ii iii
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif v
Kelembagaan KPH 14
Pendanaan KPH 22
Rekomendasi 30
Pustaka 35
Lampiran 39
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) | Kebijakan, Implementasi dan Masa Depan
iv v
Ringkasan Eksekutif
Kabinet Gotong Royong berakhir. Dalam periode 2005-2009, Lima Kesejahteraan masyarakat dicapai melalui pengelolaan hutan
Kebijakan Prioritas Departemen Kehutanan 2005-2009 maupun lestari, dan sebaliknya pengelolaan hutan lestari melalui partisipasi
Rencana Strategis Tahun 2005-2009 dan Rencana Kerja tahunannya masyarakat. Tantangan yang dihadapi KPH berupa keterbatasan
tidak menyebutkan pembangunan KPH. Dalam periode ini, regulasi SDM profesional di tingkat lapangan secara kualitas dan kuantitas;
tentang tugas dan fungsi KPH dipertegas melalui PP No. 6 Tahun keterbatasan anggaran; dukungan Pemerintah Provinsi yang
2007, sebagai pengganti PP No. 34 tahun 2002. PP No. 6 Tahun masih lemah memerlukan Dukungan dari berbagai pihak di
2007 menjadi acuan bagi Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 6 lintas kementerian, pemda, dan lembaga-lembaga donor sangat
Tahun 2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan dibutuhkan.
Hutan (KPH). Rencana pembangunan KPH mulai disebutkan dalam
Renstra Kehutanan Tahun 2010-2014 dan RPJMN Tahun 2010-2014 Penguatan regulasi untuk percepatan pembentukan dan
Pembangunan KPHP/KPHL masih menghadapi berbagai kendala, operasionalisasi KPH masih harus dilakukan. KPH sebagai UPTD
terutama terkait dengan tata hubungan kerja dengan UPT perlu diberi keleluasaan untuk bergerak, berinovasi supaya
Kementerian LHK, SDM, mekanisme pendanaan dan keorganisasian, profesionalisme sebagai pengelola kawasan hutan di tingkat
dukungan kebijakan pusat dan daerah terkait dengan kerjasama tapak dapat sungguh dapat dipraktikan. Regulasi yang diperlukan
para pihak dan konsolidasi strategis dengan program nasional. adalah regulasi yang dapat menggerakan peran pemerintah pusat
Dalam banyak perbincangan orientasi pengelolaan hutan lestari dan daerah (provinsi) untuk mendukung KPH. Regulasi tentang
pada skala KPH belum mendapatkan perhatian serius, walaupun tata hubungan KPH dengan instansi lain di Pusat dan Daerah,
ujicoba penilaian VLK dan PHPL telah dilakukan pada beberapa tata hubungan KPH dengan pemegang izin yang ada di wilayah
KPH selama periode 2015-2016 KPH, pengaturan bagi hasil dari sumberdaya hutan yang dikelola
Peran KPH penting untuk lebih diinklusifkan kedalam kerangka langsung oleh KPH maupun kemitraan.
tata kerja PS yang berjalan hingga saat ini untuk meningkatkan
efektivitas dan percepatan program PS ke depan. Efektivitas
program PS ditunjukkan oleh
Konsep KPH di atas lebih menekankan pada subyek, yaitu KPH sebagai
pelaksana pegelolaan hutan, sedangkan obyek (hutan) yang dikelola belum
disinggung. Pada bagian lain dibahas obyek (hutan) yang dikelola khususnya
berkaitan dengan wilayah kelola dari subyek yang lain yaitu pemegang ijin
usaha kehutanan. KPH sebagai pelaku usaha di satu sisi dan sebagai pengawas
terhadap pelaku usaha lainnya menggugah pertanyaan apakah tidak terjadi
conflict of interest pada dirinya. Pada bagian lain dibahas kebijakan dan
implementasi KPH serta bagaimana menanggapi conflict of interest.
3. Kelembagaan KPH
Pada KPHP dan KPHL Tipe B tidak ada Seksi. Kepala KPHL dan KPH dan Dinas Kehutanan Provinsi berdasarkan Permen LHK No. 74 Tahun 2016
Kepala KPHP Provinsi/Kabupaten/Kota Tipe A adalah jabatan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Mengacu pada peraturan baru sejak UU No. 23
struktural eselon III.a, sedangkan KKPH Tipe B eselon IVA. Resort Tahun 2014 KPH di beberapa provinsi sudah atau dalam proses menyesuaikan
KPHL dan KPHP Provinsi/Kabupaten/Kota dipimpin oleh Kepala diri mennjadi UPTD, misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Maluku
Resort KPHL dan KPHP yang berada di bawah dan bertanggung Utara (10 KPH), Provinsi Papua Barat.
jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP. Organisasi KPHP dan
KPHL ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tingkat Provinsi
atau Kabupaten/Kota dan bertanggungjawab langsung kepada
Gubernur atau Bupati/Walikota.
