Anda di halaman 1dari 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Perum Perhutani


a. Teori tentang tugas, wewenang, dan fungsi Perum Perhutani
Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus
memiliki legitimasi yaitu kewenangan yang diberikan dari peraturan
perundang-undangan. Substansi legitimasi itu sendiri merupakan
wewenang yang berarti “het vermogen tot het verrichten van bepaalde
rechtshandelingen” yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan
hukum tertentu. Menurut H.D. Stout, “bevoegdheid is een begrip uit het
bestuurlijke organisatierecht, wat kan worden omschreven als het
geheel van regels dat betrekking heft op de verkrijging en uitoefening
van bestuurschrectlijke bevoegheden door publiekrechtelijke
rechtsubjecten in het bestuurschrectlijken rechtsverkeer” bahwa
wewenang dijelaskan sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan
dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek
hukum publik di dalam hubungan hukum publik. (Ridwan H. R,
2013:98)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 tentang
Perum Kehutanan Negara dijelaskan bahwa Perusahaan Umum
(Perum) Kehutanan Negara, yang disebut Perusahaan merupakan
Badan Usaha Milik Negara yang seluruh modalnya dimiliki oleh
Negara yang berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi
atas saham serta memiliki peranan dalam Pengelolaan Hutan di Hutan
Negara. Pengelolaan Hutan di Hutan Negara yang dimaksud meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
b. Pemanfaatan Hutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan


d. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Pada Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang
Perum Kehutanan Negara menyatakan bahwa:
a. Perusahaan menyelenggarakan kegiatan Pengelolaan Hutan
sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk
mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi, sosial,
dan ekonomi, bagi Perusahaan dan masyarakat, sejalan dengan
tujuan nasional dan daerah, yang dituangkan dalam Rencana
Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) yang disusun oleh
Perusahaan dan disetujui oleh Menteri Teknis atau pejabat yang
ditunjuk
b. Perusahaan membuat Rencana Teknik Tahunan (RTT) dengan
mengacu pada Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)
c. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) dan Rencana
Teknik Tahunan (RTT) disusun sesuai dengan pedoman yang
diatur oleh Menteri Teknis
d. Menteri Teknis atau pejabat yang ditunjuk melakukan supervise
Rencana Teknik Tahunan (RTT)
e. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) dan Rencana
Teknik Tahunan (RTT), menjadi acuan dalam penyusunan
Rencana Jangka Panjang dan Rencana Kerja serta Anggaran
Perusahaan
f. Dalam melaksanakan Pengelolaan Hutan Perusahaan wajib
melibatkan masyarakat sekitar hutan dengan memperhatikan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik
g. Upaya melibatkan masyarakat sekitar hutan dapat dilakukan
dengan cara:
1) Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan,
bimbingan, pendampingan, pelayanan, bantuan Teknik,
Pendidikan, dan/atau pelatihan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Menyebarluaskan informasi mengenai proses pengelolaan


hutan kepada masyarakat secara terbuka
3) Melindungi masyarakat dalam berperan serta pada
pelaksanaan pengelolaan hutan, antara lain memperhatikan
dan menindaklanjuti saran dan usul dari masyarakat dalam
rangka pengelolaan hutan sepanjang sesuai dengan prinsip
tata kelola perusahaan yang baik dan dalam rangka
perlindungan hutan.

Berdasarkan Pasal 11 dalam Undnag-Undang Nomor 72 tahun


2010 tentang Perum Kehutanan Negara (Perum Perhutani), maksud dan
tujuan Perusahaan adalah menyelenggarakan sebuah usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum yang berhubungan dengan
Pengelolaan Hutan dan Hasil Hutan yang berkualitas dengan harga
yang terjangkau di masyarakat sesuai dengan prinsip Pengelolaan
Hutan Lestari dan tata kelola perusahaan yang baik. Untuk mencapai
maksud dan tujuan tersebut, Perusahaan harus menyelenggarakan
kegiatan usaha sebagai berikut:

a. Tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan Hutan


b. Pemanfaatan hutan yang meliputi pemanfaatan Kawasan,
pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu
dan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu dan bukan
kayu
c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
d. Perlindungan hutan dan konservasi alam
e. Pengolahan hasil hutan menjadi bahan baku atau bahan jadi
f. Pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di
bidang kehutanan
g. Membangun dan mengembangkan Hutan Rakyat
h. Perdagangan hasil hutan dan hasil produksi sendiri maupun
produksi pihak lain
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peranan Perum Perhutani tidak hanya pengelolaan sebagai upaya


pencegahan kerusakan hutan, tetapi Perum Perhutani juga mempunyai
peran dalam pemberantasan kerusakan hutan yang dilakukan oleh Polisi
Kehutanan (Polhut). Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.75/Menhut-II/2014, Tugas dan fungsi utama Polisi
Kehutanan adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan,


Kawasan hutan, hasil hutan, tumbuhan dan satwa liar
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat,
dan perorangan atas hutan, Kawasan hutan, hasil hutan,
tumbuhan dan satwa liar, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Adapun dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi No. 17 tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Polhut dan Angka Kreditnya, tugas pokok Polisi Kehutanan
adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan
mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan
pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan.

Tugas dan fungsi Polhut dijelaskan dalam Pasal 5 Permenhut No.


P.75/Menhut-11/2014 mengenai Polisi Hutan dalam bentuk sebagai
berikut:
a. Preemtif, merupakan kegiatan yang ditujukan untuk
mencegah, menghilangkan, mengurangi, menutup niat
seseorang atau kelompok ornag untuk melakukan tindak
pidana kehutanan. Kegiatan Preemtif ini biasanya dilakukan
dengan cara penyuluhan, pembinaan, serta pendampingan
masyarakat.
b. Preventif, merupakan kegiatan yang ditujukan untuk
mencegah, menghilangkan, mengurangi, menutup
kesempatan seseorang atau kelompok orang untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melakukan tindak pidana kehutanan. Kegiatan ini dilakukan


dengan cara patroli di dalam Kawasan hukumnya, penjagaan
sesuai printah pimpinan di dalam Kawasan hukumnya, serta
mengidentifikasi kerawanan, gangguan, dan ancaman.
c. Represif, merupakan kegiatan penegakan hukum yang
bersifat non yustisia untuk mengurangi, menekan, atau
menghentikan tindak pidana kehutanan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok orang. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan cara operasi penegakan hukum,
pengumpulan bahan keterangan, pengamanan barang bukti,
penangkapan tersangka dalam hal tertangkap tangan,
penanggulangan konflik satwa liar, pemadaman kebakaran,
serta pengawalan tersangka, saksi, dan barang bukti.
1) Kawasan Hutan Milik Perhutani
Pembagian Kawasan Hutan milik Perhutani berdasarkan
fungsinya terbagi menjadi 3 (tiga) yakni sebagai berikut:
a. Kawasan Produksi yang ditetapkan pada area yang
menghasilkan kayu dan hasil hutan lainnya terdiri dari:
a) Kelas Perusahaan merupakan area yang sesuai untuk
ditumbuhi jati dan dikelompokkan menjadi Kawasan
Produktif serta Kawasan Tidak Produktif
b) Bukan untuk Kelas Perusahaan merupakan area yang
tidak sesuai untuk ditumbuhi jati juga
dikelompokkan menjadi Kawasan Produktif dan
Kawasan Tidak Produktif
b. Kawasan Perlindungan yang terdiri atas Kawasan
Perlindungan Setempat (area sungai), Hutan Alam Sekunder
(kawasan yang diperuntukkan perlindungan habitat satwa
liar sekaligus perlindungan ekologis), serta Hutan Lindung.
c. Kawasan untuk Penggunaan Lain terdiri atas Lapangan
dengan Tujuan Istimewa (untuk pekarangan dinas, saluran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

irigasi, wana wisata, bumi perkemahan), Hutan dengan


Tujuan Khusus, serta Kawasan Tenurial (perumahan
penduduk, bangunan kantor).
(http://perhutanikphpati.blogspot.com/2013/09/pembagian-
kawasan-hutan-berdasarkan diakses pada 23 September
2021)

