ 11
iv
Hasil Identifikasi Kandungan Formalin dalam Sampel Air Limbah ................. 13
LAMPIRAN........................................................................................................ .22
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%) formalin juga digunakan sebagai
pengawet berbagai barang konsumen seperti pembersih keperluan rumah tangga,
cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan
pembersih karpet.
1.3 TUJUAN
1. Membuktikan adanya formalin dalam sampel air limbah.
2. Mengetahui cara menganalisis formalin secara kualitatif dengan menggunakan
GC-FID pada sampel air limbah.
2
BAB II
PUSAT LABORATORIUM FORENSIK BADAN RESERSE KRIMINAL
KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
3
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Kewenangan formal pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peran Puslabfor
antara lain berdasarkan :
1. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
2. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.
3. Keputusan Menteri Kesehtan RI No. 173 / Menkes / SK / X / 1998 tentang
Penunjukan Laboratorium pemeriksa Narkoba dan Psikotropika.
4. Surat Edaran Jaksa Agung RI No. 5 / KRI / 2589 perihal penunjukan
Puslabfor untuk pemeriksa tulisan.
5. Surat Ketua Mahkamah Agung RI No. 808 / XII / 1983 perihal penunjukan
Puslabfor sebagai pemeriksa barang bukti kasus pidana umum.
6. Surat edaran Jaksa Agung RI No. SE / 003/SA/2/1984 tentang keterangan
ahli mengenai tanda tangan dan tulisan sebagai alat bukti.
7. Peraturan Kapolri Nomor 21 tahun 2010 tentang susunan organisasi dan
tata kerja satker Mabes Polri.
8. Peraturan Kapolri nomor 10 tahun 2009 tentang tata cara permintaan
bantuan kepada Labfor Polri.
Puslabfor bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi laboratorium
forensik untuk mendukung penyidikan yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran
Polri dengan fungsi, yaitu:
1. Penyiapan kebijakan Kabareskrim yang berkaitan dengan fungsi Labfor
dan termasuk bahan masukan untuk penyusunan perencanaan strategis
Polri.
2. Penyusunan perencanaan strategis dan program kerja Labfor serta
pelaksanaannya.
3. Pembinaan dan pengembangan kemampuan sumber daya labfor yang
meliputi sistem/metode, personel, instrumen analisis, dan pengembangan
ilmu forensik serta aplikasinya dalam rangka mencapai mutu pemeriksaan
sesuai dengan standar yang berlaku.
4. Penyelenggraan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti dan
pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dalam rangka pembuktian ilmiah
pada proses penyelidikan/penyidikan.
4
5. Pembinaan teknis fungsi Labfor kepada seluruh jajaran Polri dan pelayanan
umum fungsi Labfor kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan
Forensic Mindness.
6. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait dalam Polri ataupun di
luar Polri demi kelancaran tugas serta peningkatan profesionalitas.
7. Pengawasan, pengendalian, analisis, evaluasi pelaksanaan pembinaan, dan
operasional fungsi Labfor.
8. Pemberian pertimbangan saran kepada Kabareskrim Polri mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan bidang tugasnya.
5
mengambil dan mengumpulakan barang bukti tersbut diperlukan ketelitian,
kecermatan dan pengetahuan atau keahlian mengenai bahan atau barang bukti
tersebut. Oleh karena itu, tahap ini perlu melibatkan Laboratorium Forensik.
Sebagai contoh kasus narkotika, pemalsuan produk industri, kebakaran,
pembunuhan, peledakan, pencemaran lingkungan hidup atau limbah dimana
barang buktinya sering bersifat mikro yang keberhasilan penemuan dan
pemeriksaan sangat tergantung terhadap teknologi yang dipergunakan. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut nantinya dapat dijadikan petunjuk
dalam proses penyelidikan lebih lanjut.
2. Tahap Penindakan
Salah satu kegiatan penindakan adalah melakukan penyitaan terhadap
barang atau benda yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi
(Barang Bukti). Kegiatan melakukan penyitaan terhadap benda atau barang
yang berbahaya atau mudah terkontaminasi, cara pengambilannya
memerlukan peralatan atau penangan khusus, maka diperlukan dukungan
teknis dari Laboratorium Forensik untuk menangani barang bukti tersebut.
Oleh karena itu diharapkan bahwa barang bukti yang kemudian hari akann
dilakukan pemeriksaan di Laboratorium tidak mengalami perubahan atau
terkontaminasi, sehingga hasil pemeriksaan yang dilakukan akan sesuai
dengan sifat asli barang bukti tersebut. Peran Laboratorium Forensik pada
tahap penindakan sangat diperlukan yaitu pada pengambilan barang bukti
atau sampling serta pengamanan atau pengawetan barang bukti yang akan
diperiksa di laboratorium.
