Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlindungan dan Pengamanan Hutan merupakan suatu kegiatan


untuk menjaga dan melindungi hutan dari berbagai gangguan yang dapat
mengganggu dan merusak sumber daya alam yang ada di dalamnya seperti
flora dan fauna, ekosistem, habitat, tata air dan lain‐lain. Dengan
pernyataan lain tujuan pengamanan hutan adalah untuk menekan dan
mengurangi gangguan terhadap kawasan hutan maupun terhadap hasil
hutan. Gangguan tersebut dapat berupa perambahan, penebangan liar
(illegal logging), pencurian hasil hutan, perburuan liar, kebakaran hutan,
pengembalaan liar, dan gangguan lainnya dari oknum yang tidak bertanggung
jawab, sehingga diharapkan hutan dan segala isinya dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Kegiatan Pengamanan hutan ini dilaksanakan oleh aparat kehutanan
dan dukungan instansi terkait dalam rangka mengamankan hutan dan hasil
hutan secara terencana, terus menerus dengan prinsip berdaya guna dan
berhasil. Secara Fungsional Pengamanan Hutan dilaksanakan oleh Satuan
Tugas (Satgas) Pengamanan Hutan yang berkedudukan di Dinas-dinas
Propinsi, dan UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sedangkan Pengamanan Hutan di areal hutan yang telah dibebani Hak
dilaksanakan oleh Satuan Pengamanan Hutan pemegang hak tersebut, yang
dikenal dengan sebutan Satpam Pengusahaan Hutan.
Aparat kehutanan yang secara langsung mengamankan kawasan
hutan adalah Polisi kehutanan (POLHUT. Polhut merupakan jabatan
fungsional yang memegang peran utama upaya pengamanan kawasan
hutan. Untuk itu, seorang Polhut yang akan melaksanakan tugas-tugas
pengamanan hutan, maka perlu memiliki pemahaman yang memadai
mengenai materi Teknik Pengamanan Kawasan Hutan.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat ini membahas tentang tujuan dan sasaran pengamanan


hutan, teknik pengamanan hutan secara pre-emtif, preventif dan refresif.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


C. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat mampu


menjelaskan teknik pengamanan kawasan hutan.

D. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat dapat:


1. Menjelaskan tujuan dan sasaran pengamanan kawasan hutan.
2. Melakukan pengamanan hutan secara pre-emtif, preventif dan refresif.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PENGAMANAN HUTAN

A. Tujuan Pengamanan Hutan

Pengamanan hutan adalah tindakan polisional yang bersifat pre-emtif,


preventif dan refresif dalam rangka penyelenggaraan perlindungan hutan.
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Jadi perlindungan hutan itu
merupakan tujuan dilaksanakannya kegiatan pengamanan hutan.
Dalam melaksanakan kegiatan pengamanan hutan, salah satu syarat
utama yang harus diperhatikan adalah adanya kepastian hukum atas
kawasan hutan. Berdasarkan Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 15 ayat (1)
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, untuk mendapatkan
kepastian hukum maka terhadap kawasan hutan tersebut dilakukan
pengukuhan kawasan hutan. Pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui
proses penunjukan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan,
pemetaan kawasan hutan, dan penetapan kawasan hutan.
Pengamanan hutan yang dilakukan oleh Polhut hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Cepat, lugas, efektif, dan efisien;
2. Tegas, konsisten, konsekuen berdasarkan aturan yang berlaku;
3. Proporsional dan profesional;
4. Menerapkan prinsip HAM;
5. Praduga tak bersalah;
6. Pengamanan berazaskan konservasi;
7. Pengamanan tetap mengutamakan keselamatan petugas;
8. Tetap memperhatikan dan menghormati adat budaya dan kondisi sosial
masyarakat setempat.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