2. Tinjauan tentang Hukum Kehutanan


1) Teori mengenai Hutan dan Hukum Kehutanan
Dalam Black’s Law Dictionary, hutan diartikan “a track
of land, not necessarily wooded, reserved to the king or grantee,
for hunting deer or other game” yang berarti, hutan merupakan
suatu bidang daratan, berpohon-pohon yang dipesan oleh raja
atau suatu penerima beasiswa, untuk berburu rusa dan permainan
lainnya
Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhnya pohon-pohon
yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam
hayati beserta alam lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah
sebagai hutan. (Bambang Pamulardi, 1999:233)
Keberadaan hutan sangatlah penting mengingat kawasan
hutan yang memiliki banyak manfaat di bidang ekologis, sosial
budaya, serta manfaat ekonomis. Manfaat ekologis hutan dapat
dilihat dari fungsi hutan yang menjadi habitat bagi kehidupan liar,
pengatur tata air bagi kawasan sekitarnya, pengendali iklim
mikro, serta penghasil oksigen. Sedangkan untuk manfaat sosial
budaya, dapat dilihat bahwa banyak suku asli dari Indonesia yang
kehidupannya sangat bergantung pada sumber daya hutan.
Seperti tinggal berdampingan dengan kawasan hutan, hingga
menjadikan hutan sebagai pusat dan sumber kehidupan mereka,
Suku Dayak Bahau Talivaq misalnya. Mereka menjadikan hutan
sebagai sumber kehidupan mereka, mulai dari pemenuhan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pangan, papan, obat-obatan, dan untuk areal kuburan. Kemudian


untuk manfaat ekonomisnya, hutan menghasilkan buah-buahan,
obat-obatan, binatang buruan, dan kayu-kayuan, yangmana hasil
produksi itu semua dapat diperdagangkan. (Izzatul Kamilia,
2015:73)
Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan menjelaskan bahwa Kehutanan adalah sistem yang
diselenggarakan secara terpadu. Menurut Idris Sarong Al Mar
hukum kehutanan adalah kaidah-kaidah/norma-norma (tidak
tertulis) dan peraturan-peraturan (tertulis) yang hidup dan
dipertahankan dalam hal-hal hutan dan kehutanan (Salim,
2008:6)
2) Tujuan Hutan dan Hukum Kehutanan
Pentingnya hutan dan kehutanan bagi lingkungan hidup serta
keberadaan dan keberlanjutan kehidupan umat manusia yakni
sebagai berikut:
a. Hutan dan kehutanan merupakan sistem penyangga
kehidupan (life support system). Sistem tata air yang baik
dapat menyangga seluruh kebutuhan di sektor perekonomian,
baik itu di sektor pertanian, perikanan, peternakan, ataupun
dari sektor industri manufaktur dan industri jasa. Serta iklim
yang baik dan stabil akan menjaga dan meningkatkan
produktivitas di seluruh sektor.
b. Di sektor ekonomi, kehutanan sangat unggul dalam
meningkatkan pembangunan bangsa Indonesia, hal tersebut
dibuktikan oleh:
a) Kehutanan menjadi penghasil devisa terbesar kedua
setelah minyak bumi, sampai mencapai kurang lebih
$7milyar (Dudung Darusman, 2008:1). Hal tersebut
menjadikan Indonesia sebagai importir minyak bumi,
yang otomatis dapat menjadi penghasil devisa terbesar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karena demand dari kayu serta harga jualnya