Mengacu pada UU No. 23 Tahun 2014 dan PP No. 18 Tahun 2016
Kementerian LHK telah menetapkan Permen No. 74 Tahun 2016
tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang
Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan,
sementara Kementerian Dalam Negeri telah menetapkan
Permendagri No. 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan
dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
Permendagri tersebut tidak menyebutkan secara eksplisit tentang
KPH, tetapi membuka peluang pembentukan UPTD provinsi yang
bergerak di bidang kehutanan. Cabang Dinas Kehutanan (CDK)
yang disebutkan secara eksplisit dalam Permendagri tersebut
adalah CDK Provinsi yang mengurusi hutan yang berada di luar
kawasan hutan.2 Sedangkan Permen LHK No. 74 Tahun 2016
menyebutkan secara eksplisit UPTD KPH dengan tugas dan
fungsinya. Dengan demikian kedua Permen tersebut mendudukan
KPH sebagai UPTD provinsi.
UPTD KPH adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan Tabel 1. Pengurusan dan Pengelolaan Hutan
teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu
pada Dinas Kehutanan Provinsi. Pembagian tugas dan fungsi UPTD
2 Pengertian kawasan hutan dalam Permendagri No. 12 tahun 2017 ini perlu diklarifikasi,
apakah yang dimaksud adalah kawasan hutan negara. Jika memperhatikan kriteria yang
digunakan adalah luas kawasan lindung, lahan kritis dan areal hutan rakyat, kemungk-
inan CDK provinsi difokuskan hanya mengurusi hutan di luar kawasan hutan negara. CDK
provinsi yang dimaksud dalam Permendagri ini sama dengan CDK provinsi yang dimaksud
dalam Permen LHK No. 74 Tahun 2016 yang lebih eksplisit menyebutkan wilayah kerjanya
di luar kawasan hutan negara.
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) | Kebijakan, Implementasi dan Masa Depan
18 19
KPH mempunyai peran yang sangat besar untuk pengembangan penguasaan lahan hutan membutuhkan keterampilan resolusi
PS. Kelembagaan HKm, HD, dan HTR yang kuat diperlukan konflik.
untuk dapat menjalankan aturan-aturan pengelolaan hutan
baik teknis kehutanan, membangun jejaring sosial ekonomi, Komitmen Kementerian LHK untuk percepatan PS telah ditunjukkan
maupun mengembangkan produk dan pemasarannya; memiliki dengan kebijakan menteri dan dirjen, kerjasama-kerjasama yang
posisi tawar yang kuat dalam berkolaborasi dengan pihak luar, dibangun baik dengan kementerian lain maupun para pihak non-
menjamin distribusi manfaat yang adil di antara warga masyarakat. pemerintah, dan alokasi anggaran. Dukungan dari kementerian
Penguatan dan pengembangan kapasitas masyarakat pengelola PS terkait, antara lain Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi;
harus dilakukan oleh KPH. Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Peridustrian. Bahkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian telah mengeluarkan
Efektivitas dan percepatan implementasi PS membutuhkan Surat Keputusan No. 73 Tahun 2017 tentang Tim Reforma
dukungan organisasi pemerintah di tingkat daerah dan tapak. Agraria pada tanggal 4 Mei 2017. Kebijakan tersebut dapat
Menggantungkan implementasi PS kepada jumlah UPT bidang memberikan arahan koordinasi dan sinergitas antar kementerian
PS yang terbatas akan mengalami hambatan. Peran pemerintah khususnya dalam menangani PS dan reformasi agraria. Gerakan
daerah sangat penting. Kemauan politik dan dukungan finansial setingkat Menteri Koordinator mungkin belum cukup kuat untuk
dari pemda, kapasitas SDM bidang teknis dan sosial ekonomi, mempercepat implementasi program PS mencapai target 12,7
maupun infrastruktur dibawah kewenangan dan kekuasaan juta hektar pada tahun 2019. Oleh karena itu perlu dorongan lebih
pemda harus diperkuat. Dinas-dinas di lingkungan PEMDA harus kuat, yaitu instruksi presiden dengan menggerakan organisasi non
melakukan sinkronisasi program pembangunan masyarakat kementerian setingkat kementerian, semacam Badan Koordinasi
pedesaan di mana program PS dapat menjadi sentralnya. KPH yang dapat menggerakan kementerian-kementerian sekaligus
sebagai organisasi pemerintah di tingkat tapak memegang peran menggerakan pemda.