B. Sasaran Pengamanan Hutan
Sasaran pengamanan hutan dalam pasal 50 UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan adalah setiap orang yang dengan sengaja ataupun karena
kelalaiannya melakukan kejahatan di bidang kehutanan. Namun dalam UU
No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan, sasaran pengamanan hutan dibagi menjadi tiga kelompok yang
melakukan perbuatan perusakan hutan yaitu :
1. Orang perseorangan.
2. Orang perseorangan yang bertempat tinggal dalam di dalam dan/atau di
sekita kawasan hutan.
3. Korporasi
Perusakan hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan
melalui kegiatan pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau
penggunaan izin yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian
izin di dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk,
ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh Pemerintah.
Dalam upaya melakukan penindakan terhadap ketiga kelompok
pelaku perusakan hutan tersebut, baik langsung, tidak langsung maupun yang
terkait lainnya, maka perlu dipahami ketiga pengertian dasar berikut yang
terkait langsung dengan pengertian perusakan hutan, yaitu :
1. Pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu
secara tidak sah yang terorganisasi.
2. Penggunaan kawasan hutan secara tidak sah adalah kegiatan
terorganisasi yang dilakukan di dalam kawasan hutan untuk perkebunan
dan/atau pertambangan tanpa izin Menteri.
3. Terorganisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang
terstruktur, yang terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih, dan yang bertindak
secara bersamasama pada waktu tertentu dengan tujuan melakukan
perusakan hutan, tidak termasuk kelompok masyarakat yang tinggal di
dalam atau di sekitar kawasan hutan yang melakukan perladangan
tradisional dan/atau melakukan penebangan kayu untuk keperluan sendiri
dan tidak untuk tujuan komersial.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


BAB II
KEGIATAN PENGAMANAN HUTAN

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan No.


P.75/Menhut-II/2014 tentang Polisi Kehutanan, tugas dan fungsi Polisi
Kehutanan adalah :
a. melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan, kawasan hutan,
hasil hutan, tumbuhan dan satwa liar; dan
b. mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, tumbuhan dan satwa
liar, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
hutan.
Sedangkan pada Pasal 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 17 tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Polhut dan Angka Kreditnya, tugas pokok Polisi Kehutanan adalah
menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan
mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan
hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan.
Jadi kegiatan pengamanan hutan ini merupakan tupoksi pengamanan hutan,
dimana bentuk pelaksanaan tupoksi tersebut dilaksanakan dalam bentuk pre-
emtif, preventif dan refresif.

A. Pre-Emtif.
Kegiatan pre-emtif merupakan kegiatan yang ditujukan guna
mencegah, menghilangkan, mengurangi, menutup niat seseorang atau
kelompok untuk melakukan tindak pidana kehutanan. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan kondisi yang kondusif dengan menumbuhkan peran aktif
masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan. Bentuk pelaksanaan
kegiatan preemtif meliputi :
1. Pembinaan masyarakat berupa sosialisasi dan penyuluhan peraturan
perundang-undangan dibidang kehutanan, pembentukan kader
konservasi, bina cinta alam dan lain-lain.
2. Pendekatan kesejahteraan masyarakat di daerah penyangga dan di dalam
serta sekitar hutan.
3. Sosialisasi batas-batas kawasan hutan.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


4. Mengadakan temu wicara langsung dengan masyarakat tentang
konservasi hutan dan kehutanan.
5. Menjalin hubungan dengan instansi terkait guna mendukung program-
program yang akan dilaksanakan oleh Institusi Kehutanan.

B. Preventif.
Kegiatan preventif merupakan kegiatan yang ditujukan guna
mencegah, menghilangkan, mengurangi, menutup kesempatan seseorang
atau kelompok yang sudah memiliki Niat untuk melakukan tindak pidana
kehutanan. Bentuk kegiatan preventif, terdiri dari :
1. Pengumpulan bahan dan keterangan.
Adalah kegiatan yang dilaksanakan di lapangan untuk mengumpulkan
bahan keterangan maupun informasi terbaru atau dalam rangka
pengecekan kebenaran atas informasi yang masuk tentang :
a. Jenis dan bentuk gangguan dan ancaman terhadap kawasan hutan.
b. Situasi dan kondisi lapangan serta modus operandi pelanggaran atau
kejahatan bidang kehutanan yang terjadi.
c. Tokoh-tokoh penggerak, pemodal atau actor intelektual yang terlibat.
d. Peluang dan tokoh masyarakat yang dapat membantu pengamanan
kawasan hutan dan hasil hutan.
e. Perkiraan upaya pengamanan yang diperlukan, perkiraan tenaga,
sarana dan prasarana, waktu dan dana yang dibutuhkan.
f. Mengumpulkan data base mengenai metode,lokasi dan waktu-waktu
dirawan terjadinya pelanggaran hukum di bidang kehutanan.
g. Membuat peta kerawanan gangguan satwa liar dan peta kerawanan
pelanggaran bidang kehutanan.
Sifat kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan adalah rahasia
dengan personil yang terbatas dan dipercaya.
2. Pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan
Dalam rangka menjaga dan mempertahankan kepastian hukum atas
kawasan hutan di lapangan, secara terus menerus batas hutan harus
dipelihara dan diamankan. Tujuan pemeliharaan dan pengamanan batas
hutan adalah untuk menjaga agar kondisi batas hutan di lapangan tetap
baik. Artinya batas hutan yang berupa jalur rintis atau lorong batas, pal