cenderung meningkat terus menerus secara stabil.
b) Indonesia sebagai negara berkembang hanya memiliki
keunggulan dalam kekayaan sumberdaya alamnya
(natural resources endowment) yang banyak dan
berkualitas baik, bukan pada sumber daya manusia,
modal, dan ipteknya. Maka dari itu, sector hutan
merupakan hal yang strategis bagi perekonomian
Indonesia, sekaligus sebagai alat pemelihara
lingkungan hidup dan penyeimbang ekosistem
(Wahyu Wiriadinata, 2012:152).
Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
kehutanan penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan
dengan:
a. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan
sebaran yang proporsional
b. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi
konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai
manfaat lingkungan, social, budaya, dan ekonomi yang seimbang
dan lestari.
c. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.
d.Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas
dan keberdayaan masyarakat secara parsitipatif, berkeadilan, dan
berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan
ketahanan social dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat
perubahan eksternal.
e. Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan
berkelanjutan.
3) Pembagian Hutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Fungsi dan arti penting hutan bagi kesejahteraan


masyarakat dapat menempatkan peran hutan yang cukup besar
dalam memelihara kelestarian mutu dan tatanan lingkungan
hidup, serta pengembangan ekonomi kerakyatan dan pendapatan
negara. Maka dari itu, pemanfaatan dan kelestarian sumber daya
hutan perlu dilakukan melalui sistem pengelolaan yang dapat
menjaga serta meningkatkan fungsi dan peranan hutan bagi
kepentingan generasi sekarang dan berikutnya.
Berdasarklan Pasal 6 sampai dengan Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan Hutan
digolongkan menjadi 3 macam:
1. Hutan Konservasi
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan
dengan ciri tertentu yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya. Hutan konservasi sendiri terdiri
atas 3 macam, yaitu:
a. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan
dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
b. Kawasan hutan pelestarian alam adalah
hutan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan
sistem penyangga kehidupan pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.
c. Taman buru adalah kawasan hutan yang
ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah
intrusi (penerobosan) air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
3. Hutan Produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan
atau areal hutan yang dipertahankan untuk memperoleh
kepentingan konsumsi masyarakat industri dan ekspor.

3. Tinjauan tentang Perusakan Hutan dan Kerusakan Hutan


1. Teori Perusakan Hutan dan Kerusakan Hutan
Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan menjelaskan
bahwa Perusakan hutan merupakan sebuah perbuatan yang
meliputi kegiatan pembalakan liar atau illegal logging serta
penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau penggunaan izin
yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin di
dalam Kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang telah
ditunjuk, ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh
Pemerintah yangmana kegiatan tersebut dilakukan secara
terorganisasi oleh suatu kelompok yang terstruktur, terdiri atas
2 (dua) orang atau lebih dan yang bertindak secara bersama-
sama pada waktu tertentu dengan tujuan melakukan perusakan
hutan.
Perusakan hutan secara umum merupakan kegiatan yang
berupa menduduki dan atau menggunakan kawasan hutan
secara tidak sah, merambah Kawasan hutan, penebangan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengangkutan, dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak


memiliki izin dari otoritas setempat, melakukan eksplorasi
ataupun eksploitasi bahan tambang di kawasan hutan
pemerintah tanpa izin yang sah serta mengeluarkan, membawa,
dan mengangkut tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi
Undang-Undang dari kawasan hutan tanpa adanya izin dari
pejabat yang berwenang atas wilayah hutan tersebut. (Bambang
Eko Supriyadi, 2013:111)
Kelompok terstruktur yang dimaksudkan dalam Undang-
Undang tersebut bukanlah kelompok masyarakat yang
bertempat tinggal di dalam maupun di sekitar Kawasan hutan
yang melakukan perladangan tradisional serta melakukan
penebangan kayu di luar Kawasan hutan konservasi dan hutan
lindung untuk keperluan sendiri dan tidak bertujuan untuk
kepentingan komersial.
Pembalakan liar merupakan semua kegiatan pemanfaatan
hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi. Kemudian
untuk pengertian illegal logging itu sendiri berasal dari Bahasa
Inggris Contemporary English Indonesia Dictionary yang
dikutip oleh Sukardi diartikan tidak sah, dilarang atau
bertentangan dengan hukum, haram. (Hastuti, 2006: 64)
Jika berdasarkan Black’s Law Dictionary, Illegal berarti
“Forbiddinbay Law, Unlawful” yang artinya dilarang menurut
hukum atau tidak sah, sedangkan Log dalam Bahasa inggris
berarti “Batang kayu gelondongan” dan Logging berarti
menebang kayu dan membawa ke tempat gegarjian” (Soedarso,
2007: 6) “Illegal forest activities are defined here to include all
illegal acts that related to forest ecosystems, forest-related
industries, and timber and non timber forest products. They
ranged from acts related to the estabilishment of rights to the
land to corrupt activities to acquire forest concessions, and
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