yang strategis untuk implementasi program PS lebih efektif dan
cepat. Oleh karena itu, KPH harus diberi peran lebih besar, bahkan
kewenangan KPH perlu lebih diperbesar hingga seluruh proses
pemberian izin PS selesai di KPH, dan pendampingan masyarakat
lanjutan untuk pengelolaan PS dan pengembangan bisnisnya yang
berbasis hasil hutan (kayu, bukan kayu, jasa lingkungan) dijalankan
oleh KPH. Penguatan kelembagaan KPH seharusnya dilakukan
bersama oleh pemerintah daerah dengan dukung kuat oleh KLHK.
PUSTAKA
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) | Kebijakan, Implementasi dan Masa Depan
36 37
Departemen Kehutanan. 2002. Informasi Umum Kehutanan 2002. munity Forest Management. RECOFTC – The Center for People and Forests,
Jakarta. Bangkok, Thailand.
Direktorat Rencana, Penggunaan, dan Pembentukan Wilayah Nugroho B. 2014. Menuju KPH Mandiri: Apa yang Harus Dilakukan? Dalam Set-
Pengelolaan Hutan KLHK. 2015. Data dan informasi Kesatuan yarso A., Djajono A., Nugroho B., Wulandari Ch., Suwarno E., Kartodihardjo H.
Pengelolaan Hutan (KPH) Tahun 2014. Sardjono M.A. Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutan-
an Indonesia. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Peman-
Djajono A. dan Sugiharto. 2016. Pembangunan Kesatuan Pengelo- faatan Kawasan Hutan FORCLIME – GIZ. Jakarta.
laan Hutan. Direktorat Rencana Penggunaan dan Pembentukan
Wilayah Pengelolaan Hutan dan GIZ- FORCLIME. Jakarta Pulhin J.M., Inoue M., and Enters Th. 2007. Three decades of community- based
forest management in the Philippines: Emerging lessons for sustainable and
Do A.T., Nguyen B.N., Vo D.T. and Le T.A. 2011. Enabling Diverse equitable forest management. International Forestry Review 9(4): 865–883.
Governance Structures for Community Forest Management.
Pulhin J.M. and Inoue M. 2008. Dynamics of Devolution Process in the Manage-
Kartodihardjo H., Nugroho B., Putro H.R. 2011. Pembangunan Kesat- ment of the Philippine Forests. International Journal of Social Forestry 1(1):
uan Pengelolaan Hutan (KPH): Konsep, Peraturan Perundan- 1–26.
gan dan Implementasi. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan
Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan FORCLIME – GIZ. Sardjono M.A. dan Wulandari Ch. 2014. Kemitraan KPH dan Masyarakat. Dalam
Jakarta. Setyarso A., Djajono A., Nugroho B., Wulandari Ch., Suwarno E., Kartodihard-
jo H. Sardjono M.A. Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur
Kartodihardjo H., Sardjono M.A. dan Wulandari Ch. 2014. Pengaru- Kehutanan Indonesia. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal
sutamaan Pengurusan Hutan di Daerah. Dalam Setyarso A., Pemanfaatan Kawasan Hutan FORCLIME – GIZ. Jakarta.
Djajono A., Nugroho B., Wulandari Ch., Suwarno E., Kartodihardjo
H. Sardjono M.A. Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Setyarso A., Djajono A., Nugroho B., Wulandari Ch., Suwarno E., Kartodihardjo
Struktur Kehutanan Indonesia. Direktorat Wilayah Pengelolaan H. Sardjono M.A. 2014. Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur
dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan FORCLIME – Kehutanan Indonesia. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal
GIZ. Jakarta. Pemanfaatan Kawasan Hutan FORCLIME – GIZ. Jakarta.
Kementerian Kehutanan. 2010. Rencana Strategis Kementerian Setyarso A. dan Djajono A. 2014. Pembelajaran dari Pembentukan dan Opera-
Kehutanan Tahun 2010-2014. Jakarta. sionalisasi KPH. Dalam Setyarso A., Djajono A., Nugroho B., Wulandari Ch.,
Suwarno E., Kartodihardjo H. Sardjono M.A. Strategi Pengembangan KPH dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Rencana Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia. Direktorat Wilayah Pengelolaan
Strategis Tahun 2015-2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan FORCLIME – GIZ. Jakarta.
Kehutanan. Jakarta.
LAMPIRAN
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) | Kebijakan, Implementasi dan Masa Depan
40 41
Fungsi dan DINAS KEHUTANAN*) UPTD KPH**) Kawasan Hutan: pengawasan dan pengendalian
Fungsi Bidang Perencanaan & Pemanfaatan pemungutan hasil hutan bukan kehutanan di luar kawasan hutan.
1) Penyiapan rumusan kebijakan, 1. Pelaksanaan tata hutan pada Hutan Lindung di wilayah Provinsi.
evaluasi penatagunaan hutan, 2. Pelaksanaan penyusunan rencana izin dan perpanjangan izin usaha
dan penyusunan dan pelaksanaan pengelolaan hutan KPH. pemanfaatan hasi hutan kayu pada
rencana pengelolaan di KPHP dan/ 3. Pelaksanaan kegiatan Hutan Produksi di wilayah Provinsi;
atau KPHL dalam 1 (satu) Provinsi; pemanfaatan dan penggunaan 7) Pemberian pertimbangan teknis
2) Penyiapan rumusan kebijakan, kawasan hutan di wilayah KPH. perubahan status dan fungsi
koordinasi, bimbingan teknis 4. Pelaksanaan rehabilitasi dan hutan, perubahan status dari
dan evaluasi pengembangan reklamasi di wilayah KPH. lahan menjadi kawasan hutan, dan
promosi, investasi, kerja sama dan 5. Pelaksanaan perlindungan dan pengunaan serta tukar menukar
kemitraan, kelembagaan KPH dan konservasi sumber daya alam di kawasan hutan di wilayah Provinsi;
3) Penyusunan kebijakan, koordinasi, Tugas & 1. Polisi Kehutanan: Pengamanan dan 1. Polisi Kehutanan Pengamanan
bimbingan teknis dan evaluasi Jabatan penegakan hukum pada kawasan dan penegakan hukum pada
dalam pelaksanaan perbenihan Fungsional hutan dalam 1 (satu) Provinsi. kawasan hutan unit KPH
tanaman hutan, sumber daya 2. Penyuluh Kehutanan: Penyuluhan 2. Penyuluh Kehutanan Penyuluhan
genetik tanaman hutan, sertifikasi dan pemberdayaan masyarakat di dan pemberdayaan masyarakat
sumber benih dan mutu tanaman dalam dan sekitar kawasan hutan di dalam dan sekitar kawasan
hutan dalam wilayah Provinsi. dalam 1 (satu) Provinsi. hutan unit KPH
3. Pengendali Ekosistem Hutan: 3. Pengendali Ekosistem Hutan Pen-
Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pengendalian tumbuhan, satwa gendalian tumbuhan, satwa liar
liar dan habitatnya pada kawasan dan habitatnya pada kawasan
1) Penyusunan kebijakan, koordinasi, hutan dalam 1 (satu) Provinsi. hutan unit KPH.
bimbingan teknis dan evaluasi
dalam pengelolaan daerah aliran Keterangan:
sungai (DAS), pembentukan forum *) Lampiran 3 Permen LHK No. P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016; vDinas Kehutanan Tipe A
pengelolaan DAS, dan sistem **) Lampiran 9 Permen LHK No. P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016; KPH Tipe A
informasi pengelolaan DAS di
wilayah Provinsi;
2) Penyusunan kebijakan, koordinasi,
bimbingan teknis dan evaluasi
dalam pemberdayaan masyarakat,
pengembangan kelompok tani
hutan dan kelembagaan usaha,
pengembangan kemitraan
kehutanan dalam Provinsi;
3) Penyusunan kebijakan,
koordinasi, bimbingan teknis dan
evaluasi dalam pengembangan
perhutanan sosial meliputi : hutan
Kemasyarakatan, Hutan Desa,
Hutan Tanaman Rakyat, dan
kemitraan dalam Provinsi; dan
4) Penyusunan kebijakan, koordinasi,
bimbingan teknis dan evaluasi
dalam penetapan masyarakat
hukum adat, hutan adat, dan
kawasan hutan dengan tujuan
khusus untuk religi dalam Provinsi.