Anda di halaman 1dari 24

ADMINISTRASI PENGGELOLAAN HUTAN

(STUDI KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Qualitative and Quantitative Data
Analysis dengan Dosen pengampu Septina Dwi Rahmawati, S.AP., M.AP

Disusun Oleh:
FATIMATULLAH
22101091086

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023
ii

Daftar Istilah
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

HHK : Hasil Hutan Kayu

HHBK : Hasil Hutan bukan kayu

KPHP : Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

PROPER : Public Disclosure Program for Environmental Compliance.

UKL – UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan -Upaya Pemantauan


Lingkungan

SE : Surat Edaran

KPH : Kesatuan Hutan Lindung


iii

DAFTAR ISI

Daftar Istilah....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...iii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................2

C. Tujuan dan Manfaat............................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................4

TINJAUN PUSTAKA.....................................................................................................4

A. Administrasi..........................................................................................................4

B. Hutan.....................................................................................................................5

C. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung...............................................................6

BAB III.............................................................................................................................8

METODE PENELITIAN...............................................................................................8

A. Jenis Penelitian.....................................................................................................8

B. Lokasi Penelitian..................................................................................................8

C. Sumber Data.........................................................................................................8

D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................9

E. Teknik Analisis Data..........................................................................................10

F. Keabsahan Data..................................................................................................10

BAB IV...........................................................................................................................12

PEMBAHASAN.............................................................................................................12

A. Apa saja Kebijakan Administrasi Pengelolaan Hutan di Dompu.................12


iv

B. Bagaimana Penanganan Terhadap Kasus Perluasan Lahan Pertanian di


Dompu.........................................................................................................................16

BAB V.............................................................................................................................19

PENUTUP......................................................................................................................19

A. KESIMPULAN.......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan yang luas.
Hutan Indonesia terbesar ada di pulau Jawa, pulau Sumatera, dan pulau
Kalimantan. Hutan di bedakan menjadi beberapa jenis yaitu, hutan lindung,
hutan produksi, dan hutan Konservasi. Pengertian hutan itu sendiri adalah
bidang yang di penuhi pepohonan, sebagai suatu kesatuan, perpaduan antara
alam hidup dan lingkungan alam atau ekosistemnya.
Kabupaten Dompu merupakan salah satu dari aspek geografis yang
terletak di pulau Sumbawa provinsi NTB, yang meliki luas hutan 114, 495, 56
Ha kawasan hutan atau sekitar 49% dari 2. 324, 55 Km2 luas wilayah Kabupaten
Dompu yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan sosial ekonomi
masyarakat. Penggelolaan hutan di lakukan oleh pemerintah setempat untuk
menjaga serta mengkoordinasi kegiatan masyarakat dalam menggunakan hutan.
Hutan rakyat merupakan salah satu modal pengelolaan sumber daya alam yang
berdasarkan inisiatif masyarakat, ditunjuk untuk manghasilkan kayu dan
komoditas pertanian ikutannya yang secara ekonomis bertujuan untuk
meningkatkan pendapat masyarakat dan sejahteraan masyarakat. Pengelolaan
hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.
Bidang pengelolaan Hutan di Kabupaten Dompu Balai KPH Tofopajo
Soromandi memiliki tugas menyusun bahan atau materi Perumusan Kebijakan,
Koordinasi dan Pengawasan, Pengendalian, Monitoring, Penyusunan Rencana
dan Program, Evaluasi, dan Pelaporan Penyelenggaran urusan pemerintah di
bidang lingkungan hidup dan kegiatan kehutanan kegiatan perencanaan dan Tata
Hutan, Usaha Kehutanan serta pengelolaan, Pemasaran, dan Iuran Pengelolaan
hutan. Peraturan Pemerintah Nomor. 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan dan Peraturan Daerah PP ini mengatur mengenai
Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan
2

Fungsi Kawasan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan, Tata Hutan dan


Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, Pengelolaan
Perhutanan Sosial, Perlindungan Hutan; Pengawasan; dan Sanksi Administratif.
Pada penelitian ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah sistem pengelolaan
hutan di Kabupaten Dompu, melihat bagaimana sistem pengelolaan dan
pemanfaatan masyrakat terhadapa hutan, banyaknya kasus penebangan liar dan
pengundulan hutan oleh masyrakat setempat menyebabkan masalah yang serius,
perubahan iklim, bencana alam (banjir, longsor, polusi dan meningkat nya suhu
cuaca panas). Oleh karena itu fokus penelitian ini terdapat pada sistem
Administrasi pengelolaan Hutan di kantor KPHL (Kesatuan Penggelolaan Hutan
Lindung) Toffo pajo Unit XVI. Jalan provinsi Hu’u, Dompu, Kec Pajo, Kab
Dompu, NTB. Dengan Ini saya mengambil judul Administarsi Pengelolaan
Hutan Di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan tiga Rumusan Masalah
yaitu:

1. Bagaimana kebijakan administrasi pengelolaan hutan di Dompu?


2. Apa saja tindakan dalam melakukan pengelolaan hutan?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Tujuan
Untuk mengetahui dan membandingkan kebenaran Teoritis tentang
Administrasi Penggelolaan Kehutanan oleh organisasi KPHL di Dompu dan
kejadian Empiris yang di temukan yakni adanya dampak dari sistem
penggelolaan hutan oleh masyrakat.
2. Manfaat penelitian
Setiap diadakanya suatu peneliatian pasti mempunyai sifat manfaat
sehingga bisa dinikmati hasil akhirnya. Dengan adanya penelitian ini maka
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang di antara
lain:
a. Manfaat Teoritis
3

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengetahuan, serta dapat menjadi referensi tentan kajian administrasi
penggelolaan kehutanan.
b. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini masyarakat diharapkan akan
mendapatkan informasi terkait kebijakan KPHL tentang penggelolaan
hutan.
4

BAB II

TINJAUN PUSTAKA
A. Administrasi
Admintrasi dalam kehidupan sehari-sehari ataupun dalam dunia kerja ,anda
pasti sudah tidak asing dengan istilah admintrasi .Kata ini sering dijumpai dan
digunakan dalam kehidupan sehari-sehari . Namun tidak semua mengetahui apa
sebenarnya yang dimaksud dengan admintrasi itu sendiri. Menurut Dr. Sondang
Siagian dalam jurnal (Goleman, 2019) Admintrasi dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasrkan
atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Irra Chisyanti Dewi dalam buku pengantar admintrasi mengatakan bahwa
admintrasi memiliki pengertian dalam arti yaitu sebagai perkerjaan tulis menulis
atau ketataushaan atau kesekretarisan, yaitu meliputi kegiatan menerima,
mencatat ,menghimpun, mengolah, mengadakan ,mengirim,menyimpan.

Berdasarkan pengertian administrasi menurut para ahli pengertian tersebut


dapat disimpulkan jika perkerjaan ini memiliki fungsi atau peran yang sangat
penting.Berikut ini adalah beberapa fungsi administrasi yang harus anda ketahui:

a. Planing Berdasarkan salah satu pengertian administrasi perkantoran menurut


para ahli menyebutkan jika administrasi adalah sebuah kegiatan perencanaan.
Maka, fungsi administrasi yang pertama adalah fungsi planning atau
perencanaan dimana dalam perencanaan ini dibutuhkan pengumpulan dan
pengolahan data kemudian menyusun perencanaan.
b. Fungsi selanjutnya yang juga menjadi pengertian administrasi perkantoran
menurut para ahli adalah fungsi organizing atau pengorganisasian.Fungsi ini
adalah menyusun serta membentuk hubungan kerja antara satu pihak dengan
pihak lain hingga terwujud kesatuan.
c. Fungsi lain dari administrasi ini adalah reporting dimana kegiatan yang
dilakukan adalah melaporkan perkembangan dan hasil kegiatan melalui
keterangan – 8 keterangan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dengan
adanya fungsi ini, pihak yang menerima laporan kegiatan bisa mengetahui dan
mendaptkan gambaran informasi atas pelaksanaan tugas yang sudah dikerjakan
5