activities at all stages of forest management and the forest goods


production chain, from the planning stages, to harvesting and
transport of raw material and finished products, to financial
management.” (Luca Tacconi, 2003:2)
Illegal activities can include:
a. Illegal Cutting is removing trees from protected areas,
cutting protected species, removing more trees than
permitted, and removing trees without lincesing or under
false intentions
b. Stealing woods from forest owned by others
c. Falsifying documents and purposeful mislabeling, for
example: failing to pay or underpaying taxes/fees for
wood or wood products, laundering illegal material by
faking declarations of origin so on species (Patricia
Elias, 2012: 4)
Sedangkan Penggunaan Kawasan hutan secara tidak sah
merupakan kegiatan terorganisasi yang dilakukan di dalam
Kawasan hutan untuk tujuan perkebunan ataupun pertambangan
tanpa izin dari Menteri.
2. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Hutan dan Perusakan
Hutan
Menurut Iskandar dkk, ada 3 faktor penyebab kerusakan
hutan di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
a. Penebangan liar (Illegal Logging) yang saat ini sudah tidak
asing lagi dan sering kita temui di berita-berita media cetak
maupun elektronik.
b. Penyelundupan Kayu (Illegal Trade), yang merupakan
kegiatan yang langsung berkaitan dengan praktek illegal
logging serta berkaitan dengan masalah pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya hutan di Indonesia.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Kebakaran Hutan (Forest Fire), yang mana diyakini ada dua


pihak yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan yaitu
kelompok masyarakat yang selalu menggunakan meode
pertanian ladang berpindah-pindah dan pihak perusahaan
yang bergerak di bidang perkebunan (Iskandar, dkk, 2003)
Selain hal tersebut, terdapat 2 faktor penting lainnya
penyebab kebakaran hutan, yakni faktor alami dan faktor
manusia. Faktor alami contohnya seperti, adanya musim
kering yang ekstrim yangmana disebabkan oleh dampak El-
Nino. Sedangkan untuk faktor manusianya yakni,
penggunaan api dalam persiapan lahan, adanya kekecewaan
terhadap pengelolaan hutan, illegal logging, kebutuhan untuk
makanan ternak, perambahan hutan, dan sebab lainnya.
(Fahmi Rasyid, 2014)
Adanya beberapa oknum tertentu yang melakukan perusakan
hutan pasti memiliki penyebab tersendiri, seperti halnya
tingginya permintaan kebutuhan kayu tidak sesuai atau
melampaui batas jumlah persediaan yang sedikit. Hal tersebut
berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar
internasional dan besarnya kapasitas terpasang industri kayu
dalam negeri. Sehingga, tingginya permintaan kayu di dalam
negeri inilah yang tidak sebanding dengan kemampuan
persediaan industri perkayuan yang mendorong kegiatan illegal
logging di taman nasional dan hutan konservasi.
Seiring bertambahnya angka penduduk, pertumbuhan
ekonomi dan industrialisasi juga batas Kawasan cagar alam yang
dekat dengan pemukiman masyarakat menyebabkan terjadinya
pembangunan perumahan dan pemilikan tanah dalam berbagai
bentuk sehingga tidak sedikit permukiman masyarakat yang
letaknya telah memasuki Kawasan cagar alam. Tingginya angka
pertambahan penduduk jika tidak diimbangi dengan jumlah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ketersediaan lahan maka dapat menambah tingginya tingkat