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


batas dan tanda-tanda batas lainnya tetap terpelihara sehingga mudah
dikenali, letak posisi dan kondisi pal batas hutan tetap dalam keadaan
semula dan terhindar dari kerusakan atau tidak hilang serta tanda-tanda
batas lainnya dapat membantu keberadaan batas hutan.
3. Penjagaan pengamanan hutan
Kegiatan penjagaan dilakukan di pos-pos jaga yang telah ditentukan yang
penempatannya berdasarkan pada titik rawan terjadinya gangguan hutan
atau hasil hutan. Tujuan utama penjagaan adalah untuk mengurangi
ruang gerak terjadinya pelanggaran di bidang kehutanan.
4. Patroli pengamanan hutan
Patroli adalah kegiatan pengawasan pengamanan hutan yang dilakukan
dengan cara gerakan dari satu tempat ke tempat lain oleh dua atau tiga
orang atau lebih di wilayah hutan yang menjadi tanggung jawabnya atau
daerah tertentu dimana sering terjadinya pelanggaran atau kejahatan
bidang kehutanan. Patroli dilaksanakan secara teratur dan selektif atau
tergantung situasi dan kondisi keamanan hutan dengan tujuan mencegah
gangguan terhadap hutan dan hasil hutan, mengetahui situasi lapangan
serta melakukan tindakan terhadap pelaku pelanggaran/kejahatan yang
ditemukan pada saat patroli.

C. Refresif.
Kegiatan refresif adalah kegiatan penindakan dalam rangka
penegakan hukum dimana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan
hutan telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau meningkat sehingga
perlu segera dilakukan penindakan terhadap pelakunya. Berdasarkan bentuk
tindakan yang dilakukan di lapangan, kegiatan refresif dibedakan atas :
1. Operasi Taktis
Yaitu kegiatan atau upaya untuk mencegah dan menindak pelaku
pelanggaran secara langsung di lapangan melalui kegiatan patroli,
pemeriksaan dokumen dan barang bukti, pemeriksaan pelaku, penyitaan
barang bukti, penitipan barang bukti, pengamanan barang bukti,
pengamanan tempat kejadian perkara, penyelesaian administrasi
lapangan dan pelaporan.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


2. Operasi Yustisi
Yaitu kegiatan atau upaya penegakan hukum untuk membuat jera para
pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau
Penyidik Polri yang diawali dari tindakan penyidikan sampai dengan
pemberian sanksi pada putusan pengadilan.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan


DAFTAR PUSTAKA :

Anonim, 2012. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Polisi Kehutanan “Patroli


Pengamanan Kawasan Hutan. Direktorat Penyidikan dan
Pengamanan Hutan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Penerbit FREELAND Foundation, Jakarta.

Anonim, 2015. Buku Saku Polisi Kehutanan. Balai Diklat Kehutanan


Makassar, Makassar.

Mappatoba Sila dan Nuraeni, 2009. Buku Ajar Perlindungan dan


Pengamanan Hutan, Laboratorium Perlindungan dan Serangga
Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sudirman S., 2010. Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten


Sinjai. Program Studi Sistem-Sistem Pertanian Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

_________, 2017. Dasar-Dasar Pengamanan Hutan. Penerbit Ombak.


Yogyakarta.

Waldemar H., 2013. Petunjuk Praktis Penegakan Hukum Untuk Polhut.


Kerjasama antara Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan
Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dengan UNODC
(United Nations Office On Drugs and Crime Indonesia Office)., Jakarta.

____________, 2013. Handbook Widyaiswara : Peningkatan Kapasitas Polisi


Kehutanan dalam Penegakan Hukum. Kementerian Kehutanan,
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM, Pusat Diklat
Kehutanan., Bogor.

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan


Pemberantasan Perusakan Hutan.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Polisi


Kehutanan.

Sudirman Sultan : Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan

Anda mungkin juga menyukai