d. Fungsi terakhir ini sebenarnya bisa masuk dalam ramah administrasi namun
dalam bidang keuangan. Dimana jika dilihat berdasarkan fungsi administrasi
keuangan ini adalah untuk mengelola atau mengatur segala perencanaan
tentang anggaran atau keuangan yang digunakan. Pada dasarnya , pengetian
administrasi keuangan ini hamper sama dengan administrasi perkantoran,
namun lebih spesifik dalam fungsi mengatur keuangan.
B. Hutan
Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999, hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
dengan kata lain tidak dapat dipisahkan.
Ada 4 unsur yang terkandung dari definisi hutan diatas, yaitu
a. Unsur lapangan yang cukup luas disebut tanah hutan.
b. Unsur pohon (kayu, bamboo, palem), flora, fauna
c. Unsur lingkungan.
d. Unsur penetapan pemerintah.
Unsur pertama, kedua dan ketiga membentuk persekuan hidup yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Perhatian hutan disini, menganut
konsepsi hukum secara vertikal, karena antara lapangan (tanah), pohon, flora, fauna
beserta lingkungannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adanya penetapan
Pemerintah mengenai hutan mempunyai arti yang sangat penting, karena dengan
adanya penetapan pemerintah tersebut, kedudukan hutan menjadi sangat kuat.

Ada dua arti penting Penetapan Pemerintah tersebut, yaitu:


a. Agar setiap orang tidak sewenang-wenang untuk membabat, menduduki dan
atau mengerjakan kawasan hutan. Mewajibkan kepada pemerintah melalui
Menteri Kehutanan untuk mengatur perencanaan, peruntukan, penyediaan,
dan penggunaan hutan sesuai dengan fungsinya, serta menjaga dan
melindungi hutan.
b. Hutan mempunyai banyak fungsi dan memainkan peran penting dalam
pelestarian tanah dan air, memelihara atmosfir yang sehat dan memelihara
keanekaragaman hayati tumbuh -tumbuhan dan hewan. Kelangsungan dan
6

keberadaan hutan tergantung sejauh mana kita mengakui dan melindungi


nilainilai ekologi dan nilai sosial serta ekonominya. Manfaat- manfaat ini
perlu di masukkan kedalam sistem neraca ekonomi nasional yang dipakai
untuk menimbang pilihan-pilihan pembangunan (Candra, 2020). Arti penting
dan 11 fungsi hutan tersebut dapat menempatkan peran hutan yang cukup
besar dalam memelihara kelestarian mutu dan tatanan lingkungan hidup, serta
pengembangan ekonomi kerakyatan dan pendapatan Negara. Oleh karena itu
pemanfaatan dan kelestarian sumber daya hutan perlu dilakukan melalui suatu
sistem pengelolaan yang dapat menjaga serta meningkatkan fungsi dan
peranan hutan bagi kepentingan generasi sekarang dan generasi berikutnya.
C. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
Pengelolaan kawasan hutan tidak terlepas dari persoalan atau konflik lahan
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ekonomi, sosial, ekologi dan
kebutuhan lahan pertanian. Konflik dalam kawasan hutan terjadi karena rendahnya
intensitas pengelolaan, pengamanan dan perlindungan (Candra, 2020). Hal ini juga
dijelaskan oleh Suryandari dan Sylviani (2010) bahwa lemahnya pengelolaan
kawasan hutan merupakan penyebab konflik di dalam kawasan hutan, sehingga
diperlukan institusi yang dapat mengelola kawasan hutan dengan lestari.
Pembangunan KPHP merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut serta untuk mewujudkan kelestarian hutan.
Salah satu hal mendasar dalam pembangunan KPHP adalah untuk
mewujudkan pelaksanaan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam
mengelola sumberdaya hutan. Unit pengelolaan KPHP perlu didesain sesuai dengan
situasi lapangan sehingga pembangunan KPHP dapat memungkinkan dicapainya
pengelolaan hutan secara berkelanjutan (Supratman, 2008).
Pembentukan KPHP merupakan serangkaian proses perencanaan atau
penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan
peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPHP menjadi
bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten.
Pembentukan KPHP ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya
kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari. Implementasi pembangunan
KPHP banyak menghadapi permasalahan baik dari sisi kelembagaan dan sosial.
7

Pembentukan KPHP merupakan serangkaian proses perencanaan atau


penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan
peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPHP menjadi
bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten.
Pembentukan KPHP ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya
kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari. Implementasi pembangunan
KPHP banyak menghadapi permasalahan baik dari sisi kelembagaan dan sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan pembentukan
organisasi KPHP adalah faktor komunikasi, sumber daya dan birokrasi.
8

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa analisis
angka-angka statistik, melaikan data tersebut berasal dari naska wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Menurut
(Candra, 2020) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah dengan maksud menafsikan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif adalah
peneliti yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek peneliti misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa,
pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Penelitian kualitatif ini tidak hanya mengungkapkan peristiwa riil, tetapi
lebih dari itu hasilnya diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi.
Selain itu penelitian ini akan lebih peka terhadap informasi yang bersifat
kualitatif deskriptif dengan secara relatif berusaha mempertahankan keutuhan
dari objekyang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu Jalan provinsi Hu’u, Dompu, Kec Pajo, Kab
Dompu. Pemilihan Lokasi penelitian dilalukan kantor KPHL Toffo pajo Unit
XVI. Lokasi dipilih karena dirasakan dapat memberikan informasih yang akurat
mengenai admininistrasi penggelolaan hutan.

C. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatis, jenis sumber data yang berupa manusia
dalam penelitian pada umumnya sebagai responden (respoden). Posisi sumber
data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai
individu yang memiliki infomasinya. Peneliti dan narasumber disini memiliki
posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekedar memberika
9

tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa memilih arah dan selera
dalam menyajikan informasi yang ia miliki.

Dalam penelitian kualitatif sumber data yang berupa literature buku,


jurnal dan berita yang terkait dengan data-data yang diperlukan oleh penulis, dan
observasi (pengamatan), dan dokumentasi (pengumpulan bukti, pemilihan,
pengelolahan, dan penyimpanan informasi).

D. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan jenis sumber data yang diproleh secara
(primer) lisan dan tertulis. Adapun tekni pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode observasi
Metode Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis dengan proseduryang terstandar. Observasi
merupakan bentuk penerimaan data yang dilakukan denga cara pengamatan
kejadian dan pencatatan dengan sistematis. Terhadap fenomena-fenomena
yang diteliti. Observasi bukan hanya menentukan siapa yang akan
diwawancara melainkan juga menetapkan konteks, kejadian, dan prosesnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan
dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa kelebihan
pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh
secara mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi hatinya secara
lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih
bermakna.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya. Studi dokumentasi adalah cara pengempulan data melalui
10

peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku


mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan yang bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan
yang dapat dikelolah, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa
yang diceritakan kepada orang lain. Dengan demikian, data yang telah
dikumpulkan dari hasil wawancara dan studi kepustakaan atau dokumentasi
akan di analisis dan ditafsirkan untuk menegetahui maksud serta maknanya,
kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang dikumpulkan
disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung dari hasil wawancara dan
studi perpustakaan.

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan


2. Reduksi data yaitu proses pemilihan proses pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
dilapangan selama penelitian.
3. Penyajian data (data desplay) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam
bentuk teks naratif dan tabel yang bertujuan mempertajam pemahaman
penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel
atau uraian penjelasan. Penyajian data atau display data dimaksudkan agar
memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian.
4. Menarik kesimpulan (verifikasi) yaitu mecari arti pola-pola penjelasan,
konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi. Verifikasi
dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang
proses penelitian sejak awal memasuki lapangan dan sepajang proses
pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari
makna dari data yang dikumpulkan.
F. Keabsahan Data
Supaya data yang diperoleh dijamin keabsahannya sehingga dapat
dipertanggung jawabkan hasil penelitiannya, maka perlu melakukan triangulasi.
11

Menurut (Candra, 2020) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data


yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluaran
pengecekan atau sebagai penanding untuk data itu. Terdapat empat macam
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
12

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Apa saja Kebijakan Administrasi Pengelolaan Hutan di Dompu
Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 10 Tahun 2013 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
Toffo pajo. Pemerintahan daerah Kabupaten Dompu di bawah pimpinan Bupati
Kader Jealani dan wakil Bupati H. Syahrul Parsan berkomitmen untuk
mengembalikan fungsi hutan yang telah mengalami kerusakan akibat ulah
perladangan liar maupun illegal longing. Salah satu upaya pencegahan melalui
upaya adalah mengeluarkan surat Edaran Nomor 660/120/DLH 2021 tentang
larangan perusakan hutan, pembalakan dan perladangan liar supaya agar menjaga
kelestarian lingkungan alam di Kabupaten Dompu. Surat edaran bertanggal 31 Mei
2021 yang di tunjukan pada seluruh Camat, Lurah dan Kepala desa se kabupaten
Dompu. Surat edaran ini mengacu pada pada Undang-Undang Nomor 41 tahun
1999 tentang kehutanan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang
Perlingdungan dan penggelolaan lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2013 tentang pencagahan dan pemberantasan kerusakan hutan dan istruksi
Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor: 188.4.5-75/kum tahun 2020 Tentang
Moratorium penebangan dan peredaran hasil hutan kayu di wilayah provinsi Nusa
Tenggara Barat. Selanjutnya Bupati AKJ dalam SE tersebut menjelaskan
menginstruksikan 4 (Empat) poin dalam rangka menghijaukan kembali hutan-hutan
tersebut.

Penggelolaan hutan kemasyrakatan dibutuhkan kolaborasi secara


kelembagaan baik pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten,
dunia usaha dan masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam program hutan
kemasyarakatan yaitu untuk mengatasi degradasi hutan dan mengurangi kemiskinan
masyarakat desa dalam satu paket program dengan membuka akses masyarakat
setempat, khususnya yang sangat tergantung pada sumberdaya hutan dan langsung
menggunakannya.

1. Penggelolaan hutan sebagai sumber mata pencaharian.


13

Mata pencaharian utama pengelola Hutan kemasyarakatan di Kabupaten Dompu


adalah sebagai petani hutan. Ini tidak lepas dari kondisi yang sebagian besar
kawasannya merupakan kawasan hutan dan kebun bahwa ada 20 juta orang yang
tinggal di desa-desa sekitar hutan dan enam juta orang di antaranya sumber
penghidupannya berasal dari hutan. Untuk menelusuri pemanfaatan lahan di
kawasan Hutan kemasyarakatan oleh para petani hutan yang terlibat dalam
program Hutan kemasyarakatan, dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti
dengan responden berikut:
“Saya sudah sepuluh tahun lebih mengolah lahan di kawasan ini dengan
menanam jagung. Tanam ini dapat memberikan hasil yang cepat sesuai dengan
kebutuhan ekonomi petani” (Imran Abdulah, 8 Juni 2019) “Karena keterbatasan
tenaga dan uang kami saling membantu dalam mengolah lahan. Untuk itu kami
mengatur waktu pengolahan lahan agar dapat saling membantu” (Makarau, 15
Juni 2019).
Hasil wawancara di atas memberikan gambaran bahwa, para petani
umumnya memanfaatkan lahan garapan mereka dengan menanam jagung dan
sebelum penanaman bibit jagung, dilakukan pengolahan dengan mencakup dan
menggunakan traktor. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh hasil triangulasi yang
peroleh dari wawancara informan sebagai berikut:
“Lahan ini umumnya hanya ditanami jagung pada saat musim hujan dan
setelah panen jagung, lahan dibiarkan saja tanpa ditanami. Akibatnya lahan
ditumbuhi semak belukar, dan nanti bersihkan kembali pada saat menjelang
musim tanam” (Abakar, 20 Juli 2019). Dengan demikian, masyarakat
memanfaatkan lahan garapannya dengan tanaman semusim yaitu menanam
jagung, hal tersebut didukung oleh adanya bantuan bibit jagung yang diberikan
oleh pemerintah. Sedangkan jenis tanaman yang lain seperti padi atau kedelai
tidak mereka lakukan karena dikhawatirkan akan sulit tumbuh. Akibatnya
masyarakat cenderung berperilaku eksploitatif untuk memaksimalkan manfaat
ekonomi lahan. Pemahaman tersebut diwujudkan melalui pola tanam dengan
memilih jenis-jenis tanaman yang dapat berproduksi jangka pendek dan
kontinyu (jenis tanaman musiman).
14

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, pada


prinsipnya sebagai bentuk pengintegrasian partisipasi masyarakat ke dalam
sistem pembangunan kehutanan dalam kerangka penguatan ekonomi,
kelembagaan dan sosial masyarakat. Namun demikian, pelibatan masyarakat
dalam pengelolaan hutan masih terjadi perdebatan antara penekanan pada
kebutuhan untuk konservasi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal. Untuk
memperoleh gambaran bagaimana perlindungan ekosistem yang dilakukan oleh
para petani di kawasan Hutan kemasyarakatan, dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan responden berikut ini:
“Penyuluh selalu mengingatkan kami untuk tidak menebang pohon besar yang
ada di lahan garapan, tapi sebenarnya pohon itu mengurangi produksi lahan
kami” (Nurdin, 5 Juni 2019).
“Banyak pohon yang ditebang pada lahan ini karena hasil kayunya dapat dijual”
(Ahmad, 9 Juni 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa para petani lebih
cenderung fokus mengolah lahannya untuk kegiatan penanaman budidaya dan
mengabaikan kelestarian ekosistem yang ada. Pohon-pohon sebagian besar
ditebang karena dianggap mengganggu aktivitas pertanian mereka. Selain karena
dianggap mengganggu, pohon-pohon yang ditebang tersebut dijual untuk biaya
mengolah lahan walaupun pihak penyuluh kehutanan sudah berupaya untuk
memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga ekosistem.
2. Pengelolaan hutan untuk memperdayakan masyarakat
Monitoring dan Evaluasi (Monev) merupakan siklus pengelolaan sebuah proyek
atau program. Monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan Hutan
Kemasyarakatan di laksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
melalui KPH dengan melibatkan LSM, Akademisi dan unsur masyarakat.
Monitoring dan evaluasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana program hutan kemasyarakatan telah dilaksanakan. Untuk memperoleh
gambaran tentang pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan hutan
kemasyarakatan di Kabupaten Dompu diperoleh dari hasil wawancara dengan
responden berikut ini:
15

“Proses monitoring biasanya dilakukan oleh teman-teman penyuluh ke hutan


bersama masyarakat yang diwakili oleh LSM, monitoring ini menurut aturannya
dilaksanakan sekali setahun sedangkan pelaksanaan evaluasi dilakukan 1 kali
dalam 5 tahun yaitu setiap berakhirnya periode Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Hutan. Akan
tetapi sampai saat ini belum dilakukan evaluasi karena keterbatasan anggaran”
(Amiruddin, S. Hut, Dinas LHK, 12 Maret 2019).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di atas, diperoleh
informasi dan kesimpulan bahwa Monitoring dan evaluasi tidak pernah
dilakukan oleh pihak terkait, hal tersebut terjadi karena keterbatasan anggaran
dan tenaga yang terbatas.
3. Pengelolaan Hutan Sebagai Eduwisata bagi masyarakat.
Salah satu potensi yang bisa dikembangkan di kawasan Hutan kemasyarakatan
adalah kegiatan wisata. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah No 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Akan tetapi di kawasan Hutan
Kemasyarakatan yang ada di Kabupaten Dompu potensi wisata yang ada belum
ada pemikiran untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan responden berikut ini:
“Tidak jauh dari lahan kami terdapat kawasan persawahan yang indah dan biasa
di kunjungi oleh orang dari kota. Tetapi tempat itu belum di tata dengan baik
sebagai tempat wisata” (Jaidun, 10 Juni 2019)
“Saya juga tidak paham dengan kawasan wisata karena saya pikir lahan ini
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga” (Samsudin, 14 Juni 2019)
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan wisata di sekitar areal Hutan kemasyarakatan
belum dikelola sebagai objek wisata dan sebagian masyarakat belum mengetahui
tentang pengelolaan kawasan wisata. Pengelolaan hutan kemasyarakatan
berbasis wisata dapat dikembangkan di kawasan yang memiliki potensi wisata
sehingga masyarakat tidak saja memperoleh manfaat hutan dari mengelola lahan
dan hasil hutan non kayu namun demikian potensi ini belum dikembangkan di
16

Kabupaten Dompu, di sisi lain terdapat lokasi Hutan kemasyarakatan yang


memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tempat wisata.
Pengelolaan lahan di kawasan hutan kemasyarakatan oleh petani hutan
yang ada di Kabupaten Dompu lebih didominasi oleh usaha tanaman semusim
yaitu tanaman jagung yang dilakukan setiap musim hujan. Hanya di lokasi-
lokasi yang berdekatan dengan aliran sungai yang tidak bergantung pada air
hujan, sehingga bisa menanam lebih dari satu kali setahun. Selain dari
tananaman jagung, para petani hutan memperoleh penghasilan lain yaitu dengan
memanfaatkan Hasil Hutan Kayu (HHK) maupun Hasil Hutan bukan Kayu
(HHBK) yang mereka jual, antara lain, kayu gelondongan, kayu bakar, buah
kemiri, madu, ternak unggas, pisang, buah mangga, kayu bakar serta kayu
gelondongan.

B. Bagaimana Penanganan Terhadap Kasus Perluasan Lahan Pertanian di


Dompu.
Hutan merupakan paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat flora dan
fauna, pengendali bencana, tempat penyimpanan air, dan berfungsi untuk
mengurangi polusi kerena pencemaran udara. Untuk mengembalikan fungsi
hutan yang terlanjur rusak dan mempertahankan hutan yang masih berfungsi di
Bumi Ngahi Rawi Pahu, pemerintah Pabupaten Dompu bersama pemerintahan
Nusa Tenggara Barat melalui Dinas lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengadakan rapat koordinasi terbatas yang membahas berbagai isu-isu terkini
tentang kehutanan di Dompu. Rapat tersebut menghasilkan beberapa poin
penting, bahwa pemerintahan daerah dan provinsi melalui dinas LHK akan
melakukan rehabilitasi hutan dengan langkah kongkrit, salah satunya
memperkuat program reboisasi dan rehabilitasi hutan yang bekerja sama dengan
pemerintah provinsi maupun kelompok-kelompok masyrakat melalui program
detail seperti program Agroforestry yang memadukan program pengelolaan hutan
atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komuditas atau tanaman jangka
pendek (Holtikultura) seperti tanaman pertanian.
Selain itu pemerintah memfasilitasi program kemitraan dengan dalam
memanfaatkan dan mengembalikan fungsi hutan. Sehingga ekologis dan
ekonomis dapat berjalan bersama-sama melalui program kemitraan dengan
17

kelompok masyrakat untuk menanan pohon produksi seperti buah-buahan yang


bekerjasama dengan dinas pertanian. Sedangkan untuk program pengembangan
dan penggemukan sapi dengan menanam pohon Lamtoro akan berkerja sama.
dengan Dinas Peternakan. Dengan program ini diharapkan agar dapat
mempertahankan kondisi hutan yang masih baik dari kerusakan dengan terus
melakukan pencegahan melalui pola persuasive, pendekatan sosial, pembinaan
kerjasama lintas sektoral demi mencagah kerusakan lebih parah. Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2013 tentang pencagahan dan pemberantasan kerusakan hutan.
Dalam upaya pengendalian pencemaran udara, Dinas LHK NTB telah
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap beberapa pelaku usaha
melalui kegiatan PROPER. Perusahaan dipastikan untuk tetap melaksanakan
kewajibannya dalam pengendalian pencemaran udara, yakni tetap wajib taat
terhadap : (1) titik penaatan pemantauan, (2) pelaporan, (3) parameter baku mutu
emisi sesuai dengan peraturan berlaku, (4) pemenuhan baku mutu emisi sesuai
dengan peraturan berlaku, dan (5) ketentuan teknis yang dipersyaratkan.
Perusahaan juga diwajibkan untuk melakukan pengukuran kualitas udara ambien
sekurang-kurangnya 6 bulan sekali sesuai dengan PP Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kewajiban lainnya ialah
menyampaikan laporan setiap enam bulan tentang pengujian emisi udara manual
atau sesuai dengan dokumen pemantauan UKL/UPL kepada Dinas LH kab/kota
setempat, Dinas LHK Provinsi, dan Kementerian LHK. Upaya peningkatan
indeks kualitas air yang telah disebutkan di subbab sebelumnya berdampak
sekaligus pada penanganan kualitas udara Provinsi NTB. Upaya peningkatan
kualitas udara dilakukan melalui berbagai intervensi seperti kebijakan terkait
pengendalian pencemaran udara dalam evaluasi PROPER, syarat penerbitan
rekomendasi KLHS dan AMDAL/UKL-UPL, serta membangun komitmen
dengan masyarakat melalui program adiwiyata/kampung iklim, dan membangun
kerjasama penanganan dan pengurangan sampah dengan berbagai pihak lainnya.
Dalam upaya pengendalian pencemaran udara, Dinas LHK NTB telah
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap beberapa pelaku usaha
melalui kegiatan PROPER. Perusahaan dipastikan untuk tetap melaksanakan
kewajibannya dalam pengendalian pencemaran udara, yakni tetap wajib taat
18