kegiatan pemukiman liar yang dapat mengambil alih Kawasan
cagar alam.
Pembangunan jalan, perluasan jalan di Kawasan cagar alam,
ataupun Kawasan hutan lainnya yang berpotensi merusak habitat
satwa dalam Kawasan tersebut serta penggalian bahan galian C
di Kawasan hutan konservasi atau Kawasan lain yang dilindungi
juga menjadi salah satu faktor penyebab perusakan hutan.
Selain itu, Lemahnya penegakan dan pengawasan hukum
bagi pelaku tindak pidana perusakan hutan juga menjadi
penyebab maraknya perusakan hutan yang terjadi akhir-akhir ini
dimana penegak hukum dianggap hanya berursan dengan
masyarakat lokal atau pemiliki alat transportasi kayu. Sedangkan
untuk para oknum kelas atas yang beroperasi di dalam maupun
di luar daerah tebangan masih sulit untuk ditindak dengan
ketentuan hukum yang berlaku. (Bambang Pamulardi, 1999)

4. Tinjauan tentang Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang


Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
Peraturan perundang-undangan yang mengatur semua hal
terkait upaya pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan yangmana pada
Pasal 3 dalam Undang-Undang ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Menjamin kepastian hukum dan memberikan efek jera bagi
pelaku perusakan hutan
b. Menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap
menjaga kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta
ekosistem sekitarnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan


dnegan memperhatikan keseimbangan fungsi hutan guna
terwujudnya masyarakat sejahtera
d. Meningkatnya kemampuan dan koordinasi aparat penegak
hukum dan pihak-pihak tertentu dalam menangani pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan

Ruang lingkup pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan itu


sendiri diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013,
yakni:

a. Pencegahan perusakan hutan


b. Pemberantasan perusakan hutan
c. Kelembagaan
d. Peran serta masyarakat
e. Kerjasama internasional
f. Perlindungan saksi, pelapor, dan informan
g. Pembiayaan
h. Saksi
Di dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 juga mengatur
mengenai upaya untuk pencegahan perusakan hutan, seperti dalam
Pasal 7 yang menjelaskan bahwa Pencegahan perusakan hutan
dilakukan oleh masyarakat, badan hukum, dan/atau korporasi yang
memperoleh izin pemanfaatan hutan. Selain itu, di dalam Undang-
Undang juga mengatur mengenai larangan-larangan sebagai upaya
untuk pencegahan perusakan hutan. Larangan-larangan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak
sesuai dengan izin pemanfaatan hutan
b. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa
memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang
bertanggungjawab atas hutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara


tidak sah
d. Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut,
menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan
hutan tanpa izin
e. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang
tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil
hutan
f. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,
memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan
tanpa izin pejabat yang berwenang
g. Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim
atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan
di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang
h. Memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil
pembalakan liar/penebangan liar
i. Mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat,
perairan, atau udara
j. Menyelundupkan kayu yang berasal dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia melalui jalur darat, laut, maupun
udara
k. Menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima
titipan, dan/atau memiliki hasil hutan yang ternyata diketahui
hasil dari pembalakan liar
l. Membeli, memasarkan, serta mengelola hasil hutan kayu yang
berasal dari kawasan hutan tanpa izin yang sah
m. Menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan serta
memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang
dilindungi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Adapun didalam Undang-Undang ini terdapat aturan mengenai jarak