3. Tahap Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikkan tersangka dan atau saksi atau barang bukti
sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti di dalam
tindak pidana tersebut menjadi jelas. Salah satu kegiatan pada tahap
pemeriksaan yang berhubungan dengan Laboratorium Forensik antara lain
bahwa penyidik dapat meminta pendapat orang Ahli atau orang yang
6
memiliki keahlian khusus. Sepanjang pendapat orang Ahli tersebut akan
melakukan pemeriksaan atau analisa barang bukti di laboratorium.
5. Tahap Penuntutan
Peran Laboratorium Forensik Polri dalam hal proses penuntutan.
Penuntut umum dapat melakukan konsultasi dengan pemeriksa Ahli dari
Laboratorium Forensik tentang hasil pemeriksa laboratories kriminalistik,
sehingga unsure pidana yang didakwakan kepada tersangka menjadi lebih
akurat. Selain itu, dalam hal Jaksa melakukan penyidikan kasus tindak pidana
khusus, maka jaksa sebagai penyidik dapat mengirimkan barang bukti untuk
diperiksa oleh Ahli di Laboratorium Forensik.
6. Tahap Peradilan
Peran Laboratorium Forensik Polri dalam tahap Peradilan, menurut
KUHP Pasal 184 ayat 1, terdapat 5 (lima) alat bukti yang sah, yaitu :
a). Keterangan Saksi
b). Keterangan Ahli
c). Surat
d). Petunjuk
e). Keterangan Terdakwa
Dari ke-5 alat bukti tersebut diatas, minimal 3 (tiga) diantaranya dapat
diemban oleh Laboratorium Forensik Polri yaitu keterangan ahli, surat dan
petunjuk berdasarkan hasil pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan
7
pemeriksaan laboratoris barang bukti dalam bentuk produk pemeriksaan
laboratorium forensik Polri.
Jenis pelayanan Laboratorium Forensik Polri tersebut disajikan dalam
bentuk produk pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri yang dikategorikan
sesuai kepentingannya sebagai berikut :
a) Kepentingan Peradilan (Pro Justicia)
Jenis pelayanan ini hanya diberikan berdasarkan permintaan dari
Aparat Penegak Hukum (Polri, Jaksa, Hakim, POM TNI, PNS dan instansi
Penyidikan, Penuntutan serta Peradilan) untuk suatu Perkara Pidana dalam
bentuk Berita Acara pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan
laboratorium kriminalistik barang bukti.
b) Kepentingan Non Peradilan (Non Justicia).
Jenis pelayanan ini dapat diberikan kepada atau diminta masyarakat
dalam rangka proses penegakan aturan internal kelompok atau masyarakat
atau untuk meredam terjadinya konflik atau untuk kepentingan terapi ( bukan
kepentingan penegak hukum). Biasanya dilakukan untuk suatu perkara
perdata dan hasil pengujian diberikan dalam bentuk Surat Keterangan
Pemeriksaan sampel (Locard, 2010).
8
palsu, dan produk cetak serta memberikan pelayanan umum forensik
kriminalistik.
2. Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik (Bidbalmetfor).
Bidbalmetfor bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan
teknis kriminalistik TKP dan laboratorius kriminalistik barang bukti senjata
api, bahan peledak, dan metarulgi serta memberikan pelayanan umum
forensik kriminalisitik.
3. Bidang Fisika Komputer Forensik (Bidfiskomfor).
Bidfiskomfor bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan
teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratorium kriminalistik barang
bukti uji kebohongan (lie detector), jejak, radioaktif, konstruksi bangunan,
peralatan teknik, kebakaran dan/ atau pembakaran, komputer forensik serta
memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik.
4. Bidang Kimia Biologi dan Toksikologi Lingkungan Forensik
(Bidkimbiofor).
Bidkimbiofor bertugas menyelenggarakan pemeriksaan teknis
kriminalistik TKP dan laboratoris kriminalistik barang bukti kimia, biologi
dan/ atau serologi, toksikologi atau lingkungan hidup serta memberikan
pelayanan umum forensik kriminalistik.
5. Bidang Narkoba Forensik (Bidnarkobafor).
Bidnarkobafor bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan
teknis kriminalistik TKP dan laboratorium kriminalistik barang bukti
narkotika, psikotropika, dan obat serta memberikan pelayanan umum forensik
kriminalistik.
Struktur Organisasi dari Puslabfor sesuai dengan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 adalah sebagai
berikut.
9
Gambar 1. Struktur Organisasi PUSLABFOR BARESKRIM POLRI
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah beaker glass, corong
pisah, gelas ukur, pipet tetes, instrument GC-FID merk Agilent Technologies tipe
6890 N, Syringe 10; 100; dan 500 𝜇L, Vial GC Agilent.
3.1.2 Bahan
Bahan yang diperlukan adalah n-Hexane p.a., gas pembawa helium, gas
pembakar hidrogen, dan udara tekan, sampel, aquades.
11
difenil dan 95% metilpolisiloksan. Detektor menggunakan Flame Ionization
Detector (FID). Suhu pembakaran yakni 250ºC degan tekanan 20,15 psi.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Untuk mendukung pernyataan tersebut, dilakukan overlay antara larutan
satndar formalin dengan larutan sampel saluran separator. Diperoleh hasil seperti
gambar di bawah ini :
Gambar 4. Overlap Kromatogram Larutan Standar & Larutan Sampel Saluran Separator
Dari hasil overlay kedua larutan tidak menunjukkan adanya overlap pada waktu
retensi sekitar 2,3 menit. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel saluran
separator tidak mengandung formalin.
Pada sampel 2 (Air limbah saluran pembersih IBC separator)
menunjukkan adanya puncak pada waktu retensi sekitar 2,342 menit. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam sampel tersebut mengandung formalin. Muncul
puncak lain dengan integritas yang sangat kecil menunjukkan adanya senyawa
lain/ zat pengotor dengan kadar yang sangat kecil. Hasil kromatogram larutan
sampel saluran pembersih IBC ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
14
Untuk mendukung pernyataan tersebut, dilakukan overlay antara larutan
satndar formalin dengan larutan sampel saluran pembersih IBC. Diperoleh hasil
seperti gambar di bawah ini :
Gambar 6. Overlap Kromatogram Larutan Standar & Larutan Sampel Saluran IBC
Dari hasil overlay kedua larutan tidak menunjukkan adanya overlap, terjadi
geseran waktu retensi pada larutan sampel pembersih IBC. Tetapi selisih waktu
retensi diantara keduanya bernilai kecil (2,331-2,342). Hal ini membuktikan
bahwa pada sampel saluran pembersih IBC mengandung formalin.
Pada sampel 3 (saluran input air limbah) menunjukkan adanya puncak
pada waktu retensi sekitar 2,342 menit. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
sampel tersebut mengandung formalin. Muncul puncak lain dengan integritas
yang sangat kecil menunjukkan adanya senyawa lain/ zat pengotor dengan kadar
yang sangat kecil. Hasil kromatogram larutan sampel saluran input air limbah
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
15
Gambar 7. Kromatogram Larutan Sampel Saluran Input Limbah
Gambar 8. Overlap Kromatogram Larutan Standar & Larutan Sampel Saluran Input Limbah
Dari hasil overlay kedua larutan menunjukkan adanya overlap tepat pada waktu
retensi 2,331 menit. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel saluran input
limbah mengandung formalin.
Pada sampel 4 (air limbah penampung aerob) menunjukkan adanya
puncak pada waktu retensi sekitar 2,3 menit tetapi dengan integritas yang sangat
kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam sampel tersebut tidak mengandung
formalin tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit. Muncul puncak lain dengan
integritas yang sangat kecil menunjukkan adanya senyawa lain/ zat pengotor.
16
Hasil kromatogram larutan sampel penampung aerob ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini:
Gambar 10. Overlap Kromatogram Larutan Standar & Larutan Sampel Penampung Aerob
Dari hasil overlay kedua larutan menunjukkan adanya overlap tepat pada waktu
retensi 2,331 menit. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel penampung aerob
mengandung formalin.
Pada sampel 5 (air limbah saluran pembatas air laut) menunjukkan adanya
puncak pada waktu retensi sekitar 2,356 menit. Hal ini mengindikasikan bahwa
dalam sampel tersebut mengandung formalin. Muncul puncak lain dengan
integritas yang sangat kecil menunjukkan adanya senyawa lain/ zat pengotor
17
dengan kadar yang sangat kecil. Hasil kromatogram larutan sampel saluran
pembatas laut ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
Gambar 12. Overlap Kromatogram Larutan Standar & Larutan Sampel Pembatas Menuju Laut
Dari hasil overlay kedua larutan menunjukkan adanya overlap tepat pada waktu
retensi 2,331 menit. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel pembatas menuju
laut mengandung formalin.
Pada sampel 6 (outlet saluran air laut) menunjukkan adanya puncak pada
waktu retensi sekitar 2,319 menit. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam sampel
tersebut mengandung formalin. Muncul puncak lain dengan integritas yang sangat
18
kecil menunjukkan adanya senyawa lain/ zat pengotor dengan kadar yang sangat
kecil. Hasil kromatogram larutan sampel outlet saluran air laut ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini:
Gambar 14. Overlap Kromatogram Larutan Standar & Larutan Sampel Outlet Saluran Air Laut
Dari hasil overlay kedua larutan menunjukkan adanya overlap tepat pada waktu
retensi 2,331 menit. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel outlet saluran air
laut mengandung formalin.
19
BAB V
KESIMPULAN
20
DAFTAR RUJUKAN
21