terhadap : (1) titik penaatan pemantauan, (2) pelaporan, (3), parameter baku mutu
emisi sesuai dengan peraturan berlaku, (4) pemenuhan baku mutu emisi sesuai
dengan peraturan berlaku, dan (5) ketentuan teknis yang dipersyaratkan.
Perusahaan juga diwajibkan untuk melakukan pengukuran kualitas udara ambien
sekurang-kurangnya 6 bulan sekali sesuai dengan PP Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kewajiban lainnya ialah
menyampaikan laporan setiap enam bulan tentang pengujian emisi udara manual
atau sesuai dengan dokumen pemantauan UKL/UPL kepada Dinas LH kab/kota
setempat, Dinas LHK Provinsi, dan Kementerian LHK. Berdasarkan hasil
evaluasi kinerja PROPER, Sebanyak 17 perusahaan yang dievaluasi, sebanyak 15
perusahaan sudah taat, 2 perusahaan lainnya masih perlu penyempurnaan dalam
upayaupayanya.
19

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemanfaatan lahan di kawasan hutan kemasyarakatan oleh petani hutan yang


terlibat dalam program Hutan kemasyarakatan dapat meningkatkan
perekonomian petani tersebut dengan memanfaatkan lahan garapan mereka
dengan tanaman semusim yaitu menanam jagung. Selain itu, masyarakat dapat
penghasilan lain selain menanam jagung yaitu memanfaatkan hasil hutan baik
kayu maupun non kayu yang mereka jual.
2. Pemberdayaan masyarakat berwujud dalam bentuk pelibatan masyarakat dalam
kegiatan hutan kemasyarakatan. Namun, pelaksanaan program hutan
kemasyarakatan di Kabupaten Dompu tidak pernah dievaluasi. Hal ini
berdampak kepada kelanjutan program hutan kemasyarakatan yang telah
direncanakan.
3. Pengembangan model eduwisata pada Kecamatan Dompu Desa Karamabura
memiliki potensi ekowisata. Pemanfaatan wilayah hutan kemasyarakatan
sebagai kawasan eduwisata ditujukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya konservasi lingkungan. Penerapan eduwisata
juga memberikan pembelajaran wisata yang ditambahkan dengan unsur
pendidikan.
20

DAFTAR PUSTAKA
Candra (2020) ‘IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA
KELOMPOK TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG
(KPHL) AMPANG RIWO KABUPATEN DOMPU’, Jurnal Administrasi Publik, 1.

Goleman (2019) ‘Administrasi’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),


pp. 1–9. Available at: http://repository.unpas.ac.id/9946/4/BAB II acul.pdf.

Fahrirurrahman, F., & Ratnaningsih, Y. (2020). ANALISIS KETERGANTUNGAN


MASYARAKAT TERHADAP HASIL HUTAN DI DALAM KAWASAN HUTAN
LINDUNG DI DESA DAHA KECEMATAN HU’U KABUPATEN DOMPU
PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT. Jurnal Silva Samalas, 3(2), 86–89.

Nandini, R. (2013). Evaluasi pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada hutan


produksi dan hutan Lindung di Pulau Lombok. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10(1),
43–55.

INTERNET
http://www.koranlensapos.com/2021/06/cegah-kerusakan-hutan-bupati-dompu.html
https://dompukab.go.id/pemda-dompu-dan-pemprov-ntb-bahas-solusi-hutan-yang-
terlanjur-rusak.html
https://setda.dompukab.go.id/satukan-persepsi-penanganan-hutan-kadis-lhk-provinsi-
ntb-dan-pemda-dompu-gelar-pertemuan.html
https://setda.dompukab.go.id/rapat-pengembangan-kehutanan-sosial-dengan-
kementerian-lhk-bupati-dompu-teken-mou.html

Anda mungkin juga menyukai