penebangan kayu. Penebangan pohon/kayu dianggap tidak sah jika
dilakukan dalam Kawasan hutan dengan jarak sebagai berikut:
a. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau
b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di
daerah rawa
c. 100 (serratus) meter dari kiri kanan tepi sungai
d. 50 (lima puluh) meter dari kanan kiri tepi anak sungai
e. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang
f. 130 (serratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang
terendah dari tepi pantai
Selain mengatur mengenai Upaya Pencegahan Perusakan
Hutan, Upaya Pemberantasan Perusakan Hutan diatur dalam Pasal 8
menjelaskan bahwa Pemberantasan hutan dilakukan dengan cara
menindak secara hukum pelaku perusakan hutan, baik langsung,
tidak langsung, maupun yang terkait hal lainnya. Tindakan hukum
yang dimaksudkan merupakan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
Adapun tugas Lembaga yang menangani terkait pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan dijelaskan dalam Pasal 56
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
perusakan hutan
b. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan
terhadap perkara perusakan hutan
c. Melaksanakan kampanye antiperusakan hutan
d. Membangun dan mengembangkan system informasi
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan yang
terintegrasi
e. Memberdayakan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Melakukan kerja sama dan saling koordinasi antarlembaga


penegak hukum dalam pemberantasan perusakan hutan
g. Mengumumkan hasil pelaksanaan tugas dan kewenangannya
secara berkala kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
h. Memberi izin penggunaan terhadap barang bukti kayu temuan
hasil operasi pemberantasan perusakan hutan yang berasal dari
luar Kawasan hutan konservasi untuk kepentingan sosial
Dalam mengupayakan Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan bukanlah hanya tugas dan wewenang dari
Lembaga-lembaga tertentu, tetapi juga membutuhkan peran serta
dari masyarakat. Hal tersebut tentu diatur dalam Undang-Undang ini
pada Pasal 61 yang menjelaskan bahwa Masyarakat berperan serta
dalam pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan dengan cara
sebagai berikut:
a. Membentuk dan membangun jejaring sosial Gerakan anti
perusakan hutan
b. Melibatkan dan menjadi mitra Lembaga pemberantasan
perusakan hutan dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan
c. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kelestarian hutan
dan dampak negative perusakan hutan
d. Memberikan informasi, baik lisan maupun tulisan kepada pihak
yang berwenang berkaitan dengan pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan
e. Ikut serta melakukan pengawasan dalam penegakan hukum
pemberantasan perusakan hutan
f. Serta melakukan kegiatan lain yang bertujuan untuk pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (3)


b. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
c. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara
d. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
e. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Perusakan Hutan
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 tentang Perum
Kehutanan Negara

Badan Usaha Milik Negara

Pencegahan dan Perusakan


Hutan

Upaya Pencegahan dan


Perusakan Hutan

1. Peran Perum Kehutanan Negara 2. Hambatan Perum Kehutanan


dalam Upaya Pencegahan dan Negara dalam pengupayaan
Pemberantasan Perusakan Hutan Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan
Pada kerangka pemikiran diatas, penulis mencoba memberikan
gambaran mengenai alur berfikir penulis dalam menggambarkan,
menjabarkan, menelaah dan menemukan jawaban mengenai Efektivitas
Peranan Perum Perhutani KPH Mantingan dalam upaya Pencegahan
Perusakan Hutan. Sumber paling utama penelitian penulis didasarkan pada
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menjelaskan bahwa
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” yang kemudian didukung
melalui Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakaan Hutan mengatur mengenai bagaimana
pengupayaan pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan, Undang-
Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang mengatur mengenai
pengelolaan hutan, Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 yang mengatur
mengenai pembentukan BUMN ditujukan untuk memupuk keuntungan dan
melaksanakan kemanfaatan umum serta Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2010 tentang Perum Kehutanan Negara yang menjelaskan mengenai
tugas dan wewenang Perum Perhutani dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya yang paling utama yaitu untuk membantu masyarakat
mengelola Kawasan Hutan.
Dengan semakin maraknya Tindakan perusakan hutan yang ada di
wilayah kerja Perum Perhutani KPH Mantingan yang menyebabkan
kerugian materiil bagi Perum Perhutani serta keberlangsungan hidup
makhluk hidup dan mengancam kelestarian lingkungan, maka diperlukan
peran Perum Perhutani dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan yang benar sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai